Bab-05-1993-Cek 20090203103621 1787 4
Bab-05-1993-Cek 20090203103621 1787 4
A. PENDAHULUAN
V/3
ekspor non migas, memelihara kestabilan harga dan penyediaan
barang yang dibutuhkan di dalam negeri, serta menunjang iklim
usaha yang makin menarik bagi penanaman modal. Kebijaksanaan
neraca pambayaran lainnya juga dilanjutkan, antara lain dalam
bentuk pengelolaan hutang dan pinjaman luar negeri secara cermat
dan hati-hati, terpeliharanya kurs valuta asing yang mantap dan
realistis, serta terpeliharanya cadangan devisa yang memadai.
B. PERKEMBANGAN INTERNASIONAL
V/4
tahun 1992 mengalami penurunan yang lebih besar lagi, yaitu
15,5% . Perkembangan ekonomi di negara-negara berkembang Eropa
Timur dan negara-negara bekas Uni Soviet perlu terus diamati
mengingat di masa depan kelompok negara ini akan menjadi saingan
yang cukup berat bagi negara-negara berkembang, apabila mereka
telah selesai dengan tahap konsolidasinya dan ekonominya tumbuh
kembali.
V/5
tatanan ekonomi dunia baru masih belum jelas dan perlu terus
diamati. Perkembangan yang cukup penting adalah penyatuan
Masyarakat Ekonomi Eropa yang dicanangkan pada pertemuan
puncak Maastricht di bulan Desember 1991. Pertemuan puncak ter-
sebut diadakan dalam rangka melicinkan jalan pembentukan Masya-
rakat Eropa ke dalam satu unit politik, ekonomi dan moneter (EMU)
yang direncanakan terbentuk pada tahun 1999. Tujuan utama pem -
bentukan Masyarakat Eropa adalah untuk meningkatkan kesejahtera-
an sosial dan ekonomi yang harmonis dan berkelanjutan dengan men-
ciptakan suatu kawasan tanpa batas internal serta terciptanya suatu
unit ekonomi dan moneter dengan menggunakan satu mata uang.
V/6
bulan September 1992, di Jakarta diadakan Konperensi Tingkat
Tinggi Ke-10 Gerakan Non Blok. Melalui Pesan Jakarta, gerakan
tersebut menyerukan agar dilakukan demokratisasi dalam hubungan
antar negara dan dihidupkan kembali dialog Utara-Selatan secara
konstruktif.
V/7
Di bidang ekspor, melalui Paket 27 Mei 1992, larangan
ekspor beberapa komoditi seperti kayu bulat/log dalam bentuk ter-
tentu, kayu ramin, serta meranti putih dan agathis bentuk tertentu,
telah diganti dengan pengenaan Pajak Ekspor (PE) dan atau Pajak
Ekspor Tambahan (PET). Sedangkan kulit mentah jenis tertentu yang
sebelumnya dikenakan pajak ekspor secara persentase diganti dengan
pajak ekspor yang dihitung secara spesifik. Selain itu, ketentuan
larangan ekspor rotan juga mengalami penyederhanaan. Mulai Juni
1992, larangan ekspor rotan dalam bentuk bahan mentah dan barang
setengah jadi diganti dengan pengenaan pajak ekspor dan atau pajak
ekspor tambahan.
V/8
dikeluarkan oleh PT Sucofindo. Pengaturan kembali tata niaga ini
dilakukan untuk lebih meringankan persyaratan bagi eksportir dalam
mengekspor maniok ke nagara-negara ME.
V/9
Agreement on Enhancing ASEAN Economic Cooperation). Program
ini ditujukan untuk mewujudkan integrasi yang diawali dengan kese-
pakatan untuk secara bertahap, yaitu mulai 1 Januari 1993 menerap-
kan Tarif Preferensial Efektif •Seragam (CEPT) yang diarahkan pada
pembentukan kawasan perdagangan bebas ASEAN (AFTA). Untuk
itu, dalam tahun 1992 telah ditetapkan dua program penurunan tarif,
yaitu program penurunan tarif yang dipercepat (Fast Track) dan
program penurunan tarif normal (Normal Track). Program penurun-
an tarif yang dipercepat meliputi 15 kelompok produk yang telah
disepakati. Berdasarkan program tersebut, produk-produk tertentu
yang tarifnya di atas 20% akan diturunkan menjadi 0-5% dalam
waktu 10 tahun. Kemudian untuk komoditi yang mempunyai tarif
lebih kecil atau sama dengan 20% akan dikurangi menjadi 0-5%
dalam waktu 7 tahun. Sementara itu melalui program penurunan
tarif normal, komoditi yang mempunyai tarif di bawah 20 %
akan dikurangi hingga menjadi 0-5% dalam waktu 10 tahun.
Komoditi yang bertarif di atas 20% akan dikurangi dalam dua
tahap, yaitu tahap pertama menjadi 20% dalam waktu 5-8 tahun dan
tahap kedua dikurangi lagi menjadi 0-5 % dalam waktu 7 tahun
berikutnya.
V/10
sebanyak 35 pos tarif dinaikkan, 44 pos tarif diturunkan dan 2 pos
tarif diubah klasifikasinya. Sedangkan tingkat bea masuk tambahan
sebanyak 80 pos tarif dinaikkan, 81 pos tarif diturunkan, dan
sebanyak 184 pos tarif dihapuskan. Selanjutnya tata niaga, klasifikasi
tarif, tingkat bea masuk dan tingkat bea masuk tambahan
barang-barang impor seperti karpet dan permadani, produk kimia
dan tekstil tertentu, serta komponen/suku cadang untuk perbaikan
dan pemeliharaan pesawat terbang disempurnakan kembali.
V/11
pabean ditangguhkan; (2) Pajak Penghasilan Pasal 22 (PPh Pasal 22)
tidak dipungut; sedangkan (3) untuk penyerahan dalam negeri penye-
lesaian pungutan-pungutan yang terhutang dilakukan berdasarkan
ketentuan yang berlaku. Perusahaan atau industri yang dapat
ditetapkan sebagai EPTE adalah perusahaan yang berdomisili di luar
ataupun di dalam Kawasan Industri di wilayah pabean Indonesia.
V/12
pengaturan kembali tata cara penanaman modal, dan.penyempurnaan
tentang pemanfaatan tanah hak guna usaha dan hak guna bangunan
untuk usaha patungan dalam rangka penanaman modal asing.
SeLanjutnya paket kebijaksanaan ini juga mengatur proses
penyelesaian izin kerja bagi tenaga kerja, asing yang keahliannya
belum sepenuhnya dapat diisi oleh tenaga Indonesia.
V/13
TABEL V-1
NERACA PEMBAYARAN,
1988/89-1992/93
(juta US dolar)
1) Angka sementara
2) Angka ekspor berdasarkan dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)yang diolah oleh Bank lndonesia
dengan menggunakan "open data system". Angka-angka ini berbeda dengan angka-angka dari Biro Pusat Statistik
yang mengolah dokumen PEB dengan menggunakan “cut off date system".
3) Termasuk gas minyak bumi cair (LPG)
4) Termasuk yang dibiayai melalui Bantuan Khusus/Fast Disbursing Assistance.
5) Termasuk Bantuan Khusus/Fast Disbursing Assistance yang tidak berupa Bantuan Program.
6) Pokok pinjaman
V/14
TABEL V- 2
1)
NILAI EKSPOR (F.O.B.),
1988/89-1992/93
(juta US dolar)
1) Angka ekspor berdasarkan dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) yang diolah oleh Bank Indonesia dengan menggunakan "open date system".
Angka-angka ini berbeda dengan angka-angka dari Biro Pusat Statistik yang mengolah dokumen PEB dengan menggunakan "cut-off date system".
2) Angka sementaa
3) Termasuk gas minyak bumi cair (LPG)
V/15
GRAFIK V - 1
PERKEMBANGAN NILAI EKSPOR (F.O.B.),
1988/89 - 1992/93
V/16
TABEL V-3
Jumlah 14.311 17.374 (21,4) 23.028 (32,5) 24.803 (7,7) 27.317 (10,1)
1) Angka sementara
V/17
GRAFIK V - 2
PERKEMBANGAN NILAI IMPOR (F.O.B.),
1988/89 - 1992/93
V/18
tahun pelaksanaan Repelita V bervariasi -sejalan dengan kegiatan
industri dan investasi di dalam negeri. Pada tahun 1992/93 nilai
impor keseluruhan mencapai sebesar US$ 27,3 miliar, atau
meningkat rata-rata sebesar 17,5% per tahun sejak tahun 1988/89.
Dalam dua tahun pertama pelaksanaan Repelita V, suhu
perekonomian Indonesia meningkat dan hal ini antara lain tercermin
dalam peningkatan impor barang, terutama impor bahan baku/
penolong dan barang modal, yang cukup besar. Nilai impor non
migas dalam tahun 1989/90 naik dengan 21,3% dan naik lagi dengan
31,0% dalam tahun 1990/91. Dengan langkah-langkah penyejukan
mesin perekonomian yang ditempuh waktu itu, laju pertumbuhan
nilai impor non migas dalam dua tahun terakhir dapat diturunkan
menjadi 11,4% pada tahun 1991/92 dan 9,7% pada tahun 1992/93.
V/19
peningkatan ekspor non migas dan mobilisasi sumber-sumber dana
dari dalam negeri. Pinjaman terbesar diperoleh dalam bentuk bantu-
an proyek bersyarat lunak, di samping bentuk-bentuk pinjaman lain-
nya dan bantuan program. Sementara itu, karena banyak pinjaman
yang sudah jatuh waktu, pelunasan pfnjaman Pemerintah naik dari
US$ 3,8 miliar pada tahun 1988/89 menjadi US$ 4,8 miliar pada
tahun 1992/93.
D. EKSPOR
V/20
Ekspor non migas dalam 4 tahun terakhir meningkat rata-rata
sebesar 19,5% sehingga mencapai US$ 24,8 miliar pada tahun
1992/93. Laju pertumbuhan ekspor non migas yang cukup tinggi ini
merupakan sukses tersendiri mengingat dalam periode yang sama
perekonomian dunia masih ditandai oleh kelesuan. Adanya pening-
katan yang relatif cepat tersebut tidak dapat dipisahkan dari
keberhasilan Iangkah-langkah deregulasi dan debirokratisasi dalam
mengefisienkan perekonomian, diversifikasi produk ekspor, dan
usaha lainnya, sehingga dapat mendorong peningkatan daya saing
ekspor non migas. Berbagai faktor yang mempengaruhi ekspor non
migas, baik internal maupun eksternal, juga terus diikuti perkem-
bangannya sekaligus diupayakan pemecahannya agar ekspor non
migas dapat terus meningkat.
V/21
TABEL V – 4
NILAI BEBERAPA BARANG EKSPOR DI LUAR MINYAK DAN GAS BUMI, 1)
1988/89 – 1992/93
(juta US dolar)
1) Angka ekspor berdasarkan dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) yang diolah oleh Bank Indonesia dengan menggunakan "open date system".
Angka-angka ini berbeda dengan angka-angka dari Biro Pusat Statistik yang mengolah dokumen PEB dengan menggunakan "cut-off date system".
2) Angka diperbaiki
3) Angka sementara
V/22
TABEL V – 5
1)
HARGA BEBERAPA JENIS BARANG EKSPOR
1988/89 – 1992/93
V/23
dalam tahun 1992/93, atau meningkat rata-rata sebesar 8,1 % per
tahun. Rendahnya peningkatan tersebut antara lain disebabkan oleh
adanya kebijaksanaan diskriminatif yang dilakukan oleh Jepang dan
pembatasan penggunaan produk-produk kayu yang berasal dari kayu
tropis oleh negara-negara Eropa Barat.
V/24
66,2% pada tahun 1989/90, 47,1 % pada tahun 1990/91, 110,3 % pada
tahun 1991/92, dan 61,5 % pada tahun 1992/93, sehingga pada
tahun 1992/93 nilainya mencapai US$ 878,0 juta. Peningkatan
tersebut terutama karena perluasan pasar, peningkatan volume
ekspor, dan peningkatan kapasitas produksi di dalam negeri.
Ekspornya terutama ditujukan ke Singapura, Malaysia dan Amerika
Serikat.
V/25
meningkatnya produksi sebagai hasil relokasi industri sepatu
terutama relokasi perusahaan Korea Selatan yang mendominasi
produk sepatu olahraga.
V/26
Perkembangan dari beberapa komoditi impor non migas
(c.i.f.) menurut golongan ekonomi yang diolah oleh Biro Pusat
Statistik adalah sebagai berikut (Tabel V-6 dan Tabel V-7).
V/27
TABEL V – 6
1) Angka impor berdasarkan dokumen PPUD/PIUD yang diolah oleh Biro Pusat Statistik
dengan menggunakan "cut-off date syatem".
V/28
TABEL V – 7
1) Angka impor berdasarkan dokumen PPUD/PIUD yang diolah oleh Bico Pusat Statistik
dengan menggunakan "cut-off date system".
V/29
GRAFIK V - 3
PERKEMBANGAN IMPOR DI LUAR SEKTOR MINYAK DAN GAS BUMI
MENURUT GOLONGAN EKONOMI (C.I.F.),
1988 – 1992
V/30
atau meningkat sebesar 13,9% dibandingkan dengan tahun sebelum-nya.
Di sektor migas, pengeluaran jasa jasa neto telah meningkat
dengan 13,3 % , yaitu dari US$ 3.001 juta pada tahun 1991/92 men-
jadi US$ 3.399 juta pada.tahun 1992/93. Ini terutama disebabkan
oleh meningkatnya biaya produksi minyak bumi.
V/31
TABEL V – 8
1)
PERKEMBANGAN PINJAMAN LUAR NEGERI PEMERINTAH,
1988/89 – 1992/93
(juta US dolar)
V/32
TABEL V - 9
1)
PERSETUJUAN PINJAMAN LUAR NEGERI PEMERINTAH
1988/89 – 1992/93
(juta US dolar)
1)P injaman dan hibah IGGI at as dasar pledge dan pinjaman diluar IGGI atas das ar pers et uj uan s ampai dengan t ahun 1991/92. mul ai
t ahun 1992/93 pinjaman dan hi bah IGGI at as dasar pledge dan pinjaman di luar IGGI at as das ar pers et uj uan.
2) A ngka diperbaiki
3) A ngka s ementara
4) Termasuk B antuan Khus us /Fast Disbursing Ass istanc e
5) Termasuk k redit ekspor
6) berupa pinjaman obligas i dan pinjaman dari k elompok bank
V/33
TABEL V-10
PELUNASAN PINJAMAN LUAR NEGERI PEMERINTAH,
1988/89-1992/93
(juta US dolar)
1) 2)
Tahun Pelunasan Nilai (% dari Nilai
Pinjaman Ekspor Ekspor)
1988/89
Akhir Repelita IV 6.328 19.824 (31,9)
1989/90
Tahun Pettama Repelita V 6.202 23.830 (26,0)
1990/91
Tahun Kedua Repelita V 6.721 28.143 (23,9)
1991/92
Tahun Ketiga Repelita V 6.829 29.714 (23,0)
1992/93 3)
Tahun Keempat Repelita V 7.535 35.304 (21,3)
V/34
US$ 3.466,3 juta dalam tahun 1991/92 menjadi US$ 1.520,1 juta
dalam tahun 1992/93. Dalam pada itu, pinjaman tunai (komersial)
mulai tahun 1992/93 ditiadakan (lihat Tabel V-8).
V/35