Anda di halaman 1dari 25

PANDEMI COVID-19 YANG BERDAMPAK PADA

KESEHATAN MASYARAKAT

Tugas Kesehatan Masyarakat

Dosen Pengampu : Hj. Warniningsih, S.T., M.Kes

Disusun Oleh :

Achmad Ihwan Amrizal

18250982

PRODI TEKNIK LINGKUNGAN

INSTITUT TEKNOLOGI YOGYAKARTA

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pandemi Covid – 19 yang
Berdampak Pada Kesehatan Masyarakat” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas makalah
penelitian pada mata kuliah Kesehatan Masyarakat. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang [topik makalah] bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih dosen pengampu mata kuliah kesehatan masyarakat yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari, makalah yang
saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, Juni 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................1
DAFTAR ISI..................................................................................................................................1
BAB I...............................................................................................................................................3
1.1. Latar Belakang......................................................................................................................3
2.2. Identifikasi Masalah..............................................................................................................5
2.3. Batasan Masalah...................................................................................................................5
2.4. Rumusan Masalah.................................................................................................................6
2.5. Tujuan Penulisan...................................................................................................................6
BAB II.............................................................................................................................................6
2.1. Pengertian Covid – 19...........................................................................................................7
2.2. Kesehatan..............................................................................................................................8
BAB III.........................................................................................................................................10
3.1. Pembahasan.........................................................................................................................10
3.1.1. Pencegahan Penyebaran Covid – 19............................................................................11
3.1.2. Pencegahan Penyebaran Covid-19 Bagi Tenaga Kesehatan........................................13
3.1.3. Bagi Pasien yang terdeteksi dini positif.......................................................................14
3.1.4. Masyarat beresiko rendah.............................................................................................14
3.2. Cara Virus Corona Menyebar.............................................................................................15
3.3. Gejala COVID-19...............................................................................................................16
3.4. Alasan Mengapa Covid-19 Menjadi Pandemi....................................................................17
3.5. Awal Mula Penyebaran Virus.............................................................................................17
3.6. Pengobatan Virus Corona...................................................................................................18
3.7. Komplikasi Virus Corona...................................................................................................19
3.8. Pencegahan Virus Corona...................................................................................................19
BAB IV..........................................................................................................................................22
4.1. Kesimpulan.........................................................................................................................22
4.2. Saran....................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari gejala
ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan
penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome
(MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus Disease 2019 (COVID-
19) adalah penyakit jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus
penyebab COVID-19 ini dinamakan SarsCoV-2. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara
hewan dan manusia). Penelitian menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing luwak
(civet cats) ke manusia dan MERS dari unta ke manusia. Adapun, hewan yang menjadi sumber
penularan COVID19 ini masih belum diketahui (Kemenkes, 2020) Tanda dan gejala umum
infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak
napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus
COVID-19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal,
dan bahkan kematian. Tanda-tanda dan gejala klinis yang dilaporkan pada sebagian besar kasus
adalah demam, dengan beberapa kasus mengalami kesulitan bernapas, dan hasil rontgen
menunjukkan infiltrat pneumonia luas di kedua paru (Kemenkes, 2020).
Pada 31 Desember 2019, WHO China Country Office melaporkan kasus pneumonia yang
tidak diketahui etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Pada tanggal 7 Januari 2020,
Cina mengidentifikasi pneumonia yang tidak diketahui etiologinya tersebut sebagai jenis baru
coronavirus (coronavirus disease, COVID-19). Pada tanggal 30 Januari 2020 WHO telah
menetapkan sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Yang Meresahkan Dunia/ Public Health
Emergency of International Concern (KKMMD/PHEIC). Penambahan jumlah kasus COVID-19
berlangsung cukup cepat dan sudah terjadi penyebaran antar negara (Kemenkes, 2020). Sampai
dengan tanggal 25 Maret 2020, dilaporkan total kasus konfirmasi 414.179 dengan 18.440
kematian (CFR 4,4%) dimana kasus dilaporkan di 192 negara/wilayah. Diantara kasus tersebut,
sudah ada beberapa petugas kesehatan yang dilaporkan terinfeksi. Pada tanggal 2 Maret 2020,
Indonesia melaporkan kasus konfirmasi COVID19 sebanyak 2 kasus. Sampai dengan tanggal 25
Maret 2020, Indonesia sudah melaporkan 790 kasus konfirmasi COVID-19 dari 24 Provinsi

3
yaitu: Bali, Banten, DIY, DKI Jakarta, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kep. Riau, Nusa
Tenggara Barat, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara,
Sulawesi Selatan, Lampung, Riau, Maluku Utara, Maluku dan Papua. Wilayah dengan transmisi
lokal di Indonesia adalah DKI Jakarta, Banten (Kab. Tangerang, Kota Tangerang), Jawa Barat
(Kota Bandung, Kab. Bekasi, Kota Bekasi, Kota Depok, Kab. Bogor, Kab. Bogor, Kab.
Karawang), Jawa Timur (kab. Malang, Kab. Magetan dan Kota Surabaya) dan Jawa Tengah
(Kota Surakarta) (Kemenkes, 2020).
Berdasarkan bukti ilmiah, COVID-19 dapat menular dari manusia ke manusia melalui
percikan batuk/bersin (droplet), tidak melalui udara. Orang yang paling berisiko tertular penyakit
ini adalah orang yang kontak erat dengan pasien COVID-19 termasuk yang merawat pasien
COVID-19. Rekomendasi standar untuk mencegah penyebaran infeksi adalah melalui cuci
tangan secara teratur menggunakan sabun dan air bersih, menerapkan etika batuk dan bersin,
menghindari kontak secara langsung dengan ternak dan hewan liar serta menghindari kontak
dekat dengan siapapun yang menunjukkan gejala penyakit pernapasan seperti batuk dan bersin.
Selain itu, menerapkan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) saat berada di fasilitas
kesehatan terutama unit gawat darurat (Kemenkes, 2020).

2.2. Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang tertulis, memberikan informasi berikut tentang masalah yang akan
digunakan sebagai bahan pembahasan dalam makalah ini.
1. Pengaruh pelaksanaan social distancing bagi negara-negara untuk meminimalisir
penyebaran Virus Corona.
2. Cepatnya penyebaran Virus Corona dari suatu negara ke negara lain
3. Penderita yang mengalami infeksi Virus Corona akan mengalami komplikasi penyakit
hingga kematian.

2.3. Batasan Masalah


Agar penelitian ini lebih terarah, terfokus, dan menghindari pembahasan menjadi terlalu
luas, maka penulis perlu membatasinya. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagaai berikut :

4
1. Beberapa jenis penyakit yang dapat mewabah dan menular ke manusia
2. Pertama kalinya ditemukan Virus Corona di Wuhan, China pada akhir Desember
2019
3. Gejala awal COVID-19 yang menyerupai gejala Flu
4. Penyebab tersebarnya Virus Corona ke penjuru dunia.
5. Diagnosis dan Pengobatan Virus Corona
6. Beberapa komplikasi yang disebabkan oleh infeksi Virus Corona
7. Mencegah penyebaran Virus Corona bagi masyarakat yang sehat maupun Orang
Dalam Pengawasan (ODP).

2.4. Rumusan Masalah


1. Bagaimana proses penyebaran Covid-19 di Indonesia?
2. Mengapa Covid-19 menjadi wabah pandemi?
3. Dari mana awal mula persebaran Covid-19?
4. Bagaimana cara pencegahan Covid-19 oleh penduduk?

2.5. Tujuan Penulisan


Dari beberapa masalah yang telah diidentifikasi dan dirumuskan, terdapat tujuan dari masalah itu
sendiri.
1. Memahami dan mengetahui gejala-gejala dari COVID-19.
2. Dapat mengaplikasikan cara mencegah penyebaran Virus Corona.
3. Memahami dan mengetahui apa itu COVID-19 dan apa yang harus kita lakukan.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Covid – 19
COVID-19 menurut (WHO, 2020) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus korona
baru yang disebut SARS-CoV-2. WHO pertama kali mengetahui virus baru ini pada 31
Desember 2019 di Wuhan, Cina. Kebanyakan dari orang yang terinfeksi virus COVID-19 akan
mengalami penyakit pernapasan ringan hingga sedang dan sembuh tanpa memerlukan perawatan
khusus. Orang tua dan orang yang memiliki masalah medis seperti penyakit kardiovaskular,
diabetes, penyakit pernapasan kronis, dan kanker lebih mungkin dapat mengembangkan penyakit
yang serius. Cara terbaik untuk mencegah dan memperlambat penularan adalah dengan
mengetahui dengan baik tentang virus COVID-19, penyakit yang ditimbulkannya, dan
bagaimana penyebarannya. Cara utama yang harus dilakukan untuk mencegah diri sendiri dan
orang lain agar tidak terpapar virus tersebut adalah dengan mencuci tangan sesering mungkin
dan tidak menyentuh wajah.
Virus COVID-19 menyebar terutama melalui tetesan air liur atau cairan dari hidung saat
orang yang terinfeksi batuk atau bersin. COVID-19 dapat menyebar dengan mudah jika tidak
mengikuti aturan pencegahan yang ditetapkan oleh World Health Organization. Semakin
meningkatnya kasus positif di Indonesia, pemerintah selalu memberikan imbauan kepada
masyarakat sebagai upaya pencegahan penyebaran virus corona. Imbauan tersebut adalah dengan
mencuci tangan, menggunakan master, menjaga jarak, pembatasan sosial berskala besar, dilarang
menggelar acara, melarang ojek online membawa penumpang, larangan berkumpul lebih dari
lima orang, larangan makan di tempat makan, aturan untuk kendaraan pribadi hinga larangan
mudik.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya yaitu imbauan menjaga jarak atau physical
distancing demi mencegah penyebaran, masyarakat tentu memiliki berbagai cara untuk
melangsungkan imbauan pemerintah tersebut. Seperti contohnya di kompleks perumahan, seperti
contohnya yang dikutip dari kantor berita Antara, Pemerintah Kota Tangerang mendorong peran
masyarakat dengan cara pembentukan Kampung Siaga COVID-19.
Penularan virus COVID-19 pada bulan Juni dikatakan oleh Tim Pakar Satuan Tugas
Penanganan COVID-19 Dewi Nur Aisyah, mengatakan bahwa kasus COVID-19 didominasi oleh

6
kluster perumahan. Maka dengan semakin bertambahnya kasus COVID-19 tersebut, banyak
perumahan atau Gated Community yang membentuk Satgas COVID-19 yang akan mengawasi
perumahan tersebut. Perumahan akan mengatur mobilitas warga yang keluar masuk, hingga
pedagang dan tamu yang berkunjung dibatasi.
Berbagai perumahan memiliki cara pencegahan yang berbeda. Berbagai cara dilakukan
oleh petugas penjagaan COVID-19 di perumahan, contohnya dengan mengatur dan membatasi
akses masuk perumahan, membuat dan melakukan penyemprotan disinfektan, mewajibkan
pendatang untuk mencuci tangan, hingga pengecekan suhu tubuh warga di area pos satpam. Jika
perumahan memiliki banyak gerbang, biasanya gerbang tersebut hanya akan dibuka melalui satu
akses sehingga dapat membatasi dan mengurangi penyebaran COVID-19 dalam kluster
perumahan.

2.2. Kesehatan
Dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 dijelaskan bahwa pengertian Kesehatan
adalah “keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomis”. Sedangkan menurut Mu’rifah (2007:1.4) kesehatan
pribadi adalah segala usaha dan tindakan seseorang untuk menjaga, memelihara, dan
meningkatkan derajat kesehatannya sendiri dalam batas-batas kemampuannya, agar
mendapatkan kesenangan hidup dan mempunyai tenaga kerja yang sebaikbaiknya.
Kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental, dan sosial saja, tetapi
juga diukur dari produktivitasnya dalam arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan secara
ekonomi. Bagi yang belum memasuki usia kerja, anak, dan remaja, atau bagi yang sudah tidak
bekerja (pensiun) atau usia lanjut, yakni mempunyai kegiatan, misal sekolah atau kuliah bagi
anak dan remaja, dan kegiatan pelayanan sosial bagi yang lanjut usia, Soekidjo Notoatmodjo
(2007:3).
Kesimpulan saya bahwa kesehatan itu merupakan keadaan yang sejahtera dari badan,
jiwa dan sosial yang diupayakan melalui tindakan menjaga, memelihara, dan meningkatkan
derajat kesehatannya sehingga bisa hidup produktif dan mempunyai tenaga yang sebaik-baiknya.
Terdapat beberapa definisi sehat, antara lain:

7
1. Menurut Undang-Undang No.23 Tahun 1992, yang dimaksud dengan sehat ialah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang
hidup produktif secara sosial dan ekonomis;
2. Menurut WHO tahun 1947, sehat adalah keadaan sejahtera, sempurna dari fisik,
mental dan sosial yang tidak terbatas hanya pada bebas dari penyakit atau
kelemahan saja;
3. Menurut While tahun 1977, kesehatan adalah keadaan dimana seseorang pada
waktu diperiksa oleh ahlinya tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat
tanda-tanda suatu penyakit atau kelainan.
Sehat diwujudkan dengan berbagai upaya, salah satunya adalah penyelenggaraan
pelayanan kesehatan. Pengertian pelayanan kesehatan disini adalah setiap upaya yang
diselenggarakan secara tersendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk meningkatkan
dan memelihara kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat. Secara umum pelayanan kesehatan
dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu pelayanan kesehatan personal (personal health
services) atau sering disebut sebagai pelayanan kedokteran (medical services) dan pelayanan
kesehatan lingkungan (environmental health services) atau sering disebut sebagai pelayanan
kesehatan masyarakat (public health services). Sasaran utama pelayanan kedokteran adalah
perseorangan dan keluarga. Sedangkan sasaran utama pelayanan kesehatan masyarakat adalah
kelompok dan masyarakat.
Menurut Leavel dan Clark (1953), jika pelayanan kesehatan tersebut terutama ditujukan
untuk menyembuhkan penyakit (curative) dan memulihkan kesehatan (rehabilitative) maka
disebut dengan nama pelayanan kedokteran. Sedangkan jika pelayanan kesehatan tersebut
terutama ditujukan untuk meningkatkan kesehatan (promotive) dan mencegah penyakit
(preventive) maka disebut dengan nama pelayanan kesehatan masyarakat.

8
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Huang C, Wang Y,Li X (2020) dengan
judul “Gambaran klinis pasien yang terinfeksi novel coronavirus 2019 di Wuhan, Cina”
menjelaskan penularan virus ini dapat terjadi dari manusia ke manusia, dan diperkirakan
menyebar melalui droplet dari batuk atau bersin. Data ini sejalan dengan laporan WHO (2020)
yang menyatakan bahwa Virus ini dapat ditularkan dari manusia ke manusia dan telah menyebar
secara luas di China dan lebih dari 190 negara. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan
oleh Peeri NC,dkk (2020) yang berjudul “SARS, MERS, dan Novel Coronavirus(COVID-19),
ancaman kesehatan global terbaru dan terbesar: pelajaran apa yang telah kita pelajari?”
menjelaskan bahwa Infeksi melalui droplet atau sekresi individu yang terinfeksi dianggap
sebagai cara penularan yang dominan dari manusia ke manusia. Dari ketiga jenis coronavirus
yang muncul melalui zoonosis transmisi pada hewan yang terinfeksi SARS dan MERS. Adapun
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Han Y, Yang H (2020) yang berjudul “ Transmisi
dan diagnosis penyakit coronavirus novel 2019 (covid-19)“menjelaskan saat ini, penyebaran
SARS-CoV-2 dari manusia ke manusia menjadi sumber transmisi utama sehingga penyebaran
menjadi lebih agresif. Transmisi SARS-CoV-2 dari pasien simptomatik terjadi melalui droplet
yang keluar saat batuk atau bersin. Van Doremelenn,dkk (2020) berjudul “ Aerosol dan Stabilitas
Permukaan SARS-CoV-2 dibandingkan dengan SARS-CoV-1” hasil penelitian ini menyatakan
bahwa SARS-Cov-2 dapat menyebar melalui Aerosol setelah terpapar selama 3 jam.
Menurut Shereen et al., 2020, Kemampuan virus Covid-19 untuk melakukan transmisi antar
manusia membuat penyebarannya sulit dikendalikan. Penyebaran virus dari manusia ke manusia terjadi
karena kontak dekat dengan orang yang terinfeksi, terkena dari batuk, bersin, tetesan pernafasan atau
aerosol. Aerosol ini dapat menembus tubuh manusia (paru-paru) melalui inhala melalui hidung atau
mulut.
Dewan Perawat Internasional (2020), berjudul : tingginya angka kejadian pada petugas pelanan
kesehatan yang terinfeksi Covid-19 di Italia menjadi peringatan yang nayata bagi Dunia. Melindungi
perawat dan petugas kesehatan lainnya haruslah menjadi prioritas utama karena mereka memiliki risiko

9
tinggi tertular dari Covid-19. Di Italia, sekitar 9% kasus COVID-19 adalah tenaga medis (17). Berdasarkan
data WHO (2020) berjudul : Laporan Penyakit Coronavirus 2019 (COVID-19),menjelaskan“ Virus ini dapat
ditularkan dari manusia ke manusia dan telah menyebar secara luas di China dan lebih dari 190 negara
dan teritori lainnya.
3.1.1. Pencegahan Penyebaran Covid – 19
Database PubMed, menunjukkan bahwa pencegahan Covid-19 ditemukan dari 13 artikel
sebagai berikut : Huang C, Wang Y,Li X (2020) berjudul “Gambaran klinis pasien yang
terinfeksi coronavirus novel 2019 di Wuhan, Cina” menjelaskan pencegahan penyebaran covid-
19 melalui udara dapat melalui seperti respirator N95 yang teruji fit, dan peralatan pelindung
pribadi lainnya sangat disarankan. Perawatan pasien pada pelayanan kesehatan sangatlah
diperlukan untuk mencegah infeksi covid-19 semakin parah. Dimana timbulnya demam dan
gangguan pada pernapasan harus dipantau secara ketat oleh petugas kesehatan. Selain itu petugas
kesehatan perlu melakukan uji specimen secara cepat pada pasien yang dicurigai terinfeksi
Covid-19. Dan Petugas kesehatanpun harus dilakukan uji sebelum dan sesudah berinteraksi
langsung pada pasien yang terinfeksi Covid-19 untuk mengidentifikasi jika terjadi asimtomatik.
Jurnal penelitian WHO (2020) yang berjudul “ Perawatan di rumah untuk pasien dengan
COVID19 dengan gejala ringan dan manajemen kontak mereka” menjelaskan bahwa pasien
yang mengalami infeksi ringan boleh tidak dirawat di rumah sakit, tetapi pasien harus diajarkan
langkah pencegahan penularan virus Covid-19. Isolasi di rumah dapat dikerjakan sampai pasien
mendapatkan hasil tes virologi negatif dua kali berturut-turut dengan jarak pengambilan sampel
minimal 24 jam. Bila tidak memungkinkan, maka pasien diisolasi hingga dua minggu setelah
gejala hilang. Pasien tidak boleh dikunjungi siapapun selama perawatan di rumah. Pasien
sebaiknya memakai masker bedah dan diganti setiap hari, menerapkan etika batuk, melakukan
cuci tangan dengan langkah yang benar, dan menggunakan tisu sekali pakai saat batuk/bersin.
Perawat yang memantau keadaan pasien perlu menggunakan masker bedah bila berada dalam
satu ruangan dengan pasien dan menggunakan sarung tangan medis bila harus berkontak dengan
sekret, urin, dan feses pasien. Serta pasien harus disediakan alat makan tersendiri yang setiap
pakai dicuci dengan sabun dan air mengalir. Lingkungan pasien seperti kamar dan kamar mandi
dapat dibersihkan dengan sabun dan detergen biasa, kemudian dilakukan desinfeksi dengan
sodium hipoklorit 0,1%. Kunci pencegahan penluaran virus Covid-19 meliputi pemutusan mata
rantai penularan dengan cara isolasi mandiri, deteksi dini, dan melakukan proteksi dasar.

10
WHO (2020) berjudul “ Pengawasan global untuk penyakit covid-19 yang disebabkan
oleh infeksi manusia dengan nover coronavirus” menjelaskan seluruh individu yang memenuhi
kriteria suspek atau pernah berkontak dengan pasien yang positif COVID-19 harus segera
berobat ke fasilitas kesehatan. Organisasi Kesehatan Dunia (2020), berjudul “Pencegahan dan
pengendalian infeksi selama perawatan kesehatan ketika infeksi novel coronavirus (nCoV)
diduga”. Menjelaskan pada kelompok risiko rendah, dihimbau melaksanakan pemantuan mandiri
setiap harinya terhadap suhu dan gejala pernapasan selama 14 hari dan mencari bantuan jika
keluhan memberat. Organisasi Kesehatan Dunia (2020), berjudul “ kesiap siagaan, kesiapan, dan
tindakan respons kritis untuk COVID-19. Menjelaskan pada pada tingkat masyarakat, usaha
mitigasi meliputi pembatasan berpergian dan kumpul massa pada acara besar (social distancing).
Organisasi Kesehatan Dunia (2020) berjudul “Rekomendasi WHO dalam menghadapi wabah
COVID-19” menjelaskan untuk melakukan proteksi dasar, yang terdiri dari cuci tangan secara
rutin dengan alkohol atau sabun dan air, menjaga jarak dengan seseorang yang memiliki gejala
batuk atau bersin, melakukan etika batuk atau bersin, dan berobat ketika memiliki keluhan yang
sesuai kategori suspek. Rekomendasi jarak yang harus dijaga adalah satu meter. Organisasi
Kesehatan Dunia (2020) berjudul ” Manajemen klinis infeksi saluran pernapasan akut yang berat
ketika diduga infeksi baru coronavirus (nCoV)”. Menjelaskan pasien rawat inap dengan
kecurigaan COVID-19 juga harus diberi jarak minimal satu meter dari pasien lainnya, diberikan
masker bedah, diajarkan etika batuk/bersin, dan diajarkan cuci tangan. Riedel S, Morse S,
Mietzner T, Miller S. Jawetz (2019) berjudul Melnick, & Mikrobiologi Medis Adelberg. 28 ed.
New York: Pendidikan / Medis McGraw-Hill; menjelaskan perilaku cuci tangan harus diterapkan
oleh seluruh petugas kesehatan pada lima waktu, yaitu sebelum menyentuh pasien, sebelum
melakukan prosedur, setelah terpajan cairan tubuh, setelah menyentuh pasien dan setelah
menyentuh lingkungan pasien. Air sering disebut sebagai pelarut universal, namun mencuci
tangan dengan air saja tidak cukup untuk menghilangkan coronavirus karena virus tersebut
merupakan virus RNA dengan selubung lipid bilayer. Kampf G, Todt D, Pfaender S, Steinmann
E. Berjudul “ Kegigihan virus corona pada permukaan mati dan inaktivasi mereka dengan agen
biosidal. J Hosp Menginfeksi “. Menjelaskan selain menggunakan air dan sabun, etanol 62-71%
dapat mengurangi infektivitas virus . Organisasi Kesehatan Dunia (2020) berjudul “ Saran
penyakit Coronavirus (COVID-19). Menjelaskan hindari menyentuh wajah terutama bagian
wajah, hidung atau mulut dengan permukaan tangan. Ketika tangan terkontaminasi dengan virus,

11
menyentuh wajah dapat menjadi portal masuk. Terakhir, pastikan menggunakan tisu satu kali
pakai ketika bersin atau batuk untuk menghindari penyebaran droplet(21).Organisasi Kesehatan
Dunia (2020) Berjudul ”Penggunaan rasional alat pelindung diri untuk penyakit coronavirus
(COVID-19)”. Menjelaskan SARS-CoV-2 menular terutama melalui droplet. Alat pelindung diri
(APD) merupakan salah satu metode efektif pencegahan penularan selama penggunannya
rasional. Komponen APD terdiri atas sarung tangan, masker wajah, kacamata pelindung atau
face shield, dan gaun nonsteril lengan panjang.
Alat pelindung diri akan efektif jika didukung dengan kontrol administratif dan kontrol
lingkungan dan teknik. Organisasi Kesehatan Dunia (2020), berjudul “Pencegahan dan
pengendalian infeksi selama perawatan kesehatan ketika infeksi novel coronavirus (nCoV)
diduga“.Menjelaskan tenaga medis disarankan menggunakan APD lengkap. Alat seperti
stetoskop, thermometer, dan spigmomanometer sebaiknya disediakan khusus untuk satu pasien.
Bila akan digunakan untuk pasien lain, bersihkan dan desinfeksi dengan alcohol 70%25 . Wang
X, Pan Z, Cheng Z. (2020), berjudul “Hubungan antara transmisi 2019-nCoV dan penggunaan
respirator N95. J Hosp Menginfeksi.” Menjelaskan berdasarkan rekomendasi CDC, petugas
kesehatan yang merawat pasien yang terkonfirmasi atau diduga COVID-19 dapat menggunakan
masker N95 standar. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit.(2020) berjudul “ Bimbingan
Interim untuk Pengumpulan dan Pengajuan Spesimen Postmortem dari Almarhum Orang Dalam
Investigasi (PUI) untuk COVID-19”. Menjelaskan penanganan jenazah dengan COVID-19 harus
mematuhi prosedur penggunaan APD baik ketika pemeriksaan luar atau autopsi. Seluruh
prosedur autopsi yang memiliki potensi membentuk aerosol harus dihindari.
Berdasarkan hasil ulasan tinjauan pustaka dari beberapa peneliti diatas maka, Penularan
Virus Covid-19. Penularan terjadi dari manusia ke manusia. Virus corona dapat menyebar
melalui tetesan pernapasan dari batuk atau bersin. Cara penyebaran virus corona melalui orang
yang telah terinfeksi virus corona. Penyakit dapat menyebar melalui tetesan kecil dari hidung
atau mulut ketika seseorang yang terinfeksi virus ini bersin atau batuk. Tetesan itu kemudian
mendarat di suatu benda atau permukaan yang disentuh, dan orang sehat menyentuh mata,
hidung atau mulut mereka. Virus corona juga bisa menyebar ketika tetesan kecil itu dihirup oleh
seseorang ketika berdekatan dengan yang terinfeksi corona. Infeksi melalui tetesan pernapasan
atau sekresi individu yang terinfeksi dianggap sebagai cara penularan yang dominan dari
manusia ke manusia. Penularan melalui zoonosis transmisi Semua tiga coronavirus beta muncul

12
melalui zoonosis transmisi. Faktor risiko penularan zoonosis SARS dan MERS adalah kontak
langsung dengan hewan yang terinfeksi.

3.1.2. Pencegahan Penyebaran Covid-19 Bagi Tenaga Kesehatan


Diharapkan menggunakan masker respirator N95 yang teruji fit, dan peralatan pelindung
pribadi lainnya sangat disarankan untuk tenaga kesehatan di rumah sakit. Saat melakukan
ventilasi mekanik invasif, operator wajib waspada, mengenakan alat pelindung diri lengkap, dan
memakai masker N95 ketika prosedur intubasi. Tenaga medis disarankan menggunakan APD
lengkap. Alat seperti stetoskop, thermometer, dan spigmomanometer sebaiknya disediakan
khusus untuk satu pasien. Bila akan digunakan untuk pasien lain, bersihkan dan desinfeksi
dengan alcohol 70%. Deteksi dini dan proteksi dasar menerapkan perilaku cuci tangan pada lima
waktu, yaitu sebelum menyentuh pasien, sebelum melakukan prosedur, setelah terpajan cairan
tubuh, setelah menyentuh pasien dan setelah menyentuh lingkungan pasien. Air sering disebut
sebagai pelarut universal, namun mencuci tangan dengan air saja tidak cukup untuk
menghilangkan coronavirus karena virus tersebut merupakan virus RNA dengan selubung lipid
bilayer.

3.1.3. Bagi Pasien yang terdeteksi dini positif


Pasien dengan infeksi ringan boleh tidak dirawat di rumah sakit, tetapi pasien harus
diajarkan langkah pencegahan transmisi virus. Isolasi mandiri di rumah dapat dikerjakan sampai
pasien mendapatkan hasil tes virologi negatif dua kali berturut-turut dengan interval
pengambilan sampel minimal 24 jam. Bila tidak memungkinkan, maka pasien diisolasi hingga
dua minggu setelah gejala hilang. Pasien tidak boleh dijenguk selama perawatan rumah. Pasien
sebaiknya memakai masker bedah dan diganti setiap hari, menerapkan etika batuk, melakukan
cuci tangan dengan langkah yang benar, dan menggunakan tisu sekali pakai saat batuk/bersin.
Pasien harus disediakan alat makan tersendiri yang setiap pakai dicuci dengan sabun dan air
mengalir. Lingkungan pasien seperti kamar dan kamar mandi dapat dibersihkan dengan sabun
dan detergen biasa, kemudian dilakukan desinfeksi dengan sodium hipoklorit 0,1%.

13
3.1.4. Masyarat beresiko rendah
Pemutusan rantai penularan dengan isolasi, usahakan keluar rumah jika perlu saja.
Proteksi dasar yang terdiri dari cuci tangan secara rutin dengan alkohol atau sabun dan air,
menjaga jarak dengan seseorang yang memiliki gejala batuk atau bersin, melakukan etika batuk
atau bersin, dan berobat ketika memiliki keluhan yang sesuai kategori suspek. Rekomendasi
jarak yang harus dijaga adalah satu meter. Individu yang memenuhi kriteria suspek atau pernah
berkontak dengan pasien yang positif COVID-19 harus segera berobat ke fasilitas kesehatan.
Deteksi dini dengan pemantuan mandiri setiap harinya terhadap suhu dan gejala pernapasan
selama 14 hari dan mencari bantuan jika keluhan memberat. Pembatasan berpergian dan kumpul
massa pada acara besar (social distancing). Menggunakan masker Menjelaskan hindari
menyentuh wajah terutama bagian wajah, hidung atau mulut dengan permukaan tangan. Ketika
tangan terkontaminasi dengan virus, menyentuh wajah dapat menjadi portal masuk. Pastikan
menggunakan tisu satu kali pakai ketika bersin atau batuk untuk menghindari penyebaran
droplet.

3.2. Cara Virus Corona Menyebar

Karena COVID-19 adalah penyakit baru, banyak aspek mengenai bagaimana


penyebarannya sedang diteliti. Penyakit ini menyebar selama kontak dekat, seringkali oleh
tetesan kecil yang dihasilkan selama batuk, bersin, atau berbicara. Tetesan ditularkan, dan
menyebabkan infeksi baru, ketika dihirup oleh orang-orang dalam kontak dekat (1 hingga 2
meter, 3 hingga 6 kaki). Mereka diproduksi selama bernafas, namun karena mereka relatif berat,
mereka biasanya jatuh ke tanah atau permukaan. 

Berbicara dengan suara keras melepaskan lebih banyak tetesan dari pada pembicaraan
normal.  Sebuah penelitian di Singapura menemukan bahwa batuk yang tidak tertutup dapat
menyebabkan tetesan mencapai 4,5 meter (15 kaki).  Sebuah artikel yang diterbitkan pada bulan
Maret 2020 berpendapat bahwa saran tentang jarak tetesan mungkin didasarkan pada penelitian
tahun 1930-an yang mengabaikan efek dari udara yang dihembuskan lembab yang hangat di
sekitar tetesan dan bahwa batuk atau bersin yang tidak terbuka dapat berjalan hingga 8,2 meter
(27 kaki) . 

14
Setelah tetesan jatuh ke lantai atau permukaan, mereka masih dapat menginfeksi orang lain, jika
mereka menyentuh permukaan yang terkontaminasi dan kemudian mata, hidung atau mulut
mereka dengan tangan yang tidak dicuci.  Pada permukaan, jumlah virus aktif berkurang dari
waktu ke waktu hingga tidak lagi menyebabkan infeksi.  Namun, secara eksperimental, virus
dapat bertahan di berbagai permukaan selama beberapa waktu, (misalnya tembaga atau kardus
selama beberapa jam, dan plastik atau baja selama beberapa hari).  Permukaan mudah
didekontaminasi dengan desinfektan rumah tangga yang membunuh virus di luar tubuh manusia
atau di tangan.  Khususnya, bagaimanapun desinfektan atau pemutih tidak boleh ditelan atau
disuntikkan sebagai tindakan perawatan atau pencegahan, karena ini berbahaya atau berpotensi
fatal. 

Dahak dan air liur membawa sejumlah besar virus. Beberapa prosedur medis dapat


menyebabkan virus ditransmisikan lebih mudah dari biasanya untuk tetesan kecil seperti itu,
yang dikenal sebagai transmisi udara . Virus ini paling menular selama tiga hari pertama setelah
timbulnya gejala, meskipun penyebaran diketahui terjadi hingga dua hari sebelum gejala muncul
(penularan secara asimptomatik) dan pada tahap selanjutnya dari penyakit. Beberapa orang telah
terinfeksi dan pulih tanpa menunjukkan gejala, tetapi ketidakpastian tetap dalam hal penularan
tanpa gejala. Meskipun COVID-19 bukan infeksi menular seksual , dicium, hubungan intim, dan
rute oral feses diduga menularkan virus.

3.3. Gejala COVID-19

Gejala awal infeksi virus Corona atau COVID-19 bisa menyerupai gejala flu, yaitu demam,


pilek, batuk kering, sakit tenggorokan, dan sakit kepala. Setelah itu, gejala dapat hilang dan
sembuh atau malah memberat. Penderita dengan gejala yang berat bisa mengalami demam
tinggi, batuk berdahak bahkan berdarah, sesak napas, dan nyeri dada. Gejala-gejala tersebut
muncul ketika tubuh bereaksi melawan virus Corona. Secara umum, ada 3 gejala umum yang
bisa menandakan seseorang terinfeksi virus Corona, yaitu:

 Demam (suhu tubuh di atas 38 derajat Celsius)


 Batuk

15
 Sesak napas

Gejala-gejala COVID-19 ini umumnya muncul dalam waktu 2 hari sampai 2 minggu setelah
penderita terpapar virus Corona.

Demam adalah gejala yang paling umum, meskipun beberapa orang yang lebih tua dan mereka
yang memiliki masalah kesehatan lainnya mengalami demam di kemudian hari.  Dalam satu
penelitian, 44% orang mengalami demam ketika mereka datang ke rumah sakit, sementara 89%
mengalami demam di beberapa titik selama dirawat di rumah sakit. 

Gejala umum lainnya termasuk batuk , kehilangan nafsu makan , kelelahan , sesak


napas , produksi dahak , dan nyeri otot dan sendi .  Gejala seperti mual , muntah , dan diare telah
diamati dalam berbagai persentase.  Gejala yang kurang umum termasuk bersin, pilek, atau sakit
tenggorokan. 

Beberapa kasus di China awalnya hanya disertai sesak dada dan jantung berdebar . 

Penurunan indra penciuman atau gangguan dalam rasa dapat terjadi.  Kehilangan bau adalah
gejala yang muncul pada 30% kasus yang dikonfirmasi di Korea Selatan. Seperti yang umum
dengan infeksi, ada penundaan antara saat seseorang pertama kali terinfeksi dan saat ia
mengalami gejala. Ini disebut masa inkubasi . Masa inkubasi COVID-19 biasanya lima sampai
enam hari tetapi dapat berkisar dari dua hingga 14 hari,  meskipun 97,5% orang yang mengalami
gejala akan melakukannya dalam 11,5 hari infeksi. 

Sebagian kecil kasus tidak mengembangkan gejala yang terlihat pada titik waktu
tertentu. Pembawa tanpa gejala ini cenderung tidak diuji, dan perannya dalam transmisi belum
sepenuhnya diketahui. Namun, bukti awal menunjukkan bahwa mereka dapat berkontribusi pada
penyebaran penyakit.  Pada bulan Maret 2020, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit
Korea (KCDC) melaporkan bahwa 20% dari kasus yang dikonfirmasi tetap tanpa gejala selama
tinggal di rumah sakit. 

16
3.4. Alasan Mengapa Covid-19 Menjadi Pandemi

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) secara resmi menyatakan Virus Corona COVID-19
sebagai pandemi pada Rabu (11/03/2020). Ini disebabkan karena terjadi setelah wabah mirip
SARS itu menjangkiti semakin banyak orang di mana pada Kamis pagi angkanya mencapai
126.063 kasus. Dengan total korban tewas sebanyak 4.616 orang dan sembuh sebanyak 67.071
orang, meburut Worldometers. WHO menekankan bahwa penggunaan istilah pandemi tidak
berarti ada anjuran yang berubah. Semua negara tetap diminta untuk mendeteksi, mengetes,
merawat, mengisolasi, melacak, dan mengawasi pergerakan masyarakatnya.

“Perubahan istilah tidak mengubah apapun secara praktis mengingat beberapa pekan
sebelumnya dunia telah diingatkan untuk mempersiapkan diri menghadapi potensi pandemi,”
kata Dr. Nathalie MacDermott King’s Colege London. “Namun penggunaan istilah ini menyoroti
pentingnya negara-negara di seluruh dunia untuk bekerja secara kooperatif dan terbuka satu sama
lain dan bersatu sebagai front persatuan dalam upaya untuk mengendalikan situasi ini.”

3.5. Awal Mula Penyebaran Virus


Berawal dari kasus lokal, Covid-19 menyebar ke seluruh dunia silih berganti dengan cara
penularan yang disebut kasus impor dari luar wilayah asal atau transmisi lokal antarpenduduk.
Sejauh ini, berbagai peristiwa yang pertama kali terjadi berkaitan dengan Covid-19 agaknya
belum memberikan gambaran utuh tentang virus ini. Kesimpulan sejauh ini, analisis para ahli
menduga bahwa Covid-19 lebih kuat bertahan hidup di daerah bersuhu rendah dan kering
walaupun virus ini juga mewabah di negara-negara dengan kondisi suhu dan kelembaban udara
yang sebaliknya.Virus ini juga lebih rentan menyebabkan kematian pada penduduk usia lanjut.
Namun, ada juga penduduk di kelompok usia ini yang berhasil sembuh dan seorang bayi juga
meninggal karena Covid-19.
Rangkaian peristiwa pertama juga menunjukkan upaya para ahli untuk menemukan antivirus
ini secepat mungkin. Sejauh ini, upaya tersebut belum memberikan hasil sesuai harapan.
Menilik ke belakang, rentetan awal munculnya Covid-19 sudah tidak asing di telinga masyarakat
dunia. China tercatat sebagai negara yang pertama kali melaporkan kasus Covid-19 di dunia.

17
Untuk pertama kalinya, China melaporkan adanya penyakit baru ini pada 31 Desember 2019.
Pada pengujung tahun 2019 itu, kantor Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di China
mendapatkan pemberitahuan tentang adanya sejenis pneumonia yang penyebabnya tidak
diketahui. Infeksi pernapasan akut yang menyerang paru-paru itu terdeteksi di kota Wuhan,
Provinsi Hubei, China. Menurut pihak berwenang, beberapa pasien adalah pedagang yang
beroperasi di Pasar Ikan Huanan.
Seiring waktu, penelusuran menyebutkan, kasus Covid-19 sudah muncul sebelumnya.
Merujuk pada laporan WHO ke-37 tentang situasi Covid-19, 26 Februari 2020, kasus Covid-19
pertama yang dikonfirmasi di China adalah pada 8 Desember. Hanya saja, informasi tersebut
juga bergantung pada inisiatif negara-negara yang memberikan informasi penyakit kepada badan
kesehatan global tersebut. Adapun sebuah laporan yang diterbitkan dalam laman jurnal medis 
The Lancet oleh dokter China dari Rumah Sakit Jin Yin-tan di Wuhan, yang merawat beberapa
pasien yang paling awal, menyebutkan tanggal infeksi pertama yang diketahui pada 1 Desember
2019. Informasi awal mula munculnya Covid-19 masih terus berjalan ke belakang. Pada 16
Desember, dokter di Rumah Sakit Pusat Wuhan mengirim sampel dari pasien lain dengan
demam persisten untuk pengujian laboratorium. Hasil-hasil itu menunjukkan virus menyerupai
sindrom penapasan akut parah (severe acute respiratory syndrome/SARS).

3.6. Pengobatan Virus Corona

Infeksi virus Corona atau COVID-19 belum bisa diobati, tetapi ada beberapa langkah yang dapat
dilakukan dokter untuk meredakan gejalanya dan mencegah penyebaran virus, yaitu:

1. Merujuk penderita COVID-19 yang berat untuk menjalani perawatan dan karatina di


rumah sakit rujukan
2. Memberikan obat pereda demam dan nyeri yang aman dan sesuai kondisi penderita
3. Menganjurkan penderita COVID-19 untuk melakukan isolasi mandiri dan istirahat yang
cukup
4. Menganjurkan penderita COVID-19 untuk banyak minum air putih untuk menjaga kadar
cairan tubuh

18
3.7. Komplikasi Virus Corona

Pada kasus yang parah, infeksi virus Corona bisa menyebabkan beberapa komplikasi berikut ini:

1. Pneumonia  (infeksi paru-paru)


2. Infeksi sekunder pada organ lain
3. Gagal ginjal
4. Acute cardiac injury
5. Acute respiratory distress syndrome
6. Kematian

Pada beberapa orang, penyakit ini dapat berkembang menjadi pneumonia , kegagalan multi-


organ , dan kematian . Manifestasi neurologis termasuk kejang , stroke , ensefalitis , dan sindrom
Guillain-Barré .  Komplikasi yang berhubungan dengan kardiovaskular mungkin termasuk gagal
jantung , aktivitas listrik yang tidak teratur , pembekuan darah , dan peradangan jantung . 

Pada beberapa orang, COVID-19 dapat mempengaruhi paru-paru yang


menyebabkan pneumonia . Pada mereka yang paling parah terkena dampaknya, COVID-19
dapat dengan cepat berkembang menjadi sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS) yang
menyebabkan kegagalan pernapasan, syok septik , atau kegagalan multi-organ. Komplikasi yang
terkait dengan COVID-19 termasuk sepsis , pembekuan abnormal , dan kerusakan pada jantung,
ginjal, dan hati. Abnormalitas pembekuan, khususnya peningkatan waktu protrombin , telah
dijelaskan pada 6% dari mereka yang dirawat di rumah sakit dengan COVID-19, sementara
fungsi ginjal abnormal terlihat pada 4% dari kelompok ini.  Sekitar 20-30% orang yang hadir
dengan COVID-19 menunjukkan peningkatan enzim hati ( transaminase ). Cedera hati seperti
yang ditunjukkan oleh penanda darah kerusakan hati sering terlihat pada kasus yang parah. 

19
3.8. Pencegahan Virus Corona

Sampai saat ini, belum ada vaksin untuk mencegah infeksi virus Corona atau COVID-19. Oleh
sebab itu, cara pencegahan yang terbaik adalah dengan menghindari faktor-faktor yang bisa
menyebabkan Anda terinfeksi virus ini, yaitu:

1. Terapkan physical distancing, yaitu menjaga jarak minimal 1 meter dari orang lain, dan
jangan dulu ke luar rumah kecuali ada keperluan mendesak.
2. Gunakan masker saat beraktivitas di tempat umum atau keramaian, termasuk saat
pergi berbelanja bahan makanan.
3. Rutin mencuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer yang mengandung
alkohol minimal 60%, terutama setelah beraktivitas di luar rumah atau di tempat umum.
4. Jangan menyentuh mata, mulut, dan hidung sebelum mencuci tangan.
5. Tingkatkan daya tahan tubuh dengan pola hidup sehat.
6. Hindari kontak dengan penderita COVID-19, orang yang dicurigai positif terinfeksi virus
Corona, atau orang yang sedang sakit demam, batuk, atau pilek.
7. Tutup mulut dan hidung dengan tisu saat batuk atau bersin, kemudian buang tisu ke
tempat sampah.
8. Jaga kebersihan benda yang sering disentuh dan kebersihan lingkungan,
termasuk kebersihan rumah.

Untuk orang yang diduga terkena COVID-19 atau termasuk kategori ODP (orang dalam
pemantauan) maupun PDP (pasien dalam pengawasan), ada beberapa langkah yang bisa
dilakukan agar virus Corona tidak menular ke orang lain, yaitu:

1. Lakukan isolasi mandiri dengan cara tinggal terpisah dari orang lain untuk sementara
waktu. Bila tidak memungkinkan, gunakan kamar tidur dan kamar mandi yang berbeda
dengan yang digunakan orang lain.
2. Jangan keluar rumah, kecuali untuk mendapatkan pengobatan.
3. Bila ingin ke rumah sakit saat gejala bertambah berat, sebaiknya hubungi dulu pihak
rumah sakit untuk menjemput.

20
4. Larang dan cegah orang lain untuk mengunjungi atau menjenguk Anda sampai Anda
benar-benar sembuh.
5. Sebisa mungkin jangan melakukan pertemuan dengan orang yang sedang sedang sakit.
6. Hindari berbagi penggunaan alat makan dan minum, alat mandi, serta perlengkapan tidur
dengan orang lain.
7. Pakai masker dan sarung tangan bila sedang berada di tempat umum atau sedang bersama
orang lain.
8. Gunakan tisu untuk menutup mulut dan hidung bila batuk atau bersin, lalu segera buang
tisu ke tempat sampah.

Kondisi-kondisi yang memerlukan penanganan langsung oleh dokter di rumah sakit,


seperti melahirkan, operasi, cuci darah, atau vaksinasi anak, perlu ditangani secara berbeda
dengan beberapa penyesuaian selama pandemi COVID-19. Tujuannya adalah untuk mencegah
penularan virus Corona selama Anda berada di rumah sakit. Konsultasikan dengan dokter
mengenai tindakan terbaik yang perlu dilakukan.

21
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan dari apa yang telah dibahas, saya menarik kesimpulan dan menjadikannya beberapa
poin, sebagai berikut :

1. Aplikasikan bagaimana cara pencegahan penyebaran COVID-19 dalam kehidupan


sehari-hari.

2. Hindari kontak langsung dengan orang lain, dan usahakan agar tidak keluar rumah
kecuali di saat yang genting.

3. COVID-19 adalah virus yang merusak sistem pernapasan dan dapat menyebabkan
beberapa komplikasi akibat infeksinya hingga kematian.

4. Jangan terlalu merasa tertekan dan terbebani selama masa pandemi wabah ini, karena
yang dibutuhkan adalah kuatnya sistem imun atau metabolisme tubuh dan dapat
meningkatkan imun denngan olahraga serta makan makanan yang sehat.

4.2. Saran
Penularan virus corona covid-19 terjadi dari manusia ke manusia dan penularan melalui
zoonosis transmisi. Pencegahan penyebaran virus corona covid-19 bagi tenaga kesehatan, bagi
pasien yang terdeteksi dini positif dan Masyarat beresiko rendah. Diharapkan dengan adanya
hasil ulasan penelitian ini masyarakat dan petugs kesehatan dapat mengetahui tentang penularan
virus corona covid-19 dan masyarakat bisa melaksanakan pencegahan penyebaran virus corona
sehingga kondisi segera menjadi kondusif.

22
DAFTAR PUSTAKA

Chen N, Zhou M, Dong X, et al.Karakteristik epidemiologis dan klinis dari 99 kasus 2019 novel
coronavirus pneumonia di Wuhan,Cina: sebuah studi deskriptif. Lancet . 2020; 395, 507-13.

Fehr AR, Perlman S. Coronaviruses: ikhtisar replikasi dan patogenesis mereka. Coronavirus: Springer;
2015, 1-23.

Han Y, Yang H. Transmisi dan diagnosis penyakit infeksi coronavirus novel 2019 (COVID-19):
Perspektif Cina. J Med Virol. 2020; diterbitkan online 6 Maret. DOI: 10.1002 / jmv.25749.

Huang C, Wang Y, Li X, dkk. Gambaran klinis pasien yang terinfeksi coronavirus novel 2019 di Wuhan,
Cina [koreksi yang dipublikasikan muncul di Lancet. 2020 30 Januari]. Lanset. 2020;
395 (10223): 497-506. doi: 10.1016 / S0140-6736 (20) 30183-5.

Hui DS, I Azhar E, Madani TA, dkk. Berlanjut ancaman epidemi 2019-nCoV dari coronavirus baru
terhadap kesehatan global-Wabah coronavirus novel 2019 terbaru di Wuhan, Cina. Intern J Infect
Dis . 2020; 91, 264-6.

Kemenkes . Situasi terkini perkembangan corona 2020. https://covid19.kemkes.go.id/situasiinfeksi-


emerging/info-corona-virus/situasiterkini- perkembangan-coronavirus-diseasecovid-19-26-mei
-2020/ 11. Arksey H, studi O'Malley L. Scoping: menuju kerangka kerja metodologis. Int J Soc
Res Methodol. 2005; 8: 19–32

Li Q, Guan X, Wu P, dkk. Dinamika penularan awal di Wuhan, Cina, dari pneumonia yang baru
terinfeksi coronavirus. Eng J Med Baru . 2020; 382, 1199-207.

Peeri NC, Shrestha N, Rahman MS, dkk. Epidemi SARS, MERS dan novel coronavirus (COVID-19),
ancaman kesehatan global terbaru dan terbesar: pelajaran apa yang telah kita pelajari?
[diterbitkan online sebelum cetak, 2020 22 Februari]. Int J Epidemiol. 2020; dyaa033. doi:
10.1093 / ije / dyaa033.

Tang B, Wang X, Li Q, dkk. Estimasi risiko transmisi 2019-nCoV dan implikasinya untuk intervensi
kesehatan masyarakat . J Clin Med . 2020; 9, 462.

23
Van Doremalen N, Bushmaker T, Morris DH, Holbrook MG, Gamble A, Williamson BN, dkk. Aerosol
dan Stabilitas Permukaan SARS-CoV-2 dibandingkan dengan SARS-CoV-1. N Engl J
Med. 2020; diterbitkan online 17 Maret. DOI: 10.1056 / NEJMc2004973

World Health Organisation (WHO). Novel Coronavirus-China. 2020. https://www.who.int/csr/don/12-


january-2020- novel-coronavirus-china/en/.Diakses 01 Mei 2020.

World Health Organisation (WHO).Novel Coronavirus (2019-nCoV): laporan situasi. 2020; 3.


ttps://www.who.int/emergencies/diseases/nov el-coronavirus-2019/situation-reports

World Health Organisation (WHO).Novel Coronavirus (2019-nCoV): laporan situasi. 2020.


https://www.who.int/emergencies/diseases/no vel-coronavirus-2019/situationreports (akses26
Mei 2020)

24

Anda mungkin juga menyukai