Anda di halaman 1dari 18

MEWUJUDKAN TATA RUANG WILAYAH PERTAHANAN MARITIM

GUNA MENJAGA KEUTUHAN WILAYAH NKRI


oleh : Tatit Eko Witjaksono, S.E., M.Tr(Han)

1. Pendahuluan.
Keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berawal
dari deklarasi Djuanda tahun 1957 yang menegaskan konsepsi Wawasan
Nusantara, kemudian diperkuat dalam United Nations Convention on the Law of
the Sea (UNCLOS) 1982 yang menempatkan Indonesia sebagai Negara
Kepulauan dengan potensi ekonomi yang sangat besar . Melalui Deklarasi
Djuanda, cara pandang bangsa Indonesia terhadap wilayah laut ditekankan
pada kesatuan teritorial wilayah tanah air yang berdaulat. Anugerah sebagai
Negara kepulauan yang telah mendapatkan pengakuan dunia ini harus
dimanfaatkan untuk kepentingan pembangunan dan pertahanan keamanan
negara, sekaligus dasar dalam penetapan wilayah NKRI.
Deklarasi Djuanda 1957 dan UNCLOS 1982 memberikan peluang yang
besar bagi bangsa Indonesia untuk mengimplementasikan secara serius dalam
kebijakan-kebijakan pembangunan nasional yang memprioritaskan orientasi
yang berbasis maritim. Mengingat kondisi geografis NKRI sebagai negara
kepulauan yang telah mendapatkan pengakuan dunia, maka sudah barang
tentu seluruh proses pembangunan seharusnya bercirikan dan berorientasi
kepulauan yang ditunjang oleh semua kekuatan strategis di lautan yang
didukung oleh kebijakan pembangunan nasional yang berbasis maritim untuk
menjadi negara maritim. Negara Maritim adalah sebuah negara yang
menguasai semua kekuatan strategis di lautan yang didukung oleh kekuatan
maritim baik itu armada perdagangan, armada perang, Industri dan jasa maritim
serta kebijakan pembangunan negara yang berbasis maritim. 1
Pembangunan ketahanan nasional dirancang dan dirumuskan
berdasarkan pemikiran geostrategi Indonesia dengan memperhatikan kondisi
bangsa dan konstelasi geografi Indonesia yang merupakan negara maritim.2

1
Seskoal, Pusjianmar, Konsep negara maritim dan Ketahanan Nasional, Naskah kajian Tim
Pusjianmar Seskoal, Jakarta, Juli 2013.
2
Lemhanas, Modul sub bidang studi Konsepsi Ketahanan Nasional/Lembaga Ketahanan
Nasional RI (PPSA) LIII 2015
2

Sebagaimana penjelasan sebelumnya, bahwa keutuhan wilayah NKRI adalah


salah satu syarat mutlak diakuinya keberadaan Republik Indonesia sebagai
negara kesatuan, yang dalam perjalanan hidup bangsa tentu telah merumuskan
dan menerapkan suatu bentuk strategi pertahanan negara agar kelangsungan
hidup dan keutuhan wilayah NKRI tetap terjaga. Karena Indonesia sebagai
negara kepulauan, maka memerlukan strategi pertahanan negara kepulauan
berbasis maritim untuk menjaga dan melindungi segenap potensi maritim dan
kedaulatan negara serta keutuhan wilayah NKRI sekaligus untuk menangkal
setiap ancaman terhadap bahaya keamanan dan pertahanan Negara yang
datangnya tidak dapat diperkirakan.3
Dihadapkan dengan berbagai peluang ancaman keamanan dan
pertahanan sebagai akibat dari letak negara yang strategis, Indonesia
menetapkan strategi pertahanan negara sebagaimana tercantum dalam UU No.
3 tahun 2002 tentang Pertahanan yang mengamanatkan bahwa Pertahanan
Negara disusun dengan memperhatikan kondisi geografis Indonesia sebagai
negara kepulauan dan bertujuan untuk menegakkan kedaulatan negara dan
mempertahankan keutuhan wilayah NKRI. Konsep strategi pertahanan negara
Indonesia dirancang untuk memberikan perlindungan dalam menghadapi
berbagai bentuk ancaman serta bertumpu kepada upaya mewujudkan dampak
penangkalan dan menganut prinsip Forward Defence dengan menyongsong
musuh di batas terluar Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia dan di wilayah
udara di atasnya.
Karena bercirikan negara maritim, maka strategi pertahanan negara
Indonesia juga tidak dapat dipisahkan dari bagaimana pengelolaan dan
pemanfaatan ruang maritim untuk sebesar-besarnya kepentingan
kesejahteraan rakyat dan pertahanan negara secara menyeluruh demi
keutuhan wilayah NKRI. Untuk itu, perlu disusun strategi pembangunan negara
maritim yang diawali dengan pengelolaan tata ruang wilayah maritim yang
didukung oleh strategi pertahanan negara yang berwawasan maritim dengan
memperhatikan konstelasi geografis dan perkembangan lingkungan strategis
sehingga mampu mengantisipasi segala bentuk ancaman yang dipersepsikan,
sekaligus mampu mewujudkan laut sebagai alat pemersatu bangsa Indonesia.

3
Suradinata, Ermaya, Hukum dasar Geopilitik dan Geostrategi dalam Kerangka NKRI, PT
Suara Bebas, edisi pertama 2011, hal 13.
3

Ruang maritim bagi bangsa Indonesia mengandung dua makna


strategis, yaitu sebagai media pembangunan dan media pertahanan. Upaya
mewujudkan tata ruang wilayah maritim untuk kepentingan pertahanan sampai
dengan saat ini belum dilaksanakan secara optimal sesuai dengan
perkembangan lingkungan strategis Bangsa Indonesia. Selain karena
pemanfaatan dan pengelolaan ruang maritim belum mencerminkan
keseimbangan antara kepentingan kesejahteraan dan pertahanan, juga karena
belum didukung oleh paradigma bangsa yang berorientasi maritim, peraturan
dan perundang-undangan yang memadai, minimnya sumber daya manusia
(SDM) yang profesional, dukungan kelembagaan yang menanganinya belum
ada, serta minimnya ketersediaan data/informasi mengenai ruang dan potensi
maritim nasional, sehingga menyebabkan sulitnya menerapkan perencanaan
pembangunan dan penerapan strategi pertahanan negara di seluruh wilayah
yurisdiksi Indonesia. Dengan belum adanya tata ruang wilayah pertahanan
maritim tersebut menimbulkan kerawanan nasional khususnya terhadap aspek
pertahanan negara.4 Seiring dengan permasalahan tersebut diatas dan dalam
rangka menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara, maka
diperlukan suatu pemikiran tentang perlunya upaya untuk mewujudkan tata
ruang wilayah pertahanan maritim sehingga strategi pertahanan negara
dapat terdukung, yang tentunya akan berkontribusi langsung kepada terjaganya
keutuhan wilayah NKRI.
Berangkat dari penjelelasan secara umum penulisan essay ini, maka
dapat diuraikan bahwa pengertian tata ruang wilayah pertahanan maritim yang
dimaksud adalah sebuah rangkaian upaya yang komprehensif dan
berkelanjutan tentang pengaturan dan pengelolaan ruang wilayah yurisdiksi
NKRI sebagai negara kepulauan bercirikan Nusantara, yang mengedepankan
aspek kemaritiman, dengan cakupan ruang darat, ruang laut dan ruang udara
sebagai suatu kesatuan secara holistik, terhadap seluruh kemampuan dan
kekuatan dari sistem pertahanan negara, yang ditata secara tepat dan
bijaksana sehingga berdaya guna dan berhasil guna untuk menghadapi AGHT
dalam menjaga kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI.

4
Wijayanto, Andi, Kaji ulang Strategi Pertahanan Indonesia, 2010.
4

2. Pembahasan.
Ruang wilayah maritim, mempunyai arti yang sangat penting bagi
ketahanan nasional. Didalam wilayah maritim suatu negara terkandung aspek
politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan. Pengelolaan tata
ruang wilayah pertahanan maritim merupakan kebutuhan yang mutlak bagi
kelangsungan hidup bangsa Indonesia karena wilayah maritim Indonesia jauh
lebih luas dari wilayah daratan. Indonesia sebagai Negara kepulauan dimana
wilayah darat, laut termasuk dasar laut dan tanah dibawahnya serta udara
diatasnya termasuk seluruh kekayaannya merupakan dan kesatuan wilayah
yang utuh yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang harus
dikelola dan dimanfaatkan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.5
Mengingat status ruang wilayah maritim Indonesia sesuai dengan
ketentuan konvensi hukum laut internasional, menyatakan Indonesia memiliki
kedaulatan atas wilayah laut yurisdiksi Republik Indonesia. Untuk
mempertahankan dan melindungi ruang wilayah maritim nasional Indonesia
tersebut dibutuhkan suatu pengelolaan tata ruang wilayah maritim.6
Diharapkan dengan adanya tata ruang wilayah maritim tersebut diperoleh tata
ruang wilayah pertahanan negara di laut yang tersinergi dan terintegrasi
dengan pengelolaan potensi maritim lainnya secara baik. Kondisi pengelolaan
tata ruang wilayah pertahanan maritim saat ini belum dilaksanakan, sehingga
belum mampu mendukung strategi pertahanan negara, khususnya pertahanan
negara di laut. Kondisi ini tentu berpotensi melemahkan ketahanan nasional
yang berpotensi mengancam keutuhan wilayah NKRI.

a. Permasalahan yang dihadapi. Dalam upaya mewujudkan tata


ruang wilayah pertahanan maritim, terdapat beberapa persoalan,
diantaranya adalah sebagai berikut :

1) Belum ada Regulasi yang mengatur tentang Penataan


dan Pengelolaan Tata Ruang Wilayah Pertahanan Maritim.
a) Masih minimnya dukungan peraturan dan peraturan
perundang-undangan, disebabkan oleh karena berbagai

5
Rawis, Jeffrey, Menjahit Laut yang Sobek, Malesung, 2004, hal 11.
6
Pieris, John, Pengembangan Sumber Daya Kelautan, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta,
2001,hal.14
5

regulasi dan peraturan perundang-undangan terkait dengan


pengelolaan tata ruang wilayah pertahanan maritim belum
menyentuh secara detail berbagai aspek kegiatan
kemaritiman dan wilayah pertahanan maritim. Masih
ditemukan celah-celah kelemahan yang membuka peluang
ketidakserasian regulasi antara undang-undang dan
jabarannya serta belum adanya peraturan perundang-
undangan yang khusus mengatur tentang wilayah
pertahanan maritim nasional.7
b) Sistem kelembagaan pengelolaan dan pemanfaatan
ruang wilayah maritim di Indonesia belum ada yang secara
spesifik dibentuk untuk membidangi bidang pertahanan,
khususnya wilayah pertahanan maritim. Lembaga yang
sudah ada masih berorientasi pada kepentingan
pembangunan ekonomi, belum mengakomodir kepentingan
strategis secara khusus, yaitu masalah pengelolaan tata
ruang pertahanan yang di dalamnya mencakup tata ruang
wialyah pertahanan darat, laut dan udara.
c) Penataan ruang wilayah pertahanan maritim
dibentuk berdasarkan sifatnya yang statis (deployment) dan
dinamis (employment)8 dalam rangka menjaga kedaulatan
dan keutuhan NKRI. Wilayah yang digunakan sebagai
instalasi militer/ pangkalan dan daerah latihan militer yang
strategis dan permanen dimaksudkan untuk membentuk
sistem petahanan negara. Adapun penataan instalasi
militer/pangkalan dan daerah latihan yang merupakan aset
pertahanan negara, dilaksanakan di darat, laut dan udara
kedaulatan yurisdiksi nasional. Sampai saat ini belum ada
penataan tata ruang wilayah pertahanan maritim yang
didesain secara holistik, komprehensif dan terintegrasi
antara pertahanan wilayah maritim yang melingkupi aspek

7
Dasril Munir, Satukan NKRI dengan mewujudkan negara Maritim Indonesia,
http://www.dekin.kkp. go.id/news diakses pada tgl. 24 Juli 2015, pukul 14.35. WIB.
8
http://www.wilayahperbatasan.com/forum-pertahanan/tata-ruang-kawasan-pertahanan,
diakses pada tanggal 8 Juli 2015, jam 18:00 WIB.
6

laut, darat dan udara/dirgantara. Hal ini akan berpengaruh


penerapan strategi pertahanan negara, khususnya
pertahanan negara di laut. Kondisi ini tentu berpotensi
melemahkan Ketahanan Nasional yang berpotensi
mengancam keutuhan wilayah NKRI.

2) Masih terbatasnya SDM yang bervisi Maritim dan


mendukung Pengelolaan Tata Ruang Wilayah Pertahanan
Maritim. Pemahaman bangsa Indonesia tentang kemaritiman
terkait dengan pemanfaatan untuk kesejahteraan masyarakat
maupun pengamanan negara masih rendah. Peran pertahanan
belum mampu mengendalikan wilayah laut nasional Indonesia
disebabkan masih tebatsanya jumlah dan kemampuan SDM yang
mendalami dan tertarik kepada bidang maritim serta baru
sebagian pemimpin/penguasa yang peduli terhadap masalah-
masalah kemaritiman. Lemahnya dukungan SDM dan tingkat
kepedulian pemimpin terhadap permasalahan kemaritiman ini
tercermin dari ketidak pedulian para pemangku kepentingan
stakeholder terhadap bidang maritim.9

3) Kelangkaan data dan Informasi bidang Kemaritiman.


Ketersediaan data dan informasi yang akurat untuk pengelolaan,
pemanfaatan potensi kemaritiman masih sangat dibutuhkan agar
didapatkan keakuratan dan kecepatan dalam mendukung
pembangunan dan pengelolaan wilayah pertahanan maritim.
Berkaitan dengan pengelolaan tata ruang wilayah pertahanan
maritim, saat ini masih terdapat beberapa permasalahan teknis
terkait kelengkapan dan ketersediaan data/informasi parameter
tata ruang wilayah pertahanan maritim sebagai data yang bersifat
fundamental, antara lain : kelengkapan cakupan data dan peta
dasar yang baku, standarisasi klasifikasi dan pengkodean data
geografis, sistem georeferensi, penentuan komponen basis data

9
Dekin, Evaluasi Kebijakan dalam rangka Implementasi Konvensi Hukum Laut Internasional di
Indonesia, Jakarta, 2008, hal 1.
7

bersama dan penentuan prosedur akses data dan pertukaran


data.10

b. Korelasi keberadaan tata ruang wilayah pertahanan maritim


terhadap terjaganya keutuhan wilayah NKRI. Pembangunan nasional
yang dilandasi semangat persatuan dan kesatuan bangsa pada
hakekatnya, merupakan suatu rangkaian upaya pembangunan nasional
di segala bidang yang berkesinambungan dan berkelanjutan serta
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan keamanan bagi
seluruh rakyat, sebagai landasan dalam mewujudkan ketahanan
nasional yang kokoh.11
Terwujudnya penataan ruang wilayah pertahanan maritim akan
memberikan kontribusi terhadap upaya-upaya mendukung penerapan
strategi pertahanan negara Indonesia dalam menangkal dan menindak
setiap ancaman yang dapat mengganggu pembangunan dan keamanan
Nasional. Dengan visi maritim, maka pengelolaan tata ruang maritim
mampu menjadi media penerapan strategi pertahanan negara, sekaligus
mengarahkan kebijakan pembangunan nasional yang fokus untuk
memberdayakan seluruh potensi nasional bidang maritim. Wujud
penataan ruang wilayah pertahanan maritim berupa gelar kekuatan TNI
dalam bentuk keterpaduan penggelaran kekuatan permanen dan
penindakan dengan memaksimalkan kemampuan trimatra yang ada, hal
ini merupakan suatu upaya untuk menghadapi segala bentuk ancaman
Illegal activity berupa pencurian ikan, perompakan dan pembajakan serta
pelanggaran batas wilayah darat, laut dan udara yurisdiksi nasional.
Penggelaran kekuatan secara tepat ditinjau dari segi kualitas dan
kuantitas kesenjataan akan dapat memberikan kontribusi berupa
terdukung dan terwujudnya pertahanan negara. Dalam situasi masa
perang terbentuknya organisasi yang bersifat permanen dalam
pelaksanaan operasi gabungan dan disusunnya buku petunjuk induk
operasi gabungan yang disesuaikan dengan perkembangan teknologi
persenjataan saat ini maka pelaksanaan operasi gabungan TNI akan

10
Sobar Sutisna, Pemanfaatan SIG untuk pembangunan Nasional, Jakarta, 2004, hal.32
11
http://www.lemhanas.go.id/portal/in/daftar-artikel/1630-implementasi-konsepsi-ketahanan-
nasional-dan- perkembangannya.html diakses 23 juli 2015 pukul 12.30 WIB
8

berjalan dengan efektif, dimana setiap Komando Wilayah Pertahanan


(Kowilhan) akan menyiapkan kekuatannya masing-masing dengan
melaksanakan latihan secara bertingkat dan berlanjut setiap tahun dan
lima tahun sekali dalam tingkat gabungan kewilayahan pertahanan.
Dalam konteks masa damai, maka adanya regulasi dan peraturan
perundang-undangan, tentang pengelolaan tata ruang wilayah
pertahanan maritim akan menyebabkan integralnya kebijakan
pemerintah dalam pembangunan wilayah maritim nasional. Kebijakan
pemerintah yang integral akan berkontribusi terhadap fokusnya arah dan
kebijakan pembangunan bidang maritim, sekaligus mensinergikan
seluruh peraturan bidang maritim yang sebelumnya telah ada dan
diberlakukan oleh pemerintah Indonesia yang akan berdampak positif
terhadap penerapan strategi pertahanan negara yang handal. Demikian
juga dengan adanya lembaga khusus yang menanganai tata kelola dan
tata ruang maritim akan berkontribusi terhadap kemampuan bangsa
untuk mengeksplorasi berbagai potensi dan kekayaan alam yang
melimpah di laut untuk pembangunan dan kesejahteraan bangsa.
Tersedianya data dan informasi tentang potensi dan sumber daya
maritim, akan memudahkan perencana pembangunan nasional dan
pihak investor dalam maupun luar negeri untuk melakukan investasi
pembangunan di laut Indonesia.
Penerapan strategi pertahanan negara yang didukung dengan
penataan dan pengelolaan ruang wilayah pertahanan maritim akan
memberikan kontribusi terjaganya keutuhan wilayah NKRI. Strategi
pertahanan negara dirumuskan dengan tujuan menjaga dan melindungi
kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI dan melindungi keselamatan
segenap bangsa Indonesia, dengan mengerahkan pertahanan militer
dan pertahanan nir militer. Upaya pertahanan militer diarahkan untuk
menghadapi ancaman militer berbentuk agresi berupa penggunaan
kekuatan bersenjata yang dilakukan oleh suatu negara yang mengancam
kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI dilaksanakan oleh TNI sebagai
komponen utama didukung oleh komponen cadangan dan komponen
pendukung. Sedangkan upaya pertahanan nir militer yang dilaksanakan
secara proporsional oleh seluruh kekuatan bangsa diluar bidang
9

pertahanan sebagai unsur utama yaitu kementerian dan lembaga (K/L)


terkait sesuai ancaman yang dihadapi dan unsur-unsur kekuatan bangsa
lainnya termasuk militer sebagai unsur bantuan, ditujukan untuk
menghadapi ancaman non militer sesuai dengan bentuk dan sifat
ancaman yang timbul.
Dalam masa damai proses penyiapan pertahanan defensif aktif
merupakan pertahanan yang tidak aktif dan tidak ekspansif sejauh
kepentingan nasional tidak terancam. Pertahanan defensif aktif dalam
menghadapi ancaman non militer dilakukan oleh K/L di luar idang
pertahanan melalui penyiapan potensi wilayah menjadi kekuatan
pertahanan. Proses penyiapan wilayah negara sebagai medan
pertahanan dilakukan secara terpadu dan terkoordinasi antar lembaga
dan instansi, yang diwujudkan melalui penataan kawasan ruang
pertahanan. Dengan demikian penyiapan penataan ruang wilayah
pertahanan maritim yang holistik, komprehensif dan integral merupakan
dukungan yang sangat penting bagi keberhasilan penerapan strategi
pertahanan wilayah yang memberi kontribusi bagi terjaganya keutuhan
wilayah NKRI.

c. Upaya mewujudkan tata ruang wilayah pertahanan maritim.


Upaya mewujudkan tata ruang wilayah pertahanan maritim nasional
merupakan hal yang mutlak tidak dapat ditawar-tawar yang di-
implementasikan ke depan dengan visi yang komprehensif untuk
pengembangan wilayah dan menjadikan kawasan maritim sebagai
kawasan yang aman, tertib, menjadi pintu gerbang negara dan sebagai
pusat pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia dan menjamin tetap
utuhnya NKRI. Untuk mewujudkan tata ruang wilayah pertahanan
maritim agar dapat berjalan sesuai yang diharapkan, maka ada beberapa
upaya mendasar yang perlu ditempuh dalam mewujudkan tata ruang
wilayah pertahanan maritim agar dapat menjaga keutuhan wilayah NKRI:
10

1) Menyusun Regulasi yang mengatur tentang Penataan


dan Pengelolaan Tata Ruang Wilayah Pertahanan Maritim.
a) MPR melaksanakan proses legislasi melalui
penyiapan dan pembahasan visi dan misi bangsa Indonesia
yang berorientasi maritim untuk ditetapkan menjadi TAP
MPR, termasuk mengenai penataan dan pengeloaan tata
ruang wilayah pertahanan maritim sebagai landasan bagi
seluruh komponen bangsa.
b) Pemerintah bersama DPR menerbitkan UU
mengenai kebijakan pembangunan kemaritiman nasional
(National Maritime Policy) serta mengeluarkan kebijakan
pembangunan nasional yang berorientasi pada bidang
maritim.
c) Kementerian Pendidikan Nasional dengan dibantu
oleh kementerian terkait melaksanakan edukasi melalui
pencantuman materi ajar tentang pengetahuan kemaritiman
kepada peserta didik mulai tingkat dasar sampai dengan
perguruan tinggi.
d) Kementerian Pertahanan dan Kementerian
Pendidikan melaksanakan penggalangan seluruh potensi
maritim melalui metode kerjasama untuk melakukan
penelitian dan kajian tentang kearifan lokal sistem sosial
budaya masyarakat pesisir.
e) Pemerintah mengeluarkan regulasi mengenai
kebijakan maritim, melalui pembahasan dan penyempur-
naan kebijakan kelautan yang masih bersifat sektoral.
f) Kementerian Pertahanan bersama Kementerian
terkait merumuskan kebijakan umum dan mengajukan RUU
tata ruang wilayah pertahanan negara meliputi wilayah
darat, laut dan udara dalam suatu kesatuan ruang wilayah
pertahanan negara yang utuh dan tersinergi. Berkoordinasi
dengan seluruh stakeholder dibidang kemaritiman/kelautan
untuk merumuskan dan menetapkan one policy
pengelolaan wilayah maritim.
11

g) Mabes TNI mengusulkan kepada Kementerian


Pertahanan mengenai regulasi rancangan tata ruang
wilayah pertahanan maritim dan menetapkan wilayah
pertahanan maritim berdasarkan fungsi dan pemanfaatan
ruang yang terdiri dari wilayah pertahanan yang bersifat
statis dan dinamis, sebagai berikut :
(1) Wilayah pertahanan yang bersifat statis
meliputi:
(a) Pangkalan dan kesatrian.
(b) Instalasi militer.
(c) Daerah disposal amunisi dan peralatan
pertahanan berbahaya lainnya.
(2) Wilayah pertahanan yang bersifat dinamis
diperuntukkan bagi:
(a) Medan Pertahanan Penyangga.
(b) Medan Pertahanan Utama.
(c) Medan Perlawanan.
(d) Ruang wilayah pertahanan laut untuk
mendukung gelar penindakan (employment)
pada pembagian daerah operasi.
h) Mabes TNI mengajukan usulan kepada Kementerian
Pertahanan mengenai pemanfaatan wilayah pertahanan
maritim dalam lingkup daerah militer yang berfungsi
sebagai ruang bagi pelaksanaan latihan militer. Ruang ini
diupayakan memenuhi persyaratan dalam kondisi geografis
wilayahnya meliputi:
(1) Daerah latihan militer yang digunakan untuk
melaksanakan latihan militer, uji coba, penyimpanan
peralatan persenjataan militer serta pengamanan
amunisi dan bahan peledak.
(2) Daerah latihan militer yang aman dari
kegiatan masyarakat.
(3) Daerah latihan militer untuk satuan TNI
ditentukan oleh PanglimaTNl atau Kepala Staf
12

Angkatan.
(4) Pemerintah dan atau pemerintah daerah
harus menyiapkan daerah latihan untuk satuan TNI
mulai dari tingkat latihan perorangan sampai dengan
tingkat latihan gabungan TNI.
i) DPR bersama Pemerintah menyusun dan
menetapkan peraturan perundang-undangan serta
dukungan anggaran melalui regulasi/deregulasi peraturan
perundang-undangan dalam rangka penyatuan visi dan
sinergitas lembaga-lembaga yang mempunyai kepentingan
di laut.
j) Pelibatan Pemerintah Daerah untuk memelihara
kebijakan pusat dan daerah dalam pengelolaan ruang
nasional untuk kepentingan pembangunan dan untuk
kepentingan pertahanan keamanan.
k) Pelibatan Lembaga Swasta dan Masyarakat, untuk
meminimalkan potensi benturan kepentingan masyarakat
dengan kepentingan negara, sehingga potensi konflik
sedini mungkin dapat dicegah.

2) Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM kemaritiman


melalui kerjasama lintas sektoral untuk memenuhi kebutuhan
tenaga profesional di bidang maritim.
a) Kementerian Pertahanan, menerbitkan regulasi
untuk menyiapkan dan memilih serta membina SDM yang
handal dan profesional.
b) Pemerintah melaksanakan penyiapan dan memilih
serta membina potensi SDM yang handal dan profesional.
c) Kementerian Pertahanan dan TNI meningkatkan
frekuensi pengiriman SDM (Prajurit dan PNS) guna
mengikuti pendidikan lanjutan di bidang perencanaan dan
manajemen pertahanan sesuai dengan kemajuan dan
perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi.
13

d) Kementerian Pertahanan dan TNI melaksanakan


regulasi dan sosialisasi, memberikan pembekalan/
penataran bagi anggota tentang hal-hal baru yang terkait
dengan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian
pemanfaatan ruang wilayah guna kepentingan pertahanan
negara.
e) Mabes TNI menyiapkan dan memilih serta membina
potensi SDM yang handal dan profesional melalui regulasi/
deregulasi peraturan tentang bina profesi SDM pertahanan
maritim untuk menjaga dan mengendalikan wilayah
pertahanan maritim serta melakukan pengelolaan tata
ruang wilayah pertahanan maritim yang telah ditetapkan
bagi kepentingan pertahanan negara.
f) Lembaga non pemerintah didorong untuk
berpartisipasi memberikan dukungan terhadap produk
hukum pemerintah yang memberikan pemenuhan hak dan
kewajiban SDM Indonesia sesuai bidang dan profesinya
serta memberikan dukungan moral dalam rangka
penyediaan SDM maritim melalui metoda publikasi dan
sosialisasi sebagai corong pemerintah. Ikut terlibat
membentuk SDM yang handal melalui fasilitasi pendidikan
program S-1, S-2 dan S-3 di dalam negeri untuk mencetak
SDM bidang kemaritiman.
g) DPR melalui proses legislasi memberikan inisiatif
produk hukum yang jelas tentang pemenuhan hak dan
kewajiban SDM Indonesia sesuai bidang dan profesinya
melalui penetapan dan dukungan anggaran dalam rangka
penyediaan sumber daya manusia yang handal dan
professional
h) Pemerintah melaksanakan penyiapan dan memilih
serta membina penyediaan Sumber Daya Manusia yang
handal dan profesional secara kualitas dan kuantitas.
i) Kementerian Pertahanan dan TNI melaksanakan
regulasi untuk melakukan rekruitmen secara baik dan
14

terencana untuk mendapatkan SDM yang unggul dan yang


memilki moral dan mental yang tangguh serta memenuhi
aspek kompetensi teknis, patut menjadi perhatian guna
mendukung penyusunan tata ruang wilayah pertahanan
maritim yang memenuhi persyaratan ilmiah.

3) Meningkatkan ketersediaan data/informasi potensi


maritim melalui sinergitas data antar lembaga maritim dan
lembaga survei pemetaan nasional untuk memenuhi
kebutuhan data ruang wilayah pertahanan maritim yang
terintegrasi dengan data potensi maritim lainnya.
a) Pemerintah merestrukturisasi instansi survei dan
pemetaan nasional didalam pemerintahan menjadi sebuah
lembaga geografi nasional yang efektif dan efisien.
b) Pemerintah menggerakkan seluruh kapasitas
(potensi) nasional di bidang survei dan pemetaan serta
seluruh stakeholder kemaritiman.
c) Pemerintah menyusun dan memenuhi cakupan data
dan informasi geografis dan potensi maritim seluruh wilayah
nasional dengan standar spesifikasi dan klasifikasi yang
jelas untuk memenuhi kepentingan pembangunan dan
pertahanan, baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
d) Pemerintah menyusun dan menyiapkan peta tematik
potensi ruang maritim untuk kepentingan pembangunan
dan pertahanan.
e) Pemerintah melaksanakan penataan kembali hasil-
hasil survey, pemetaan, dan inventarisasi potensi sumber
kekayaan alam di laut, dengan cara menerapkan format
baku penyajian informasi, melalui penyediaan pelayanan
informasi multi media yang cepat dan mudah untuk diakses
Stakeholder atau masyarakat maritim.
f) Pemerintah menerapkan teknologi kelautan dengan
cara memodifikasi dan memutakhirkan sarana dan
15

prasarana yang dimiliki, melalui kerjasama dengan industri


kelautan, Stakeholder dan masyarakat maritim.
g) Kementerian Pertahanan menentukan parameter
pertahanan negara yang dikaitkan dengan ruang dan
wilayah nasional yang selanjutnya di koordinasikan dengan
Kementerian Pekerjaaan Umum (PU) dan Badan Informasi
Geospasial (BIG), untuk dipetakan sebagai kawasan
pertahanan negara.
h) Kementerian Pertahanan dan TNI melaksanakan
kerjasama dengan instansi terkait, meningkatkan kualitas
proses penyusunan tata ruang wilayah pertahanan maritim
dengan menerapkan metodologi ilmiah dan pembuatan
database keruangan yang memadai dengan memanfaatkan
Sistem Informasi Geografis (SIG).

3. Penutup.

a. Kesimpulan.
1) Konstelasi geografis Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang didominasi oleh lautan memerlukan pengelolaan tata ruang
wilayah pertahanan maritim yang tepat dan baik guna mendukung
strategi pertahanan negara, sehingga dapat menjaga keutuhan
wilayah NKRI.
2) Untuk dapat menetapkan kebijakan pembangunan nasional
yang berorientasi maritim sehingga tata ruang wilayah pertahanan
maritim dapat terwujud, maka perlu pemahaman yang mendalam
terhadap konstelasi geografi Indonesia sebagai negara kepulauan,
sehingga potensi wilayah maritim dapat ditingkatkan nilai gunanya
untuk kepentingan geopolitik, geoekonomi dan geostrategi
Indonesia.
3) Untuk mewujudkan tata ruang wilayah pertahanan maritim
dengan baik, maka harus didukung pula oleh adanya kebijakan
nasional yang berorientasi maritim dengan dukungan peraturan
yang memadai, dukungan sistem kelembagaan yang baik serta
16

perlu didukung oleh ketersediaan SDM maritim dan kecukupan


data dan informasi bidang maritim.
4) Pengelolaan tata ruang wilayah pertahanan maritim,
merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu
untuk merencanakan, mengelola, memanfaatkan dan mengem-
bangkan potensi sumber daya maritim dalam rangka mening-
katkan ketahanan nasional.

b. Saran.
1) Pemerintah pusat perlu segera dapat menindaklanjuti
pelaksanaan tentang kebijakan dalam mengeluarkan aturan yang
jelas dan lengkap berkaitan dengan tata ruang wilayah pertahanan
maritim. Peraturan tersebut dapat menjadikan payung hukum
yang kuat bagi perkembangan di berbagai bidang dalam
meningkatkan perkembangan dan pertahanan wilayah.
2) Kementerian Pertahanan perlu mengambil inisiatif dengan
menyusun kebijakan pertahanan negara guna menjadikan
perumusan dalam pemecahan segala persoalan yang timbul
berkaitan dengan penataan ruang wilayah. Hal ini dapat
menjadikan pedoman utama bagi Mabes TNI terutama TNI AL
berkaitan dengan perwujudan pertahanan negara di laut.
3) Pemerintah sebagai penyelenggara pembangunan
nasional perlu mengintegrasikan seluruh institusi yang bergerak di
bidang kemaritiman untuk menciptakan kekuatan perekonomian
dan pertahanan negara yang dinaungi dibawah payung hukum
yang legitimate sesuai dengan komitmen bangsa Indonesia
menjadi negara maritim yang kuat.
17

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku cetakan dan Tulisan


Djamil, Agus, Paradigma Kelautan mengangkat martabat Bangsa,
Sumber Ilmu, Jakarta, 2010.
Dekin, Evaluasi Kebijakan dalam rangka Implementasi Konvensi
Hukum Laut Internasional di Indonesia, Jakarta, 2008.
Kemhan RI, Buku Putih Pertahanan Indonesia, Jakarta, 2014.
Kemhan RI, Doktrin Pertahanan Negara, Jakarta, 2014.
Kemhan RI, Strategi Pertahanan Negara, Jakaarta, 2014.
Mabesal, Doktrin TNI AL Eka Sasana Jaya, Jakarta.
Pieris John, Pengembangan sumber daya kelautan, Pustaka Sinar Harapan,
Jakarta, 2001.
Rawis Jeffrey, Menjahit Laut yang Sobek, Malesung, 2004.
Sampono, Nono, Makalah Persepektif Pengembangan Potensi Kelautan
Indonesia Masa Depan, Jakarta, 2007
Seskoal, Pusjianmar. Konsep negara maritim dan Ketahanan Nasional,
Tim Pusjianmar, Jakarta, Juli 2013.
Suradinata Ermaya, Hukum dasar Geopolitik dan Geostrategi dalam
Kerangka Keutuhan NKRI, Suara Bebas, Jakarta, 2011.
Sutisna, Sobar, Pemanfaatan SIG untuk Pembangunan Nasional,
Jakarta, 2004.
Wijayanto Andi, Kaji ulang Strategi Pertahanan Indonesia, Makalah 2010.
United Nations Convention on the Law of The Sea (UNCLOS), 1982

B. Peraturan Perundang-undangan.
Undang-Undang Dasar Negara Indonesia 1945, Penabur Ilmu, UUD RI
1945 dan Perubahannya.
Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 2002, tentang Pertahanan Negara.
Undang-Undang RI Nomor 34 Tahun 2004, tentang Tentara Nasional
Indonesia.
Undang- Undang RI Nomor 17 Tahun 1984 tentang Ratifikasi Unclos 82.
Undang-Undang RI Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
2007, Jakarta, Sinar Grafika.
18

Undang-Undang RI Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara, 2009,


Jakarta CV. Novindo Pustaka Mandiri.
Modul Lemhannas, SBS Konsepsi Ketahanan Nasional, PPRA LIII
Lemhannas RI Tahun 2015.

C. Internet.
http://www.dekin.kkp. go.id/news, Satukan NKRI dengan mewujudkan negara
Maritim Indonesia, Dasril Munir, diakses pada tgl. 24 Juli 2015, pukul 14.35.
WIB.

http://www.lemhanas.go.id/portal/in/daftar-artikel/1630-implementasi-konsepsi-
ketahanan-nasional-dan- perkembangannya.html diakses 23 juli 2015 pukul
14.30 WIB

Anda mungkin juga menyukai