Anda di halaman 1dari 12

NAMA : AMANDA IFA MOENTIA

NIM/KELAS : 1818054/ 3A (ANKIM)


TANGGAL : SENIN, 30 NOV 2020

LAPORAN PRAKTIKUM PETROKIMIA

A. JUDUL
Analisis Gugus Fungsi dalam Sampel Kemasan Plastik Menggunakan Fourier
Transform-Infrared (FTIR).

B. TUJUAN
 Mengidentifikasi gugus fungsi dalam sampel kemasan plastik menggunakan Fourier
Transform-Infrared (FTIR) atau Spektroskopi Inframerah.
 Mengetahui bahan baku dari sampel kemasan plastik dari analisis gugus fungsi
menggunakan Fourier Transform-Infrared (FTIR) atau Spektroskopi Inframerah..

C. PRINSIP
Sampel kemasan plastik merupakan polimer yang tersusun atas berbagai jenis
monomer, sehingga untuk mengetahui penyusun dari sampel kemasan plastik yang ada
pada sample holder dilakukan dengan menembakkan sinar radiasi untuk kemudian dapat
saling berinteraksi dengan materi dari sampel kemasan plastik. Setelah itu terjadilah
transisi diantara tingkat energi vibrasi dasar dan tingkat vibrasi tereksitasi berupa berkas
radiasi inframerah yang ditangkap oleh detector, kemudian sinyal yang dihasilkan oleh
detektor direkam sebagai spectrum inframerah yang berbentuk puncak-puncak absorpsi
berupa garis. Sebagian sinar dari pecahan akan dikembalikan atau dibalikkan ke sumber
gerak. Puncak absorpsi itulah yang kemudian dibandingkan dengan spektrum pada
inframerah untuk dapat diketahui gugus fungsi dari penyusun sampel kemasan plastik.
D. DASAR TEORI
Teknik analisis spektroskopi inframerah merupakan salah satu teknik analisis
instrumental disamping teknik kromatografi dan elektroanalisis kimia. Teknik tersebut
memanfaatkan fenomena interaksi materi dengan gelombang elektromagnetik seperti sinar
X, UV, cahaya tampak dan infra merah. Fenomena interaksi bersifat spesifik, baik absorbsi
maupun emisi.
Spektrofotometer infra merah merupakan salah satu teknik analisis untuk
mengidentifikasi senyawa-senyawa organik murni maupun senyawa anorganik. Spektrum
infra merah termasuk pada daerah panjang gelombang 0,78-100 μm atau bilangan
gelombang dari 12800-10 cm-1. Plot antara transmitans dengan bilangan gelombang atau
frekuensi akan dihasilkan spektrum infra merah. Metode yang digunakan meliputi teknik
serapan (absorption), teknik emisi (emission), dan teknik flouresensi (fluorescence).
Gelombang elektromagnetik dapat menyebabkan terjadinya eksitasi tingkat-tingkat energi
dalam molekul.
Teknik spektroskopi infra merah digunakan untuk mengetahui gugus fungsional,
mengidentifikasi senyawa, menentukan struktur molekul, mengetahui kemurnian dan
mempelajari reaksi yang sedang berjalan. Senyawa yang dianalisis berupa senyawa
organik maupun anorganik. Hampir semua senyawa dapat menyerap radiasi infra merah
kecuali yang berinti sama, misalnya O2, N2, dan lain-lain (Mudzakir, A, 2008 : 65).
Absorbansi radiasi infra merah sesuai dengan tingkat energi vibrasi dan rotasi pada
ikatan kovalen yang mengalami perubahan momen dipol dalam suatu molekul. Vibrasi
molekul hanya akan terjadi bila suatu molekul terdiri dari dua atom atau lebih. Untuk dapat
menyerap radiasi infra merah (aktif infra merah), vibrasi suatu molekul harus
menghasilkan perubahan momen dwi kutub. Molekul yang tidak mempunyai momen dwi
kutub (μ = 0) atau selama bervibrasi ikatannya tidak menghasilkan perubahan momen dwi
kutub, maka rotasi ataupun vibrasi molekulnya tidak menyerap radiasi infra merah (tidak
aktif infra merah). Terdapat dua jenis vibrasi molekul yaitu streching (ulur)
dan bending (tekuk). Vibrasi streching adalah pergerakan atom yang teratur sepanjang
sumbu ikatan antara dua atom sehingga jarak antara atom dapat bertambah atau berkurang.
Vibrasi streching meliputi streching simetris dan streching asimetris.
Vibrasi bending adalah pergerakan atom yang menyebabkan perubahan sudut ikatan
antara dua ikatan atau pergerakan dari sekelompok atom terhadap atom lainnya.
Vibrasi bending meliputi scissoring (deformation), wagging, twisting, dan rocking. Dari
keempat vibrasi bending, vibrasi scissoring dan rocking terletak pada satu bidang
sedangkan vibrasi wagging dan twisting terletak di luar bidang (Mudzakir, A, 2008: 70-
71).
Inti-inti atom yang terikat oleh ikatan kovalen mengalami getaran (vibrasi) atau
osilasi, bila molekul meresap radiasi infra merah, energi yang diserap menyebabkan
kenaikan dalam amplitudo getaran atom-atom yang terikat itu. Jadi molekul ini berada
dalam keadaan vibrasi tereksitasi. energi yang terserap ini akan dibuang dalam bentuk
panas bila molekul itu kembali ke keadaan dasar. Tipe ikatan yang berlainan menyerap
radiasi infra merah pada panjang gelombang dengan karakteristik yang berlainan.
Kebanyakan gugus seperti C-H, O-H, C=O dan C=N, menimbulkan absorpsi infra
merah yang hanya absorpsi sedikit berubah dari satu ke lain molekul bergantung pada
substituen-substituen lain.
Suatu ikatan dalam suatu molekul dapat menyerap energi lebih dari satu bilangan
gelombang. Ini disebabkan oleh sebagian perubahan dalam momen ikatan pada saat energi
diserap. Pita-pita infra merah dalam sebuah spektrum dapat dikelompokkan menurut
intensitasnya yaitu kuat, medium dan lemah. Banyaknya gugus yang identik dalam sebuah
molekul mengubah kuat relatif pita absorpsinya dalam suatu spektrum. Frekuensi dalam
spektroskopi infra merah dinyatakan dalam bentuk bilangan gelombang yaitu rentang
bilangan gelombang antara 4600-400 cm-1. Pada daerah bilangan gelombang 1500-700 cm-
1
suatu senyawa memberikan suatu pola serapan yang khas yang tidak dipunyai senyawa
lainnya, sehingga dengan melihat pola serapan di daerah tersebut dapat disimpulkan
struktur kimianya. Berdasarkan pembagian daerah panjang gelombang, sinar infra merah
dibagi atas tiga daerah yaitu:
1. Daerah infra merah dekat yaitu pada panjang gelombang 0,75-2,5 μm atau pada
bilangan gelomabang 13000-4000 cm-1. Pada daerah ini, terjadi eksitasi berkelanjutan
atau vibrasi harmonis
2. Daerah infra merah pertengahan yaitu pada panjang gelombang 2,5-50 μm atau pada
bilangan gelombang 4000-200 cm-1. Pada daerah ini, memiliki energi yang cukup untuk
eksitasi vibrasi molekul ke tingkat energi yang lebih tinggi dan didasarkan pada
struktur rotasi-vibrasi.
3. Daerah infra merah jauh yaitu pada panjang gelombang 50-1000 μm atau pada bilangan
gelombang 200-10 cm-1. Daerah terjadi disekitar gelombang mikro, energi rendah dan
digunakan untuk spektroskopi rotasi.
Sifat dari setiap senyawa yang mempunyai spektrum infra merah yang spesifik
merupakan dasar analisis. Sifat dari setiap senyawa yang mempunyai spektrum infra merah
yang dapat memberikan hasil pengukuran yang baik adalah spektrofotometer Fourier
Trasform Infra Red (FTIR) dengan sistem optik yang berupa inferometer. Pada dasarnya
spektrofotometer FTIR sama dengan spektrofotometer Infra Red Dispersi, yang
mebedakannya pengembangan pada sistem optiknya sebelum berkas sinar IR melewati
contoh. Sensitifitas dari metoda Spektrofotometri FTIR lebih besar daripada cara dispersi,
sebab radiasi yang masuk ke sistim detektor lebih banyak karena tanpa harus melalui celah
(slitless).
Prinsip kerja spektrofotometer infra merah pada dasarnya yaitu radiasi dari sumber
radiasi infra merah dipecah oleh pencacah sinar menjadi dua bagian yang sama dengan
arah yang saling tegak lurus. Kemudian kedua radiasi tersebut dipantulkan kembali ke dua
cermin sehingga bertemu kembali di pencacah sinar untuk saling berinteraksi. Dari sini
sinar dipancarkan ke cuplikan yang dapat menyerap energi, setelah itu terjadilah transisi
diantara tingkat energi vibrasi dasar dan tingkat vibrasi tereksitasi berupa berkas radiasi
infra merah yang ditangkap oleh detektor, kemudian signal yang dihasilkan dari detektor
direkam sebagai spektrum infra merah yang berbentuk puncak-puncak absorpsi berupa
grafik. Sebagian sinar dari pencacah akan dibalikan ke sumber gerak. Maju mundur cermin
akan menyebabkan sinar mencapai ke detektor berfluktuasi tetapi terkendali.
Adapun kelebihan spektrofotometer infra merah yaitu:
a) Cepat dan relatif murah.
b) Dapat digunakan untuk mengidentifikasi gugus fungsional dalam molekul..
c) Spektrum infra merah yang dihasilkan oleh suatu senyawa adalah khas dan oleh
karena itu dapat menyajikan sebuah fingerprint (sidik jari) untuk senyawa tersebut.
(Mudzakir, A, 2008:75-77)
Adapun jenis absorbsi infra merah adalah :
Gugus fungsi Jenis vibrasi Frekuensi (cm-1)
NH2 Asym. Stretching 3400-3300
Sym. Stretching 3300-3250
bending 1650-1550
NHR Stretching 3500-3200
OH Stretching 3600-3200
CH (sp) Stretching 3350-3250
CH (sp2) Stretching 3100-3000
CHx (sp3) Stretching 2990-2850
bending 1475-1350
C=O Stretching 1850-1650
P=O Stretching 1300-1175
P-O Stretching 1100-900
BN Stretching 1275-1175

Untuk mengidentifikasi senyawa yang belum diketahui perlu dibaningkan dengan


spektrum standar yang dibuat pada kondisi sama. Pada tabel berikut ini juga tertera
beberapa gugus fungsional beserta puncak absorpsi karakteristiknya yang dapat membantu
dalm mengidentifikasi suatu senyawa.
Gugus fungsi Frekuensi Intensitas
(cm-1)
Alkil
C-H (stretching) 2853-2962 Sedang-tajam
Isopropil-CH (CH3)2 1380-1385 Tajam
1365-1370 Tajam
Tert-Butil-C(CH3)3 1385-1395 Sedang
dan 1365 Tajam
-CH3 (Bending) 1375-1450 Sedang
-CH2 (Bending) 1465 Sedang
Alkenil
C-H (Stretching) 3010-3095 Sedang
C=C (Stretching) 1600-1680 Sedang-lemah
R-CH=CH2 985-1000 Tajam
(C-H bending keluar 905-920 Tajam
bidang) Tajam
R2C=CH2 880-900 Tajam
Cis-RCH=CHR 675-730 Tajam
Trans-RCH-CHR 960-975
Alkunil
=C-H (stretching) 3300 Tajam
C=C (stretching) 2100-2250 Lemah-tajam
Aromatik
C=C Ar-H (stretching) 1475 dan 1600 Sedang-lemah
Substitusi aromatik 3030 Tajam
(C-H bending keluar 690-710 Sangat tajam
bidang) 730-770 Sangat tajam
Mono 735-770 Tajam
Orto 680-725 Tajam
Meta 750-810 Sangat tajam
Para 790-840 Sangat tajam
Alkohol, Fenol, Asam
Karboksilat 3590-3650 Sedang
OH (alkohol, fenol) 3300-3600 Sedang
OH (alkohol, fenol,
ikatan hidrogen) 2400-3400 Sedang
OH (asam karboksilat,
ikatan hidrogen)
Aldehida, Keton, Ester,
dan Asam Karboksilat
C=O (stretching) 1600-1820 Tajam
Aldehida 1690-1740 Tajam
Keton 1650-1730 Tajam
Ester 1735-1750 Tajam
Asam karboksilat 1735-1750 Tajam
Amida 1710-1780 Tajam
Anhidrida 1760 dan 1810 Tajam
Amida
N-H 3100-3500 Sedang
Nitril
C= N 2240-2260 Sedang-tajam
Alkohol, Eter, Ester,
Asam Karboksilat,
Anhidrida 1000-1300 Tajam
C-O 2700-2800 Lemah
Aldehida (C-H) dan Lemah
2800-2900 Tajam
Nitro (N=O) 1300-1390 Tajam
dan
1500-1600
(Mudzakir, A, 2008:78-80)
Plastik adalah suatu polimer yang mempunyai sifat-sifat unik dan luar biasa. Polimer
adalah suatu bahan yang terdiri dari unit molekul yang disebut monomer. Jika
monomernya sejenis disebut homopolimer dan jika monomernya berbeda akan
menghasilkan kopolimer. Kemasan plastik saat ini mendominasi industri makanan di
Indonesia, menggeser penggunaan kemasan logam dan gelas. Hal ini disebabkan karena
kelebihan dari kemasan plastik yaitu ringan, fleksibel, multiguna, kuat, tidak bereaksi,
tidak karatan dan bersifat termoplastis (heat seal), dapat diberi warna dan harganya yang
murah. Kelemahan dari plastik karena adanya zat monomer dan molekul kecil dari plastik
yang mungkin bermigrasi ke dalam bahan pangan yang dikemas.
E. CARA KERJA
 Preparasi sampel dan Pengujian

Sampel kemasan plastik Holder sampel pada Sampel yang telah


jika berbentuk padatan alat spektroskopi dipreparasi
dipotong kecil-kecil Infrared dibersihkan diletakkan di holder
kemudian dihaluskan terlebih dahulu sampel
dengan mortar atau blender. dengan alkohol

Bilangan gelombnag Ditembakan sinar


Bilangan gelombang infra merah pada
yang diperoleh
yang mencul setiap bilangan gelombang
kemudian dibandingan
peak dicatat. 400-4000 cm-1
dengan sepktrum IR

F. TABEL DATA PENGAMATAN


 Prinsip spectra dalam polimer PET
 Spektra FTIR dari PET Biodegradable (C dan D) dan Non-Biodegradable (A
dan B)

 Spektra Sidik Jari dari PET Biodegradable (gambar atas) dan Non-
Biodegradable (gambar bawah)
 Spektra FTIR dari PET Biodegradable (A) dan Non-Biodegradable (B dan C)

G. PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini, dilakukan analisis gugus fungsi dari sampel kemasan
plastik biodegradable dan plastik non-biodegradable menggunakan Spetrofotometer
Fourier Transform-Infrared (FTIR). Data dari percobaan ini didasarkan pada jurnal
penelitian kemasan plastic PET biodegradable dan non-biodegradable.
Pada percobaan ini, sampel kemasan plastik biodegradable dan plastik non-
biodegradable diukur spektranya menggunakan FTIR Attenuated Total Reflectance (ATR)
dengan kristal ZnSe. Hasil dari spektra Infrared (IR) menunjukan kedua sampel
menggambarkan karakteristik kristal dan amorf PET. Seerapan pada 1100-1250 cm-1
mencirikan kristalinitas dalam PET. Selain itu, terdapat serapan 973 cm-1 gauche bending
gugus oksi-metilena, 898 cm-1 trans bending gugus oksi-metilena, serapan pada 1340 dan
1370 cm-1 menunjukkan serapan –CH2 dari ester yang sama, pada bilangan gelombang
1740-1710 cm-1 terdapat stretching –C=O menghasilkan gugus fungsi yang sama, 1470 cm-
1
bending –CH2, 1370 cm-1 Gauche wagging band –CH2, 1340 cm-1 trans wagging band –
CH2, 1250 cm-1 asimetris stretch C-C-O gugus cincin aromatik, 1100 cm-1 stretching gugus
C-O-C, wagging band pada bilangan gelombang 898 cm-1 dan 973 cm-1 adalah konformasi
gauche dan trans dari gugus oksi-etilena. Pada daerah sidik jari menghasilkan serapan
bilangan gelombang 897-973 cm-1, 1100-1250 cm-1, dan 1340-1370 cm-1 merupakan
daerah yang menggambarkan sifat kristalin dan amorf dari sampel. Pada bilangan
gelombang 1740-1470 cm-1 menggambarkan proses oksidasi dalam daur ulang sampel
plastik. Berdasarkan data hasil pengamatan, pada daerah sidik jari tersebut sampel
biodegradable menunjukan puncak spektrum yang lebih pendek daripada sampel
nonbiodegradable, khususnya dispektrum 898-973 cm-1 dan 1340-1370 cm-1. Perbedaan
serapan ini disebabkan besarnya susuanan amorf pada sampel biodegradable daripada
sampel non-biodegradable. Pada bilangan gelombang 1100-1250 cm-1 sampel
biodegradable memiliki spektrum yang banyak terpisah sedangkan sampel non-
biodegradable lebih menyatu. Hal ini diakibatkan susunan kristalin pada sampel
biodegradable lebih sedikit daripada sampel non biodegradable. Oleh karena itu, susunan
kristalin ini juga yang menyebabkan PET biodegradable lebih cepat terurai karena semakin
banyak susunan kristalin pada suatu polimer maka polimer tersebut akan semakin kuat dan
kaku, begitupun sebaliknya ketika susunan amorf yang lebih banyak, maka sifat dari
polimernya akan rapuh dan lunak.

H. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwaPlastik PET
biodegradable dan non-biodegradable memiliki kesamaan dalam gugus fungsi utama yaitu
adanya oxi-etilen, –CH2 dari ester, dan –C=O. Plastik PET biodegradable dan non-
biodegradable juga memiliki perbedaan susunan kristalin dan amorf di dalamnya yang
menentukan sulit dan mudahnya untuk terurai di alam.

I. DAFTAR PUSTAKA
Anam, Choirul Sirojudin, dkk. 2007. Analisis Gugus Fungsi Pada Sampel Uji,
Bensin dan Spiritus menggunakan Metode Spektroskopi FTIR. Berkala Fisika.
Vol 10. No. 1 Hal. 79-85. Laboratorium Fisika Atom & Nuklir, Jurusan Fisika
Fakultas MIPA UNDIP : Semarang.
Latief, R. 2011. “Teknologi Kemasan Plastik Biodegradabel”. Bandung : Makalah
Falsafah Sains (PPs ). Pasca Sarjana ITB: Bandung.
Mecozzi, M. & L. Nisini. 2019. The differentiation of biodegradable and non-
biodegradable polyethylene terephthalate (PET) samples by FTIR
spectroscopy: A potential support for the structural differentiation of PET in
environmental analysis. 101: 119-126. Laboratory of Chemometrics and
Environmental Applications, ISPRA, Viadi Castel Romano 100 : Italy.
https://www.coursehero.com/file/38702596/FTIR-Plastik-Wrapdocx/. Diakses pada
06 November 2020 pukul 10.08 WIB.

Anda mungkin juga menyukai