Anda di halaman 1dari 24

Laporan Kasus

PENATALAKSANAAN NEURITIS VESTIBULER


Oleh :
Richard P. Simbolon, I Made Wiranadha, W. Suardana

Bagian SMF/Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran


Universitas Udayana/RSUP Sanglah Denpasar

I. PENDAHULUAN
Neuritis vestibuler merupakan penyakit yang ditandai dengan timbulnya
1
vertigo akut dengan nistagmus spontan yang disertai dengan gejala vegetatif.
Neuritis vestibuler merupakan penyakit dengan urutan ketiga terbanyak sebagai
2
penyebab vertigo vestibuler perifer.
Neurutis vestibuler dapat terjadi baik pada laki-laki maupun perempuan,
3,4
khususnya mengenai kelompok usia dewasa. Penyebab utama dari neuritis
vestibuler sampai saat ini masih menjadi perdebatan. Agen virus, gangguan
4
vaskuler dan reaksi imun dicurigai berperan dalam neuritis vestibuler.
Gejala klinis yang paling sering ditemukan pada neuritis vestibuler yaitu
vertigo akut dengan gejala vegetatif berupa mual dan muntah. Umumnya tidak
disertai dengan gangguan pendengaran atau gangguan neurologi lainnya.
5
Umumnya keluhan vertigo dirasakan sampai beberapa hari. Meskipun neuritis
vestibular dan labirintitis mungkin terkait erat dalam beberapa kasus, namun
neuronitis vestibular dibedakan dari labirintitis berdasarkan fungsi pendengaran
6
yang masih ada.
Penanganan neuritis vestibuler mencakup terapi simtomatis dan suportif
3
selama periode akut yang ditimbulkan. Penderita dapat diberikan obat-obatan seperti
7,8
antivestibuler dan antiemetik untuk mengontrol vertigo, mual dan muntah.
Tujuan dari penulisan ilmiah ini adalah untuk melaporkan satu kasus
neuritis vestibuler.
1
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Pada telinga bagian dalam terdapat organ pendengaran dan keseimbangan
yang terletak pada pars petrosa os temporal. Labirin terdiri dari labirin tulang yaitu
kanalis semisirkularis, vestibulum dan koklea sedangkan labirin membran yang terletak
di dalam labirin tulang terdiri dari duktus semisirkularis, utrikulus dan duktus koklearis
(Gambar 1). Antara labirin tulang dan labirin membran terdapat ruang yang berisi cairan
perilimfe. Vestibulum adalah suatu ruangan kecil yang berbentuk oval dengan ukuran ±
9,10
5x3 mm dan memisahkan koklea dari kanalis semisirkularis.

Gambar 1. Anatomi labirin tampak anterolateral. 9

Koklea menyerupai rumah siput yang merupakan organ pendengaran dengan


panjang sekitar 3,1-3,3 cm. Koklea membentuk 2,5 kali putaran dengan tinggi sekitar 0,5
cm. Koklea dan organ vestibuler terdapat didalam tulang temporal. Pada koklea terdapat
9
tiga kanal yaitu: skala vestibuli, skala media dan skala timpani (Gambar 2). Skala media
terletak ditengah koklea yang dipisahkan dari skala vestibuli oleh membran reissner’s
10
dan dari skala timpani oleh membran basiler.
Organ corti melintasi sepanjang membran basiler. Dimana terdapat satu baris sel-
sel rambut bagian dalam dan tiga baris sel-sel rambut bagian luar. Setiap

2
telinga ditemukan sekitar 3500 sel rambut bagian dalam yang disokong oleh sel
falangeal. Sekitar 12.000 sel rambut bagian luar dimana disokong oleh sel deiters. Serat
10
saraf kranial ke-8 melintasi terowongan menuju ke sel-sel rambut luar.

Gambar 2. Struktur koklea dan organ corti.9

Struktur dari sel-sel rambut dalam organ corti mencerminkan fungsinya sebagai
reseptor sensoris, yang mentransduksi sinyal mekanik menjadi aktivitas elektrokemikal.
Sensoris sel-sel rambut koklea berinteraksi dengan sistem saraf melalui cabang saraf
10
pendengaran dari saraf kranialis ke-8 (vestibulokoklear).
Koklea dipersarafi oleh 3 jenis serabut saraf yaitu serabut saraf aferen
pendengaran, serabut saraf eferen pendengaran dan serabut saraf otonom. Serabut saraf
aferen pendengaran merupakan sel bipolar, sel tubuh yang terletak di ganglion spiral yang
terletak di kanal tulang, yaitu Rosenthal’s canal. Pada manusia saraf pendengaran
memiliki sekitar 30.000 serabut saraf aferen. Dua jenis serat saraf aferen telah
diidentifikasi. Tipe I adalah berselubung mielin dan memiliki large cell bodies dan
merupakan 95% dari serat-serat saraf pendengaran. Tipe II yaitu sekitar 5% dari saraf
10
pendengaran adalah tidak berselubung myelin dan memiliki small cell bodies.
3
Nervus VIII pada dasarnya adalah tiga komponen yang berbeda dimana ada dua saraf
vestibuler yaitu superior dan inferior serta saraf koklearis. Saraf-saraf tersebut bersama-sama
melalui tulang kepala di meatus auditori internal. Kanal ini juga berisi nervus VIII dan
pasokan darah ke telinga bagian dalam yaitu arteri auditori internal. Saraf melewati
meningen menuju ke batang otak. Saraf vestibuler menuju ke nukleus vestibularis dan saraf
11
koklearis menuju ke nucleus Koklearis.

Suplai darah ke koklea berasal dari arteri labirin. Arteri ini berasal dari arteri
serebelum antero inferior dan mengikuti nervus viii di meatus auditori internal, kemudian
bercabang sebagai arteri vestibularis anterior dan aparatus vestibularis. Lebih lanjut
melalui meatus auditori internal arteri labirin bercabang membentuk arteri
vestibulokoklear yang menyuplai bagian-bagian dari koklea. Cabang lainnya adalah
arteri modiular spiralis yang berfungsi menyuplai darah kolateral ke koklea. Arteri labirin
adalah end-artery dengan sedikit atau tanpa suplai darah kolateral ke koklea. Penting
untuk dicatat bahwa arteri labirin yang berjalan di meatus auditori internal bukan arteri
10,11
tunggal, namun berupa arteriol kecil, hamper seperti pleksus arteri.

2.2 Epidemiologi
Neurutis vestibuler dapat terjadi baik pada laki-laki maupun perempuan,
3,4
terutama kelompok usia dewasa. Insiden neuritis vestibuler di Inggris dilaporkan
5,12
mencapai 3,5 per 100.000 orang per tahun. Neuritis vestibuler umumnya terjadi pada
5
rentang usia 30-60 tahun. Menurut penelitian, tidak ada dominasi laki-laki maupun
6
wanita yang lebih banyak menderita penyakit ini.

2.3 Etiopatogenesis
Penyebab utama neuritis vestibuler sampai saat ini masih menjadi
perdebatan. Agen virus, gangguan vaskuler dan reaksi imun dicurigai berperan dalam
4
neuritis vestibuler.
Beberapa teori menjelaskan penyebab tersering neuritis vestibuler adalah virus.
Namun bukti nyata tentang penyebab pasti dari neuritis vestibuler masih
4
terbatas. Pada studi terhadap tulang temporal pasien dengan neuritis vestibuler
menunjukkan beberapa spektrum cedera dari normal hingga timbulnya degeneratif yang
siginfikan menyebabkan perubahan pada nervus vestibuler, ganglion scarpa dan
13
neuroepitel vestibuler. Adanya kehilangan struktur neuron pada ganglion vestibuler dan
atropi pada epitel sensori vestibuler yang terkait menunjukkan infeksi virus yang
14
terisolasi pada nervus vestibuler. Lokasi cedera paling sering ditemukan di bagian
13,14
nervus vestibuler superior.
Pada pemeriksaan histopatologi nervus vestibuler ditemukan gambaran yang
sama pada kasus herpes zoster oticus. Percobaan yang dilakukan dengan hewan tikus
pada neuritis vestibuler ditemukan adanya pertumbuhan herpes simplex virus tipe-1
(HSV-1) yang diinokulasi pada aurikula tikus tersebut.
Deoxyribo Nucleic Acid (DNA) HSV-1 ditemukan sebanyak dua per tiga kasus penderita
neuritis vestibuler yang dilakukan pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR) pada
5
ganglia vestibuler manusia.

2.4 Diagnosis
Diagnosis neuritis vestibuler dapat ditegakkan dengan anamnesis,
6,14
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Beberapa gejala neuritis vestibuler diantaranya yaitu: timbulnya vertigo
mendadak yang mengakibatkan mual dan muntah serta ketidakseimbangan tubuh dan
13,14
nistagmus. Intensitas vertigo dapat meningkat selama rentang waktu 1 jam.
Umumnya gejala vertigo diperberat oleh gerakan kepala namun vertigo dapat berkurang
bila kepala dalam keadaan stabil dan mata terpejam. Gejala pusing pada neuritis
vestibuler biasanya terjadi dalam kurun waktu beberapa hari sampai beberapa minggu
dengan gejala oscillopsia atau lingkungan sekeliling terasa berputar. Pasien mengeluh
ketidakseimbangan saat berusaha berdiri atau berjalan dan bergerak ke arah labirin yang
terkena. Keluhan vertigo akan berkurang dalam beberapa hari kemudian. Namun
beberapa pasien dilaporkan timbul gangguan keseimbangan dalam beberapa bulan
14
kemudian. Tidak ditemukan gangguan pendengaran pada neuritis vestibuler.
5
Nistagmus bersifat akut atau sub akut dengan deviasi bola mata ke arah telinga
yang tidak terkena neuritis vestibuler. Nistagmus timbul spontan dan tipenya horizontal
pada fase akut penyakit. Nistagmus ini bersifat searah dengan fase yang cepat ke arah
6,14
telinga yang tidak terkena neuritis vestibuler.
Meskipun dalam ketidakseimbangan, pasien mampu untuk berdiri tanpa
memerlukan bantuan ketika matanya terbuka. Pasien mungkin akan terjatuh ke arah
labirin yang terkena ketika berdiri dengan mata tertutup atau ketika berjalan. Perbaikan
gejala disebabkan kombinasi pemulihan fungsi vestibuler perifer dan kompensasi
14
sentral. Pada neuritis vestibuler tidak didapatkan abnormalitas pada pemeriksaan
neurologis. Pada neuritis vestibuler didapatkan respon kalori pada telinga, yakni
13
berkurang sampai tidak ada. Tes kalori sebaiknya dikerjakan pada hari ke-3 atau hari
14
ke-4 setelah onset gejala untuk mengetahui adanya paresis kanal.
Neuritis vestibuler sebenarnya merupakan diagnosis klinis, namun beberapa
pemeriksaan khusus dapat membantu menunjang diagnosis terutama pada fase akut.
Pemeriksaan subjective visual horizontal test (SVH) merupakan pemeriksaan yang dapat
dikerjakan untuk menegakkan diagnosis neuritis vestibuler. Pasien dengan neuritis
o
vestibuler didapatkan penyimpangan >20 dari true gravitional horizontal. Pemeriksaan
penunjang yang berperan antara lain elektronistagmografi dengan lensa frenzel. Pada
pemeriksaan elektronistagmografi akan didapatkan nistagmus ke arah telinga yang tidak
terkena neuritis vestibuler. Pemeriksaan radiologi seperti CT scan atau MRI hanya
diperlukan apabila terdapat kecurigaan kelainan sentral seperti stroke infark maupun
perdarahan pada batang otak dan serebelum. Pemeriksaan radiologis juga dapat
7,13
dilakukan apabila tidak ada perbaikan setelah 48 jam dari onset.

2.5 Diagnosis Banding


Diagnosis banding dari neuritis vestibularis antara lain pseudoneuritis
5
vestibuler, migrain vestibuler dan penyakit meniere. Neuritis vestibuler harus dibedakan
4
dengan kelainan vestibuler sentral seperti infark serebelum.
6
2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan neuritis vestibuler sebagian besar dengan medikamentosa.
Obat-obatan yang berperan dalam neuritis vestibuler antara lain antivertigo,
kortikosteroid dan pengobatan umumnya didasarkan pada respon pasien yang mual
5,6,8
terhadap obat. Kortikosteroid yang dianjurkan adalah metil prednisolon. Pemberian
13
metil prednisolon akan mempercepat perbaikan fungsi vestibuler.
Pada neuritis vestibuler fase akut yang berlangsung selama satu sampai tiga hari
4
diperlukan istirahat di ruang gelap, kortikosteroid, pemasangan infus dan antivertigo.
Obat sedatif vestibuler golongan antihistamin seperti dimenhidrinat dengan dosis 50-100
mg setiap 6 jam atau antikolinergik seperti skopolamin hidrobromida dapat diberikan
pada fase akut. Setelah lima sampai tujuh hari, fase akut lewat, mual hilang, pasien di
mobilisasi segera. Setelah satu sampai enam minggu sebagian besar pasien tidak
5
merasakan gejala, bahkan saat tubuh bergerak lambat.
Fisioterapi atau terapi fisik dapat meningkatkan kompensasi vestibuler sentral
terhadap defisit perifer. Fisioterapi yang diberikan berupa latihan berdiri statis, latihan
dinamis untuk menjaga keseimbangan tubuh dan stabilisasi gerakan bola mata selama
5
pergerakan mata-kepala-tubuh.

2.7 Komplikasi
Komplikasi pada neuritis vestibuler antara lain adalah benign paroxysmal
positioning vertigo (BPPV) dan somatoform phobic postural vertigo. Tingkat
kekambuhan neuritis vestibuler cukup rendah, sekitar 1,9% mengalami kekambuhan 29-
5
39 bulan setelah episode yang pertama.

2.8 Prognosis
Prognosis pada pasien neuritis vestibuler secara umum baik, sebagian besar
pasien kembali normal. Pasien dengan usia muda biasanya akan sembuh lebih cepat.
Pasien dengan usia tua dapat mengalami ketidakseimbangan yang menetap sehingga
4
memerlukan latihan keseimbangan.
7
III. LAPORAN KASUS
Pasien inisial OES, laki-laki, usia 30 tahun, suku Bali, datang ke IRD RSUP
Sanglah pada tanggal 25 September 2016 dengan keluhan pusing berputar yang timbul
mendadak sejak ± 2 hari yang lalu, pusing berputar semakin berat terutama bila kepala
bergerak, mual dan muntah ada terutama setiap makan dan minum, nyeri telinga tidak
ada, penurunan pendengaran tidak ada, telinga mendenging atau mendengung tidak ada,
demam tidak ada, batuk dan pilek juga tidak ada, pasien juga mengeluhkan timbul
gelembung-gelembung berisi cairan di sekitar bibir dan menyebar sampai ke leher yang
disertai rasa nyeri dan panas sejak ± 4 hari sebelumnya (Gambar 3).

Gambar 3. Pasien OES, laki-laki, usia 29 tahun.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, kesadaran kompos


o
mentis, nadi 80 kali/menit, respirasi 18 kali/menit dan suhu aksila 36,5 C. Pada
pemeriksaan telinga dalam batas normal, pemeriksaan tes penala: Rinne test positif pada
kedua telinga; Webber test tidak ada lateralisasi; Schwabach test sama dengan pemeriksa,
pada pemeriksaan hidung dalam batas normal, pemeriksaan tenggorok dalam batas
normal.
8
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien didiagnosis dengan observasi
vertigo et causa suspek neuritis vestibuler. Pasien dirawat inap, diberikan infus NaCl 0,9% 20
tetes per menit, obat-obatan intravena: Ranitidin 50 mg tiap 12 jam; Ondansetron 8 mg tiap
12 jam; Ketorolak 10 mg tiap 8 jam; Metil prednisolon 62,5 mg tiap 12 jam, obat-obatan
oral: Betahistin 12 mg tiap 12 jam; Flunarizin 5 mg tiap 24 jam, pemeriksaan laboratorium
lengkap, foto rontgen toraks, konsultasi teman sejawat Kulit dan Kelamin. Pasien
direncanakan untuk dilakukan pemeriksaan timpanometri, audiometri, tes keseimbangan dan
tes kalori.
Pada tanggal 26 September 2016, keluhan pusing berputar masih ada, mual
berkurang, muntah sudah tidak ada, terapi dilanjutkan. Hasil konsultasi dengan teman
sejawat Kulit dan Kelamin, pasien didiagnosis dengan Herpes simplex labialis rekuren,
diberikan antibiotik topikal Asam Fusidat krim tiap 12 jam. Pada pemeriksaan darah
3
lengkap didapatkan hasil: leukosit 4,23x10 /L, hemoglobin 14,57 g/dL, eritrosit 4,95
3 3
x10 /L , hematokrit 43,46%, trombosit 261,10x10 /L. Pada pemeriksaan kimia darah
didapatkan hasil: SGOT 16,20 U/L, SGPT 11,70 U/L, albumin 4,01 g/dL, BUN 14,00
mg/dL, kreatinin 1,14 mg/dL, natrium 139 mmol/L, kalium 4,02 mmol/L, glukosa acak
88,00 mg/dL, trigliserida 96,00 mg/dL, kolesterol total 185,00 mg/dL, HDL 28,00 mg/dL,
LDL 144,00 mg/dL. Foto toraks PA didapatkan hasil: cor dan pulmo kesan normal.
Pada hari yang sama tanggal 26 September 2016, pada pasien dilakukan
pemeriksaan timpanometri, audiometri, tes keseimbangan dan tes kalori. Dari
pemeriksaan timpanometri didapatkan hasil yang normal, yaitu tipe A pada kedua telinga,
sedangkan hasil pemeriksaan audiometri didapatkan pendengaran normal pada kedua
telinga (Gambar 4). Dari tes keseimbangan didapatkan hasil: Romberg test (+) dengan
o
kecenderungan jatuh ke kanan, stepping test (+) dengan rotasi dibawah 90 , past pointing
test (–) dan positional test (+) dimana terdapat nistagmus spontan tipe horizontal,
sedangkan pada tes kalori didapatkan hasil reaktif pada kedua telinga. Pasien didiagnosis
dengan observasi vertigo et causa neuritis vestibuler

9
Gambar 4. Hasil timpanometri dan audiometri pasien

Tanggal 27-28 September 2016, keluhan pusing berputar mulai berkurang,


mual dan muntah sudah tidak ada, pemberian Ketorolak dihentikan, terapi lain
dilanjutkan.
10
Pada tanggal 29 September 2016, keluhan pusing berputar sudah tidak ada, obat-
obatan oral yang diberikan: Ranitidin 150 mg tiap 12 jam; Metil prednisolon 8 mg tiap 12
jam, Betahistin 12 mg tiap 12 jam; Flunarizin 5 mg tiap 24 jam. Pasien diperbolehkan pulang
dan kontrol kembali ke Poliklinik THT-KL 4 hari lagi.
Pada tanggal 3 Oktober 2016, pasien kontrol ke Poliklinik THT-KL, keluhan
sudah tidak ada, obat-obatan oral: Metil prednisolon 4 mg tiap 12 jam, Betahistin 12 mg
tiap 12 jam; Flunarizin 5 mg tiap 24 jam. Pasien kontrol kembali ke Poliklinik THT-KL 1
minggu lagi.
Pada tanggal 10 Oktober 2016, pasien kontrol kembali ke Poliklinik THT-KL,
keluhan tidak ada, obat-obatan oral dihentikan semuanya.

IV. PEMBAHASAN
Neurutis vestibuler dapat terjadi baik pada laki-laki maupun perempuan, terutama
kelompok usia dewasa, umumnya terjadi pada rentang usia 30-60 tahun dan tidak ada
3-6,12
dominasi laki-laki maupun wanita yang lebih banyak menderita penyakit ini. Pada
kasus ini dijumpai pada seorang laki-laki, usia 30 tahun.
Penyebab utama neuritis vestibuler sampai saat ini masih menjadi perdebatan.
Beberapa teori menjelaskan penyebab tersering neuritis vestibuler adalah virus. Adanya
kehilangan struktur neuron pada ganglion vestibuler dan atropi pada epitel sensori
vestibuler yang terkait menunjukkan infeksi virus yang terisolasi pada nervus
4,13,14
vestibuler. Berdasarkan anamnesis pasien ini, timbul gelembung-gelembung berisi
cairan di sekitar bibir dan menyebar sampai ke leher yang disertai rasa nyeri dan panas
sejak ± 4 hari sebelumnya, atau 2 hari sebelum serangan vertigo dan disesuaikan dengan
diagnosis pasien ini yang dikonsulkan ke teman sejawat Kulit dan Kelamin, dimana
pasien didiagnosis dengan Herpes simplex labialis rekuren.
Beberapa gejala neuritis vestibuler diantaranya yaitu: timbulnya vertigo mendadak
yang mengakibatkan mual dan muntah serta ketidakseimbangan tubuh dan nistagmus.
Umumnya gejala vertigo diperberat oleh gerakan kepala namun vertigo dapat berkurang bila
kepala dalam keadaan stabil dan mata terpejam. Gejala
11
pusing biasanya terjadi dalam kurun waktu beberapa hari sampai beberapa minggu
dengan gejala oscillopsia atau lingkungan sekeliling terasa berputar, tidak ditemukan
6,13,14
gangguan pendengaran. Hal-hal tersebut sesuai dengan gejala yang dikeluhkan
pasien ini, yaitu pusing berputar yang timbul mendadak sejak ± 2 hari sebelum ke rumah
sakit, pusing berputar semakin berat terutama bila kepala bergerak, mual dan muntah
juga muncul setiap makan dan minum.
Nistagmus bersifat akut atau sub akut dengan deviasi bola mata ke arah telinga
yang tidak terkena neuritis vestibuler. Nistagmus timbul spontan dan tipenya horizontal
serta bersifat searah dengan fase yang cepat ke arah telinga yang tidak terkena neuritis
vestibuler. Meskipun dalam ketidakseimbangan, pasien mampu untuk berdiri tanpa
memerlukan bantuan ketika matanya terbuka. Pasien mungkin akan terjatuh ke arah
labirin yang terkena ketika berdiri dengan mata tertutup atau ketika berjalan. Pada
neuritis vestibuler didapatkan respon kalori pada telinga berkurang sampai tidak ada. Tes
kalori sebaiknya dikerjakan pada hari ke-3 atau hari ke-4 setelah onset gejala untuk
6,13,14
mengetahui adanya paresis kanal. Pada pemeriksaan pasien ini tidak ditemukan
gangguan pendengaran sesuai dengan hasil timpanometri dan audiometri yaitu dalam
batas normal, pada pemeriksaan tes keseimbangan didapatkan hasil: Romberg test (+)
o
dengan kecenderungan jatuh ke kanan, stepping test (+) dengan rotasi dibawah 90 , past
pointing test (–) dan positional test (+) dimana terdapat nistagmus spontan tipe
horizontal, sedangkan pada tes kalori didapatkan hasil reaktif pada kedua telinga.
Penatalaksanaan neuritis vestibuler sebagian besar dengan medikamentosa. Obat-
obatan yang berperan dalam neuritis vestibuler antara lain antivertigo, kortikosteroid dan
pengobatan umumnya didasarkan pada respon pasien yang mual terhadap obat.
Kortikosteroid yang dianjurkan adalah metil prednisolone, yang akan mempercepat
5,8,13,15
perbaikan fungsi vestibuler. Penatalaksanaan pasien ini adalah dengan pemberian
obat-obatan yaitu: Ranitidin, Ondansetron, Ketorolak, Metil prednisolon, Betahistin dan
Flunarizin sesuai dengan penatalaksanaan neuritis vestibuler.

12
Komplikasi pada neuritis vestibuler antara lain adalah benign paroxysmal
positioning vertigo (BPPV) dan somatoform phobic postural vertigo dengan tingkat
kekambuhan neuritis vestibuler cukup rendah, sekitar 1,9% mengalami kekambuhan 29-
5
39 bulan setelah episode yang pertama. Pada pasien ini tidak ditemukan komplikasi.
Prognosis pada pasien neuritis vestibuler secara umum baik, sebagian besar pasien
4
kembali normal. Pasien dengan usia muda biasanya akan sembuh lebih cepat. Pada kasus ini
didapatkan prognosis baik, dimana pasien kembali normal.

V. KESIMPULAN
Neuritis vestibuler adalah penyakit yang ditandai dengan timbulnya vertigo
akut dengan nistagmus spontan dan disertai dengan gejala vegetatif. Penyebab utama
neuritis vestibuler sampai saat ini masih menjadi perdebatan. Namun agen virus,
gangguan vaskuler dan reaksi imun dicurigai berperan dalam neuritis vestibuler.
Penanganan neuritis vestibuler mencakup terapi simptomatis dan suportif selama periode
akut yang ditimbulkan. Penderita dapat diberikan obat-obatan seperti antivestibuler dan
antiemetik untuk mengontrol vertigo, mual dan muntah.
Telah dilaporkan satu kasus neuritis vestibuler pada pasien laki-laki, usia 29
tahun. Pusing berputar terutama bila kepala bergerak, mual dan muntah dikeluhkan
pasien ini, pada pemeriksaan didapatkan gangguan keseimbangan dan nistagmus.
Diagnosis neuritis vestibuler ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan
penunjang. Dengan penatalaksanaan yang tepat didapatkan hasil penyembuhan dan
prognosis yang baik pada pasien ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Kassner SS, Schottler S, Bonaterra GA, Straeter JS, Hormann K, Kinscherf R, dkk.
Proinflammatory activation of peripheral blood mononuclear cells in patients with
vestibular neuritis. Audiol Neurotol. 2011;16:242-7.
2. Hotson JR dan Baloh RW. Acute vestibular syndrome. The New England Journal of
Medicine. 1998;339:680-5.
3. Johnson J dan Lalwani AK. Meniere’s disease, vestibular neuronitis, paroxysmal
positional vertigo and cerebellopontine angle tumors. Dalam: Snow Jr JB, Ballenger
J, penyunting. Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery. Edisi ke-16. London:
Hamilton; 2003. h. 408-42.
4. Probst R, Grevers G, Iro H. Basic otorhinolaryngology. Thieme. 2006. h. 282-3.
5. Strupp M dan Brandt T. Vestibular neuritis. Seminars in Neurology. 2009;29(5):509-
19.
6. Marill KA. Vestibular neuronitis. Diakses 29 September 2016. Diunduh dari: URL:
http://emedicine.medscape.com/article/794489-overview.
7. Brandt T. Management of vestibular disoders. J Neurol. 2000;247:491-9.
8. Greco A, Macri GF, Gallo A, Fusconi M, Virglio DE, Pagliuca G, dkk. Is vestibular
neuritis an immune related vestibular neuropathy inducing vertigo? Journal of
Immunology Research. 2014:1-8.
9. Moore KL dan Agur AMR. Essential clinical anatomy. Edisi ke-3. Lippincott
Williams and Wilkins. 2007. h. 573-6.
10. Gacek RR dan Gacek MR. Anatomy of the auditory and vestibular system. Dalam:
Snow Jr JB, Ballenger J, penyunting. Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery.
Edisi ke-16. London: Hamilton; 2003. h. 1-24.
11. Mills JH, Khariwala SS, Weber PC. Anatomy and physiology of hearing. Dalam:
Bailey BJ, Johnson JT, penyunting. Head and Neck Surgery-Otolaryngology. Edisi
ke-4. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins; 2006. h. 1883-903.

14
12. Goudakos JK, Markou KD, Vidal VF, Vital V, Tsaligopoulos M, Darrouzet V.
Corticosteroids in the treatment of vestibular neuritis: A systematic review and meta-
analysis. Otology and Neurotology. 2010;31:183-9.
13. Lalwani AK. Current diagnosis & treatment in otolaryngology head and neck surgery.
Edisi ke-2. McGraw Hill. 2007.
14. Halmagyl GM, Thurtell MJ, Curthoys IS. Vertigo: Clinical syndromes. Dalam: Gleeson
M, penyunting. Scott Brown’s Otorhinolaryngology Head and Neck
Surgery. Edisi ke-7. London: Edward Arnold Ltd; 2008. h. 3751-7.
15. Strupp M, Zingler VC, Arbusow V, Niklas D, Maag KP, Dieterich M, dkk.
Methylprednisolone, valacyclovir, or the combination for vestibular neuritis. The
New England Journal of Medicine. 2004;351:354-61.
16. Sprenger A, Zils E, Stritzke G, Kruger A, Rambold H, Helmchen C. Do predictive
mechanism improve the angular vestivulo-ocular reflex in vestibular neuritis? Audiol
Neurotol. 2006;11:53-8.
17. Palla A, Straumann D, Bronstein AM. Vestibular neuritis: vertigo and the high-
acceleration vestibulo-ocular reflex. J Neurol. 2008;255:1479-82.
18. Cummings CW. Cummings otolaryngology head and neck surgery. Edisi ke-4. Mosby
Elsevier. 2005.
19. Lee YJ, Shin JE, Park MS, Kim JM, Na BR, Kim CH, dkk. Comprehensive analysis
of head shaking nystagmus in patients with vestibular neuritis. Audiol Neurotol.
2012;17:228-34.
20. Shupak A, Issa A, Golz A, Margalit K, Braverman I. Prednisone treatment for
vestbular neuritis. Otol Neurotol. 2008;29(3):368-74.
21. Amber KT, Castano JE, Angeli SI. Prophylactic valacyclovir in a patient with
reccurent vestibular disturbances secondary to vestibular neuritis. American Journal
of Otolaryngology Head and Neck Surgery. 2012;33:487-8.
22. Hillier SL dan Hollohan V. Vestibular rehabilitation for unilateral peripheral
vestibular dysfunction. Cochrane Database Syst Rev. 2007;(4):CD005397.
23. Bergenius J dan Perols O. Vestibular neuritis: A follow up study. ACTA Otolaryngol.
1999;119:895-9.

15

Anda mungkin juga menyukai