1 SM
1 SM
negara berkembang di level global (hlm. 3-4). memanasnya perseteruan antara Barat dan
Sesuai dengan premis dasar konstruktivis Timur, mereka menyatukan visi dalam forum
yang diadopsi buku ini, negara-negara Gerakan Non-Blok (GNB) pada permulaan
berkembang mempunyai andil dalam dekade 1960-an. GNB menegaskan kembali
mendorong lahirnya norma-norma ‘Semangat Bandung’ yang menekankan pada
internasional sebagai pedoman dalam pentingnya penghormatan terhadap
melakukan hubungan antar negara. Negara- kedaulatan dan norma non-intervensi. GNB
negara berkembang aktif dalam pelbagai mencerminkan kepercayaan diri negara-
forum multilateral yang membuahkan negara berkembang untuk menentukan nasib
gagasan, konsepsi, dan norma yang sangat sendiri tanpa kendali politik dari dua kutub
menentukan pola interaksi antar negara. Dua kekuatan adidaya; Amerika Serikat dan Uni
hal yang disoroti dalam buku ini adalah Soviet.
makna kedaulatan dan norma non-intervensi Merasa cukup berhasil dalam
serta tata kelola ekonomi internasional. menunjukkan eksistensinya dalam percaturan
politik internasional, mereka sejurus
Memposisikan Selatan: Antara kemudian melangkah lebih jauh dengan
konfrontasionis dan akomodasionis memperluas agenda ke bidang ekonomi. Pada
Buku ini menelusuri kiprah institusi-institusi 1963 terbentuklah G-77; forum kerjasama
internasional yang dibentuk negara-negara ekonomi negara-negara berkembang, yang
berkembang selama tiga periode waktu, yaitu disusul dengan lahirnya United Nations
pada masa Perang Dingin, pasca Perang Conference on Trade and Development
Dingin, dan permulaan abad-21. Masing- (UNCTAD) pada 1964. G-77 percaya bahwa
masing mengandung pola kesinambungan dengan menciptakan institusi baru atau
(continuity) dan perubahan (change). berpartisipasi aktif dalam institusi
Tonggak sejarah kiprah negara-negara internasional yang sudah ada akan
berkembang dimulai sejak Konferensi Asia- menguntungkan bagi ekonomi negara-negara
Afrika (KAA) atau Konferensi Bandung pada berkembang (hlm. 64). Sekalipun tujuannya
1955. Konferensi ini dianggap sebagai forum ekonomi, G-77 merupakan forum politik
terbesar di luar PBB yang menyatukan visi dimana anggotanya aktif dalam menyikapi
dan misi negara-negara di kawasan Asia dan isu-isu internasional. G77 adalah suatu ‘klub’
Afrika. Untuk pertama kalinya mereka informal yang menyediakan instrumen bagi
menyepakati prinsip hubungan internasional anggota-anggotanya untuk melakukan–
yang didasarkan pada lima prinsip (‘Panch meminjam istilah Andrew Cooper–“network
Shila’ dalam bahasa Sansekerta atau diplomacy”.
‘Pancasila’). Kelima prinsip itu adalah saling Sementara itu, UNCTAD mewakili
menghormati integritas wilayah dan keberhasilan negara-negara berkembang
kedaulatan, non-agresi, non-intervensi, dalam mendesakkan aspirasi mereka kepada
kesetaraan dan saling menguntungkan, serta PBB. Didasari pemikiran bahwa rezim-rezim
hidup berdampingan secara damai (hlm. 39- internasional Bretton Woods buatan Barat
40). seperti GATT, IMF, dan Bank Dunia hanya
Memasuki periode Perang Dingin, mengakomodasi kepentingan negara-negara
pertarungan ideologis antara Barat yang maju, UNCTAD dimaksudkan sebagai solusi
liberal-kapitalis dan Timur yang komunis- alternatif bagi masalah ekonomi di negara-
sosialis memecah belah orientasi politik luar negara berkembang seperti perdagangan,
negeri negara-negara berkembang. investasi, dan pembangunan. Masih dalam
Keadaan/kondisi internasional demikian itu suasana pertarungan wacana ekonomi-politik
mendorong mereka memikirkan ulang antara negara maju dan negara berkembang,
eksistensinya di kancah politik dunia supaya gagasan pembangunan ekonomi alternatif
tidak terjebak dalam pusaran konflik ideologis yang diusung UNCTAD mengkristal menjadi
negara-negara besar. Diilhami oleh ‘Semangat norma tandingan yang lebih radikal dengan
Bandung’ ditambah dengan semakin lahirnya New International Economic Order
(NIEO). Gagasan ini mencuat ketika diadakan anggota WTO pada pertengahan dekade 1990-
pertemuan tingkat tinggi GNB di Algiers pada an. Situasi ini merupakan titik balik dalam
1973. Meskipun sempat disuarakan dengan sejarah hubungan Utara-Selatan walaupun
nyaring oleh para pendukungnya, terutama pada saat yang sama tipikal perlawanan khas
dari negara-negara Amerika Latin, gagasan ini Dunia Ketiga masih tampak seperti menuntut
terbukti hanya retorika yang menentang reformasi DK PBB, IMF, Bank Dunia, serta
ideologi pasar bebas Barat. Selama 12 tahun mengkritik bias budaya dalam mendefinisikan
sejak pertama kali digulirkan tidak ada konsep hak asasi manusia.
kemajuan berarti yang dicapai NIEO (hlm. Memasuki abad-21, pendulum
84). berayun lagi ke kiri yang ditandai dengan
Di penghujung dekade 1980-an, munculnya kekuatan-kekuatan baru dari
pendulum ideologi negara-negara Selatan negara-negara berkembang. Perkembangan
tampaknya mulai berayun dari kiri ke kanan. ini tak lepas dari kemajuan ekonomi pasca
Lelah dengan politik konfrontasionis dengan gegap-gempita industrialisasi yang memacu
jargon-jargon anti-Barat, negara-negara pertumbuhan ekonomi sejumlah negara Asia,
berkembang perlahan-lahan mulai Afrika, dan Amerika Latin. Meningkatnya
mengakomodasi paradigma Barat dalam Produk Domestik Bruto mendorong
memandang hubungan antar negara. Secara meningkatnya kepercayaan diri beberapa
politik, norma kedaulatan dan non-intervensi emerging power untuk memainkan perannya
yang dianggap keramat mulai tergerus oleh di kancah politik global. Beberapa negara itu
fakta adanya pelanggaran kedaulatan yang adalah Tiongkok, India, Brazil, Afrika Selatan,
dilakukan Irak kepada Kuwait dalam Perang dan Malaysia yang dianggap sebagai pivotal
Teluk I tahun 1990. Hal itu masih ditambah state karena pengaruhnya cukup besar dalam
dengan pecahnya konflik di Yugoslavia yang politik internasional abad-21. Ketika kekuatan
memicu pembantaian besar-besaran terhadap nasional mulai membesar, muncul keinginan
warga sipil. Intervensi kemanusiaan lalu kuat dari negara-negara itu untuk melakukan
menjadi semacam kosakata baru bagi negara- soft balancing terhadap dominasi Barat.
negara Selatan yang mendukung upaya PBB Dalam menerapkan strategi soft
melakukan intervensi atas nama hak asasi balancing itu, negara-negara emerging power
manusia. Lebih mengejutkan lagi, pada tidak bekerja sendirian. Mereka
pertemuan tingkat menteri di Ghana pada mendefinisikan ulang konsep regionalisme
1991 anggota GNB menyepakati sebuah yang melulu berdasarkan kedekatan geografis
dokumen yang berisi pengakuan terhadap menjadi kedekatan identitas. Kesamaan
demokrasi dan hak asasi manusia (hlm. 101), identitas yang dimaksud bukanlah kesamaan
suatu hal yang belum pernah terjadi dari segi budaya, politik, maupun demografis
sebelumnya. melainkan lebih pada kesamaan visi dan
Secara ekonomi, kedigdayaan sistem strategi kebijakan luar negeri yang
ekonomi pasar tak mampu diabaikan begitu mengadopsi internasionalisme atau aktivisme
saja oleh negara-negara Selatan. Sebagian (hlm. 184). Multilateralisme menjadi elemen
besar negara di kawasan Asia mulai kunci untuk memahami peran negara-negara
mengadopsi sistem ini meskipun dengan berkembang dalam menyuarakan aspirasinya.
modifikasi setempat. Kemajuan pesat Multilateralisme itu mewujud dalam bentuk
perekonomian sejumlah negara Asia institution coalition building misalnya BRICS
melahirkan istilah yang kemudian dikenal (Brazil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika
dengan New Industrialized Countries (NICs); Selatan), IBSA (India, Brazil, dan Afrika
kemajuan buah dari sistem ekonomi liberal. Selatan), BRICSAM (Brazil, Rusia, India,
Neoliberalisme yang dulunya ditentang habis- Tiongkok, Afrika Selatan, dan Meksiko), di
habisan kini diakui sebagai mesin antara forum-forum sejenis lainnya. Secara
pertumbuhan ekonomi negara-negara garis besar aspirasi politik yang mereka usung
berkembang dan mencapai puncaknya ketika adalah berakhirnya dominasi Barat dan
mereka berbondong-bondong masuk menjadi
sebagai pivotal state bersama-sama dengan Bali Democracy Forum pada 2007,
emerging power dari negara berkembang. pengiriman Pasukan Garuda ke kawasan
Padahal, reputasi Indonesia sebagai negara konflik, menjadi anggota tidak tetap DK PBB
middle power selama ini mendapatkan dan Dewan HAM PBB, mendorong dialog
tempat yang cukup bergengsi di mata antar peradaban, merangkul Rusia dan
komunitas internasional. Dalam sebuah buku Amerika Serikat dalam forum East Asian
berjudul The Pivotal States: A New Summit, serta sejumlah peran penting di
Framework for US Policy in the Developing kawasan seperti menginisiasi kode tata
World yang terbit tahun 1998, Robert Chase, berperilaku (Code of Conduct) konflik Laut
Emily Hill dan Paul Kennedy memasukkan Cina Selatan dan menengahi konflik Thailand-
Indonesia sebagai salah satu dari sembilan Kamboja. Indonesia juga menjadi contoh
kekuatan penting di dunia. Proyeksi itu negara yang berhasil mengawinkan sistem
semakin menguat tatkala Goldman Sachs demokrasi dan Islam (moderat) yang oleh
pada 2007 merilis daftar emerging market di sebagian kalangan Barat dianggap mustahil
luar BRICS yakni ‘The Next-11’ atau ‘N-11’ dilakukan. Dengan sederet prestasi itu -
yang memasukkan Indonesia di antara meminjam istilah Daniel Kliman– Indonesia
negara-negara lain. Tak mengherankan jika merupakan Global Swing States; negara yang
pakar sekaliber Fareed Zakaria dalam sangat penting bagi stabilitas tatanan
bukunya berjudul The Post-American World internasional.
menyebut Indonesia sebagai salah satu poros Sebagaimana tesis buku ini bahwa
kekuatan Asia yang sedang bangkit (the rise of kebangkitan negara-negara Selatan dapat
the rest) selain Tiongkok dan India. mendorong munculnya norma baru dalam
Bagaimana kita yakin Indonesia hubungan internasional, kebangkitan
sebagai negara pivot? Ada dua kriteria untuk Indonesia seperti telah dideskripsikan
menentukan apakah suatu negara dapat sebelumnya merupakan modal awal bagi
dikategorikan sebagai negara pivot atau tidak. Indonesia untuk memanfaatkan momentum
Pertama adalah faktor material, yaitu sumber- kebangkitan negara-negara Selatan untuk
sumber kekuatan nasional berupa lebih giat memainkan peran di lingkup global.
kemampuan ekonomi yang diukur dari PDB, Bukan tidak mungkin Indonesia akan menjadi
kekuatan militer, kualitas penduduk, dan agenda setter atau norm setter seperti
sebagainya. Berdasarkan kriteria ini ditunjukkan oleh Korea Selatan di forum G-
Indonesia sudah memenuhi syarat sebagai 20. Beberapa negara berkembang di Asia
negara pivot. Sejak 2008 perekonomian (China dan India), Afrika (Afrika Selatan), dan
Indonesia tumbuh rata-rata enam persen per Amerika Latin (Brazil) berambisi menjadi
tahun. Secara peringkat, ekonomi Indonesia kekuatan utama vis a vis Barat. Tinggal
terus mengalami kenaikan hingga mencapai bagaimana Indonesia mentransformasi
posisi 10 besar dunia pada 2011 menurut potensi-potensi yang dimiliknya untuk turut
laporan Bank Dunia. Secara militer, anggaran memperkuat suara-suara dari Selatan dalam
pertahanan Indonesia selalu mengalami menyikapi isu-isu yang menjadi perhatian
kenaikan dari tahun ke tahun. Di Asia semua negara di dunia. Di sinilah kemudian
Tenggara, jumlah anggaran militer Indonesia ambisi pemerintah teramat penting. Tanpa
menduduki peringkat kedua setelah ambisi tidak ada kebijakan luar negeri yang
Singapura. Faktor-faktor lainnya juga berpengaruh.
menunjukkan tren positif.
Faktor kedua adalah peran Indonesia *Mohamad Rosyidin adalah Dosen di
di kancah internasional. Pasca reformasi Program Studi Hubungan Internasional
Indonesia melakukan reorientasi kebijakan Universitas Diponegoro. Mohamad
luar negeri dengan penekanan pada diplomasi menyelesaikan pendidikan S1 Ilmu
aktivisme. Selain sebagai anggota G-20 Hubungan Internasional di Universitas
Indonesia juga aktif dalam pelbagai forum- Jember dan memperoleh gelar S2 di bidang
forum multilateral global seperti menginisiasi Hubungan Internasional dari Universitas