Anda di halaman 1dari 8

Sifat Permasalahan, Macam Permasalahan yang dihadapi UKM, dan Bentuk

Kelembagaan Untuk Perumusan dan Implementasi Kebijaksanaan UKM

NAMA ANGGOTA
KELAS G AKUNTANSI

1. I Made Merta Yasa (02/1902622010360)


2. I Wayan Yoga Pratama Putra (30/1902622010388)

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PRODI AKUNTANSI
TAHUN 2020/2021
1.1. Sifat Permasalahan

Perkembangan UKM di Indonesia tidak lepas dari berbagai macam masalah. Tingkat
intensitas dan sifat dari masalah – masalah tersebut bisa berbeda tidak hanya menurut jenis produk
atau pasar yang dilayani. Tetapi juga berbeda antar wilayah / lokasi, antar sentra, antar sektor atau
subsektor atau jenis kegiatan, dan antar unit usaha dalam kegiatan / sektor yang sama. Namun
demikian, ada beberapa masalah yang umum dihadapi oleh pengusaha kecil dan menengah seperti
keterbatasan modal kerja dan / atau modal investasi, kesulitan mendapatkan bahan baku dengan
kualitas yang baik dan harga yang terjangkau, keterbatasan teknologi, SDM dengan kualitas yang
baik (terutama manajemen dan teknisi produksi), informasi khususnya mengenai pasar, dan
kesulitan dalam pemasaran (termasuk manajemen dan teknisi distribusi). Dengan demikian,
masalah – masalah yang dihadapi banyak pengusaha kecil dan menengah bersifat multidimensi.
Selain itu, secara alami ada beberapa permasalahan yang bersifat lebih intern (sumbernya di dalam
perusahaan), sedangkan lainnya lebih bersifat eksternal (sumbernya di luar perusahaan, atau di
luar pengaruh perusahaan. Dua masalah eksternal yang oleh banyak pengusaha kecil dan
menengah dianggap paling serius adalah keterbatasan akses ke bank dan distorsi pasar (output
maupun input) yang disebabkan oleh kebijaksanaan – kebijaksanaan atau peraturan – peraturan
pemerintah yang tidak kondusif, yang disengaja maupun tidak disengaja lebih menguntungkan
pengusaha besar, termasuk investor asing (PMA).

1.2. Macam Permasalahan yang Dihadapi UKM

1. Minimnya Modal
Permasalahan UKM paling utama adalah modal usaha yang terbatas. Akibatnya, para
pengusaha tidak bisa menaikkan jumlah produksinya untuk mencapai omzet lebih banyak. Para
pelaku UMKM mungkin saja memiliki banyak ide bisnis untuk mengembangkan usahanya,
namun harus terhenti karena tidak adanya modal tambahan. Jika ditelusuri ke belakang, banyak
pelaku UMKM yang kesulitan untuk mendapatkan modal tambahan.
2. Distribusi Tidak Tepat
Kurangnya channel untuk pendistribusian barang juga menjadi tantangan yang dihadapi
oleh pelaku UMKM. Rekomendasi teman dan pemasaran dari mulut ke mulut bahkan menjadi
channel favorit pelaku UMKM dalam memasarkan produknya. Kenyataan di lapangan, pelaku
UMKM yang didominasi oleh generasi X hanya berfokus pada kualitas produksi barang.
Sehingga, terkadang distribusi menjadi kurang fokus dan ditempatkan pada nomor ke sekian.

3. Pengelolaan Keuangan Tidak Efisien


Memiliki arus kas yang kuat dapat membuat bisnis Anda berjalan. Karena, pada dasarnya
manajemen keuangan berhubungan langsung dengan arus kas. Itulah permasalahan UMKM
yang sering dihadapi saat ini. Tidak sedikit pada pelaku UMKM di Indonesia yang tidak
memperhatikan pengelolaan keuangan bisnis. Hal tersebut tentunya berakibat pada
pengelolaan keuangan tidak bekerja secara efisien.

4. Kurangnya Inovasi
Banyak pelaku UMKM jalan di tempat dalam mengembangkan usahanya karena
minimnya inovasi. Akhirnya banyak usaha yang hanya bertahan selama 1-2 tahun, kemudian
bangkrut karena produk atau jasa yang ditawarkan tidak kuat atau kalah bersaing. Pelaku
UMKM diharapkan mampu untuk berpikir kritis sekaligus inovatif dalam memproduksi
barang dan jasa. Meski barang yang ditawarkan sejenis, tetapi jika masing-masing memiliki
perbedaan yang signifikan membuat konsumen mempunyai banyak pilihan.

5. Belum Memaksimalkan Pemasaran Online


Salah satu faktor yang menyebabkan pendistribusian barang UMKM kurang meluas karena
pengusaha belum melakukan pemasaran online baik melalui website dan
optimasi SEO maupun media sosial. Mungkin, beberapa pelaku UMKM sudah memasarkan
produknya secara online melalui media sosial, situs marketplace, dan lainnnya. Akan tetapi,
dalam prakteknya masih kurang maksimal. Sehingga, hasil yang didapat pun kurang maksimal.
Kurangnya pengetahuan sampai dengan adaptasi terhadap internet dan perkembangan
teknologi yang dialami pelaku UMKM ini menjadi tantangan dan masalah yang harus
dibhadapi.

6. Pembukuan Masih Manual


Pembukuan termasuk dalam pengelolaan keuangan yang menjadi salah satu inti
keberhasilan usaha. Kesulitan dalam memperhitungkan omset, laba kotor sampai dengan laba
bersih karena pembukuan yang masih manual seringkali menghambat UMKM untuk
bisa growth dan scale up bisnisnya. Walaupun terkesan tata tertib, pembukuan untuk bisnis
merupakan hal yang sepele, nyatanya dengan data pembukuanlah suatu perusahaan bisa
mengukur keberhasilan dan merencanakan strategi perusahaan ke depannya.

7. Manajemen Waktu
Manajemen waktu merupakan hal yang terlihat sepele, Namun pada dasarnya manajemen
waktu merupakan permasalahan yang banyak dihadapi UMKM. Lebih dari 90 persen pemilik
bisnis bekerja multitasker, Mereka bekerja menjadi pengusaha sekaligus pemilik bisnis kecil
dan pengurus semua masalah bisnis kecil.

8. Tidak Memiliki Izin


Permasalahan UMKM yang terakhir yaitu tidak adanya izin usaha resmi, sehingga
menghambat laju usaha. Kepemilikan badan hukum yang jelas hanya dimiliki oleh segelintir
pelaku UMKM. Mayoritas UMKM juga mengalami tantangan di bidang pengetahuan
mengenai aspek legalitas dan perizinan, termasuk persyaratan sampai dengan bagaimana
proses yang ditempuh dalam proses pengurusannya.

1.3. Bentuk Kelembagaan Untuk Perumusan dan Implementasi Kebijaksanaan UKM


Dalam menentukan arah kebijakan umkm saat ini dilakukan oleh dua kementrian. Pertama,
yakni Kementrian Koperasi Dan UMKM. Kedua, merupakan tugas Kementrian Perencanaan
Pembangunan Nasional. kedua kemetrian tersebut bersinergi gunan mennetukan strategi serat arah
gerak Koperasi dan UMKM saat ini. Berdasarkan Peraturan Menteri negara Koperasi dan Usaha
Kecil dan Menengah Republik Indonesia No. 02/Per/M.KUKM/I/2008 tentang Pemberdayaan
Business Development Services-Provider (BDS-P) Untuk Pengembangan Koperasi, Usaha Mikro,
Kecil Dan Menengah (KUMKM), berikut adalah organisasi penyelengara pemberdayaan
KUMKM:

1. Organsiasi penyelenggara pemberdayaan BDS-P untuk pengembangan KUMKM


terdiri dari :
a. organisasi penyelenggara tingkat Pemerintah Pusat Cq. Kementerian Negara
Koperasi dan UKM, dilaksanakan oleh Deputi Menteri Negara Bidang
Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha
b. organisasi penyelenggara tingkat Pemerintah Daerah Cq. Dinas/Badan yang
membidangi Koperasi dan UKM Provinsi/Kabupaten/Kota.

2. Dalam rangka koordinasi Pemberdayaan BDS-P, dapat dibentuk :


a. Kelompok Kerja (Pokja) di tingkat pusat, beranggotakan unsur Kementerian
Negara Koperasi dan UKM dan instansi pemerintah terkait, ditetapkan
berdasarkan Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
dan/atau Deputi Menteri Negara Bidang Pengembangan dan Restrukturisasi
Usaha, dengan tugas antara lain:
• Merumuskan kebijakan pemberdayaan BDS-P tingkat nasional
• Melakukan koordinasi pemberdayaan BDS-P antara Pusat dan Daerah
• Melakukan pengembangan parameter-parameter standar bagi peningkatan
kemampuan BDS-P, sosialisasi, monitoring dan evaluasi pelaksanaan
pemberdayaan BDS-P
• Menyusun dan melaporkan pelaksanaan program pemberdayaan BDS-P,
kepada Menteri Negara Koperasi dan UKM

b. Kelompok Kerja (Pokja) di tingkat Daerah beranggotakan unsur Pemerintah


Daerah, Perguruan Tinggi, Dunia Usaha dan Organisasi Kemasyarakatan,
ditetapkan berdasarkan Keputusan Gubernur/Bupati/Walikota, dengan tugas
antara lain:
• Merumuskan kebijakan dan program pemberdayaan BDS-P di tingkat
Provinsi/Kabupaten/Kota
• Melakukan koordinasi pemberdayaan BDS-P antara Pemerintah Daerah,
Dunia Usaha dan Perguruan Tinggi
• Mendorong Perguruan Tinggi berperan antara lain, mengembangkan
inovasi, perluasan akses Teknologi Tepat Guna, pengembangan modul dan
perangkat lunak layanan pengembangan bisnis bagi KUMKM
• Mendorong Dunia Usaha berperan antara lain, memfasilitasi perluasan
jaringan usaha dan kemitraan.
• Melakukan sosialisasi, pembinaan-pengembangan, monitoring dan evaluasi
kinerja BDS-P
• Menyusun dan melaporkan pelaksanaan program pemberdayaan BDS-P
kepada Gubernur, Bupati/Walikota.

Dalam rangka mewujudkan sasaran tersebut, pemberdayaan koperasi dan UMKM akan
dilaksanakan dengan arah kebijakan sebagai berikut:
1. Mengembangkan usaha kecil dan menengah (UKM) yang diarahkan untuk memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja,
dan peningkatan daya saing; sedangkan pengembangan usaha skala mikro lebih
diarahkan untuk memberikan kontribusi dalam peningkatan pendapatan pada kelompok
masyarakat berpendapatan rendah.

2. Memperkuat kelembagaan dengan menerapkan prinsip-prinsip tata kepemerintahan


yang baik (good governance) dan berwawasan gender terutama untuk:
a. Memperluas akses kepada sumber permodalan khususnya perbankan
b. Memperbaiki lingkungan usaha dan menyederhanakan prosedur perijinan
c. Memperluas dan meningkatkan kualitas institusi pendukung yang menjalankan
fungsi intermediasi sebagai penyedia jasa pengembangan usaha, teknologi,
manajemen, pemasaran dan informasi.

3. Memperluas basis dan kesempatan berusaha serta menumbuhkan wirausaha baru


berkeunggulan untuk mendorong pertumbuhan, peningkatan ekspor dan penciptaan
lapangan kerja terutama dengan:
a. Meningkatkan perpaduan antara tenaga kerja terdidik dan terampil dengan adopsi
penerapan tekonologi
b. Mengembangkan umkm melalui pendekatan klaster di sektor agribisnis dan
agroindustri disertai pemberian kemudahan dalam pengelolaan usaha, termasuk
dengan cara meningkatkan kualitas kelembagaan koperasi sebagai wadah
organisasi kepentingan usaha bersama untuk memperoleh efisiensi kolektif
c. Mengembangkan umkm untuk makin berperan dalam proses industrialisasi,
perkuatan keterkaitan industri, percepatan pengalihan teknologi, dan peningkatan
kualitas sdm
d. Mengintegrasikan pengembangan usaha dalam konteks pengembangan regional,
sesuai dengan karakteristik pengusaha dan potensi usaha unggulan di setiap
daerah.
e. Mengembangkan umkm untuk makin berperan sebagai penyedia barang dan jasa
pada pasar domestik yang semakin berdaya saing dengan produk impor,
khususnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat banyak.
f. Membangun koperasi yang diarahkan dan difokuskan pada upaya-upaya untuk:
• Membenahi dan memperkuat tatanan kelembagaan dan organisasi koperasi di
tingkat makro, meso, maupun mikro, guna menciptakan iklim dan lingkungan
usaha yang kondusif bagi kemajuan koperasi serta kepastian hukum yang
menjamin terlindunginya koperasi dan/atau anggotanya dari praktek-praktek
persaingan usaha yang tidak sehat
• Meningkatkan pemahaman, kepedulian dan dukungan pemangku kepentingan
(stakeholders) kepada koperasi
• Meningkatkan kemandirian gerakan koperasi.
DAFTAR PUSTAKA

http://kangaminblog.blogspot.com/2012/12/permasalahanukm.html#:~:text=Namun%20demikia
n%2C%20ada%20beberapa%20masalah,yang%20baik%20(terutama%20manajemen%20dan
http://zakiyatur97.blogspot.com/2018/09/manajemen-koperasi-dan-umkm-usaha-mikro.html
https://seoanaksholeh.com/permasalahan-umkm/

Anda mungkin juga menyukai