SKRIPSI
Oleh:
NPM 16186206047
2020
1
SKRIPSI
Oleh
NPM 16186206047
2020
1
PERSEMBAHAN
Dengan segala puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa dan atas
dukungan dan do’a dari orang-orang tercinta, akhirnya skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Tanpa mengurangi rasa syukur
Kedua orangtuaku, Bapak Nur Efendi dan Ibu Khoirul Nikmah yang selalu
kesuksesanku.
Suami dan adikku tersayang, Rangga Setiaji dan Gilang Erlangga Putra yang
Bapak Ibu Dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah memberikan ilmu
selama kuliah.
Dosen Pembimbingku, Ibu Alik Mustafidal Laili, M.Pd. yang dengan sabar
Sahabat terbaikku, Yulanda Fifanti Maya, Linda Kusdayanti, Dwi Susanti, Via
Azizah,dkk yang selalu mendukung baik dari segi moril maupun materilnya,
mendengarkan curahan hati, dan kalian adalah tempat saya untuk kembali,
disaat saya benar dan salah, disaat saya menang dan kalah, disaat saya suka dan
duka.
1
Sahabat penyemangatku, Andri Safitri, Fitalia Dwi A., dan Henny Faradilla
Keluarga besar PGSD kelas B angkatan 2016 yang selama 4 tahun selalu
berbagi canda tawa, tangis bahagia, dan berjuang bersama untuk menggapai
impian.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala
berjudul “Analisis Sikap Ilmiah berdasarkan Hasil Belajar Kognitif IPA Siswa
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara
langsung maupun tak langsung. Untuk itu dengan penuh kerendahan hati penulis
1. Bapak Dr. Imam Sujono, S.Pd., MM, selaku Ketua STKIP PGRI
Tulungagung.
2. Bapak Dr. Tomi Listiawan, S.Si., M.Pd, selaku Wakil Ketua Bidang
4. Ibu Alik Mustafidal Laili, M.Pd, selaku dosen pembimbing dan penguji I
1
6. Ibu Ari Nafiah, S.Pd.SD selaku Kepala Sekolah SDN 1 Kedungwaru yang
8. Ibu Dwi Srumangesti, selaku wali kelas VI SDN 1 Kedungwaru yang telah
9. Semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu yang telah turut
skripsi ini., namun penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini jauh
Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak yang bersifat
bagi kita semua. Dan semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmatNya
Tulungagung, 2020
Penulis
1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
HALAMAN PERSEMBAHAN..........................................................................ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................iv
DAFTAR ISI.......................................................................................................v
DAFTAR TABEL...............................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................
A. Latar Belakang.........................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................
D. Manfaat Penelitian...................................................................................
A. Landasan Teori........................................................................................
1. Pengertian Sikap Ilmiah.....................................................................
2. Indikator Sikap Ilmiah.......................................................................
3. Pengertian Hasil Belajar Kognitif......................................................
4. Hakikat IPA.......................................................................................
5. Hakikat Pembelajaran IPA................................................................
B. Tinjauan Pustaka......................................................................................
B. Prosedur Penelitian..................................................................................
C. Subjek, Waktu, dan Lokasi Penelitian.....................................................
D. Instrumen Penelitian................................................................................
E. Tehnik Pengumpulan Data......................................................................
F. Tehnik Analisis Data...............................................................................
G. Pengecekan Keabsahan Data...................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
1
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
terbentuk dan berkembang melalui suatu proses ilmiah, yang juga harus
ilmiah.
proses belajar siswa untuk memahami hakikat IPA sebagai produk, proses,
mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi (Mariana & Praginda, 2019).
Sikap tanggung jawab terintegrasi dalam hakikat IPA sebagai sikap ilmiah.
terhadap budi pekerti serta pembentukan karakter yang baik pada diri
siswa. Hal ini senada dengan apa yang dikemukakan oleh Usman
tepat berkenaan dengan kondisi negara saat ini. Sikap ilmiah tersebut
Beberapa contoh sikap ilmiah yang telah dikenal oleh guru mata
pelajaran IPA atau guru kelas (untuk jenjang sekolah dasar) yaitu sikap
kritis, logis, jujur, kreatif, tekun, dan terbuka (Usman Samatowa, 2010: 6).
budi pekerti luhur. Oleh karena itu, sikap ilmiah perlu dikembangkan lebih
IPA di sekolah dasar agar bisa dimiliki oleh siswa yaitu: (1) sikap ingin
1
tahu, (2) sikap objektif terhadap data/fakta, (3) sikap berpikir kritis, (4)
kerjasama, (6) sikap ketekunan, serta (7) sikap peka terhadap lingkungan
kematangan), menetap dalam waktu yang relatif lama dan merupakan hasil
kognitif berasal dari kata cognition yang padanan katanya knowing, yang
kelas IV merupakan awal mulainya kelas tinggi dan hasil observasi awal
Penekanan pada aspek sikap dapat dilihat dari penanaman sikap ilmiah
yang dilakukan guru pada siswa kelas IV. Dari proses penanaman sikap
sikap ingin tahu, sikap objektif terhadap data/fakta, dan sikap berpikir
diberikan pertanyaan oleh guru yang merangsang rasa ingin tahu mereka
1
yang telah mereka miliki, tetapi belum semua siswa pada kelas IV yang
miliki rasa ingin tahu yang tinggi. Hal ini dibuktikan dengan adanya siswa
yang diam saja saat diberikan pertanyaan oleh guru. Sikap ilmiah yang lain
yaitu sikap objektif terhadap data/fakta yang terlihat oleh siswa pada saat
tersebut, sikap lain yang ditunjukkan oleh siswa yaitu sikap berpikir kritis.
Sikap ini terlihat pada siswa saat mereka mendapatkan hal-hal baru,
mereka aktif bertanya tentang hal tersebut. Tetapi belum semua siswa
menunjukkan sikap berpikir kritis. Sikap ilmiah lainnya yang penting bagi
B. Rumusan Masalah
berikut :
C. Tujuan Penelitian
1
2019/2010 ?
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
1. Bagi Peneliti
2. Bagi Siswa
3. Bagi Guru
4. Bagi Madrasah/Sekolah
pelajaran 2019/2010 ?
1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
afektif atau evaluatif, dan perilaku seseorang terhadap objek sikap. Pendapat ini
didukung oleh Cassio dan Gibson (Siti Fatonah dan Zuhdan K. Prasetyo, 2014)
yang menjelaskan bahwa sikap berkembang dari interaksi antara individu dengan
lingkungan masa lalu dan masa kini. Sikap ilmiah dalam pembelajaran sains sering
tidak senang terhadap sains atau IPA, seperti menganggap sains sulit dipelajari,
kurang menarik, membosankan, atau sebaliknya. Jadi, sikap terhadap sains hanya
terfokus pada apakah siswa suka atau tidak suka terhadap pembelajaran sains.
Berbeda halnya dengan sikap ilmiah, di mana sikap ilmiah merupakan sikap yang
Tini Gantini (Hamdani, 2011) menyebutkan delapan ciri dari sikap ilmiah,
yaitu: (a) mempunyai rasa ingin tahu yang mendorong untuk meneliti fakta-fakta
1
baru, (b) tidak berat sebelah (adil) dan berpandangan luas terhadap kebenaran, (c)
terdapat kesesuaian antara apa yang diobservasi dengan laporannya, (d) keras hati
dan rajin mencari kebenaran, (e) mempunyai sifat ragu sehingga terus mendorong
upaya pencarian kebenaran atau tidak pesimis, (f) rendah hati dan toleran terhadap
hal yang diketahui dan tidak diketahui, (g) kurang mempunyai ketakutan, dan (h)
sikap ilmiah yang dimaksudkan berkaitan dengan sikap siswa dalam menanggapi
dan menemukan pengetahuan baru melalui beberapa metode atau proses ilmiah.
Sikap tersebut harus terus dikembangkan agar bisa dimiliki oleh siswa sekolah
dasar.
Menurut Samatowa (2010), sikap ilmiah yang perlu dilatihkan di negara kita
adalah kemampuan untuk menghargai orang lain dan keberanian siswa untuk
(2006) mengemukakan bahwa paling tidak ada empat jenis sikap yang perlu dan
relevan dengan siswa sekolah dasar yaitu: (a) sikap terhadap pekerjaan di sekolah,
(b) sikap terhadap diri mereka sebagai siswa, (c) sikap terhadap ilmu pengetahuan,
khususnya IPA, dan (d) sikap terhadap objek dan kejadian di lingkungan sekitar.
keinginan seseorang untuk ikut serta dalam kegiatan tertentu, dan cara seseorang
Gega (Patta Bundu, 2006) menyarankan empat sikap pokok yang harus
sekolah dasar yaitu sikap ingin tahu (curiosity), sikap penemuan (inventiveness),
sikap berpikir kritis (critical thinking), dan sikap teguh pendirian (persistence).
Keempat sikap tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya karena saling
melengkapi. Sikap ingin tahu akan mendorong siswa untuk menemukan sesuatu
yang baru dan dengan berpikir kritis maka akan meneguhkan pendirian serta
tersebut, yaitu: (a) sikap ingin tahu, (b) sikap objektif terhadap data/fakta, (c) sikap
berpikir kritis, (d) sikap penemuan dan kreativitas, (e) sikap berpikiran terbuka dan
kerjasama, (f) sikap ketekunan, dan (g) sikap peka terhadap lingkungan sekitar
Sikap ingin tahu ditandai dengan tingginya minat dan keingintahuan anak
di sekitarnya (Usman Samatowa, 2010) Anak yang memiliki rasa ingin tahu yang
menguji dan mengembangkan gagasan. Suatu teori pada mulanya berupa gagasan.
Oleh karena itu, diperlukan fakta untuk memverifikasi gagasan itu (Usman
1
Samatowa, 2010). Pada saat memperoleh data atau fakta, maka siswa harus selalu
menyajikan data yang apa adanya dan mengambil keputusan berdasarkan fakta
yang ada. Dengan kata lain, hasil suatu pengamatan atau percobaan tidak boleh
siswa untuk mengevaluasi bukti, asumsi, logika, dan bahasa yang mendasari
pernyataan orang lain (Elaine B. Johnson, 2007). Oleh karena itu, anak harus
dibiasakan untuk merenung dan mengkaji kembali kegiatan yang telah dilakukan
antara siswa yang satu dengan yang lain) ataukah terdapat alternatif lain untuk
menggunakan alat tidak seperti biasanya atau melakukan kegiatan yang berbeda
dengan cepat. Selain itu, data ataupun laporan yang ditunjukkan siswa mungkin
2006). Guru perlu menghargai setiap hasil penemuan, memupuk serta merangsang
1
kreativitas siswanya agar sikap penemuan dan kreativitas siswa bisa terus
berkembang.
sementara. Hal ini berarti bahwa konsep itu bisa berubah apabila ada konsep lain
yang lebih tepat. Bahkan, konsep baru itu terkadang bertentangan dengan konsep
yang lama (Usman Samatowa, 2010). Oleh karena itu, sikap berpikiran terbuka
perlu ditanamkan pada siswa. Pada saat pembelajaran, siswa dibiasakan untuk mau
tersebut kurang tepat. Siswa juga perlu menyadari bahwa pengetahuan yang
dimiliki orang lain mungkin lebih banyak daripada yang ia miliki. Oleh karena itu,
Anak sekolah dasar perlu dipupuk sikap kerjasamanya agar dapat bekerjasama
dengan baik.
f. Sikap ketekunan
suatu penelitian atau percobaan (Burhanuddin Salam, 2005). Oleh karena itu, pada
saat siswa mengalami kegagalan dalam kegiatan percobaan, maka siswa sebaiknya
percobaan tersebut agar didapatkan data yang akurat (Endah Dewi Utami, 2012).
Dalam hal ini, guru perlu memberikan motivasi pada siswa yang masih mengalami
kegagalan agar mereka menjadi lebih semangat dalam menemukan fakta-fakta IPA
hewan yang ada di lingkungan sekitar sekolah. Siswa mungkin perlu menangkap
digunakan ke habitatnya. Cara ini dapat memupuk rasa cinta dan kepekaan siswa
terhadap lingkungannya. Sikap ini pada akhirnya akan bermuara pada sikap
mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa (Usman Samatowa,
2010).
Dimensi Indikator
Sikap Ingin Tahu Antusias mencari jawaban.
Perhatian pada objek yang diamati.
Antusias terhadap proses sains.
Menanyakan setiap langkah kegiatan.
Sikap Senantiasa Objektif/jujur.
Mendahulukan Tidak memanipulasi data.
Data/Fakta Tidak purbasangka.
Mengambil keputusan sesuai fakta.
Tidak mencampur fakta dengan pendapat.
Sikap Berpikir Meragukan temuan teman.
Kritis Menanyakan setiap perubahan/hal baru.
Mengulangi kegiatan yang dilakukan.
Tidak mengabaikan data meskipun kecil.
Sikap Penemuan Menggunakan fakta-fakta untuk dasar konklusi.
Dan Kreativitas Menunjukkan laporan berbeda dengan teman sekelas.
Merubah pendapat dalam merespon terhadap fakta.
1
Sikap ilmiah adalah aspek tingkah laku yang tidak dapat diajarkan melalui
dan dikembangkan dalam setiap pembelajaran IPA agar dapat dimiliki oleh siswa.
Salah satu tujuan dari sikap ilmiah yakni untuk menghindari munculnya sikap
negatif dalam diri siswa serta berbagi tanggung jawab mereka. Sikap negatif yang
dimaksudkan adalah sikap rendah diri, di mana siswa merasakan dirinya gagal
tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar sehingga sikap ilmiah sangat penting
dimiliki oleh siswa sekolah dasar (Patta Bundu, 2006). Selain itu, dengan adanya
1
sikap ilmiah, maka pembiasaan sikap selalu ingin tahu, mendahulukan fakta dan
data, menerima ketidakpastian, berpikir kritis dan hati-hati, tekun, ulet, tabah,
sekitar, serta bekerjasama dengan orang lain akan lebih sering terjadi pada siswa.
Sikap tersebut mencerminkan budi pekerti yang baik. Oleh karena itu, penanaman
sikap ilmiah melalui pembelajaran IPA secara tidak langsung akan meningkatkan
kesadaran siswa untuk menjadi individu yang berbudi pekerti baik atau luhur
(Usman Samatowa, 2010). Anak yang berbudi pekerti luhur akan diterima dengan
baik di lingkungannya.
ilmiah tentunya sangat mempengaruhi hasil belajar siswa ke arah yang positif.
Berdasarkan uraian di atas, maka sikap ilmiah sebaiknya dimiliki oleh semua
siswa sekolah dasar. Hal ini dikarenakan sikap ilmiah dapat mempengaruhi
motivasi belajar dan tingkah laku siswa ke arah yang lebih positif. Oleh karena itu,
sikap ilmiah yang sejalan dengan karakter yang baik perlu terus dikembangkan
Perubahan itu diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan), menetap dalam
waktu yang relatif lama dan merupakan hasil pengalaman Purwanto (2009).
Menurut Popi Sopiatin dan Sohari Sahrani (2011) dalam bukunya “Psikologi
dalam Perspektif Islam” mengutip dalam buku Nana Sudjana (Penilaian Hasil
bahwa hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang
menunjukkan pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar adalah
sebagai proses yang berasal dari perilaku yang diubah melalui pelatihan atau
pengalaman).
proses perubahan tingkah laku seseorang secara terus menerus melalui pelatihan
dan pengalaman.
Baru, mengemukakan bahwa kognitif berasal dari kata cognition yang padanan
katanya knowing, yang berarti mengetahui. Dalam arti yang luas, kognitif adalah
selanjutnya, istilah kognitif menjadi popular sebagai salah satu domain atau
keyakinan.
1
mengemukakan bahwa ranah kognitif yaitu kemampuan yang selalu dituntut pada
anak didik untuk dikuasai karena menjadi dasar bagi penguasaan ilmu pendidikan.
Jadi ranah kognitif merupakan ranah yang bekerja dalam bidang mental
(otak) yang berkaitan dengan proses mental dan merupakan dasar penguasaan ilmu
bahwa hasil belajar kognitif merupakan hasil akhir yang diperoleh peserta didik
mental (otak) dan merupakan dasar penguasaan ilmu pengetahuan yang harus
penilaian
sintesis
analisis
penerapan
pemahaman
pengetahuan
1
a. Pengetahuan (Knowledge)
ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, konsep, istilah-istilah
b. Pemahaman (Comprehension)
mengharapkan mampu memahami arti atau konsep, situasi, serta fakta yang
c. Penerapan (Application)
prinsip, rumus-rumus, teori-teori, dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan
d. Analisis (Analysis)
bagian.
1
e. Sintesis (Synthesis)
f. Penilaian (Evaluation)
suatu penilaian tentang suatu pernyataan, konsep, situasi, dsb, erdasarkan suatu
5. IPA
1. Hakikat IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sering disebut dengan sains. Sains berasal
dari kata latin “scientia” yang artinya adalah: (a) pengetahuan tentang atau tahu
tentang; (b) pengetahuan, pengertian, paham yang benar dan mendalam (Surjani
Wonorahardjo, 2010). Secara bahasa, IPA berasal dari bahasa Inggris yaitu natural
pengetahuan tentang alam atau ilmu yang mempelajari peristiwa yang terjadi di
alam (Usman Samatowa, 2010). Hal ini senada dengan pendapat Maskoeri Jasin
(2010) bahwa IPA merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang gejala-
gejala dalam alam semesta, termasuk bumi sehingga terbentuk konsep dan prinsip.
1
Jadi, secara singkat IPA dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang mengkaji
tentang alam semesta beserta segala isinya sehingga didapatkan produk IPA.
lain tentang IPA yaitu ilmu yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan
induksi. Carind dan Sund (Maslichah Asy‟ari, 2006) menjelaskan bahwa IPA
merupakan suatu sistem untuk memahami alam semesta melalui data yang
konsep dan skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, tumbuh dari hasil
mengemukakan lebih lanjut bahwa IPA adalah suatu pengetahuan teoretis yang
diperoleh atau disusun dengan cara yang khas/khusus, yaitu melakukan observasi
seterusnya saling berkaitan antara cara yang satu dengan yang lain. Cara yang
demikian itu dikenal dengan nama metode ilmiah. Metode ilmiah merupakan cara
yang logis untuk memecahkan permasalahan tertentu dalam IPA. Hal ini
2014) bahwa IPA berkaitan dengan cara bagaimana mencari kebenaran suatu
fenomena alam secara sistematis dan runtut melalui proses penemuan dengan
metode ilmiah. Dengan demikian, IPA adalah serangkaian proses atau metode
1
ilmiah yang digunakan untuk mencari kebenaran dan memahami alam semesta
IPA yaitu aktivitas pemecahan masalah oleh manusia yang termotivasi dari
menuntut sikap ilmiah (rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya).
IPA merupakan bagian dari kehidupan kita dan kehidupan kita merupakan
merupakan ciri pokok dalam pembelajaran IPA. Cross (R. Rohandi, 2009)
berbagai nilai. Pendidikan IPA seharusnya tidak hanya berguna bagi anak dalam
yang akan datang. Pembelajaran IPA idealnya tidak hanya mempelajari tentang
produk saja, tetapi juga memperhatikan aspek proses, sikap, dan teknologi agar
siswa dapat benar-benar memahami IPA secara utuh sesuai dengan hakikat IPA
(Suciati, Arnyana, dan Setiawan, 2014). Oleh karena itu, guru sebaiknya
menyiapkan pengalaman belajar bagi siswa yang menekankan pada aspek produk,
IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang penting sehingga perlu
diajarkan di sekolah dasar. Ada beberapa alasan penting yaitu (Usman Samatowa,
2010): (1) IPA bermanfaat bagi suatu bangsa; (2) Jika diajarkan dengan cara yang
tepat, maka IPA merupakan mata pelajaran yang memberikan kesempatan berpikir
kritis; (3) IPA bukanlah mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka jika diajarkan
melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak; dan (4) IPA
kepribadian anak.
sekolah dasar hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu
siswa secara alamiah. Dengan begitu, pembelajaran IPA dapat membantu siswa
kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan sikap ingin tahu dan berbagai
penjelasan logis. Hal ini penting agar siswa tidak hanya diberikan teori saja tanpa
1
mengetahui proses lahirnya teori tersebut. Dengan demikian, siswa tidak sekedar
pendidikan IPA dapat ditingkatkan apabila siswa dapat berperilaku seperti seorang
ilmuwan bagi diri mereka sendiri, serta diperbolehkan dan didorong untuk
melakukan hal tersebut. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan Brown, dkk. (R.
Rohandi, 2009) bahwa metode yang paling baik dalam pendidikan IPA adalah
Oleh karena itu, pembelajaran IPA di kelas dirancang menyerupai kegiatan yang
konsep baru atau menguji beberapa ide. Dengan begitu, mereka akan menyadari
bahwa beberapa materi lebih mudah dipahami dan lebih menyenangkan melalui
pengetahuan mereka yang masih terbatas, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
meningkatnya rasa ingin tahu anak, caranya mengkaji informasi yang ada,
mengambil keputusan, serta mencari bentuk aplikasi yang cocok untuk diterapkan
dalam dirinya dan masyarakat. Dengan begitu, pembelajaran IPA di sekolah dasar
1
anak.
konsep IPA dan saling keterkaitannya, mampu menggunakan metode ilmiah untuk
(2009) mengemukakan tujuan mata pelajaran IPA di SD/MI secara lebih terperinci
3) Siswa mampu mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran
dan sikap, sehingga siswa mampu memahami atau menguasai konsep-konsep IPA
penciptanya.
Beberapa hasil penelitian yang terkait dengan sikap ilmiah dan keterampilan
1. Penelitian Tursinawati, (2013) yang berjudul Analisis Kemunculan Sikap Ilmiah Siswa
Dalam Pelaksanaan Percobaan Pada Pembelajaran Ipa Di SDN Kota Banda Aceh Jenis
penelitian adalah studi deskriptif persaentase. Penelitian ini dilaksanakan pada SDN
Kota Banda Aceh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemunculan sikap ilmiah siswa
menunjukkan bahwa yang berada paling rendah adalah indicator 1 yaitu melaporkan
nilai 3.5%. Indicator ini merupakan bagian dari sikap ilmiah sebagai Ilmuan bersifat
jujur. Sedangakan yang menunjukkan paling tinggi berada pada indicator 20 yaitu
memperoleh nilai sebesar 89%. Indicator ini merupakan bagian sikap ilmiah dari
kesadaran atau peduli terhadap lingkungan. Pada indicator melaporkan pemerhatian asal
Indicator ini merupakan bagian dari sikap ilmiah sebagai Ilmuan bersifat jujur,
merupakan indicator terendah dari sikap ilmiah dibandingkan dengan sikap ilmiah
lainnya. Hal ini disebabkan adalah. Pada indicator ini kurang munculnya sikap ilmiah
siswa terhadap melaporkan data- data apa adanya yang ada dalam pelaksanaan
percobaan pada pembelajaran IPA. Siswa secara individual kurang memperhatikan data
yang harus dikumpulkan secara apa adanya. Sehingga hal ini menunjukkan kepada
sikap ilmiah siswa kurang jujur. Sedangkan perolehan persentase tertinggi dari 20
indikator sikap ilmiah yaitu pada indicator ke-20 yaitu mengembangkan upaya-upaya
untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi memperoleh nilai sebesar 89%.
Indicator ini merupakan bagian sikap ilmiah dari kesadaran atau peduli terhadap
lingkungan. Hal ini disebabkan karena media yang digunakan dalam pelaksanaan
penggunaan barang bekas. Hampir seluruh sekolah dari 10 SDN Kota Banda Aceh
memanfaatkan alat dan bahan bekas yang digunakan dalam praktikum pada
pembelajaran IPA. penggunaan barang bekas yang tidak dipakai lagi oleh masyarakat
1
dapat mengurangi pencemaran lingkungan. Sikap ini merupakan suatu sikap ilmiah
ilmiah siswa dalam pelaksanaan percobaan pada pembelajaran IPA rerata 60% berada
2. Skripsi Annis Nurul Hidayati: 083111055, 2012, dalam skripsinya yang berjudul :
“Studi Komparasi Kemampuan Ranah Kognitif Bidang Studi Al-Qur’an Hadis Antara
Lulusan MI Dan SD Kelas VII di MTS Ihyaul Ulum Wedarijaksa Pati Tahun Ajaran
2011/2012”. Dari hasil penelitian yang dilakukan Annis Nurul Hidayati dapat
disimpulkan bahwa berdasarkan uji komprasi (uji t-test) yang diperoleh bahwa thitung
=2,759 dan table 1,684 dengan taraf signifikan 5% dan ttabel 1,303 dengan taraf
ada perbedaan yang signifikan kemampuan ranah kognitif bidang studi Al-Qur’an
Hadis antara lulusan MI dan SD. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa
kemampuan ranah kognitif Al-Qur’an Hadis siswa lulusan MI lebih baik dari
kemampuan ranah kognitif Al-Qur’an Hadis siswa lulusan SD. Hal ini membuktikan
3. Skripsi Sherli Malinda Nyoman Rohadi dan Rosane Medriati 2017 yang berjudul
bertujuan untuk meningkatkan aktivitas, sikap ilmiah dan hasil belajar kognitif siswa.
Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MIPA.3 yang berjumlah 31
siswa. Penelitian ini dilakukan dalam empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan
1
tindakan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas
belajar siswa pada siklus I dengan rata-rata skor sebesar 21 (kategori cukup), meningkat
pada siklus II menjadi 24,5 (kategori baik), meningkat pada siklus III menjadi 26,5
(kategori baik) dan meningkat lagi pada siklus IV menjadi 28 (kategori baik). Skor
sikap ilmiah siswa pada siklus I sebesar 3,91; meningkat pada siklus II menjadi 4,02;
meningkat pada siklus III menjadi 4,20 dan meningkat lagi pada siklus IV menjadi 4,36.
Hasil belajar kognitif siswa untuk siklus I diperoleh rata-rata 72,87 dengan ketuntasan
belajar secara klasikal 74,19%, meningkat pada siklus II menjadi 75,97 dengan
ketuntasan belajar klasikal 87,1%, meningkat pada siklus III menjadi 79,58 dengan
ketuntasan belajar klasikal 93,55% dan meningkat lagi pada siklus IV menjadi 89,68
bahwa penerapan model discovery learning dapat meningkatkan aktivitas, sikap ilmiah
4. Ida Fiteriani dan Baharudin 2017 yang berjudul ANALISIS PERBEDAAN HASIL
LAMPUNG IDA Permasalahan penelitian ini beranjak dari data penelitian yang
keterampilan proses ilmiah (scienific process skills), dan sikap ilmiah (scienific attitute)
siswa. Dalam penelitian ini, kombinasi pembelajaran kooperatif NHT dan STAD pada
pembelajaran yang disetting mendorong siswa untuk bisa belajar bersama dalam
sinergitas yang positif dalam mengembangkan potensi diri untuk meraih prestasi dan
kontrol sebagaimana lazimnya metode yang digunakan, seperti ceramah, tanya jawab,
dan demonstrasi dengan berbantu media gambar. Tempat penelitian di MIN 11 Bandar
Lampung dan waktu penelitian berlangsung pada semester genap tahun pelajaran
2017/2018. Populasi penelitian meliputi seluruh siswa kelas V yang berjumlah 64 orang
dan sampel penelitian adalah kelas V A sebagai kelas eksperimen dan kelas V B
sebagai kelas kontrol. Penetapan kelas sampel menggunakan teknik acak (random
pilihan ganda, dengan jumlah 25 soal. Tes dilakukan berulang yaitu sebelum (pretes)
dan sesudah (posttes). Instrumen sebelum digunakan telah dilakukan uji validitas dan
normalitas dan homogenitas dengan taraf signifikan 5%. Pengujian hipotesis dengan
rumus t (t-test) dependent. Pengujian dibantu program SPSS 17.0. Kriteria penetapan,
jika nilai Asymp.Sig≤ α, maka H0 ditolak dan sebaliknya jika nilai Asymp. Sig> α,
deskriptif, pada kelas eksperimen nilai rata-rata 70,66, median 80, modus 80, nilai
minimum 65 dan nilai maksimum 100. Sedangkan pada kelas kontrol; nilai rata-rata
53,73, median 75, modus 75, nilai minimum 60 dan nilai maksimum 80. Hasil
membuktikan bahwa kelas eksperimen lebih unggul daripada kelas kontrol dalam
sebesar 3.618 dan Sig sebesar 0,000, dengan dibandingkan dengan taraf signifikansi α =
0,05 (5 %), maka Sig sebesar 0,000<α = 0,05 (5 %), sehingga keputusannya ????ditolak
dan ??1 diterima. Kesimpulannya terdapat perbedaan hasil belajar kognitif pada kelas
antara NHT dan STAD dibandingkan kelas kontrol yang menggunakan metode
belajar yang diperoleh siswa terletak pada sistem pembelajaran yang dibangun dan
DAN AFEKTIF yang disusun oleh Retno Puspitorini, A.K. Prodjosantoso, Bambang
Subali, dan Jumadi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
motivasi, hasil belajar kognitif, hasil belajar afektif peserta didik dalam pembelajaran
IPA dengan menggunakan media komik. Pe- nelitian dilakukan lewat quasi experiment
dengan desain one group pretest-posttest. Subjek penelitian adalah 57 peserta didik
kelas VII SMPN 1 Banjarnegara. Media komik digunakan dalam pembelajaran IPA
1
selama 6 kali tatap muka. Data motivasi dan hasil belajar afektif diperoleh lewat angket
dan observasi, sedangkan hasil belajar kognitif lewat pretes dan postes. Hasil penelitian
meningkatkan motivasi belajar peserta didik dengan nilai gain skor sebesar 0,55
(sedang); hasil belajar ranah kognitif dengan gain skor sebesar 0,42 (sedang); dan
meningkatkan hasil belajar ranah afektif dengan gain skor sebesar 0,34 (sedang). Hasil
uji beda antara sebelum dan setelah perlakuan menunjukkan adanya perbedaan baik
yang menyangkut motivasi belajar, hasil belajar ranah kognitif, maupun hasil belajar
ranah afektif.
1
BAB III
METODE PENELITIAN
bermaksut untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan secara holistik, dan dengan
cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
melakukan penelitian tentang sikap ilmiah berdasarkan hasil belajar kognitif IPA
siswa kelas IV SDN 1 Kedungwaru Tahun Pelajaran 2019/2020. Penelitian ini akan
bukan angka. Dengan demikian, laporan penelitian akan berupa kutipan-kutipan data
yang memberikan gambaran tentang sikap ilimiah berdasarkan hasil kognitif IPA
B. Prosedur Penelitian
menganalisis data dan pelapor hasil penelitian. Oleh karena itu peneliti bekerjasama
dengan guru kelas dan siswa kelas IV SDN 1 Kedungwaru Kecamatan Kedungwaru
Moleong (2014) tahap-tahap yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Tahap Pra-lapangan
Tahap ini adalah tahap paling awal dalam melakukan penelitian. Dilakukan dengan
cara (a) Menentukan subjek penelitian yaitu siswa kelas IV SDN 1 Kedungwaru dan
Tahap pekerjaan lapangan atau pelaksanaan yang harus dilakukan peneliti dengan
cara : (a) memberikan tes tulis terkait sikap ilmiah siswa kelas IV untuk mengetahui
hasil belajar kognitif IPA siswa (b) menganalisis hasil tes tulis siswa untuk
1
mengetahui sikap ilmiah siswa berdasarkan hasil belajar kognitif IPA siswa kelas IV
(c) menentukan subjek penelitian yang akan di wawancara berdasarkan hasil tes siswa
yaitu kemampuan rendah, sedang, tinggi (d) melakukan wawancara terhadap subjek
mengelompokkan hasil tes sikap ilmiah siswa (e) mengumpulkan data yang diperoleh
dari subjek penelitian menggunakan hasil tes, pedoman observasi, dan wawancara
untuk memperoleh data tentang sikap ilmiah siswa kelas IV, serta mendokumentasi
Tahap analisis data diperoleh dengan cara menyusun data secara sistematis. Data
tersebut diperoleh dari sumber data dan hasil wawancara, tes, dan lain sebagainya.
sumber data yang didapat dan metode perolehan data agar data benar-benar valid
sebagai dasar dan bahan untuk proses penentuan dalam memahami judul penelitian
yang sedang diteliti. Langkah terakhir pada tahap analisis data yaitu peneliti menarik
4. Tahap Penyelesaian
Tahap penyelesaian merupakan tahap akhir dari sebuah penelitian data dengan cara
menganalisis data (hasil tes dan wawancara) yang telah diperoleh dan diolah,
menambahkan arahan dan masukan serta yang lebih rinci. Membahas dan
dan penulisan skripsi yang mengacu pada peraturan penulisan karya ilmiah yang
berlaku di STKIP PGRI Tulungagung Program Sarjana Tahun 2017 Edisi Revisi.
Prosedur
Penelitian
1
1. Menganalisis
Tahap data
Penyelesaian 2. Menyajikan
data
(Moleong, 2017)
1. Subjek Penelitian
berjumlah 35 siswa yang terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan.
tersebut karena kelas IV merupakan awal mulainya kelas tinggi dan hasil observasi
awal menunjukkan bahwa siswa kelas IV lebih banyak yang menunjukkan sikap
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan selama 3 bulan terhitung sejak bulan April-Juni 2020. Selama 3
3. Lokasi Penelitian
1
Dasar model Adiwiyata yang ada di Kedungwaru. Alasan peneliti memilih sekolah
tersebut karena SDN 1 Kedungwaru memiliki kelas yang heterogen, yaitu kelas yang
memiliki siswa berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi dari masing-masing siswa
D. Instrumen Penelitian
utama dan instrumen pendukung. Pada penelitian kualitatif yang menjadi instrumen
utama adalah peneliti itu sendiri, karena peneliti bertindak sebagai instrumen kunci.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sugiyono (2018)dalam menjadi instrumen atau
Adapun instrumen utama yang digunakan penelitian ini adalah peneliti berperan
menggunakan tes sikap ilmiah dalam menyelesaikan soal terkait 7 macam sikap
ilmiah (sikap ingin tahu, sikap senantiasa mendahulukan data/fakta, sikap berfikir
kritis, sikap penemuan dan kreativitas, sikap berpikiran terbuka dan kerjasama,
2. Pedoman Observasi
objek penelitian dengan seksama. Selain itu, kegiatan observasi bertujuan untuk
3. Pedoman Wawancara
belajar kognitif IPA siswa kelas IV. Wawancara memiliki tingkat kemudahan
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data Sugiyono
(2018). Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
pengumpulan data yang digunakan harus sesuai dengan masalah yang diteliti. Adapun
teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes, observasi,
sebagai berikut :
1. Tes
Moleong (2017) Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tulis.
Dalam penelitian ini menggunakan tes tulis sikap ilmiah berdasarkan hasil kognitif
2. Observasi
ilmiah berdasarkan hasil kognitif IPA siswa kelas IV SDN 1 Kedungwaru dalam
kegiatan pembelajaran. Pada teknik ini peneliti menggunakan buku catatan dan
handphone. Buku catatan digunakan untuk mencatat hal-hal yang ditemui selama
observasi.
3. Wawancara
1
muka secara langsung antara orang yang bertugas mengumpulkan data dengan
orang yang menjadi sumber data atau objek (Moleong, 2017). Subjek dalam
4. Dokumentasi
Analisis data kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, tes, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat
diinformasikan kepada orang lain. Menurut Sugiyono (2015) analisis data kualitatf
1. Reduksi Data
hal-hal yang penting, penyederhanaan data mentah yang di dapat dari catatan yang
2. Penyajian Data
penyajian data peneliti harus berusaha untuk menyajikan data yang sistematis,
1
penelitian.
3. Penarikan Kesimpulan
sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa gambaran atau deskripsi
suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang setelah diteliti menjadi jelas,
1. Triangulasi
bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data
yang telah ada. Apabila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi,
maka peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu
berbagai sumber data. Pada penelitian ini, peneliti memilih teknik triangulasi yaitu
2. Ketekunan Pengamatan
1
dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan.
Ketekunan pengamatan disini yakni pengecekan data secara teliti dan terhadap apa
yang didapat dan apa yang diperlukan dalam penelitian. Lalu peneliti juga
menelaah secara seksama data-data yang akan digunakan dan diuraikan dalam
tulisannya, sehingga peneliti akan dapat memaparkan data yang telah diperolehnya
mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dengan cara diskusi
dengan teman sejawat. Pada hal ini peneiti bisa berdiskusi atau sharing dengan
diharapkan peneliti dapan memberi masukan dan saran dari peneliti lain. Peran
peneliti lain atau teman sejawat bisa dijadikan sebuah pandangan yang bersifat
Daftar Pustaka
Made Slamet Sugiartana, Dewa Nyoman Sudana, dan Ni Wayan Arini. (2012). Penerapan
Model TGT untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas VB SD
Siti Fatonah dan Zuhdan K. Prasetyo. (2014). Pembelajaran Sains. Yogyakarta: Ombak.
Usman Samatowa. (2010). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta Barat: PT Indeks
Mariana, I. M. A., & Praginda, W. (2019). Hakikat IPA dan Pembelajaran IPA. (Y.
from http://hakikatipadanpembelajaranipasd.go.id/index.php
https://www.kompasiana.com/sukowaspodo_99/54f672b8a3331184108b4bba/7-macam-
sikap-ilmiah
Bustalin. 2004. Analisis Prestasi Belajar Dalam Pengajaran Remidial Pada Mata Pelajaran
IPS Ekonomi Kelas II Semester I SLTP Negeri 1 Linggang Bigung Kabupaten Kutai
Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta : Lembaga Penelitian UIN, 2009.
UnoB, Hamzah. & Nurdin Mohamad.Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta: PT.
Rustaman Y, Nuryani. et al, Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UNM, 2005.
Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta : Lembaga Penelitian UIN, 2009.
Abdullah Aly dan Eny Rahma. (2011). MKDU, Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Bumi
Aksara.
Burhanuddin Salam. (2005). Pengantar Filsafat. Jakarta: Bumi Aksara.
Made Slamet Sugiartana, Dewa Nyoman Sudana, dan Ni Wayan Arini. (2012). Penerapan
Model TGT untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas VB SD
Negeri 3 Banjar Jawa. e-Jurnal Universitas Pendidikan Ganesha (Volume 1). Hlm. 126-
150.
Maskoeri Jasin. (2010). Ilmu Alamiah Dasar. rev.ed. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Maslichah Asy‟ari. (2006). Penerapan Pendekatan Sains – Teknologi - Masyarakat dalam
Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
1