Anda di halaman 1dari 10

ORGANISASI

A. PENDAHULUAN

Jika sekelompok individu menghadapi pekerjaan yang sudah terlalu besar untuk di
tangani oleh satu orang, maka lahirlah Organisasi. Pekerjaan yang besar itu di bagi tiap-tiap
individu dengan tugas mengerjakan yang telah terbagi tadi, dengan kemampuannya masing-
masing. Pekerjaan yang telah terbagi itu nantinya akan di kumpulkan lagi menjadi satu sehingga
akhirnya lahir sebuah Organisasi. Cara pembagian tugas dan penyatuan hasil kerja individu
tersebut dapat menyebabkan organisasi menjadi lambat atau cepat. Lambat dalam kondisi
terkendali atau cepat dalam kondisi talk terkendali dan yang lainnya.

Manusia purba biasa bekerja sendiri, mencari atau melakukan segala aktivitas dan
kebutuhannya setiap hari. Berbeda dengan manusia di zaman era-modern sekarang, yang
terkenal dengan kidz zaman nownya yang segala sesuatunya dapat di temukan dengan praktis
melalui jarigan organisasi yang sudah terbentuk dengan berbagai jenis dan kebutuhannya.

Di akhir zaman pertengahan ini, manusia berhasil menciptakan mesin. Melihat


potensinya, muncul keinginan untuk menggunakan mesin ini untuk membantu pekerjaan
manusia. Kegiatan manusia dan mesin baru bisa di gabungkan jika manusia hanya di tugasi
menangani potongan potongan kecil ( atom ) kegiatan, seperti yang sering kita temukan di
perusahaan assembling di zaman era-modern ini.

Oleh karena itu, boleh di katakan bahwa keinginan untuk mempelajari cara menangani
organisasi produksi berukuran besar baru timbul di akhir abad ke-19 atau awal abad ke-20 dan di
saat awal kemunculannya di warnai dengan pandangan yang menganggap tenaga kerja kurang
penting, tidak perlu di rawat dengan baikkarena pada saat itu persediaan tenaga kerja sedang
melimpah.

B. MASALAH
Organisasi merupakan sebuah wadah yang dapat di jadikan alat untuk mencapa ntujuan
bersama. Setiap organisasi didirika mempunyai tujuan tertentu yang ingin di capai. Organisasi
pemerintahan didirikan dengan maksud memberikan pelayanan hak-hak sipil dan ekonomi
kepada setiap warga negara secara optimal. Begitupula orgnasisasi perusahaan yang didirikan
oleh sekelompok orang, tentu bertujuan untuk memperoleh keuntungan dalam usaha. Sedangkan
organisas nirbala seperti yayasan didirikan dengan tujuan pengabdian pada masyarakat. (Astuti,
2008)

Dalam pencapaian tujuan organisasi di pengaruhi oleh perilaku organisasi itu sendiri
(Organization Behaviour) sebagai pencerminan dari perilaku dan sikap para pelaku yang berada
dalam organisasi yang bersangkutan. Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi
kebutuhan dan langkah strategik bagi setiap pemerintahan daerah. Mereka harus berubah dari
paradigma proyek ke paradigma enterpreneur, peningkatan kinerja tentu saja tidak lepas dari
faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti motivasi kerja, kepemimpinan maupun kemampuan
pegawai itu sendiri. Di antara faktorfaktor tersebut maka perlu diuji apakah perilaku pemimpin,
motivasi, dan kesempatan pengembangan karier mempengaruhi kinerja pegawai demi
tercapainya kinerja organisasi, (Watinema, 2007).

Suatu organisasi akan berjalan lancar bila semua jasa yang disumbangkan para individu
kepada organisasi mendapat perhatian dan imbalan yang seimbang. Menurut Allen (dalam
As’ad, 2001:103) menyatakan bahwa “ Berapapun sempurnanya rencana organisasi, bila mereka
tidak dapat menjalankan tugasnya dengan minat dan gembira, maka suatu organisasi tidak akan
mendapat hasil yang sebenarnya yang dapat dicapai”. Keseluruan proses motivasi kepada para
pegawai sedemikian rupa bertujuan agar mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya
tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Apabila pegawai mau bekerja dengan ikhlas niscaya
apa yang menjadi tujuan organisasi akan berhasil dan tentu saja di dalamnya terdapat faktor
peningkatan kinerja pegawai yang berdampak pada peningkatan prestasi organisasi, (Watinema,
2007).

Motivasi adalah pemberi gaya penggerak yang menciptakan kegairahan seseorang bekerja
agar efektif dan terintegrasi dengan segala daya upaya untuk mencapai kepuasan.
Tanggung jawab dari seorang pemimpin adalah mendorong pegawai ke arah pencapaian
tujuan–tujuan yang bermanfaat. Pada umumnya, seorang pemimpin memiliki sifat-sifat
kepemimpinan yang menonjol dari bawahannya sebagai suatu kemampuan atau daya lebih yang
dimilikinya, seperti kharisma, kecerdasan, disiplin, berani, tegas dan sebagainya. Tetapi
keberhasilan suatu organisasi tidaklah semata-mata ditentukan oleh sifat-sifat kepemimpinan
demikian, karena tidak semua orang sempurna, bahkan situasi dan kondisi yang dihadapi setiap
organisasi berbeda bidang kegiatannya, sehingga membutuhkan sifat-sifat kepemimpinan yang
tertentu pula. Artinya, keberhasilan atau kegagalan pemimpin ditentukan oleh gaya bersikap dan
bertindak pemimpin yang bersangkutan, yang terlihat dari cara melakukan suatu pekerjaan, cara
memberi perintah, cara berkomunikasi, membuat keputusan, memberi semangat bawahan dan
menegakkan disiplin (Astuti, 2008).

Salah satu strategi yang dapat dilakukan oleh seorang pemimpin dalam memotivasi
karyawannya adalah membuat perencanaan dan pengembangan karier bagi seluruh karyawan
selama mereka bekerja.

C. PEMBAHASAN

ORGANISASI = ORGANON (YUNANI) = ALAT. Chester I. Barnard (1938) dalam


bukunya “The Executive Functions” mengemukakan bahwa : “ Organisasi adalah system
kerjasama antara dua orang atau lebih.” James D. Mooney mengatakan bahwa : Organisasi
adalah setiap bentuk kerjasama untuk mencapai tujuan bersama.

Organisasi adalah sesuatu yang abstrak, tidak dapat dilihat maupundiraba, tetapi selalu kita
rasakan eksistensinya, hampir dalam semuaaspek kehidupan. Sebagai warga negara misalnya, kita
rasakan adanya berbagai peraturan, seperti keharusan memiliki kartu penduduk, kewajiban membayar
pajak, dan aturan lainnya, yang menunjukkan adanya organisasi yang melingkupi dan mengatur peri
kehidupan kita walaupun kita sendiritidak dapat melihat ataupun meraba organisasi yang mengeluarkan
berbagai peraturan tersebut. Karena sifatnya yang abstrak menyebabkan organisasi bisa didefinisikan
dengan macam-macam cara. Barnard mendefinisikan organisasi sebagaikumpulan individu yang
terkoordinasi secara sadar sehingga bisa jugadinyatakan sebagai suatu sistem yang terdiri dari berbagai
kegiatan yang saling berhubungan.
Hampir semua literatur memberikan definisi yang berlainan, baik karenaadanya
penggunaan kata-kata yang berbeda maupun karena adanya penekanan khusus pada aspek-aspek
tertentu, seperti pada definisi Davis.Perkembangan selanjutnya menekankan keterkaitan
organisasi terhadapaspek sosial, yaitu sebagai akibat dari adanya interaksi kelompok-
kelompokmanusia yang terdapat dalam organisasi. Perkembangan lainnya memberikan perhatian
khusus akan adanya hubungan organisasi dengan lingkungannya.Dari keseluruhan
perkembangan tersebut akhirnya ditarik kesimpulan bahwa organisasi dapat didefinisikan
sebagai berikut : Suatu kesatuan sosial dari sekelompok individu (orang), yang saling
berinteraksi menurut suatu pola yang terstruktur dengan cara tertentusehingga setiap anggota
organisasi mempunyai tugas dan fungsinya

Jadi organisasi merupakan sarana untuk melakukan kerjasama antara orang-orang dalam
rangka mencapai tujuan bersama, dengan mendayagunakan sumber daya yang dimiliki.

Pembahasan teori organisasi dalam tulisan ini terutama bertumpu pada pengertian


organisasi menurut Pendekatan Modern. Hal ini terlihat padadefinisi organisasi yang telah
diberikan sebelumnya, dimana aspeklingkungan mendapatkan perhatian khusus. Dalam
hubungannya dengan lingkungan, tampak bahwa organisasi mengambil input dari
lingkungannya ; melakukan proses transformasi, yaitu mengubah input menjadi output, dan
mengeluarkan output tersebut kepada lingkungan di luar organisasi.

Penetapan karakteristik ini hanyadapat dilakukan jika sebelumnya telah diketahui


dimensi-dimensi organisasi.Berdasarkan dimensi-dimensi itulah dapat dirumuskan karakteristik
suatuorganisasi. Dimensi organisasi terdiri dari dimensi struktural dan kontekstual, yang masing-
masing mempunyai sifat sebagai berikut.

1. Dimensi Struktural

Menggambarkan karakteristik internal organisasi, dan terdiri daridimensi-dimensi


berikut:

a. Formalisasi : Menunjukkan tingkat penggunaan dokumen tertulis dalam organisasi,yang


sebenarnya menggambarkan corak dari perilaku dan kegiatanorganisasi. 

b. Spesialisasi : Menunjukkan derajat pembagian kerja/tugas dalam organisasi.


c. Standarisasi : Menggambarkan derajat kesamaan cara/prosedur dalam melaksanakankegiatan-
kegiatan organisasi.

d. Sentralisasi : Menunjukkan corak pembagian kekuasaan menurut tingkatan (hierarki)dalam


organisasi, antara lain dengan jenis keputusan yang bolehditetapkan pada setiap tingkatan.

e. Hierarki kekuasaan (otoritas) : Menggambarkan pola pembagian kekuasaan serta rentang


kendali secaraumum.

f. Kompleksitas : Menunjukkan banyaknya kegiatan (subsistem) dalam organisasi dan terdiri dari
berikut ini.

1) Kompleksitas vertikal.Menunjukkan jumlah tingkatan yang ada pada organisasi.

2) Kompleksitas horizontal.Menunjukkan pembagian kegiatan secara horizontal, yaitu


menjadi bagian-bagian yang secara vertikal berada pada tingkatan yang sama.

g. Profesionalisme.: Menyatakan tingkat pendidikan formal maupun tidak formal yang


secararata-rata dimiliki oleh anggota organisasi.

h. Konfigurasi :.Menunjukkan bentuk pembagian anggota organisasi pada bagian-


bagianorganisasi, baik secara vertikal maupun horizontal.

2. Dimensi Kontekstual

Menggambarkan karakteristik keseluruhan organisasi dan lingkungannyayang terdiri dari


berikut ini :

a. Ukuran Organisasi.Menunjukkan besarnya organisasi, yang sering kali dinyatakan


dengan jumlah anggota (personel) organisasi. 

b. Teknologi Organisasi.Menunjukkan jenis dan tingkatan teknologi yang digunakan pada


fungsi produksi suatu organisasi.

c. Lingkungan.Menggambarkan keadaan seluruh elemen lingkungan yang terdapat diluar batas-


batas organisasi, terutama yang pengaruhnya cukup kuat terhadap organisasi.

Contoh kasus perusahaan yang berkaitan deangan pembelajaran modul ini.

1. Sejarah PT.Wijaya Karya (WIKA)


WIKA dibentuk dari proses nasionalisasi perusahaan Belanda bernama Naamloze
Vennotschap Technische Handel Maatschappij en Bouwbedijf Vis en Co. atau NV Vis en Co.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 2 tahun 1960 dan Surat Keputusan Menteri Pekerjaan
Umum dan Tenaga Listrik (PUTL) No. 5 tanggal 11 Maret 1960, dengan nama Perusahaan
Negara Bangunan Widjaja Karja. Kegiatan usaha WIKA pada saat itu adalah pekerjaan instalasi
listrik dan pipa air. Pada awal dasawarsa 1960-an, WIKA turut berperan serta dalam proyek
pembangunan Gelanggang Olah Raga Bung Karno dalam rangka penyelenggaraan Games of the
New Emerging Forces (GANEFO) dan Asian Games ke-4 di Jakarta.

Perkembangan signifikan pertama adalah di tahun 1972, dimana pada saat itu nama
Perusahaan Negara Bangunan Widjaja Karja berubah menjadi PT Wijaya Karya. WIKA
kemudian berkembang menjadi sebuah kontraktor konstruksi dengan menangani berbagai proyek
penting seperti pemasangan jaringan listrik di Asahan dan proyek irigasi Jatiluhur.

Satu dekade kemudian, pada tahun 1982, WIKA melakukan perluasan divisi dengan
dibentuknya beberapa divisi baru, yaitu Divisi Sipil Umum, Divisi Bangunan Gedung, Divisi
Sarana Papan, Divisi Produk Beton dan Metal, Divisi Konstruksi Industri, Divisi Energy, dan
Divisi Perdagangan. Proyek yang ditangani saat itu diantaranya adalah Gedung LIPI, Gedung
Bukopin, dan Proyek Bangunan dan Irigasi. Selain itu, semakin berkembangnya anak-anak
perusahaan di sektor industri konstruksi membuat WIKA menjadi perusahaan infrastruktur yang
terintegrasi dan bersinergi.

Untuk mencapai tujuan perusahaan, tidak ada lain kecuali komitmen yang tinggi untuk
mengimplementasikan prinsip-prinsip GCG (Tata Kelola Perusahaan yang Baik) pada semua
organ dan jenjang organisasi secara terencana, terarah, dan terukur sedemikian rupa sehingga
penerapan GCG dapat berlangsung secara konsisten dan sesuai dengan praktik-praktik terbaik
penerapan GCG.

Untuk itu WIKA dengan dukungan seluruh elemen keorganisasian mulai dari RUPS,
Dewan Komisaris, Direksi, hingga Karyawan, senantiasa berkomitmen untuk terus membangun
sistem, struktur, dan kultur manajemen dan organisasi yang berbasis pada nilai-nilai keterbukaan,
akuntabilitas, responsibilitas, independensi, dan kesetaraan/ keadilan.
Penerapan prinsip-prinsip GCG tercermin pada hal-hal berikut: Pelaksanaan tugas dan
tanggung jawab Dewan Komisaris dan Direksi. Pembentukan Komite-komite yang membantu
peran pengawasan Dewan Komisaris. Keterbukaan informasi secara penuh sesuai dengan
ketentuan sebagai Perusahaan Publik dan Perusahaan Tercatat. Penerapan Manajemen Risiko
dan Pengendalian Internal. Sosialisasi GCG secara berkelanjutan. Assesment penerapan GCG
sebagai sarana untuk mengetahui kinerja dan peningkatan implementasi GCG. Berbagai aktivitas
lain yang mendukung terbentuknya Good Governance.

1. Disentralisasi pengadaan barang dan jasa.


2. Sentralisasi keuangan.
3. Sistem rekrutmen SDM.

Meskipun di dalam organisasi WIKA memiliki komitmen, integritas, dan juga hubungan
yang baik antar pihak, timbulnya konflik tentu tetap tidak dapat dihindari. Beberapa alasan
adanya konflik di dalam organiasasi ini adalah: Perbedaan dalam tujuan. Dalam suatu organisasi
biasanya terdiri dari atas berbagai macam bagian yang bisa mempunyai tujuan yang berbeda-
beda. Perbedaan tujuan dari berbagai bagian ini kalau kurang adanya koordinasi dapat
menimbulkan adanya konflik. Sebagai contoh Seperti diketahui, pada 2011 lalu, WIKA telah
menghentikan proyek pembangunan mall senilai USD 11,5 juta di Libya. Adanya konflik yang
tak kunjung reda menyebabkan WIKA kesulitan untuk menyelesaikan proyek tersebut, alhasil
WIKA menghentikan proyek tersebut dan mengevakuasi pekerjanya untuk kembali ke Tanah
Air. Sebelumnya, WIKA menggandeng perusahaan lokal Libya, Solar Sahara Investment untuk
mengerjakan mall yang nilainya Rp 104,4 miliar atau setara dengan USD 11,6 juta. Proyek
kerjasama dengan mitra Libya itu mempekerjakan sekitar 500 orang, di mana 300 diantara
pekerjanya warga negara Libya. Saling ketergantungan dalam menjalankan pekerjaan. Perbedaan
dalam nilai atau persepsi. Perbedaan dalam tujuan biasanya dibarengi dengan perbedaan dalam
sikap, nilai dan persepsi yang bisa mengarah ke timbulnya konflik. Kompetisi (persaingan) yang
tidak sehat. Sabotase adalah salah satu bentuk produk konflik yang tidak dapat diduga
sebelumnya. Sabotase seringkali digunakan dalam permainan politik dalam internal organisasi
atau dengan pihak eksternal.

Berdasarkan beberapa konflik yang terjadi di dalam organisasi WIKA pada penjelasan di
atas. Maka hal-hal yang dilakukan untuk menghindari juga untuk menyelesaikan masalah yang
terjadi adalah dengan melakukan instropeksi diri dengan mencari kesalahan yang mungkin
disebabkan ego pribadi. Kalau kedua pihak saling merasa yang paling benar akan menyulitkan
bagi keutuhan organisasi. Juga melalui penyelesaian kompromistis antara dominasi kelompok
dan kelompok damai. Satu pihak memberi dan yang lain menerima sesuatu. Kedua kelompok
berpikiran moderat, tidak lengkap, tetapi memuaskan. Kompromi, setiap pihak tidak
memaksakan kehendak walaupun mungkin mereka anggap baik. Menerima usul dari anggota
lain dengan lapang dada. Jika mengambil posisi sebagai pimpinan dan ada banyak perbedaan
pendapat dari bawahan, sebaiknya melakukan sedikit otoriter dengan mengambil pendapat yang
paling logis dan mengacuhkan sisanya.

PLANING (Perencanaan)

Perencanaan tidak lain merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai
beserta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Perencanaan (planning) adalah pemilihan atau
penetapan tujuan organisasi dan penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur,
metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Pembuatan
keputusan banyak terlibat dalam fungsi ini.

PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) adalah salah satu perusahaan konstruksi di
Indonesia. Dari hasil nasionalisasi perusahaan Belanda, Naamloze Vennotschap Technische
Handel Maatschappij en Bouwbedijf Vis en Co atau NV Vis en Co, berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 2 Tahun 1960 dan Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga
Listrik (PUTL) No. 5 tanggal 11 Maret 1960, WIKA lahir dengan nama Perusahaan Negara
Bangunan Widjaja Karja.

Dimulai sebagai sub-kontraktor, di akhir 1960-an WIKA berkembang menjadi


pemborong pemasangan jaringan listrik tegangan rendah, menengah, dan tinggi. Di awal tahun
1970, WIKA memperluas usahanya menjadi perusahaan kontraktor sipil dan bangunan
perumahan.

ORGANIZING (Pengorganisasian)

Pengorganisasian merupakan suatu proses untuk merancang struktur formal ,


mengelompokkan dan mengatur serta membagi tugas-tugas atau pekerjaan diantara organisasi
agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan efisien.
ACTUATING (Penggerakkan)

Actuating dalam kepemimpinan adalah bagaimana seorang pemimpin dapat


mempengaruhi perilaku bawahan sehingga bawahan tersebut mau bekerjasama secara efektif
untuk mencapai tujuan organisasi.

Pertumbuhan WIKA tidak lepas dari peran kepemimpinan yang baik. Sebagai perusahaan
infrastruktur terintegrasi yang kuat semakin mendapat pengakuan dari berbagai pihak. Perseroan
sukses dalam melaksanakan penawaran saham perdana. Perolehan dana segar dipergunakan
untuk mendukung pertumbuhan dan inovasi yang dilakukan oleh WIKA. Posisi WIKA menjadi
kuat, dimana saat itu krisis ekonomi dunia mulai memperlihatkan dampaknya di dalam negeri.
Struktur permodalan yang kuat sangat mendukung WIKA dalam meluaskan operasinya ke luar
negeri.

Berkat strategi yang matang, WIKA saat ini memiliki 6 Strategic Business Unit (SBU)
yang meliputi konstruksi (Kontruksi sipil dan konstruksi Bangunan Gedung), Mekanikal
elektrikal, Industri Beton Pra cetak, Real Estate dan Industri Lainnya yang ke depannya akan
semakin terintegrasi menjadi perusahaan Engineering Procurement Construction (EPC) dan
Investasi.

CONTROLLING (Pengawasan)

Pengawasan adalah untuk menentukan apa yang telah dicapai, mengadakan evaluasi
atasannya, dan mengambil tindakan-tindakan korektif, bila diperlukan, untuk menjamin agar
hasilnya sesuai dengan rencana.

Dalam hal ini di PT WIKA, setiap bagian memiliki supervisor-nya tersendiri untuk
melakukan fungsi controlling. Prosedur pengawasan dalam PT WIKA relatif sama dengan
organisasi atau perusahaan lain yaitu;

1. Menetapkan standar untuk pengawasan.


2. Meneliti, memeriksa, dan menilai hasil yang dapat dicapai.
3. Membandingkan hasil dengan standar.
4. Memperbaiki penyimpangan dengan tindakan koreksi.
D. KESIMPULAN
PT.Wijaya Karya yang sudah berdiri selama lebih dari 40 tahun merupakan suatu kesuksesan
yang mencerminkan komitmen tinggi dan usaha kerjakeras. Memasuki abad ke 21, WIKA
berusaha keras meningkatkan kinerja di setiap aspek, dimulai dari manjemen, sumber daya
manusia yang tersusun guna menghasilkan inovasi dan teknologi.

Seiring dengan tantangan yang dihadapi oleh WIKA yang semakin luas, maka WIKA
memiliki visi baru yaitu VISI 2020 untuk menjadi salah satu perusahaan terbaik di bidang
Engineering Procurement dan Construction (EPC) dan Investasi terintegrasi di Asia Tenggara.
Oleh karena itu, WIKA memegang teguh motto “Spirit of Innovation” dan mengoptimalkan
nilai-nilai perusahaan yang berdasarkan pada komitmen, inovasi, keseimbangan, hasil terbaik,
hubungan yang baik, kerjasama, dan integritas.

E. DAFTAR PUSTAKA
Barnard, Chester I. (1938). The Function of the Executive, Cambridge, Massachutesst: Harvard
University
David, Ralph. (1951). The Funfamentals of Top Management. New York: Harper & Brothers
Publishers
http://www.wika.co.id/id/company-info/who-we-are/

http://www.wika.co.id/id/company-info/corporate-organization/

Anda mungkin juga menyukai