Analisa Laporan Keuangan-Laporan Keuangan Proforma
Analisa Laporan Keuangan-Laporan Keuangan Proforma
DIBUAT OLEH:
DOSEN PEMBIMBING :
MOJOKERTO
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam sebuah perusahaan aktivitas manajerial seperti perencanaan keuangan
merupakan suatu hal yang tidak bisa dipisahkan, sehingga perencanaan keuangan ini
merupakan suatu hal yang penting dan merupakan sebuah pedoman pelaksanaan aktivitas
di masa mendatang. Proyeksi laporan keuangan dalam sebuah perusahaan harus
dilaksanakan karena dengan adanya proyeksi ini maka memberikan kemudahan dan
memberikan informasi atas proyeksi keuangan yang mana akan menjadi sebuah pedoman
dalam menjalankan sebuah perusahaan.
Sebuah perusahaan memerlukan laporan keuangan proforma dikarenakan laporan
proforma sangat berguna untuk memproyeksikan kondisi keuangan untuk masa
mendatang. Laporan ini juga menunjukkan proyeksi pendapatan apabila perusahaan akan
merger dengan perusahaan lain, atau penjualan sebagian dan operasinya perusahaan
sering diminta untuk menyampaikan laporan proforma ketika mengajukan aplikasi
kredit. Sehingga perusahaan mampu untuk berusaha secara maksimal dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang diatas maka adapun rumusan masalah yaitu sebagai
berikut :
1
C. Tujuan
Berdasarkan pada rumusan masalah diatas maka adapun tujuan yang diinginkan
yaitu sebagai berikut :
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Jika penjualan tumbuh relatif stabil, maka tingkat pertumbuhan penjualan bisa
dipakai untuk memproyeksikan penjualan di masa-masa datang. Jika ada faktor-
faktor lain yang mempunyai pengaruh cukup besar terhadap penjual di masa lalu,
maka perlu dilakukan penyesuaian. Sebagai contoh, penjualan tahun lalu melonjak
cepat karena perusahaan melakukan akuisisi, sementara tahun ini perusahaan tidak
melakukan akuisisi, maka tingkat pertumbuhan penjualan tahun lalu jangan dipakai
untuk memproyeksikan penjualan di masa-masa datang. Pola penjualan yang
dipengaruhi siklus/musiman (cyclical) juga membuat proyeksi penjualan menjadi
lebih sulit karena variasi yang cukup besar dari tahun ke tahun.
Misalkan tingkat pertumbuhan penjualan empat tahun terakhir adalah sebagai
berikut:
Tahun 1 9,0%
Tahun 2 9,8%
Tahun 3 2,5%
Tahun 4 8,4%
Rata-rata tingkat pertumbuhan empat tahun 7,4%
Misalkan analis menganggap bahwa pola pada masa lalu akan terjadi lagi (sama
dengan) pada masa datang, maka analis akan menggunakan tingkat pertumbuhan
7,4% untuk memproyeksikan tingkat penjualan pada masa datang. Dengan tingkat
pertumbuhan tersebut, berikut ini adalah proyeksi penjualan pada masa-masa datang:
4
Proyeksi biaya operasional tergantung pada asumsi perilaku biaya. Jika analis
biaya mengasumsikan biaya operasional mempunyai perilaku sebagai biaya variabel
sepenuhnya, analis bisa memproyeksikan biaya operasional pada masa datang
dengan menggunakan laporan keuangan common size (proporsional). Biaya-biaya
operasional seperti harga pokok penjualan, biaya administrasi, diperoleh dengan
mengalikan proporsinya terhadap penjualan saat ini (untuk masing-masing
komponen biaya) dengan penjualan yang diproyeksikan. Alternatif lain adalah
dengan memproyeksikan masing-masing komponen biaya operasional untuk tumbuh
dengan 7,4%.
Contoh Proyeksi Laporan Laba-Rugi (dalam jutaan Rp)
Proyeksi
Tahun3 common
Tahun Tahun Tahun
(nyata) size (%)
4 5 6
Dengan menggunakan pendekatan common size
Penjualan 4.868,9 100,0 5.229,2 5.616,2 6.031,8
Harga Pokok Penjualan 3.392,8 69,7 3.644,8 3.914,5 4.204,2
Biaya penjualan dan
1.092,8 21,1 1.103,4 1,185,0 1,272,7
administrasi
Pendapatan lainnya 36,4 0,7 36,6 39,3 42,2
Pajak Penghasilan 179,1 3,7 193,4 207,8 223,2
Pendapatan Operasional 304,0 6,2 324,2 348,2 373,9
Biaya bunga (bersih
35,6 44,5 51,1 56,4
pajak)
Item lainnya 5,7 - - -
274,1 279,7 298,1 317,5
Jika proporsi biaya tetap cukup tinggi, biaya operasional tidak akan berubah
dengan tingkat yang sama dengan perubahan penjualan, dalam hal ini lebih lambat.
5
Sebagai contoh, Harga Pokok Penjualan meningkat dengan kenaikan 5,9%,
sementara penjualan meningkat dengan tingkat 7,4%. Salah satu penjelasan
perbedaan ini karena Harga Pokok Penjualan diperkirakan mempunyai komponen
biaya tetap yang cukup tinggi. Sebaliknya, biaya penjualan dan administrasi
meningkat cepat, yaitu 14,1%. Penjelasan yang mungkin adalah karena biaya
tersebut mempunyai komponen variaber yang tinggi.
Tabel di atas menampilkan laporan keuangan proforma dengan menggunakan
dua pendekatan, yaitu: (1) pendekatan common size (proporsional), dan (2)
pendekatan tingkat pertumbuhan individual.
Dengan menggunakan dua pendekatan ini, hasil yang diperoleh hampir sama.
Perhatikan bahwa biaya restrukturisasi dimasukkan ke dalam rekening item lainnya.
Karena biaya ini diperkirakan tidak akan muncul lagi pada tahun-tahun berikutnya
(item yang non-recurring), maka biaya ini tidak dimasukkan ke dalam proyeksi
tahun-tahun selanjutnya.
2. Memproyeksikan Neraca
Setelah proyeksi penjualan dan laporan laba-rugi dibuat, langkah berikutnya
membuat proyeksi neraca. Cara yang paling mudah membuat proyeksi neraca adalah
dengan memproyeksikan sisi kiri neraca (sisi aktiva) terlebih dahulu, baru kemudian
menyusun komposisi yang diinginkan untuk sisi kanan (sisi pasiva atau pendanaan)
neraca untuk tingkat total aset yang diproyeksikan.
Ada dua pendekatan yang dapat dipakai untuk memproyeksikan aset, yaitu:
a. Memproyeksikan total aset, kemudian memproyeksikan neraca common size untuk
mengalokasikan total aset ke komponen-komponennya.
b. Memproyeksikan aset secara individual, kemudian menjumlahkan aset-aset
individual untuk memperoleh total aset.
Untuk memproyeksikan aset (baik total maupun individual), ada dua cara yang dapat
dilakukan, yaitu:
a. Memproyeksikan aset dengan menggunakan tingkat pertumbuhan.
b. Memproyeksikan aset dengan menganggap perputaran aktiva konstan (tetap) untuk
masa datang.
6
3. Memproyeksikan Total Aset
Total aset dapat diproyeksikan dengan menggunakan pendekatan tingkat
pertumbuhan aset pada masa lalu. Misalkan aset selama lima tahun terakhir ini tumbuh
rata-rata 12,6% dan analis menganggap tingkat pertumbuhan ini akan terjadi pada masa-
masa datang, maka perkiraan total aset tahun-tahun yang akan datang berikut ini:
Jumlah (Rp) % Perubahan
3.609.600.00
Tahun 3 (nyata) -
0
4.064.400.00
Tahun 4 (proyeksi) 12,6%
0
4.576.500.00
Tahun 5 (proyeksi) 12,6%
0
5.153.200.00
Tahun 6 (proyeksi) 12,6%
0
Cara lain, dengan menggunakan pendekatan perputaran aktiva yang konstan, dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Perputara Total Aset
Penjualan Total Aset
n Total
(Rp) Rata-Rata Awal Tahun Akhir Tahun
Aset
Tahun 3 4.868.900.00 3.609.600.00
- - -
(nyata) 0 0
Tahun 4
5.229.200.00 3.486.100.00 3.609.600.00 3.362.600.00
(proyeks 12,6%
0 0 0 0
i)
Tahun 5
5.616.200.00 3.744.100.00 3.362.600.00 4.125.700.00
(proyeks 12,6%
0 0 0 0
i)
Tahun 6
6.031.800.00 4.021.200.00 4.125.700.00 3.916.700.00
(proyeks 12,6%
0 0 0 0
i)
Perputaran aset sama dengan penjualan dibagi rata-rata total aset. Setelah rata-rata
total aset ditemukan, kemudian dicari aset akhir tahun dengan rumus (aset awal tahun +
aset akhir tahun)/2.
7
Pendekatan ini mempunyai keuntungan karena mengaitkan proyeksi total aset
dengan proyeksi penjualan. Kelemahannya adalah kemungkingan proyeksi menghasilkan
angka-angka yang tidak biasa (tidak wajar). Sebagai contoh, meskipun penjualan naik
dari tahun ke-3 sebesar Rp4.868.900.000,00 menjadi Rp5.229.200.000,00 pada tahun ke-
4, proyeksi asset malahan menurun dari Rp3.609.600.000,00 menjadi
Rp3.362.600.000,00.
Hal semacam ini terjadi karena aset meningkat tajam dari tahun 3 ke tahun 4, sebagi
kompensasinya aset pada akhir tahun ke-4 mengalami penurunan. Pola sebaliknya terjadi
pada tahun ke-5. Karena aset pada akhit tahun ke-4 (awal tahun ke-5) sangat rendah,
maka aset akhir tahun ke-5 meningkat lebih tajam. Pola pada tahun ke-6 bergerak
sebaliknya (pola ini lebih menyerupai pola pada tahun ke-4).
Jika kenaikan aset di masa lalu menunjukkan angka yang stabil, penggunaan ke dua
metode tersebut menghasilkan proyeksi aset yang hampir sama. Bila penjualan sifatnya
musiman atau tidak stabil, maka penggunaan rata-rata (12,6% pada pendekatan pertama)
akan memberikan hasil yang lebih baik.
Setelah besarnya aset secara total ditemukan, maka besarnya komponen-komponen
aser kemudian dihitung dengan menggunakan persentase tertentu dari total aset (common
size). Common size atau proporsi dihitung dari proporsi neraca untuk tahun ini (tahun 3).
Berikut ini contoh perhitungan neraca proforma dengan menggunakan pendekatan total
aset yang kemudian diikuti dengan pendekatan proforma untuk menentukan besarnya
komponen-komponen aset.
Commo
Tahun 3
n size Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6
(nyata)
(%)
AKTIVA
Kas 85.800.000 2,4 97.500.000 109.800.000 123.700.000
Surat
35.000.000 1,0 40.600.000 45.800.000 51.500.000
Berharga
Piutang 486.900.000 13,5 548.700.000 617.800.000 695.700.000
8
Dagang
Persediaan 664.700.000 18,4 747.900.000 842.100.000 948.200.000
Persekot 90.500.000 2,5 101.600.000 114.400.000 128.800.000
Total
1.362.900.00 1.536.300.00 1.729.900.00 1.947.900.00
Aktiva 37,8
0 0 0 0
Lancar
Bangungan
, Pabrik,
1.508.900.00 1.698.900.00 1.913.000.00 2.154.000.00
dan 41,8
0 0 0 0
Peralatan
(bersih)
Aktiva 1.051.300.00
737.800.000 20,4 829.200.000 933.600.000
lainnya 0
Total 3.609.600.00 4.064.400.00 4.576.500.00 5.153.200.00
100,0
Aktiva 0 0 0 0
9
Tahun
Tahun 3 4.868.900.00
11,8 kali - - 486.900.000
(nyata) 0
Tahun 4 5.229.200.00
11,8 kali 443.200.000 486.900.000 399.500.000
(proyeksi) 0
Tahun 5 5.616.200.00
11,8 kali 475.900.000 399.500.000 552.300.000
(proyeksi) 0
Tahun 6 6.031.800.00
11,8 kali 511.200.000 552.300.000 470.100.000
(proyeksi) 0
Memproyeksi Memproyeksi
Total Aset Aset Individual
Menggunakan tingkat
X X
pertumbuhan hitoris
Menggunakan perputaran aset
X X
untuk memproyeksi aset
Tabel di atas tampak bahwa ada empat kombinasi yang dapat dipakai untuk
memproyeksi aset. Apabila tingkat pertumbuhan aset relatif stabil, maka keempat
10
pendekatan di akat menghasilkan angka-angka yang tidak jauh berbeda. Tetapi kalau
tingkat pertumbuhan tidak stabil, maka keempat pendekatan di atas mungkin akan
menghasilkan angka-angka yang cukup berbeda. Dalam hal penggunaan tingkat
pertumbuhan historis akan memberikan proyeksi yang lebih wajar. Manfaat dari
penggunaan perputaran aset untuk memproyeksi aset adalah karena jumlah aset dikaitkan
dengan proyeksi penjualan. Kadang-kadang prestasi manajemen dikaitkan dengan
perputaran aktiva (untuk menaikkan profitabilitas). Kalau manajemen dievaluasi dengan
cara semacam itu, penggunaan perputaran aset akan memberikan tambahan keuntungan
karena dapat dipakai sebagai dasar evaluasi manajemen.
11
Total Modal 2.133.800.00
1.895.000.000 52,5 2.402.700.000 2.705.400.000
Saham 0
Total Hutanga dan 4.064.400.00
3.609.600.000 100,0 4.576.500.000 5.153.200.000
Modal Saham 0
12
(proyeksi)
13
(540.400.000
Aliran kas dari investasi (479.400.000) (608.400.000)
)
PENDANAAN
11. (Kenaikan) Penurunan Hutang Jangka
16.400.000 19.500.000 21.900.000
Pendek
14
Jumlah ini bersih dari amortisasi karena amortisasi sudak dimasukkan ke dalam
operasi, yaitu baris 3.
7. (11,12,13)Perubahan dalam pinjaman, dan hutang non lancar lainnya biasanya
masuk dalam bagian pendanaan (financing), kecuali kalau ada informasi lain. Jika
hutang pajak non lancar (deferred income taxes) dilaporkan terpisah dari hutang non
lancar, maka perubahan-perubahan dalam hutang pajak tersebut dimasukkan dalam
bagian operasi, bukan dalam bagian pendanaan.
8. (14)Dividen: untuk memproyeksikan dividen diperlukan asumsi kebijakan dividen.
Banyak perusahaan yang mempunyai kebijakan untuk membayar dividen yang
konstan setiap tahunnya. Beberapa perusahaan mempunyai kebijakan membayar
dividen dengan rasio pembayaran dividen (payout ratio) yang konstan. Misalkan
dividen tumbuh 9,5% setiap tahunnya selama lima tahun terakhir ini, tingkat
pertumbuhan ini dapat dipakai untuk memproyeksikan dividen pada masa-masa
datang. Proyeksi dividen dengan menggunakan tingkat pertumbuhan tersebut dapat
dilihat pada tabel proyeksi arus kas di atas.
9. (15)Perubahan modal saham: perubahan modal saham pada baris 15 merupakan
perubahan modal saham yang belum termasuk dalam laba operasional (baris 1) dan
dividen (baris 14). Laba operasi dikurangi dividen biasanya sama dengan laba yang
ditahan. Dengan demikian baris 15 ini merupakan perubahan dalam modal disetor.
Nilai baris 15 yang positif mencermingkan adanya saham baru yang masuk (emisi
baru).
10. (16)Perubahan dalam kas: jumlah dari baris 1 sampai baris 15 akan menghasilkan
perubahan kas pada periode tersebut. Perubahan ditambah (atau dikurangi apabila
perubahan negatif) kas pada awal periode akan menghasilkan kas akhir periode.
15
B. Rasio Keuangan Proforma
Setelah laporan keuangan proforma selesai disusun, analis bisa menyusun analisis
rasio untuk laporan keuangan proforma dengan cara yang sama dengan ketika membuat
analisis rasio untuk laporan keuangan. Berikut ini analisis rasio untuk perusahaan dengan
mendasarkan pada laporan keuangan proforma.
Tahun3 Tahun Tahun Tahun
(nyata) 4 5 6
PROFITABILITAS
Return On Asset (ROA) 9,1% 8,4% 8,1% 7,7%
Profit Margin 6,2% 6,2% 6,2% 6,2%
Perputaran Aktiva 1,5 kali 1,4 kali 1,3 kali 1,2 kali
Return On Equity (ROE) 14,8% 13,9% 13,1% 12,4%
Common Earning Leverage 0,87% 0,86% 0,86% 0,85%
Leverage Struktur Modal 1,9% 1,9% 1,9% 1,9%
Harga Pokok Penjualan / Penjualan 69,7% 69,7% 69,7% 69,7%
Biaya Penjualan dan Administrasi /
21,1% 21,1% 21,1% 21,1%
Penjualan
Biaya Pajak Penghasilan / Penjualan 3,7% 3,7% 3,7% 3,7%
11,8 10,1
Perputaran Piutang Dagang 9,6 kali 9,2 kali
kali kali
Perputaran Persediaan 5,3 kali 5,2 kali 4,9 kali 4,7 kali
Perputaran Aktiva Tetap 3,4 kali 3,3 kali 3,1 kali 3,0 kali
SOVABILITAS
Rasio Hutang Jangka Panjang 21,8% 21,8% 21,8% 21,8%
Rasio Hutang Modal Saham 27,8% 27,8% 27,8% 27,8%
Rasio Hutang Jangka Panjang terhadap Aset 14,6% 14,6% 14,6% 14,6%
Times Interest Earned 8,2% 7,7% 7,3% 7,0%
Aliran kas operasi terhadap total hutang 30,6% 22,4% 21,5% 20,7%
Alaran kas operasi terhadap pengeluaran
1,91% 1,09% 1,05% 1,01%
modal
Profitabilitas perusahaan diproyeksikan akan menurun sesuai dengan penurunan
ROA dan ROE. Penurunan ini dikarenakan turunnya perputaran aktiva. Penjualan
diproyeksikan untuk tumbuh 7,4% setiap tahunnya, sedangkan aset diproyeksikan untuk
tumbuh 12,6% per tahun. Perbedaan asumsi pertumbuhan ini mengakibatkan turunnya
perputaran aktiva. Penurunan perputaran akitva tidak diimbangi oleh kenaikan profit
margin yang diproyeksikan untuk tetap selama tiga tahun mendatang.
16
Rasio-rasio untuk mengukur resiko perusahaan (dilihat dari perbandingan hutang
dengan non hutang) tidak berubah selama tiga tahun mendatang. Hal ini disebabkan
karena common size dari neraca diproyeksikan tetap sama untuk tahun-tahun mendatang.
Rasio yang melibatkan laporan laba-rugi atau laporan arus kas diproyeksikan untuk
menurun. Ini disebabkan karena aset diproyeksikan tumbuh lebih cepat dibandingkan
penjualan.
Analisis rasio ini menunjukkan bahwa asumsi-asumsi yang dipakai untuk menyusun
laporan keuangan proforma akan menentukan besarnya laporan keuangan proforma.
Dalam contoh di atas, asumsi pertumbuhan penjualan dan asumsi pertumbuhan aset yang
berbeda akan menghasilkan angka-angka dan rasio-rasio yang berbeda.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Laporan Proforma adalah ikhtisar laporan keuangan yang menunjukkan harta dan
utang, atau pendapatan dan pengeluaran yang mungkin diakui pada masa mendatang
Laporan ini juga menunjukkan proyeksi pendapatan apabila perusahaan akan merger
dengan perusahaan lain, atau penjualan sebagian dan operasinya perusahaan sering
diminta untuk menyampaikan laporan proforma ketika mengajukan aplikasi kredit.
17
Sebagai suatu bagian yang penting dalam proses perencanaan, laporan keuangan
proforma ini dapat menurunkan risiko seminimal mungkin dalam memulai operasi dari
bisnis. Ini juga merupakan dasar yang dapat meyakinkan para kreditur dan investor
yang menyediakan dana untuk bisnis yang baru ini. Perencanaan keuangan sangat
penting bagi setiap perusahaan untuk menyusun rencana keuangan seberapa besar dana
yang harus dikeluarkan, terutama pihak manajemen apabila perencanaan keuangan
disajikan dengan baik dan benar tentunya peramalan keuangan untuk jangka waktu
yang akan datang akan terlaksana dengan baik pula.
B. Saran
Laporan keuangan proforma ini haruslah dapat dipertanggung jawabkan dan akurat
dan dapat menolong untuk memperoleh gambaran yang tepat untuk memulai suatu
bisnis. Ini harus didasarkan pada informasi yang dapat memberikan proyeksi yang tepat
untuk memperoleh jumlah profit yang diharapkan dari bisnis dan juga kebutuhan
keuangan yang diperlukan dalam tahun pertama operasi dan sesudahnya.
18