Rasio adalah alat yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua
macam data finansial (Bambang Riyanto, 1996:329). Pancawati Hardiningsih (2002:85),
rasio merupakan alat yang di nyatakan dalam artian relatif maupun absolut untuk
menjelaskan hubungan tertentu antara faktor yang satu dengan faktor yang lain dari suatu
laporan finansial. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu
jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa
rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik
atau buruknya posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka-angka tersebut
dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standard
(Munawir,2004:64). Pancawati Hardiningsih (2002:85), manfaat analisis rasio pada dasarnya
tidak hanya berguna bagi kepentingan intern perusahaan melainkan juga bagi pihak luar.
Rasio-rasio ini mempermudah upaya pembandingan kinerja perusahaan dari tahun ke tahun
(time series) atau dengan perusahaan lain (cross section) dalam industri yang sama.
Rasio Financial (Rasio Keuangan) merupakan alat Analisis Perusahaan untuk menilai
kinerja suatu perusahaan berdasarkan perbandingan data keuangan yang terdapat pada
laporan pos keuangan (neraca, laporan/laba rugi, laporan arus kas). Rasio merupakan alat
ukur yang digunakan perusahaan untuk mengenalisis laporan keuangan. Rasio
menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan
jumlah yang lain. Analisis rasio keuangan adalah analisis yang menghubungkan perkiraan
neraca dan laporan laba rugi terhadap satu dengan lainnya, yang memberikan gambaran
tentang sejarah perusahaan serta penilaian terhadap keadaan suatu perusahaan tertentu.
Analisis rasio keuangan memungkin kan manajer keuangan meramalkan reaksi para calon
investor dan kreditur serta dapat ditempuh untuk memperoleh tambahan dana.
Rasio keuangan dapat digunakan untuk menjawab setidaknya 4 pertanyaan:
bagaimana tingkat likuiditas perusahaan, apakah manajemen efektif dalam menghasil kan
laba operasi atas aktiva yang dimiliki perusahaan, bagaimana perusahaan didanai, apakah
pemegang saham biasa mendapat tingkat pengembalian yang cukup. Perhitungan rasio
financial sebaiknya didasarkan pada data laporan keuangan yang telah diaudit (diperiksa).
Laporan keuangan yang belum diaudit masih diragukan kebenarannya, sehingga rasio-rasio
yang dihitung juga kurang akurat. Adalah sangat penting untuk diperhatikan bahwa
pelaporan atau akuntansi yang digunakan haruslah sama.
a. faktor-faktor yang mempengaruhi rasio antara lain peristiwa ekonomi, faktor industri,
kebijakan manajemen dan metode akuntansi.
b. interpretasi rasio, bermanfaat jika di interpretasikan dalam perbandingan dengan rasio
tahun sebelumnya, standar yang ditentukan sebelumnya dan rasio pesaing.
1. Hanya data neraca Neraca: Rasio lancar, rasio cepat, total utang terhadap ekuitas, utang
jangka panjang terhadap ekuitas.
2. Hanya data laporan laba rugi: Laporan Laba Rugi: Margin laba kotor, margin laba
operasi, margin laba sebelum pajak, margin laba bersih.
3. Data neraca dan laporan laba rugi: Neraca dan Laporan Laba Rugi: Jumlah hari untuk
menjual persediaan, perputaran kas, perputaran piutang usaha, perputaran modal kerja.
Keuangan adalah Administrasi yang mengurusi keluar masuknya uang dalam suatu
lembaga. Sedangkan pengertian uang sendiri adalah alat tukar atau standat pengukuran nilai
(kesatuan atau hitungan) yang sah. Pengertian uang yang lain adalah harga atau
kekayaan.Keuangan diperlukan oleh setiap perusahaan untuk memperlancar kegiatan
operasinya. Menurut Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian (2002:34), pengertian keuangan
sebagai berikut: ” Keuangan merupakan ilmu dan seni dalam mengelola uang yang
mempengaruhi kehidupan setiap orang dan setiap organisasi. Keuangan berhubungan dengan
proses, lembaga, pasar, dan instrumen yang terlibat dalam transfer uang diantara individu
maupun antara bisnis dan pemerintah.
Analisis Rasio Keuangan merupakan bagian dari analisis keuangan. Analisis rasio
keuangan adalah analisis yang dilakukan dengan menghubungkan berbagai perkiraan yang
terdapat pada laporan keuangan dalam bentuk rasio keuangan. Menurut Wild, Subramanyam,
dan Halsey (2005 : 36) “analisis rasio (ratio analysis) dapat mengungkapkan hubungan
penting dan menjadi dasar perbandingan dalam menemukan kondisi dan tren yang sulit untuk
dideteksi dengan mempelajari masing-masing komponen yang membentuk rasio”.Analisis
rasio keuangan adalah analisis yang menghubungkan perkiraan neraca dan laporan laba rugi
terhadap satu dengan lainnya, yang memberikan gambaran tentang sejarah perusahaan serta
penilaian terhadap keadaan suatu perusahaan tertentu.
1. Rasio likuiditas
Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur likuiditas perusahaan, Yaitu
kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansiilnya yang segera
harus dipenuhi atau kemampuan suatu perusahaan untuk dapat menyediakan alat-alat
likuid sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kewajiban finansiilnya pada saat
ditagih.
2. Rasio solvabilitas
Menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka
panjangnya. Kondisi keuangan yang baik dalam jangka pendek tidak menjamin
adanya kondisi keuangan yang baik juga dalam jangka panjang. Hal-hal yang
menguntungkan dalam jangka pendek dengan mudah dapat digoyahkan dengan pos-
pos jangka panjang.
3. Rasio aktivitas
Rasio Aktivitas terdir dari :
Perputaran piutang kemampuan dana yang tertanam dalam piutang berputar
dalam periode tertentu.
Rumus:
Penjualan Kredit
=........X
Piutang rata-rata
Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas
penyediaan dan untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit.
Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi dua yaitu pembiayaan
produktif dan konsumtif. Sedangkan menurut keperluannya, pembiayaan juga dapat dibagi
menjadi dua yaitu pembiayaan modal kerja dan pembiayaan investasi. Selain pembiayaan
konsumsi dan investasi, bank syariah juga menyediakan pembiayaan modal kerja bagi
pengusaha yang membutuhkan tambahan modal kerja, baik untuk keperluan membeli bahan
baku, pembayaran biaya produksi, pengadaan barang dan jasa, pengerjaan proyek maupun
untuk kebutuhan modal kerja lainnya.
Secara umum, yang dimaksud dengan Pembiayaan Modal Kerja (PMK) syariah
adalah pembiayaan jangka pendek yang diberikan kepada perusahaan untuk membiayai
kebutuhan modal kerja usahanya berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Jangka waktu
pembiayaan modal kerja maksimum 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang sesuai dengan
kebutuhan. Penpanjangan fasilitas PMK dilakukan atas dasar hasil analisis terhadap debitur
dan fasilitas pembiayaan secara keseluruhan. Pembiayaan modal kerja adalah suatu
pembiayaan untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan, antara lain yaitu untuk
peningkatan produksi, baik secara kuantitatif maupun kualitatif, kemudian untuk keperluan
perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang. Sedangkan pembiayaan
modal kerja syariah adalah suatu pembiayaan jangka pendek yang diberikan kepada
perusahaan untuk membiayai kebutuhan modal kerja usahanya berdasarkan prinsip-prinsip
syariah. Fasilitas dari PMK itu sendiri dapat diberikan kepada seluruh sektor/subsektor
ekonomi yang dinilai prospek, tidak bertentangan dengan syariat islam dan tidak dilarang
oleh ketentuan perundang-undangan yang berlaku serta yang dilakukan jenuh oleh Bank
Indonesia. Pemberian fasilitas pembiayaan modal kerja kepada debitur/calon debitur dengan
tujuan untuk mengeliminasi risiko dan mengoptimalkan keuntungan bank.
C. Manajemen Resiko
Manajeman risiko merupakan proses formal dimana faktor faktor risiko secara
sistematis diidentifikasikan, diukur dan dicari solusinya. Manajemen risiko dengan kata lain
adalah metode penanganan sistematis formal yang di konsentrasikan pada pengidentifikasian
dan pengontrolan peristiwa atau kejadian yang memilki kemungkinan perubahan yang tidak
di inginkan. Oleh karena itu sebagaimana lembaga perbankan pada umumnya, bank syariah
juga memerlukan serangkaian prosedur dan metodologi yang dapat digunakan untuk
mengdefinisikan, mengatur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan
usaha, biasa disebut dengan manajemen resiko.
Manajemen risiko dalam bank Islam mempunyai karakter yang berbeda dengan bank
konvensional, terutama karena adanya jenis-jenis resiko yang khas melekat pada bank-bank
yang beroperasi secara syariah. Dengan kata lain, perbedaan mendasar antara bank islam
dengan bank konvensional bukan terletak pada bagaimana cara mengukur, melainkan pada
apa yang dinilai. Perbedaan antara rumusan teoritis dan realita dari perbankan syariah dapat
diidentifikasikan dengan jelas. Secara teoritis, para ekonom muslim menjelaskan bahwa pada
sisi liabilitas, bank syariah hanya memiliki dan investasi (investment deposit). Sedangkan
pada sisi aset, dana investasi ini selanjutnya akan disalurkan melalui bagi hasil (profit
sharing). Berdasarkan sistem ini, gejolak yang terjadi pada sisi aset, secara otomatis
ditompang oleh konsep berbagi risiko (risk sharing) sebagai karakteristik dari dana
investasi. Dengan demikian, secara teoritis perbankan syariah menawarkan alternatif yang
lebih stabil dibandingkan sistem perbarbankan konvensional.
Adapun karakteristik sistemik dari sistem ini adalah sebanding dengan risiko yang
melekat pada reksadana (mutual fund). Bagaimanapun, praktik perbankan syariah tidaklah
sama dengan apa yang ada dalam teori. Pada sisi aset, investasi dapat dilakukan melalui
model pembiayaan berbasis bagi hasil (mudharabah dan musyarakah) dan model
pembiayaan berbasis pendapatan tetap (fix income), seperti murabahah (jual beli
dengan mark-up).
Manajeman risiko merupakan proses formal dimana faktor faktor risiko secara
sistematis diidentifikasikan, diukur dan dicari solusinya. Manajemen risiko dengan kata lain
adalah metode penanganan sistematis formal yang di konsentrasikan pada pengidentifikasian
dan pengontrolan peristiwa atau kejadian yang memilki kemungkinan perubahan yang tidak
di inginkan.Oleh karena itu, sebagaimana lembaga perbankan pada umumnya, bank syariah
juga memerlukan serangkaian prosedur dan metodologi yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan
usaha, biasa disebut dengan manajemen risiko.
Manajemen risiko dalam bank Islam mempunyai karakter yang berbeda dengan bank
konvensional, terutama karena adanya jenis-jenis resiko yang khas melekat pad bank-bank
yang beroprasi secara syariah. Dengan kata lain, perbedaan mendasar antara bank islam
dengan bank konvensional bukan terletak pada bagaimana cara mengukur, melainkan pada
apa yang dinilai.