Pengertian, jenis dan dasar syariah akad mudharabah prinsip pembagian hasil usaha
Bagi hasil akad mudharabah musyarakan perlakuan akuntansi
PAPERS
Oleh :
Selfi Widiyanti
1915100169
DOSEN:
Mata Kuliah :
AKUNTANSI SYARIAH
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
karunianya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas paper ini tepat pada waktunya. Adapun
judul dari paper ini adalah “ AKAD MUDHARABAH ”.
Adapun tujuan dari penulisan dari paper ini adalah untuh memenuhi tugas dari ibu Fitri
Yani Panggabean, SE.,M.Si. pada mata kuliah Akuntansi Syariah. Selain itu, paper ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan dan ilmu mengenai AKAD MUDHARABAH yang
bermanfaat kedepannya.
Demikian lah paper ini saya buat. Semoga paper ini bisa bermanfaat bagi para pembaca
dan juga bagi para penulis.
I
Daftar isi
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Makalah
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Akad Mudharabah
2.2. Syarat dan Rukun Mudharabah
2.3. Jenis – Jenis Akad Mudhdaraba
2.4. Hikmah Mudharabah
2.5. Asas-asas Perjanjian Mudharabah
2.6. Sebab-sebab Batalnya Mudharabah
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
II
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2. Rumusan Masalah
Pengertian Mudharabah
Syarat dan Rukun Mudharaba
Jenis-jenis Mudharabah
Hikmah Mudharabah
Asas-asas Perjanjian Mudharabah
Sebab-sebab Batalnya Mudharabah
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Al-Bakri Ibn al-Arif Billah al-Sayyid Muhammad Syata berpendapat bahwa Mudharabah
ialah: “Seseorang memberikan masalahnya kepada yang lain dan di dalmnya diterima
penggantian.”
Sayyid Sabiq berpendapat, Mudharabah ialah “akad antara dua belah pihak untuk salah satu
pihak mengeluarkan sejumlah uang untuk diperdagangkan dengan syarat keuntungan dibagi dua
sesuai dengan perjanjian”.
Menurut Imam Taqiyuddin, mudharabah ialah ”Akad keuangan untuk dikelola dikerjakan
dengan perdagangan.”
4
2. Materi yang diperjanjikan atau objek yang diakadkan terdiri dari atas modal (mal), usaha
(berdagang dan lainnya yang berhubungan dengan urusan perdagangan tersebut), keuntungan;
3. Sighat, yakni serah/ungkapan penyerahan modal dari pemilik modal (ijab) dan
terima/ungkapan menerima modal dan persetujuan mengelola modal dari pemilik modal (qabul)[
5
antar sesama manusia. Seorang yang berharta mau bergabung dengan orang yang pandai
memperdagangkan harta dari harta yang dipinjami oleh orang kaya tersebut.
6
atas kerja yang dilakukannya, karena usaha yang dilakukannya atas izin pemilik modal
dan mudharib melakukan suatu pekerjaan yang berhak untuk diberi upah. Semua laba
yang dihasilkan dari usaha yang telah dikerjakan adalah hak pemilik modal. Jika terjadi
kerugian maka pemilik modal juga yang menanggungnya. Karena mudharib dalam hal ini
berkedudukan sebagai buruh dan tidak dapat dibebani kerugian kecuali karena
kecerobohannya.
2. Pengelola atau mudharib sengaja tidak melakukan tugas sebagaimana mestinya dalam
memelihara modal, atau melakukan sesuatu yang bertentangan dengan tujuan akad. Jika
seperti itu dan terjadi kerugian maka, pengelola berkewajiban untuk menjamin modal karena
penyebab dari kerugian tersebut.
3. Pengelola meninggal dunia atau pemilik modalnya, maka Mudharabah akan menjadi
batal.
Jika pemilik modal yang wafat, pihak pengelola berkewajiban mengembalikan modal kepada
ahli waris pemilik modal serta keuntungan yang diperoleh diberikan kepada ahli warisnya
sebesar kadar prosentase yang disepakati. Tapi jika yang wafat itu pengelola usaha, pemilik
modal dapat menuntut kembali modal itu kepada ahli warisnya dengan tetap membagi
keuntungan yang dihasilkan berdasarkan prosentase jumlah yang sudah disepakati.
Jika Mudharabah telah batal, sedangkan modal berbentuk ‘urudh (barang dagangan), maka
pemilik modal dan pengelola menjual atau membaginya, karena yang demikian itu
merupakan hak berdua. Dan jika si pengelola setuju dengan penjualan, sedangkan pemilik
modal tidak setuju, maka pemilik modal dipaksa menjualnya, karena si pengelola
mempunyai hak di dalam keuntungan dan dia tidak dapat memperolehnya kecuali dengan
menjualnya. Demikian menurut madzhab Asy Syafi’i dan Hambali.
7
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak di mana pemilik modal
(shahibul amal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu
perjanjian di awal. Bentuk ini menegaskan kerja sama dengan kontribusi seratus persen modal
dari pemilik modal dan keahlian dari pengelola.
AkadMudharabahharusbejalansesuaidenganketentuan-
ketentuansyari’ahdimanasipengelolaharusmenjalankanusahanyadengan rasa tanggungjawab yang
tinggi, sesuaidenganprisipSyari’ahdanberupaya agar usahanyatidakterjadikerugian.Kerugianbisa
di akibatkanolehbeberapahal, yaitu:
1. Disebabkanolehresikobisnis;
2. Disebabkanolehmusibahataubencanaalamdan
3. Disebabkanolehkelalaianataupenyimpangan yang dilakukanolehsipengelola.
8
DAFTAR PUSTAKA
9
10