PENDAHULUAN
A. Latar BelakangMasalah
Lembaga pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan
proses pendidikan karena lembaga berfungsi sebagai mediator dalam mengatur jalannya
pendidikan. Dan pada zaman sekarang ini tampaknya tidaklah disebut pendidikan jika tidak ada
lembaganya.
Lembaga pendidikan dewasa ini juga sangat mutlak keberadaannya bagi kelancaran
proses pendidikan. Apalagi lembaga pendidikan itu dikaitkan dengan konsep islam. Lembaga
pendidikan islam merupakan suatu wadah dimana pendidikan dalam ruang lingkup keislaman
melaksanakan tugasnya demi tercapainya cita-cita umat islam.
Keluarga, masjid, pondok pesantren dan madrasah merupakan lembaga-lembaga
pendidikan islam yang mutlak diperlukan di suatu negara secara umum atau disebuah kota secara
khususnya, karena lembaga-lembaga itu ibarat mesin pencetak uang yang akan menghasilkan
sesuatu yang sangat berharga, yang mana lembaga-lembaga pendidikan itu sendiri akan
mencetak sumber daya manusia yang berkualitas dan mantap dalam aqidah keislaman. Oleh
karena itu, dalam makalah ini kami akan membahas masalah yang berkaitan dengan lembaga
pendidikan islam tersebut, yaituterkaitkonsepdanjenis-jenisLembagaPendidikan Islam.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas kami dapat memberikan beberapa rumusan masalah, yaitu:
1. BagaimanakahkonsepLembagaPendidikan Islam secarasingkat?
2. Apa saja jenis-jenis lembaga pendidikan islam?
C. TujuanMasalah
1. MengetahuikonsepLembagaPendidikan Islam secarasingkat.
2. Memahamijenis-jenis lembaga pendidikan islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Lembaga Pendidikan Islam
1. Pengertian Lembaga Pendidikan Islam
Secara etimologi lembaga adalah asal sesuatu, acuan, sesuatu yang memberi bentuk pada
yang lain, badan atau organisasi yang bertujuan mengadakan suatu penelitian keilmuan atau
melakukan sesuatu usaha. Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa lembaga mengandung
dua arti, yaitu: 1) pengertian secara fisik, materil, kongkrit, dan 2) pengertian secara non-fisik,
non-materil, dan abstrak.[1]
Dalam bahasa inggris, lembaga disebut institute (dalam pengertian fisik), yaitu sarana atau
organisasi untuk mencapai tujuan tertentu, dan lembaga dalam pengertian non-fisik atau abstrak
disebut institution, yaitu suatu sistem norma untuk memenuhi kebutuhan. Lembaga dalam
pengertian fisik disebut juga dengan bangunan, dan lembaga dalam pengertian nonfisik disebut
dengan pranata.[2]
Secara terminologi, Amir Daiem mendefinisikan lembagapendidikan dengan orang atau
badan yang secara wajar mempunyai tanggung jawab terhadap pendidikan. Rumusan definisi
yang dikemukakan Amir Daiem ini memberikan penekanan pada sikap tanggung jawab
seseorang terhadap peserta didik, sehingga dalam realisasinya merupakan suatu keharusan yang
wajar bukan merupakan keterpaksaan. Definisi lain tentang lembaga pendidikan adalah suatu
bentuk organisasi yang tersusun relatif tetap atas pola-pola tingkah laku, peranan-peranan relasi-
relasi yang terarah dalam mengikat individu yang mempunyai otoritas formal dan sangsi hukum,
guna tercapainya kebutuhan-kebutuhan sosial dasar.[3]
Daud Ali dan Habibah Daud menjelaskan bahwa ada dua unsur yang kontradiktif dalam
pengertian lembaga, pertama pengertian secara fisik, materil, kongkrit dan kedua pengertian
secara non fisik, non materil dan abstrak. Terdapat dua versi pengertian lembaga dapat
dimengerti karena lembaga ditinjau dari segi fisik menampakkan suatu badan dan sarana yang
didalamnya ada beberapa orang yang menggerakkannya, dan ditinjau dari aspek non fisik
lembaga merupakan suatu sistem yang berperan membantu mencapai tujuan.[4]
Adapun lembaga pendidikan islam secara terminologi dapat diartikan suatu wadah atau
tempat berlangsungnya proses pendidikan islam. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
lembaga pendidikan itu mengandung pengertian kongkrit berupa sarana dan prasarana dan juga
pengertian yang abstrak, dengan adanya norma-norma dan peraturan-peraturan tertentu, serta
penananggung jawab pendidikan itu sendiri.[5]
Pendidikan Islam termasuk masalah sosial, sehingga dalamkelembagaannya tidak terlepas
dari lembaga-lembaga sosial yang ada.Lembaga tersebut juga institusi atau pranata, sedangkan
lembaga sosialadalah suatu bentuk organisasi yang tersusun realatif tepat atas pola-polatingkah
laku, peranan-peranan dan relasi-relasi yang yang terarah dalammengikat individu yang
mempunyai otoritas formal dan sangsi hukum,guna tercapainya kebutuhan-kebutuhan sosial
dasar.
Menurut Pius Partanto, M. Dahlan Al Barry ”lembaga adalah badanatau yayasan yang
bergerak dalam bidang penyelenggaraan pendidikan,kemasyarakatan dan sebagainya”[6]
Menurut Muhaimin ”lembaga pendidikan Islam adalah suatu bentukorganisasi yang
mempunyai pola-pola tertentu dalam memerankanfungsinya, serta mempunyai struktur tersendiri
yang dapat mengikatindividu yang berada dalam naungannya, sehingga lembaga ini
mempunyaikekuatan hukum sendiri”.[7]
Merujuk dari pendapat di atas lembaga pendidikan Islam adalahtempat berlangsungnya
proses pendidikan Islam bersama dengan prosespembudayaan serta dapat mengikat individu
yang berda dalamnaungannya, sehingga lembaga ini mempunyai kekuatan hukum.
Pendidikan Islam yang berlangsung melalui proses operasionalmenuju tujuannya,
memerlukan sistem yang konsisten dan dapatmendukung nilai-nilai moral spiritual yang
melandasinya. Nilai-nilaitersebut diaktualisasikan berdasarkan otentasi kebutuhan
perkembanganfitrah siswa yang dipadu dengan pengaruh lingkungan kultural yang ada.
2. Tujuan Lembaga Pendidikan Islam
Tujuan lembaga pendidikan Islam (madrasah) maka tidak terlepasdari tujuan pendidikan
Islam itu sendiri. Tujuan pendidikan Islam digalidari nilai-nilai ajaran Islam yang bersumber dari
al-Qur’an dan Hadits.
Menurut Muhaimin, ”Lembaga pendidikan Islam secara umumbertujuan untuk
meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayalan danpengalaman peserta didik tentang agama
Islam, sehingga menjadi manusiamuslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta
berakhlakmulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat berbangsa danbernegara”.[8]
Lembaga pendidikan Islam mempunai tujuan untuk mengembangkansemua potensi yang
dimiliki manusia itu, mulai dari tahapan kognisi, yaknipengetahuan dan pemahaman siswa
terhadap ajaran Islam, untukselanjutnya dilanjutkan dengan tahapan afeksi, yakni terjadinya
prosesinternalisasi ajaran dan nilai agama ke dalam diri siswa, dalam artimenghayati dan
meyakininya. Melalui tahapan efeksi tersebut diharapkanbertumbuh motivasi dalam diri siswa
dan bergerak untuk mengamalkandan menaati ajaran Islam ( tahap psikomotorik) yang
telahdiinternalisasikan dalam dirinya. Dengan demikian, akan terbentukmanusia muslim yang
bertakwa dan berakhlak mulia.
3. Tugas Lembaga Pendidikan Islam
Lembaga pendidikan Islam seperti halnya pada sekolah umumnya,adalah merupakan
lembaga pendidikan kedua setelah keluarga.Menurut An-Nahkawi, ”Tugas-tugas yang ditambah
oleh lembagapendidikan Islam adalah: 1.) merealisasikan pendidikan Islam yangdidasarkan atas
prinsip pikir, aqidah dan tasyri’ (sejarah) yang diarahkanuntuk mencapai tujuan pendidikan.
Bentuk dan realisasi itu adalah agaranak didik beribadah, mentahidkan Allah SWT, tunduk dan
patuh kepadaperintah dan syariat-Nya. 2.) Memelihara fitrah anak didik sebagai insanyang
mulia, agar tidak menyimpang dari tujuan Allah menciptakannya. 3.)Memberikan kepada anak
didik seperangkap peradaban dan kebudayaanIslami dengan cara mengintengrasikan antara ilmu-
ilmu alam, ilmu sosial,ilmu eksak, dengan landasan ilmu-ilmu agama, sehingga anak
didikmampu melibatkan dirinya terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dantehnologi. 4.)
Membersihkan pikiran dan jiwa anak didik dari pengaruhsubyektivitas (emosi) karena pengaruh
zaman yang terjadi pada dewasaini lebih mengarahkan pada penyimpangan fitrah manusia.
5.)Memberikan wawasan nilai dan moral, dan peradaban manusia yangmembawa khasanah
pemikiran anak didik menjadi berkembang. 6.)Menciptakan suasana kesatuan dan kesamaan
antara anak didik. 7.) tugasmengkoordinasi dan membebani kegiatan pendidikan.
8.)Menyempurnakan tugas-tugas lembaga pendidikan keluarga, masjid danpesantren”
Tugas lembaga pendidikan pada intinya adalah sebagai wadah untukmemberikan
pengarahan, bimbingan dan pelatihan agar manusia dengansegala potensi yang dimilikinya dan
dapat dikembangkan dengan sebaikbaiknya.Tugas lembaga pendidikan Islam yang terpenting
adalah dapatmengantarkan manusia kepada misi penciptaannya sebagai hamba Allahsebagai
kholifah fi Al-Ardhi, yaitu seorang hamba yang mampu beribadahdengan baik dan dapat
mengembangkan amanah untuk menjaga dan untukmengelolah dan melestarikan bumi dengan
mewujudkan kebahagiaan dankesejahteraan seluruh alam.
B. JENIS-JENIS LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir (2008) mengemukakan beberapa jenis lembaga
pendidikan islam, yaitu keluarga, masjid, pondok pesantren dan madrasah.Selain yang di
ungkapkandari Abdul MujibdanjusufMudzakkirjugaakandipaparkantentanglembagapendidikan
Islam MajelisTa’limdanPerguruanTinggi Islam (IAIN).
Keluarga Sebagai Lembaga Pendidikan Islam
Dalam Islam, keluarga dikenal dengan istilah usrah, nasl, ‘ali, dan nasb. Keluarga dapat
diperoleh melalui keturunan (anak, cucu), perkawinan (suami, istri), persusuan, dan
pemerdekaan.[9] Pentingnya serta keutamaan keluarga sebagai lembaga pendidikan islam
disyaratkan dalam al-Quran:[10] Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu
dan keluargamu dari api neraka”. (Q.S. al-Tahrim : 6)
Sebagai pendidik anak-anaknya, ayah dan ibu memiliki kewajiban dan memiliki bentuk
yang berbeda karena keduanya berbeda kodrat. Ayah berkewajiban mencari nafkah untuk
mencukupi kebutuhaan keluarganya melalui pemanfaatan karunia Allah SWT di muka bumi
(QS. Al-Jumu’ah : 10) dan selanjutnya dinafkahkan pada anak istrinya (QS. al-Baqarah: 228,
233). Kewajiban ibu adalah menjaga, memelihara dan mengelola keluarga di rumah suaminya,
terlebih lagi mendidik dan merawat anaknya. Dalam sabda Nabi SAW. dinyatakan: “Dan
perempuan adalah pemimpin di rumah suaminya dan akan ditanyai dari pimpinannya itu” (HR.
Bukhari-Muslim).[11]
Sebagai pendidikan yang pertama dan utama, pendidikan keluarga dapat mencetak anak agar
mempunyai kepribadian yang kemudian dapat dikembangkan dalam lembaga-lembaga
berikutnya, sehingga wewenang lembaga-lembaga tersebut tidak diperkenankan mengubah apa
yang telah dimilikinya, tetapi cukup dengan mengombinasikan antara pendidikan yang diperoleh
dari keluarga dengan pendidikan lembaga tersebut, sehingga masjid, pondok pesantren dan
sekolah merupakan tempat peralihan dari pendidikan keluarga.[12]
Secara umum, kewajiban orang tua pada anak-anaknya adalah sebagi berikut:[13]
1. Mendo’akan anak-anaknya dengan do’a yang baik. (QS. al-Furqan: 74)
2. Memelihara anak dari api neraka. (QS. at-Tahrim: 6)
3. Menyerukan shalat pada anaknya. (QS. Thaha: 132)
4. Menciptakan kedamaian dalam rumah tangga. (QS. an-Nisa’: 128)
5. Mencintai dan menyayangi anak-anaknya. (QS. ali Imran: 140)
6. Bersikap hati-hati terhadap anak-anaknya. (QS. al-Taghabun: 14)
7. Mencari nafkah yang halal. (QS. al-Baqarah: 233)
8. Mendidik anak agar berbakti pada bapak-ibu (QS. an-Nisa’: 36, al-An’am: 151, al-Isra’: 23)
dengan cara mendo’akannya yang baik.
9. Memberi air susu sampai 2 tahun. (QS. al-Baqarah: 233)
Peranan para orang tua sebagai pendidik adalah:[14]
1. korektor, yaitu bagi perbuatan yang baik dan yang buruk agar anak memiliki kemampuan
memilih yang terbaik bagi kehidupannya;
2. inspirator, yaitu yang memberikan ide-ide positif bagi pengembangan kreativitas anak;
3. informator, yaitu memberikan ragam informasi dan kemajuan ilmu pengetahuan kepada anak
agar ilmu pengetahuan anak didik semakin luas dan mendalam;
4. organisator, yaitu memiliki keampuan mengelola kegiatan pembelajaran anak yang baik dan
benar;
5. motivator, yaitu mendorong anak semakin aktif dan kreatif dalam belajar;
6. inisiator, yaitu memiliki pencetus gagasan bagi pengembangan dan kemajuan pendidikan anak;
7. fasilitator, yaitu menyediakan fasilitas pendidikan dan pembelajaran bagi kegiatan belajar anak;
8. pembimbing, yaitu membimbing dan membina anak ke arah kehidupan yang bermoral, rasional,
dan berkepribadian luhur sesuai dengan nilai-nilai ajaran islam dan semua norma yang berlaku di
masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lembaga pendidikan Islam adalahtempat berlangsungnya proses pendidikan Islam bersama
dengan prosespembudayaan serta dapat mengikat individu yang berda dalamnaungannya,
sehingga lembaga ini mempunyai kekuatan hukum.
Pendidikan Islam yang berlangsung melalui proses operasionalmenuju tujuannya,
memerlukan sistem yang konsistem dan dapatmendukung nilai-nilai moral apiritual yang
melandasinya. Nilai-nilaitersebut diaktualisasikan berdasarkan otentasi kebutuhan
perkembanganfitrah siswa yang dipadu dengan pengaruh lingkungan kultural yang ada.
Lembaga pendidikan Islam secara umumbertujuan untuk meningkatkan keimanan,
pemahaman, penghayalan danpengalaman peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi
manusiamuslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlakmulia dalam
kehidupan pribadi, bermasyarakat berbangsa danbernegara.
Tugas lembaga pendidikan pada intinya adalah sebagai wadah untukmemberikan
pengarahan, bimbingan dan pelatihan agar manusia dengansegala potensi yang dimilikinya dan
dapat dikembangkan dengan sebaikbaiknya.Tugas lembaga pendidikan Islam yang terpenting
adalah dapatmengantarkan manusia kepada misi penciptaannya sebagai hamba Allahsebagai
kholifah fi Al-Ardhi, yaitu seorang hamba yang mampu beribadahdengan baik dan dapat
mengembangkan amanah untuk menjaga dan untukmengelolah dan melesarikan bumi dengan
mewujudkan kebahagiaan dankesejahteraan seluruh alam.
Beberapa jenis lembaga pendidikan islam, yaitu keluarga, masjid, pondok pesantren dan
madrasah.Selain yang di ungkapkandari Abdul
MujibdanjusufMudzakkirjugaakandipaparkantentanglembagapendidikan Islam
MajelisTa’limdanPerguruanTinggi Islam (IAIN).
DAFTAR PUSTAKA
Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakkir. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Cet. Ke-2.Jakarta: Kencana.
Nata, Abuddin. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.
Ramayulis. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Cet. Ke-9. Jakarta: Kalam Mulia.
Salahudin, Anas. 2011. Filsafat Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Tafsir, Ahmad. 2010. Ilmu Pendidikan Islam Dalam Perspektif Islam. Cet. K-10.Bandung: Rosda.
Pius Partanto, M. Dahlan Al Barry, kamus ilmiah populer (Surabaya: Arkola, 1994) hlm. 406
Muhimin, Abd. Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam (Bandung: Trigenda Karya, 1993), hlm. 231
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Lembaga Pendidikan Islam
Secara terminologi menurut Hasan Langgulung lembaga pendidikan adalah suatu
sistem peraturan yang bersifat mujarrad, suatu konsepsi yang terdiri dari kode-kode,
norma-norma, ideologi-ideologi dan sebagainya, baik yang tertulis atau tidak, termasuk
perlengkapan material dan organisasi simbolik: kelompok manusia yang terdiri dari
individu-individu yang dibentuk dengan sengaja atau tidak, untuk mencapai tujuan
tertentu dan tempat-tempat kelompok itu melaksanakan peraturan-peraturan tersebut
adalah mesjid, sekolah, kuttab dan sebagainya.
Lembaga pendidikan merupakan salah satu sistem yang memungkinkan
berlangsungnya pendidikan secara berkesinambungan dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan. Adanya kelembagaan dalam masyarakat, dalam rangka proses
pemberdayaan umat, merupakan tugas damn tanggung jawabnya yang kultural dan
edukatif terhadap anak didik dan masyarakatnya yang semakin berat. Tanggung jawab
lembaga pendidikan tersebut dalam segala jenisnya menurut pandangan Islam adalah
erat kaitannya dengan usaha menyukseskan misi sebagai seorang muslim
Lembaga pendidikan Islam merupakan hasil pemikiran yang dicetuskan oleh
kebutuhan–kebutuhan masyarakat yang didasari, digerakkan dan dikembangkan oleh
jiwa Islam (al-Quran dan Al-Sunnah). Lembaga pendidikan Islam secara keseluruhan,
bukanlah sesuatu yang datang dari luar, melainkan dalam pertumbuhan dan
perkembangannya mempunyai hubungan erat dengan Islam secara umum. Islam telah
mengenal lembaga pendidikan sejak detik-detik awal turunnya wahyu kepada Nabi
Muhammad saw. Rumah al-Arqam bin Abi al-Arqam merupakan lembaga pendidikan
yang pertama.
Pendidikan Islam termasuk bidang sosial sehingga dalam kelembagaannya tidak
terlepas dari lembaga-lembaga sosial yang ada. Lembaga sosial tersebut terdiri dari
tiga bagian, yaitu:
1. Asosiasi, misalnya universitas, persatuan atau perkumpulan
2. Organisasi khusus, misalnya penjara, rumah sakit dan sekolah-sekolah
3. Pola tingah laku yang menjadi kebiasaan atau pola hubungan sosial yang mempunyai
hubungan tertentu.
Lembaga sosial adalah himpunan norma-norma tentang keperluan-keperluan pokok di
dalam kehidupan masyarakat untuk mencapai tujuan tertentu.Sedangkan lembaga
pendidikan adalah suatu bentuk organisasi yang tersusun relatif tetap atas pola-pola
tingkah laku, peranan-peranan dan relasi-relasi yang terarah dalam mengikat individu
yang mempunyai otoritas formal dan sanksi hukum, guna tercapainya kebutuhan-
kebutuhan sosial dasar.
Dasar Pendidikan Islam dapat dibagi kepada tiga kategori,yaitu dasar pokok,dasar tambahan,dan
dasar operasional.[3]
1. Dasar Pokok
a. Al-Qur’an
Abdul Wahab mendefinisikan Al-Qur’an yaitu”Kalam Allah yang diturunkan kepada
Rasulullah melalui malaikat Jibril dengan lafaz Bahasa Arab dan makna hakiki untuk menjadi
hujjah bagi Rasulullah atas kerasulannya dan menjadi pedoman bagi manusia membacanya
sebagai ibadah”.[4]
Al-Qur’an merupakan dasar pendidikan Islam karena Al-Qur’an menyampaikan pesan-
pesan pendidikan kepada umat manusia yang berakal.Ayat-ayat yang berkaitan dengan akal
pikiran manusia cukup banyak.Bukti bahwa Al-Qur’an memberikan dorongan agar segala hal
harus menggunakan akal adalah surah Al-Baqarah:142
الس َفهَا ُء ِم َن النَّ ِاس َم َاو ٰل ّه ُْم َع ْن ِف ْبلَهِت ِ ُم الَّيِت ْ اَك ن ُْواعَلَهْي َاۚقُ ْل هّٰلِل ِ الْ َمرْش ِ ُق َوالْ َم ْغ ِربُۚهَي ْ ِد ْي َم ْن يَّشَ آ ُء ِاىٰل ُ َس َي ُق ْو ْل
ٍ َ رِص
٠ ٍ اط ُّم ْس َت ِقمْي
Artinya:”Orang-orang yang kurang akalnya diantara manusia akan berkata,’Apakah yang memalingkan
mereka (umat Islam) dari kiblat (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya ?
’Katakanlah,’Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang
dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus”. (QS.Al-Baqarah:142)
Tidak dapat dimungkir lagi bahwa ilmu pendidikan bersumber dari Al-Qur’an. Misalnya,Al-
Qor’an menjelaskan hukum-hukum yang berlaku di langit dan di bumi,tumbuh-
tumbuhan,hewan,dan manusia.[5]
Dari uraian di atas,bahwa Al-Qur’an sebagai sumber ilmu pendidikan,dapat disimpulkan
bahwa kajian yang berkaitan dengan ilmu pendidikan islam bukan berarti ilmu agama Islam
sebagai salah satu mata kuliah,melainkan sebagai paradigma ilmu pengetahuan yang berbasis
kepada Islam atau sebagai sistem pendidikan.
b. As-Sunnah
Dasar Pendidikan yang kedua adalah As-sunnah.As-sunnah ialah perkataan,perbuatan dan
ketetapan Rasulullah.As-sunnah dapat dijadikan dasar pendidikan karena As-sunnah menjadi
sumber utama pendidikan Islam,karena Allah SWT menjadikan Muhammad SAW sebagai
teladan bagi umatnya.[6]As-sunnah juga berisi aqidah dan syari’ah.sunnah berisi petunjuk untuk
kemaslahatan hidup manusia dalam segala aspeknya,untuk membina umat menjadi anusia
seutuhnya,atau muslim yang bertakwa.Untuk itu Rasulullah menjadi guru dan pendidik utama.
Oleh karena itu,sunnah merupakan landasan kedua bagi cara pembinaan pribadi manusia
muslim.
2. Dasar Tambahan
a. Ijtihad
Ijtihad ialah istilah para fuqaha,yaitu berfikir dengan menggunakan seluruh ilmu yang
dimiliki oleh ilmuan syari’at Islam untuk menetapkan sesuatu hukum Syari’at Islam dalam hal-
hal yang tenyata belum ditegaskan hukumnya oleh Al-Qur’an dan As-sunnah.[7]Ijtihad dlam
pendidikan harus tetap bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah yang diolah oleh akal yang sehat
dari para ahli pendidikan Islam.Ijtihad tersebut haruslah dalam hal-hal yang berhubungan
langsung dengan kebutuhan hidup di suatu tempat pada situasi tertentu.
Ijtihad di bidang pendidikan ternyata semakin perlu,sebab ajaran Islam yang terdapat dalam
Al-Qur’an dan As-sunnah,hanya berupa prinsip-prinsip pokok saja.Bila ternyata ada yang agak
terinci,maka rincian itu merupakan contoh Islam dalam menerapkan prinsip pokok tersebut.
Usaha ijtihad para ahli dalam merumuskan teori pendidikan Islam dipandang sebagai hal yang
sangat penting bagi pengembangan teori pendidikan pada masa yang akan datang.[8]
b. Perkataan,perbuatan,dan sikap para Sahabat
Pada masa Khulafa al-Rasyidin Sumber pendidikan dalam Islam sudah mengalami
perkembangan.Selain Al-Qur’an dan sunnah juga perkataan,perbuatan dan sikap para
sahabat.Perkataan mereka dapat dijadikan pegangan karena Allah sendiri di dalam Al-Qur’an
yang memberikan pernyataan,yaitu dalam Surah At-Taubah Ayat 100,yang mempunyai arti :
” Hai orang-orang yang beriman,bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama-
sama dengan orang yang benar”.
Yang dimaksud dengan orang yang benar dalam ayat itu adalah para sahabat Nabi.[9]
c. Mashlahah Mursalah (Kemaslahatan Umat)
Mashlahah Mursalah yaitu menetapkan peraturan atau ketetapan undang-undang yang tidak
disebutkan dalam Al-Qur’an dan As-sunnah atas pertimbangan penarikan kebaikan dan
menghindarkan kerusakan”.
Para ahli pendidikan sejak dini harus mempunyai persiapan untuk merancang dan membuat
peraturan sebagai pedoman dalam proses pendidikan sehingga pelaksanaan pendidikan Islam
tidak mengalami hambatan.
Masyarakat yang berada di sekitar lembaga pendidikan Islam berpengaruh terhadap
berlangsungnya pendidikan,maka dalam setiap pengambilan kebijakan hendaklah
mempertimbangkan kemaslahatan masyarakat supaya tidak terjadi hal-hal yang dapat
menghambat berlangsungnya proses pembelajaran.
d. Urf (Nilai-nilai dan adat Istiadat Masyarakat)
M.Kamaliddin Imam menyatakan bahwa :”Sesuatu yang tertanam dalam jiwa yang diperoleh
melalui kesaksian akan diterima oleh tabiat”.[10]
Urf adalah sesuatu perbuatan dan perkataan yang menjadikan jiwa merasa tenang
mengerjakan suatu pekerjaan,karena sejalan dengan akal sehat yang diterima oleh tabiat yang
sejahtera.Namun Tradisi yang akan dijadikan dasar pendidikan haruslah berdasarkan dengan
ketentuan Al-Qur’an dan Sunnah,kemudian tidak mengandung sifat merusak.
Ketentuan ini sangat sejalan dengan tujuan pendidikan Islam yaitu dalam rangka menata
kehidupan yang lebih baik dengan alam,manusia dan Allah SWT.
3. Dasar Operasional Pendidikan Islam
Dasar Operasional Pendidikan Islam adalah dasar yang terbentuk sebagai aktualisasi dari
dasar idea.[11]Menurut Hasan Langgulung,dasar operasional ada enam macam.
a. Dasar Historis
Dasar Historis adalah dasar yang memberikan andil kepada pendidikan dari hasil pengalaman
masa lalu berupa peraturan dan budaya masyarakat.
b. Dasar Sosial
Dasar Sosial yaitu dasar yang memberikan kerangka budaya dimana pendidikannya itu
berkembang ,seperti memindahkan,memilih,dan mengembangkan kebudayaan.
c. Dasar Ekonomi
Dasar Ekonomi adalah dasar yang memberi persefektif terhadap potensi manusia berupa materi
dan persiapan yang mengatur sumber-sumbernya yang bertanggung jawab terhadap anggaran
pembelanjaannya.
d. Dasar Politik
Dasar Politik yaitu,dasar yang memberikan bingkai dan idiologi dasar yang digunakan sebagai
tempat bertolak untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan dan rencana yang telah dibuat.
e. Dasar Psikologis
Dasar Psikologis adalah dasar yang memberikan informasi tentang watak pelajar-pelajar,guru-
guru,cara-cara terbaik dalam praktek, pencapaian, penilaian, dan pengukuran secara bimbingan.
f. Dasar Fisiologis
Dasar Fisiologis adalah dasar yang memberikan kemampuan memilih yang terbaik,memberi arah
kepada semua dasar-dasar operasional lainnya.
Tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam
Islam, yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu
bertakwa kepadaNya, dan dapat mencapai kehidupan yang berbahagia di
dunia dan akhirat (lihat S. Al-Dzariat:56; S. ali Imran: 102).
Dalam konteks sosiologi pribadi yang bertakwa menjadi rahmatan lil ‘alamin,
baik dalam skala kecil maupun besar. Tujuan hidup manusia dalam Islam
inilah yang dapat disebut juga sebagai tujuan akhir pendidikan Islam.
Tujuan khusus yang lebih spesifik menjelaskan apa yang ingin dicapai melalui
pendidikan Islam. Sifatnya lebih praxis, sehingga konsep pendidikan Islam
jadinya tidak sekedar idealisasi ajaran-ajaran Islam dalam bidang pendidikan.
Dengan kerangka tujuan ini dirumuskan harapan-harapan yang ingin dicapai
di dalam tahap-tahap tertentu proses pendidikan, sekaligus dapat pula dinilai
hasil-hasil yang telah dicapai.
“ Dan Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali supaya mereka beribadah
kepada-Ku”.
Jalal menyatakan bahwa sebagian orang mengira ibadah itu terbatas pada
menunaikan shalat, shaum pada bulan Ramadhan, mengeluarkan zakat,
ibadah Haji, serta mengucapkan syahadat. Tetapi sebenarnya ibadah itu
mencakup semua amal, pikiran, dan perasaan yang dihadapkan (atau
disandarkan) kepada Allah. Aspek ibadah merupakan kewajiban orang islam
untuk mempelajarinya agar ia dapat mengamalkannya dengan cara yang
benar.
Ibadah ialah jalan hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan serta segala
yang dilakukan manusia berupa perkataan, perbuatan, perasaan, pemikiran
yang disangkutkan dengan Allah.
1. Pembinaan akhlak.
3. Penguasaan ilmu.
Menurut Asma hasan Fahmi, tujuan akhir pendidikan islam dapat diperinci
menjadi :
1. Tujuan keagamaan.
4. Akhlak mulia.