PELAYANAN FARMASI
A. LATAR BELAKANG
Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumahsakit yang
menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebutdiperjelas dalam Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah
Sakit,yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagianyang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakityang berorientasi kepada pelayanan
pasien, penyediaan obat yangbermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau
bagisemua lapisan masyarakat.Tuntutan pasien dan masyarakat akan mutu pelayanan
farmasi,mengharuskan adanya perubahan pelayanan dari paradigma lama(drug oriented) ke
paradigma baru (patient oriented) dengan filosofiPharmaceutical Care (pelayanan
kefarmasian). Praktek pelayanankefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan
untukmengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang
berhubungan dengan kesehatan.
B. RUANG LINGKUP
C. BATASAN OPERASIONAL
1. Bagan Organisasi
Pelayanan farmasi diselenggarakan dengan visi, misi, tujuan, dan baganorganisasi
yang mencerminkan penyelenggaraan berdasarkan filosofipelayanan kefarmasian.
Bagan organisasi adalah bagan yang menggambarkan pembagiantugas, koordinasi dan
kewenangan serta fungsi. Kerangka organisasiminimal mengakomodasi penyelenggaraan
pengelolaan perbekalan,pelayanan farmasi klinik dan manajemen mutu, dan harus selalu
dinamissesuai perubahan yang dilakukan yang tetap menjaga mutu sesuaiharapan pelanggan.
D. LANDASAN HUKUM
Landasan hukum yang digunakan dalam pelayanan Farmasi di rumah sakit antara lain :
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika;
2. Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 ;
3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika;
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
4. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
6. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi
dan Alat Kesehatan
7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota
8. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1197 Tahun 2004 tentang Standar Pelayanan
Farmasi di Rumah Sakit
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/068 Tahun 2010 tentang Kewajiban
Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 899 Tahun 2011 tentang Registrasi, Izin
Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA
Personalia Pelayanan Farmasi Rumah Sakit adalah sumber daya manusia yang
melakukan pekerjaan kefarmasian di rumah sakit yang termasuk dalam bagan organisasi
rumah sakit dengan persyaratan :
- Terdaftar di Departeman Kesehatan
- Terdaftar di Asosiasi Profesi
- Mempunyai izin kerja.
- Mempunyai SK penempatan
Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian dilaksanakan oleh tenagafarmasi profesional
yang berwewenang berdasarkan undang-undang,memenuhi persyaratan baik dari segi aspek
hukum, strata pendidikan,kualitas maupun kuantitas dengan jaminan kepastian
adanyapeningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap keprofesian terusmenerus dalam
rangka menjaga mutu profesi dan kepuasan pelanggan.
Kualitas dan rasio kuantitas harus disesuaikan dengan beban kerja dankeluasan
cakupan pelayanan serta perkembangan dan visi rumah sakit.
1. Kompetensi Apoteker :
Sebagai Pimpinan :
a. Mempunyai kemampuan untuk memimpin
b. Mempunyai kemampuan dan kemauan mengelola danmengembangkan pelayanan
farmasi
c. Mempunyai kemampuan untuk mengembangkan diri
d. Mempunyai kemampuan untuk bekerja sama denganpihak lain
e. Mempunyai kemampuan untuk melihat masalah,menganalisa dan memecahkan
masalah
Sebagai Tenaga Fungsional :
a. Mampu memberikan pelayanan kefarmasian
b. Mampu melakukan akuntabilitas praktek kefarmasian
c. Mampu mengelola manajemen praktis farmasi
d. Mampu berkomunikasi tentang kefarmasian
e. Mampu melaksanakan pendidikan, penelitian danpengembangan
f. Dapat mengoperasionalkan komputer
g. Mampu melaksanakan penelitian dan pengembanganbidang farmasi klinik.
Setiap posisi yang tercantum dalam bagan organisasi harusdijabarkan secara jelas
fungsi ruang lingkup, wewenang, tanggungjawab, hubungan koordinasi, fungsional, dan
uraian tugas sertapersyaratan/kualifikasi sumber daya manusia untuk dapatmenduduki posisi.
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
1. Jenis Ketenagaan
a. Untuk pekerjaan kefarmasian dibutuhkan tenaga :
1) Apoteker
2) Sarjana Farmasi
3) Asisten Apoteker (AMF, SMF)
b. Untuk pekerjaan administrasi dibutuhkan tenaga :
1) Operator Komputer /Teknisi yang memahamikefarmasian
2) Tenaga Administrasi
c. Pembantu Pelaksana
2. Beban Kerja
Dalam perhitungan beban kerja perlu diperhatikan faktorfaktoryang berpengaruh pada
kegiatan yang dilakukan, yaitu
a. Kapasitas tempat tidur dan BOR
b. Jumlah resep atau formulir pesanan per hari
c. Volume perbekalan farmasi
d. idealnya 30 tempat tidur = 1 Apoteker (untuk pelayanankefarmasian)
3. Pendidikan
Untuk menghasilkan mutu pelayanan yang baik, dalampenentuan kebutuhan tenaga
harus dipertimbangkan :
a. Kualifikasi pendidikan disesuaikan dengan jenispelayanan/tugas fungsi
b. Penambahan pengetahuan disesuaikan dengantanggung jawab
c. Peningkatan keterampilan disesuaikan dengan tugas
4. Waktu Pelayanan
Pelayanan 3 shift (24 jam)
5. Jenis Pelayanan
a. Pelayanan IGD (Instalasi Gawat Darurat)
b. Pelayanan rawat inap
c. Pelayanan rawat jalan
d. Penyimpanan dan pendistribusian
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANG
B. STANDAR FASILITAS
1. Ruang Kantor / administrasi
a. Ruang pimpinan
b. Ruang staf
c. Ruang kerja/administrasi
d. Ruang pertemuan
2. Ruang Penyimpanan
Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi, sanitasitemperatur
sinar/cahaya, kelembaban, fentilasi, pemisahanuntuk menjamin mutu produk dan
keamanan petugas yangterdiri dari :
Kondisi Umum untuk Ruang Penyimpanan :
a. Obat jadi
b. Bahan baku obat
c. Alat kesehatan dan lain-lain.
C.PERALATAN
Fasilitas peralatan memenuhi persyaratan yang ditetapkan terutamauntuk perlengkapan
dispensing baik untuk sediaan steril, non steril,maupun cair untuk obat luar atau dalam.
Fasilitas peralatan harusdijamin sensitif pada pengukuran dan memenuhi persyaratan,
peneraandan kalibrasi untuk peralatan tertentu setiap tahun.
Peralatan minimal yang harus tersedia :
a. Peralatan untuk penyimpanan, peracikan dan pembuatan obat baiknonsteril maupun
aseptik
b. Peralatan kantor untuk administrasi dan arsip
c. Kepustakaan yang memadai untuk melaksanakan pelayananinformasi obat
d. Lemari penyimpanan khusus untuk narkotika
e. Lemari pendingin dan AC untuk obat yang termolabil
f. Penerangan, sarana air, ventilasi dan sistem pembuangan limbahyang baik
g. Alarm
Macam-macam Peralatan
1. Peralatan Kantor
a. Furniture ( meja, kursi, lemari buku/rak, filing cabinet dan lainlain)
b. Komputer/mesin tik
c. Alat tulis kantor
d. Telpon dan Faximile (Disesuaikan dengan kondisi Rumah Sakit)
2. Peralatan Produksi
1. Peralatan farmasi untuk persediaan, peracikan dan pembuatanobat, baik nonsteril
maupun steril/aseptik
2. Peralatan harus dapat menunjang persyaratan keamanan carapembuatan obat yang baik
3. Peralatan Penyimpanan
a. Peralatan Penyimpanan Kondisi Umum
1) lemari/rak yang rapi dan terlindung dari debu,kelembaban dan cahaya yang
berlebihan
2) Lantai dilengkapi dengan palet
b. Peralatan Penyimpanan Kondisi Khusus :
1) Lemari pendingin dan AC untuk obat yang termolabilFasilitas peralatan
penyimpanan dingin harus divalidasisecara berkala
2) Lemari penyimpanan khusus untuk narkotika dan obat
3) psikotropika
4) Peralatan untuk penyimpanan obat, penanganan danpembuangan limbah sitotoksik
dan obat berbahaya harusdibuat secara khusus untuk menjamin keamananpetugas,
pasien dan pengunjung
4. Peralatan Pendistribusian/Pelayanan
a. Pelayanan rawat jalan (Apotik rawat jalan)
b. Pelayanan rawat inap/IGD (Apotik Rawat Inap/IGD)
c. Kebutuhan ruang perawatan/unit lain
5. Peralatan Konsultasi
a. Buku kepustakaan bahan-bahan leaflet,dan brosur dan lain-lain
b. Meja, kursi untuk apoteker dan 2 orang pelanggan, lemari untukmenyimpan medical
record
c. Komputer
d. Telpon
e. Lemari arsip
f. Kartu arsip
6. Peralatan Ruang Informasi Obat
a. Kepustakaan yang memadai untuk melaksanakan pelayananinformasi obat
b. Peralatan meja, kursi, rak buku, kotak
c. Komputer
d. Telpon - Faxcimile
e. Lemari arsip
f. Kartu arsip
g. TV dan VCD ( disesuaikan dengan kondisi Rumah Sakit )
7. Peralatan Ruang Arsip
a. Kartu Arsip
b. Lemari Arsip
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
a. Pemilihan / seleksi
Merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalahkesehatan yang terjadi di
rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi,bentuk dan dosis, menentukan kriteria pemilihan
denganmemprioritaskan obat esensial, standarisasi sampai menjaga danmemperbaharui
standar obat.
Penentuan seleksi obat merupakan peran aktif apoteker dalamPanitia Farmasi dan
Terapi untuk menetapkan kualitas danefektifitas, serta jaminan purna transaksi pembelian.
b. Perencanaan
Merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, danharga perbekalan
farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dananggaran, untuk menghindari kekosongan obat
denganmenggunakan metode yang dapat dipertanggung jawabkan dandasar-dasar
perencanaan yang telah ditentukan antara lainKonsumsi, Epidemiologi, Kombinasi metode
konsumsi danepidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.
Pedoman Perencanaan :
1) DOEN, Formularium Rumah Sakit, Standar Terapi Rumah Sakit,Ketentuan
setempat yang berlaku.
2) Data catatan medik
3) Anggaran yang tersedia
4) Penetapan prioritas
5) Siklus penyakit
6) Sisa persediaan
7) Data pemakaian periode yang lalu
8) Rencana pengembangan
c. Pengadaan
Merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telahdirencanakan dan
disetujui, melalui :
1. Pembelian :
a) Secara tender (oleh Panitia / Unit Layanan Pengadaan)
b) Secara langsung dari pabrik/distributor/pedagang besarfarmasi/rekanan
2. Produksi/pembuatan sediaan farmasi
d. Pengemasan / Produksi
Merupakan kegiatan membuat, merubah bentuk, dan pengemasankembali sediaan
farmasi steril atau nonsteril untuk memenuhikebutuhan pelayanan kesehatan di rumah
sakit.
Kriteria obat yang diproduksi :
1. Sediaan farmasi dengan formula khusus
2. Sediaan farmasi dengan harga murah
3. Sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil
4. Sediaan farmasi yang tidak tersedia dipasaran
e. Penerimaan
Merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yangtelah diadakan sesuai
dengan aturan kefarmasian, melaluipembelian langsung, tender, konsinyasi atau
sumbangan.
Pedoman dalam penerimaan perbekalan farmasi:
1. Pabrik harus mempunyai Sertifikat Analisa
2. Barang harus bersumber dari distributor utama
3. Harus mempunyai Material Safety Data Sheet (MSDS)
4. Khusus untuk alat kesehatan/kedokteran harus mempunyaicertificate of origin
5. Expire date minimal 2 tahun
f. Penyimpanan
Merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurutpersyaratan yang
ditetapkan:
1. Dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya
2. Dibedakan menurut suhunya, kestabilannya
3. Mudah tidaknya meledak/terbakar
4. Tahan/tidaknya terhadap cahayadisertai dengan sistem informasi yang selalu
menjaminketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan
g. Pendistribusian
Merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di rumahsakit untuk
pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasienrawat inap dan rawat jalan serta untuk
menunjang pelayananmedis.
Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkauoleh pasien dengan
mempertimbangkan :
a) Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada
b) Metode sentralisasi atau desentralisasi
c) Sistem floor stock dan resep individu.
Kegiatan :
a. Pengkajian Resep
Kegiatan dalam pelayanan kefarmasian yang dimulai dari seleksipersyaratan
administrasi, persyaratan farmasi dan persyaratanklinis baik untuk pasien rawat inap
maupun rawat jalan.
Persyaratan administrasi meliputi :
1) Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien
2) Nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter
3) Tanggal resep
4) Ruangan/unit asal resep
Persyaratan farmasi meliputi :
1) Bentuk dan kekuatan sediaan
2) Dosis dan Jumlah obat
3) Stabilitas dan ketersediaan
4) Aturan, cara dan tehnik penggunaan
Persyaratan klinis meliputi :
1) Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat
2) Duplikasi pengobatan
3) Alergi, interaksi dan efek samping obat
4) Kontra indikasi
5) Efek aditif
b. Dispensing
Merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap validasi,interpretasi,
menyiapkan/meracik obat, memberikan label/etiket,penyerahan obat dengan pemberian
informasi obat yang memadaidisertai sistem dokumentasi.
Tujuan
1) Mendapatkan dosis yang tepat dan aman
2) Menyediakan nutrisi bagi penderita yang tidak dapat menerimamakanan secara oral
atau emperal
3) Menurunkan total biaya obat
Dispensing dibedakan berdasarkan atas sifat sediaannya:
a) Dispensing sediaan farmasi khusus
- Dispensing sediaan farmasi parenteral nutrisi, merupakan kegiatan
pencampuran nutrisi parenteral yang dilakukam oleh tenaga yang terlatih
secara aseptis sesuai kebutuhan pasien dengan menjaga stabilitas sediaan,
formula standar dan kepatuhan terhadap prosedur yang menyertai.
- Dispensing sediaan farmasi pencampuran obat steril, melakukan
pencampuran obat steril sesuai kebutuhan pasien yang menjamin
kompatibilitas, dan stabilitas obat maupun wadah sesuai dengan dosis yang
ditetapkan.
b) Dispensing sediaan farmasi berbahaya
Merupakan penanganan obat kanker secara aseptis dalam kemasah siap pakai
sesuai kebutuhan pasien oleh tenaga farmasi yang terlatih dengan pengendalian
pada keamanan terhadap lingkungan, petugas maupun sediaan obatnya dari
efek toksik dan kontaminasi, dengan menggunakan alat pelindung diri,
mengamankan pada saat pencampuran, distribusi, maupun proses pemberian
kepada pasien sampai pembuangan limbahnya.
g. Ronde/Visite Pasien
Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap bersama timdokter dan tenaga
kesehatan lainnya.
Tujuan :
1) Pemilihan obat
2) Menerapkan secara langsung pengetahuan farmakologiterapetik
3) Menilai kemajuan pasien.
4) Bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain.
Kegiatan :
1) Apoteker harus memperkenalkan diri dan menerangkan tujuandari kunjungan
tersebut kepada pasien.
2) Untuk pasien baru dirawat Apoteker harus menanyakan terapiobat terdahulu dan
memperkirakan masalah yang mungkinterjadi.
3) Apoteker memberikan keterangan pada formulir resep untukmenjamin penggunaan
obat yang benar.
4) Melakukan pengkajian terhadap catatan perawat akan bergunauntuk pemberian
obat.
5) Setelah kunjungan membuat catatan mengenai permasalahandan penyelesaian
masalah dalam satu buku dan buku inidigunakan oleh setiap Apoteker yang
berkunjung ke ruangpasien untuk menghindari pengulangan kunjungan.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan :
1) Pengetahuan cara berkomunikasi
2) Memahami teknik edukasi
3) Mencatat perkembangan pasien
A. Pengertian
B. Tujuan
1. Untuk memperbaiki keamanan obat-obat yang perlu diwaspadai (high alert
medications)
Ruang Lingkup
1. Obat-obat yang beresiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan seperti
obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip
2. Obat-obat yang perlu diwaspadai (high alert medications) merupakan obat-obat yang
sering menyebabkan terjadinya kesalahan / kesalahan serius (sentinel event), obat yang
beresiko tinggi menyebankan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome) seperti
obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan
Mirip / NORUM), atau Look Alike Sound Alike / LASA).
3. Obat-obat yang sering digunakan dalam keadaan darurat karena berkaitan dengan
keselamatan pasien.
BAB VI
KESELAMATAN KERJA
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Terlaksananya kesehatan dan keselamatan kerja di instalasi farmasi agar tercapai
pelayanan kefarmasian dan produktivitas kerja yang optimal.
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan perlindungan kepada pekerja farmasi, pasien dan pengunjung
b. Mencegah kecelakaan kerja, paparan / pajanan bahan berbahay, kebakaran dan
pencemaran lingkungan,
c. Mengamankan peralatan kerja, sedian farmasi,
d. Menciptakan cara kerja yang baik dan benar.
Untuk terlaksananya K3 IFRS secara optimal maka perlu dilakukan tahapan sebagai
berikut :
1. Identifikasi, Pengukuran dan Analisis :
Identifikasi, pengukuran dan analisis sumber-sumber yang dapat menimbulkan rsiko
terhadap kesehatan dan keselamatan kerja seperti :
a. Kondisi fisik pekerja :
Hendaklah dilakukan pemeriksaan kesehatan sebagai berikut:
1) Sebelum dipekerjakan,
2) Secara berkala, paling sedikit setahun sekali,
3) Secara khusus, yaitu sesudah pulih dari penyakit infeksi pada saluran pernafasan
( TBC ) dan penyakit menular lain, terhadap pekerja terpapar di suatu lingkungan
dimana terjadi wabah, dan apabila dicurigai terkena penyakit akibat kerja.
b. Sifat dan Beban Kerja
Beban kerja adalah beban fidik dan mental yang harus dipikul oleh pekerja dalam
melakukan pekerjaannya. Sedangkan lingkungan kerja yang tak mendukung
merupakan beban tambahan bagi pekerja tersebut.
c. Kondisi Lingkungan Kerja
Lingkungan kegiatan IFRS dapat mempengaruhi kesehatan kerja dalam 2 bentuk :
d. Kecelakaan kerja di lingkungan IFRS seperti terpeleset, tersengat listrik, terjepit
pintu,
1) di tangga : terpeleset, tersandung,terjatuh
2) di gudang : terpeleset, tersandung,terjatuh, kejatuhan barang
3) di ruang pelayanan : terpeleset,tersandung, terjatuh, tersengat listrik
4) di ruang produksi : luka bakar, ledakan,kebakaran
5) di ruang penanganan sitostatik
6) di ruang TPN (Total ParenteralNutrition)
e. Penyakit akibat kerja di rumah sakit
1) tertular pasien
2) alergi obat
3) keracunan obat
4) resistensi obat
2. Pengendalian :
a. Legislatif Kontrol,
b. Administratif Kontrol,
c. Medikal Kontrol,
d. Engineering Kontrol.
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU
A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Agar setiap pelayanan farmasi memenuhi standar pelayanan yang ditetapkandan dapat
memuaskan pelanggan.
2. Tujuan Khusus
a. Menghilangkan kinerja pelayanan yang substandar
b. Terciptanya pelayanan farmasi yang menjamin efektifitas obatdan keamanan pasien
c. Meningkatkan efesiensi pelayanan
d. Meningkatkan mutu obat yang diproduksi di rumah sakit sesuaiCPOB (Cara
Pembuatan Obat yang Baik)
e. Meningkatkan kepuasan pelanggan
f. Menurunkan keluhan pelanggan atau unit kerja terkait
B. EVALUASI
1. Jenis Evaluasi
Berdasarkan waktu pelaksanaan evaluasi, dibagi tiga jenis programevaluasi:
a. Prospektif : program dijalankan sebelum pelayanandilaksanakan
Contoh : pembuatan standar, perijinan.
b. Konkuren : program dijalankan bersamaan dengan pelayanandilaksanakan
Contoh : memantau kegiatan konseling apoteker, peracikanresep oleh Asisten
Apoteker
c. Retrospektif : program pengendalian yang dijalankan setelahpelayanan dilaksanakan
Contoh : survei konsumen, laporan mutasi barang.
2. Metoda Evaluasi
a. Audit (pengawasan)
Dilakukan terhadap proses hasil kegiatan apakah sudahsesuai standar
b. Review (penilaian)
Terhadap pelayanan yang telah diberikan, penggunaansumber daya, penulisan resep.
c. Survei
Untuk mengukur kepuasan pasien, dilakukan dengan angketatau wawancara langsung.
d. Observasi
Terhadap kecepatan pelayanan antrian, ketepatanpenyerahan obat.
C. PENGENDALIAN MUTU
Merupakan kegiatan pengawasan, pemeliharaan dan audit terhadapperbekalan farmasi
untuk menjamin mutu, mencegah kehilangan,kadaluarsa, rusak dan mencegah ditarik dari
peredaran sertakeamanannya sesuai dengan Kesehatan, Keselamatan Kerja RumahSakit (K3
RS).yang meliputi :
a. Melaksanakan prosedur yang menjamin keselamatan kerja danlingkungan.
b. Melaksanakan prosedur yang mendukung kerja tim PengendalianInfeksi Rumah Sakit .