Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ANALISA LAPORAN KEUANGAN

LAPORAN KEUANGAN PROFORMA DAN RASIO


KEUANGAN PROFORMA

DIBUAT OLEH:

1. 2018071004 : Ardhy Novian Wicaksono


2. 2018071015 : Muhammad Teguh Mujaddid
3. 2018071017 : Rahmat Fany Heru Bahtiyar
4. 2018071030 : Firman Dwi Hardianto

DOSEN PEMBIMBING :

Devi Iriandha W, S.IP.,M.A

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI

UNIVERSITAS MAYJEN SUNGKONO

MOJOKERTO

TAHUN 2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dalam sebuah perusahaan aktivitas manajerial seperti perencanaan keuangan
merupakan suatu hal yang tidak bisa dipisahkan, sehingga perencanaan keuangan ini
merupakan suatu hal yang penting dan merupakan sebuah pedoman pelaksanaan aktivitas
di masa mendatang. Proyeksi laporan keuangan dalam sebuah perusahaan harus
dilaksanakan karena dengan adanya proyeksi ini maka memberikan kemudahan dan
memberikan informasi atas proyeksi keuangan yang mana akan menjadi sebuah pedoman
dalam menjalankan sebuah perusahaan.
Sebuah perusahaan memerlukan laporan keuangan proforma dikarenakan laporan
proforma sangat berguna untuk memproyeksikan kondisi keuangan untuk masa
mendatang. Laporan ini juga menunjukkan proyeksi pendapatan apabila perusahaan akan
merger dengan perusahaan lain, atau penjualan sebagian dan operasinya perusahaan
sering diminta untuk menyampaikan laporan proforma ketika mengajukan aplikasi
kredit. Sehingga perusahaan mampu untuk berusaha secara maksimal dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang diatas maka adapun rumusan masalah yaitu sebagai
berikut :

1. Bagaimana cara penyusunan laporan keuangan proforma?


2. Bagaimana cara memproyeksikan laporan laba-rugi?
3. Bagaimana cara memproyeksikan neraca?
4. Bagaimana cara memproyeksikan total aset?
5. Bagaimana cara memproyeksikan aset individual?
6. Bagaimana cara memproyeksikan utang dan modal saham?
7. Bagaimana cara memproyeksikan biaya pendanaan?
8. Bagaimana cara memproyeksikan laporan aliran kas?
9. Bagaimana cara menganalisis rasio keuangan proforma?

1
C. Tujuan

Berdasarkan pada rumusan masalah diatas maka adapun tujuan yang diinginkan
yaitu sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui cara penyusunan laporan keuangan proforma.


2. Untuk mengetahui cara memproyeksikan laporan laba-rugi.
3. Untuk mengetahui cara memproyeksikan neraca.
4. Untuk mengetahui cara memproyeksikan total aset.
5. Untuk mengetahui cara memproyeksikan aset individual.
6. Untuk mengetahui cara memproyeksikan utang dan modal saham.
7. Untuk mengetahui cara memproyeksikan biaya pendanaan.
8. Untuk mengetahui cara memproyeksikan laporan aliran kas.
9. Untuk mengetahui cara menganalisis rasio keuangan proforma.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penyusunan Laporan Keuangan Proforma


Laporan keuangan proforma adalah teknik untuk memproyeksikan kondisi keuangan
(prestasi dan posisi keuangan) perusahaan pada masa-masa mendatang. Penyusunan
laporan keuangan proforma memerlukan banyak asumsi (seperti tingkat pertumbuhan
penjualan, perilaku biaya dari sejumlah pos rekening, tingkat investasi pada modal kerja
dan aktiva tetap, dll). Manajemen ingin melihat sensitivitas laporan keuangan proforma
terhadap perubahan-perubahan asumsi dan pengaruh asumsi-asumsi terhadap laporan
keuangan proforma. Penggunaan software seperti Microsoft Excel dapat membantu
penyusunan laporan keuangan proforma, sekaligus melihat sensitivitas laporan keuangan
terhadap perubahan-perubahan asumsi.
Prosedur penyusunan laporan keuangan proforma meliputi beberapa langkah berikut
ini:
a. Memproyeksikan penjualan untuk sejumlah periode yang akan datang.
b. Memproyeksikan biaya operasional (harga pokok penjualan, biaya penjualan dan
administrasi, biaya pajak di luar bunga) dan kemudian menurunkan proyeksi
pendapatan operasional.
c. Memproyeksikan total aset, hutang, dan modal saham yang diperlukan untuk
mendukung tingkat operasi yang diproyeksikan pada point 1 dan 2.
d. Menetukan biaya pendanaan (financing cost) dari hutang pada point 3 dan kemudian
menurunkan dari pendapatan operasional untuk memperoleh laba bersih proyeksi.
e. Menurunkan laporan aliran kas dari laporan keuangan yang diproyeksikan (laporan
laba-rugi dan neraca).

1. Memproyeksikan Laporan Laba-Rugi


a. Memproyeksikan Penjualan
Langkah pertama yang diperlukan adalah memproyeksikan penjualan. Proyeksi
penjualan ini kemudian dipakai untuk menurunkan angka-angka dalam laporan
keuangan proforma.

3
Jika penjualan tumbuh relatif stabil, maka tingkat pertumbuhan penjualan bisa
dipakai untuk memproyeksikan penjualan di masa-masa datang. Jika ada faktor-
faktor lain yang mempunyai pengaruh cukup besar terhadap penjual di masa lalu,
maka perlu dilakukan penyesuaian. Sebagai contoh, penjualan tahun lalu melonjak
cepat karena perusahaan melakukan akuisisi, sementara tahun ini perusahaan tidak
melakukan akuisisi, maka tingkat pertumbuhan penjualan tahun lalu jangan dipakai
untuk memproyeksikan penjualan di masa-masa datang. Pola penjualan yang
dipengaruhi siklus/musiman (cyclical) juga membuat proyeksi penjualan menjadi
lebih sulit karena variasi yang cukup besar dari tahun ke tahun.
Misalkan tingkat pertumbuhan penjualan empat tahun terakhir adalah sebagai
berikut:
Tahun 1 9,0%
Tahun 2 9,8%
Tahun 3 2,5%
Tahun 4 8,4%
Rata-rata tingkat pertumbuhan empat tahun 7,4%

Misalkan analis menganggap bahwa pola pada masa lalu akan terjadi lagi (sama
dengan) pada masa datang, maka analis akan menggunakan tingkat pertumbuhan
7,4% untuk memproyeksikan tingkat penjualan pada masa datang. Dengan tingkat
pertumbuhan tersebut, berikut ini adalah proyeksi penjualan pada masa-masa datang:

Jumlah (Rp) % Perubahan

Tahun 3 (penjualan nyata) 4.868.900.000 -


Tahun 4 (proyeksi) 5.229.200.000 7,4%
Tahun 5 (proyeksi) 5.616.200.000 7,4%
Tahun 6 (proyeksi) 6.031.800.000 7,4%

b. Memproyeksikan Biaya Operasional

4
Proyeksi biaya operasional tergantung pada asumsi perilaku biaya. Jika analis
biaya mengasumsikan biaya operasional mempunyai perilaku sebagai biaya variabel
sepenuhnya, analis bisa memproyeksikan biaya operasional pada masa datang
dengan menggunakan laporan keuangan common size (proporsional). Biaya-biaya
operasional seperti harga pokok penjualan, biaya administrasi, diperoleh dengan
mengalikan proporsinya terhadap penjualan saat ini (untuk masing-masing
komponen biaya) dengan penjualan yang diproyeksikan. Alternatif lain adalah
dengan memproyeksikan masing-masing komponen biaya operasional untuk tumbuh
dengan 7,4%.
Contoh Proyeksi Laporan Laba-Rugi (dalam jutaan Rp)
Proyeksi
Tahun3 common
Tahun Tahun Tahun
(nyata) size (%)
4 5 6
Dengan menggunakan pendekatan common size
Penjualan 4.868,9 100,0 5.229,2 5.616,2 6.031,8
Harga Pokok Penjualan 3.392,8 69,7 3.644,8 3.914,5 4.204,2
Biaya penjualan dan
1.092,8 21,1 1.103,4 1,185,0 1,272,7
administrasi
Pendapatan lainnya 36,4 0,7 36,6 39,3 42,2
Pajak Penghasilan 179,1 3,7 193,4 207,8 223,2
Pendapatan Operasional 304,0 6,2 324,2 348,2 373,9
Biaya bunga (bersih
35,6 44,5 51,1 56,4
pajak)
Item lainnya 5,7 - - -
274,1 279,7 298,1 317,5

Dengan menggunakan tingkat pertumbuhan item individual


Penjualan 4.868,9 7,4 5.229,2 5.616,2 6.031,8
Harga Pokok Penjualan 3.392,8 5,9 3.593,0 3.805,0 4.029,5
Biaya penjualan dan
1.092,8 14,1 1.174,5 1.340,2 1.529,1
administrasi
Pendapatan lainnya 36,4 18,2 43,0 50,9 60,1
Pajak Penghasilan 179,1 0,3 179,6 180,2 180,7
Pendapatan Operasional 304,0 325,1 341,7 352,6
Biaya bunga (bersih
35,6 44,5 50,1 56,4
pajak)
Item lainnya 5,7 - - -
274,1 280,6 291,6 296,2

Jika proporsi biaya tetap cukup tinggi, biaya operasional tidak akan berubah
dengan tingkat yang sama dengan perubahan penjualan, dalam hal ini lebih lambat.

5
Sebagai contoh, Harga Pokok Penjualan meningkat dengan kenaikan 5,9%,
sementara penjualan meningkat dengan tingkat 7,4%. Salah satu penjelasan
perbedaan ini karena Harga Pokok Penjualan diperkirakan mempunyai komponen
biaya tetap yang cukup tinggi. Sebaliknya, biaya penjualan dan administrasi
meningkat cepat, yaitu 14,1%. Penjelasan yang mungkin adalah karena biaya
tersebut mempunyai komponen variaber yang tinggi.
Tabel di atas menampilkan laporan keuangan proforma dengan menggunakan
dua pendekatan, yaitu: (1) pendekatan common size (proporsional), dan (2)
pendekatan tingkat pertumbuhan individual.
Dengan menggunakan dua pendekatan ini, hasil yang diperoleh hampir sama.
Perhatikan bahwa biaya restrukturisasi dimasukkan ke dalam rekening item lainnya.
Karena biaya ini diperkirakan tidak akan muncul lagi pada tahun-tahun berikutnya
(item yang non-recurring), maka biaya ini tidak dimasukkan ke dalam proyeksi
tahun-tahun selanjutnya.

2. Memproyeksikan Neraca
Setelah proyeksi penjualan dan laporan laba-rugi dibuat, langkah berikutnya
membuat proyeksi neraca. Cara yang paling mudah membuat proyeksi neraca adalah
dengan memproyeksikan sisi kiri neraca (sisi aktiva) terlebih dahulu, baru kemudian
menyusun komposisi yang diinginkan untuk sisi kanan (sisi pasiva atau pendanaan)
neraca untuk tingkat total aset yang diproyeksikan.

Ada dua pendekatan yang dapat dipakai untuk memproyeksikan aset, yaitu:
a. Memproyeksikan total aset, kemudian memproyeksikan neraca common size untuk
mengalokasikan total aset ke komponen-komponennya.
b. Memproyeksikan aset secara individual, kemudian menjumlahkan aset-aset
individual untuk memperoleh total aset.
Untuk memproyeksikan aset (baik total maupun individual), ada dua cara yang dapat
dilakukan, yaitu:
a. Memproyeksikan aset dengan menggunakan tingkat pertumbuhan.
b. Memproyeksikan aset dengan menganggap perputaran aktiva konstan (tetap) untuk
masa datang.

6
3. Memproyeksikan Total Aset
Total aset dapat diproyeksikan dengan menggunakan pendekatan tingkat
pertumbuhan aset pada masa lalu. Misalkan aset selama lima tahun terakhir ini tumbuh
rata-rata 12,6% dan analis menganggap tingkat pertumbuhan ini akan terjadi pada masa-
masa datang, maka perkiraan total aset tahun-tahun yang akan datang berikut ini:
Jumlah (Rp) % Perubahan
3.609.600.00
Tahun 3 (nyata) -
0
4.064.400.00
Tahun 4 (proyeksi) 12,6%
0
4.576.500.00
Tahun 5 (proyeksi) 12,6%
0
5.153.200.00
Tahun 6 (proyeksi) 12,6%
0

Cara lain, dengan menggunakan pendekatan perputaran aktiva yang konstan, dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Perputara Total Aset
Penjualan Total Aset
n Total
(Rp) Rata-Rata Awal Tahun Akhir Tahun
Aset
Tahun 3 4.868.900.00 3.609.600.00
- - -
(nyata) 0 0
Tahun 4
5.229.200.00 3.486.100.00 3.609.600.00 3.362.600.00
(proyeks 12,6%
0 0 0 0
i)
Tahun 5
5.616.200.00 3.744.100.00 3.362.600.00 4.125.700.00
(proyeks 12,6%
0 0 0 0
i)
Tahun 6
6.031.800.00 4.021.200.00 4.125.700.00 3.916.700.00
(proyeks 12,6%
0 0 0 0
i)

Perputaran aset sama dengan penjualan dibagi rata-rata total aset. Setelah rata-rata
total aset ditemukan, kemudian dicari aset akhir tahun dengan rumus (aset awal tahun +
aset akhir tahun)/2.

7
Pendekatan ini mempunyai keuntungan karena mengaitkan proyeksi total aset
dengan proyeksi penjualan. Kelemahannya adalah kemungkingan proyeksi menghasilkan
angka-angka yang tidak biasa (tidak wajar). Sebagai contoh, meskipun penjualan naik
dari tahun ke-3 sebesar Rp4.868.900.000,00 menjadi Rp5.229.200.000,00 pada tahun ke-
4, proyeksi asset malahan menurun dari Rp3.609.600.000,00 menjadi
Rp3.362.600.000,00.
Hal semacam ini terjadi karena aset meningkat tajam dari tahun 3 ke tahun 4, sebagi
kompensasinya aset pada akhir tahun ke-4 mengalami penurunan. Pola sebaliknya terjadi
pada tahun ke-5. Karena aset pada akhit tahun ke-4 (awal tahun ke-5) sangat rendah,
maka aset akhir tahun ke-5 meningkat lebih tajam. Pola pada tahun ke-6 bergerak
sebaliknya (pola ini lebih menyerupai pola pada tahun ke-4).
Jika kenaikan aset di masa lalu menunjukkan angka yang stabil, penggunaan ke dua
metode tersebut menghasilkan proyeksi aset yang hampir sama. Bila penjualan sifatnya
musiman atau tidak stabil, maka penggunaan rata-rata (12,6% pada pendekatan pertama)
akan memberikan hasil yang lebih baik.
Setelah besarnya aset secara total ditemukan, maka besarnya komponen-komponen
aser kemudian dihitung dengan menggunakan persentase tertentu dari total aset (common
size). Common size atau proporsi dihitung dari proporsi neraca untuk tahun ini (tahun 3).
Berikut ini contoh perhitungan neraca proforma dengan menggunakan pendekatan total
aset yang kemudian diikuti dengan pendekatan proforma untuk menentukan besarnya
komponen-komponen aset.

Commo
Tahun 3
n size Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6
(nyata)
(%)
AKTIVA
Kas 85.800.000 2,4 97.500.000 109.800.000 123.700.000
Surat
35.000.000 1,0 40.600.000 45.800.000 51.500.000
Berharga
Piutang 486.900.000 13,5 548.700.000 617.800.000 695.700.000

8
Dagang
Persediaan 664.700.000 18,4 747.900.000 842.100.000 948.200.000
Persekot 90.500.000 2,5 101.600.000 114.400.000 128.800.000
Total
1.362.900.00 1.536.300.00 1.729.900.00 1.947.900.00
Aktiva 37,8
0 0 0 0
Lancar
Bangungan
, Pabrik,
1.508.900.00 1.698.900.00 1.913.000.00 2.154.000.00
dan 41,8
0 0 0 0
Peralatan
(bersih)
Aktiva 1.051.300.00
737.800.000 20,4 829.200.000 933.600.000
lainnya 0
Total 3.609.600.00 4.064.400.00 4.576.500.00 5.153.200.00
100,0
Aktiva 0 0 0 0

4. Memproyeksikan Aset Individual


Cara lain adalah dengan menggunakan metode kedua yaitu memproyeksi aset secara
individual, kemudian menjumlahkan aset-aset menjadi total aset. Untuk memproyeksi
aset secara individual, analis bisa menggunakan tingkat pertumbuhan di masa lalu atau
menggunakan asumsi perputaran aktiva tetap.
Misalkan piutang dagang tumbuh dengan tingkat 15,5% selama lima tahun terakhir
dan analis akan menggunakan tingkat pertumbuhan tersebut, maka besarnya piutang
dagang tiga tahun yang akan datang dapat diproyeksikan. Misalkan persediaan juga
tumbuh dengan tingkat 7,8%, maka berikut ini adalah proyeksi untuk kedua rekening
tersebut.
Tingkat Proyeksi
Tahun 3
Pertumbuha
(nyata) Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6
n
Piutang
486.900.000 15,5% 562.400.000 649.500.000 750.200.000
Dagang
Persediaan 664.700.000 7,8% 716.500.000 772.400.000 832.700.000

Sebagai alternatif, analis bisa melakukan perhitungan dengan menggunakan


perputaran piutang dan perputaran persediaan sebagai berikut:
Penjualan Perputaran Rata-rata Piutang
Awal Tahun Akhir
(Rp) Piutang Piutang

9
Tahun
Tahun 3 4.868.900.00
11,8 kali - - 486.900.000
(nyata) 0
Tahun 4 5.229.200.00
11,8 kali 443.200.000 486.900.000 399.500.000
(proyeksi) 0
Tahun 5 5.616.200.00
11,8 kali 475.900.000 399.500.000 552.300.000
(proyeksi) 0
Tahun 6 6.031.800.00
11,8 kali 511.200.000 552.300.000 470.100.000
(proyeksi) 0

Harga Pokok Persediaan


Perputaran Rata-rata
Penjualan Awal Akhir
Persediaan Persediaan
(Rp) Tahun Tahun
Tahun 3 3.392.800.00
5,3 kali - - 664.700.000
(nyata) 0
Tahun 4 3.644.800.00
5,3 kali 687.700.000 664.700.000 710.700.000
(proyeksi) 0
Tahun 5 3.914.500.00
5,3 kali 738.600.000 710.700.000 766.500.000
(proyeksi) 0
Tahun 6 4.204.200.00
5,3 kali 793.200.000 766.500.000 820.000.000
(proyeksi) 0
Untuk piutang tampak bahwa kedua pendekatan di atas (menggunakan tingkat
pertumbuhan dan mengasumsikan perputaran piutang yang tetap) menghasilan angka-
angka yang cukup berbeda. Hal ini disebabkan karena piutang dagang naik lebih cepat
dibandingkan dengan penjualan pada tahun ke-3. Sebaliknya dengan persediaan, kedua
pendekatan dia atas menghasilkan angka yang tidak jauh berbeda.
Tabel berikut ini meringkas pendekatan-pedekatan yang dapat dipakai untuk
memproyeksi aset.

Memproyeksi Memproyeksi
Total Aset Aset Individual
Menggunakan tingkat
X X
pertumbuhan hitoris
Menggunakan perputaran aset
X X
untuk memproyeksi aset

Tabel di atas tampak bahwa ada empat kombinasi yang dapat dipakai untuk
memproyeksi aset. Apabila tingkat pertumbuhan aset relatif stabil, maka keempat

10
pendekatan di akat menghasilkan angka-angka yang tidak jauh berbeda. Tetapi kalau
tingkat pertumbuhan tidak stabil, maka keempat pendekatan di atas mungkin akan
menghasilkan angka-angka yang cukup berbeda. Dalam hal penggunaan tingkat
pertumbuhan historis akan memberikan proyeksi yang lebih wajar. Manfaat dari
penggunaan perputaran aset untuk memproyeksi aset adalah karena jumlah aset dikaitkan
dengan proyeksi penjualan. Kadang-kadang prestasi manajemen dikaitkan dengan
perputaran aktiva (untuk menaikkan profitabilitas). Kalau manajemen dievaluasi dengan
cara semacam itu, penggunaan perputaran aset akan memberikan tambahan keuntungan
karena dapat dipakai sebagai dasar evaluasi manajemen.

5. Memproyeksikan Hutang dan Modal Saham


Setelah sisi kiri neraca proforma selesai disusun, tahap berikutnya adalan menyususn
sisi kanan neraca (sisi pasiva). Cara yang paling mudah untuk menyusun komposisi
pasiva adalah dengan menggunakan common size sisi kanan. Pendekatan ini
mengasumsikan bahwa komposisi semacam itu tidak akan berubah untuk masa-masa
datang. Kadang-kadang ada beberapa peristiwa yang merubah total sisi kanan neraca,
misalkan pada peristiwa pembelian perusahaan (leverage buy-out), dan restrukturisasi.
Pada peristiwa semacam ini barangkali common size pada saat ini tidak bisa dipakai
untuk memproyeksi sisi kanan neraca pada tahun-tahun yang akan datang.
Berikut ini penyusunan proyeksi sisi kanan neraca.
Commo
Tahun 3
n size Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6
(nyata)
(%)
PASIVA
Hutang Dagang 446.700.000 12,4 504.000.000 567.500.000 639.000.000
Hutang Wesel 138.000.000 3,8 154.400.000 173.900.000 195.800.000
Hutang jangka
278.600.000 7,7 313.000.000 352.400.000 396.800.000
pendek lainnya
Total Hutang
863.300.000 23,9 971.400.000 1.093.800.000 1.231.600.000
Lancar
Hutang jangka
525.800.000 14,6 593.400.000 668.100.000 752.400.000
panjang
Hutang jangka
325.500.000 9,0 365.800.000 411.900.000 463.800.000
panjang lainnya
1.930.600.00
Total Hutang 1.714.600.000 47,5 2.173.800.000 2.447.800.000
0

11
Total Modal 2.133.800.00
1.895.000.000 52,5 2.402.700.000 2.705.400.000
Saham 0
Total Hutanga dan 4.064.400.00
3.609.600.000 100,0 4.576.500.000 5.153.200.000
Modal Saham 0

6. Memproyeksikan Biaya Pendanaan


Setelah struktur modal diproyeksikan, analis dapat menghitung biaya pendanaan
(seperti bunga). Langkah ini memerlukan asumsi bahwa struktur modal tidak akan
berubah pada masa datang, dan juga dengan tingkat bunga. Apabila struktur modal
berubah (misal hutang lebih besar), maka resiko perusahaan berubah dan dengan
demikian tingkat bunga juga dapat berubah untuk mengkompensasi kenaikan resiko.
Berikut ini perhitungan tingkat bunga untuk hutang-hutang perusahaan.
Biaya bunga bersih pajak (1 – 0,34) (53,9) 35,6
------------------------------------- = --------------------------------------- = --------
Rata-rata hutang yang 0,5(93,5+380,2+138,0+525,8) 568,8
Mempunyai beban bunga = 6,3%
Dalam perhitungan di atas, hutang yang mempunyai bunga diasumsikan datang dari
hutang jangka panjang dan hutang wesel. Kemudian, misal hutang keduanya pada tahun
2 (Rp93.500.000,00 untuk hutang wesel dan Rp380.200.000,00 untuk hutang jangka
panjang) ditambah dengan hutang pada tahun 3 (Rp138.000.000,00 untuk hutang wesel
dan Rp525.800.000,00 untuk hutang jangka panjang) dikalikan 0,5 untuk memperoleh
hutang rata-rata. Tingkat pajak diasumsikan 34% dan ini dipakai untuk menghitung biaya
bunga bersih pajak yang menjadi angka yang dibagi (numerator) untuk perhitungan di
atas.
Setelah persentase tingkat bunga diketahui, tingkat bunga tersebut dipakai untuk
menentukan bunga dengan mengalikan tingkat bunga tersebut dengan rata-rata hutang
(yang terdiri dari hutang jangka panjang dan hutang wesel). Berikut ini perhitungannya.
Hutang yang berbunga Rata-rata Biaya
Biaya
hutang bunga
Awal tahun Akhir tahun bunga
berbunga (Rp) bersih pajak
Tahun 4
663.800.000 747.800.000 705.800.000 6,3% 44.500.000
(proyeksi)
Tahun 5
747.800.000 842.000.000 794.900.000 6,3% 50.100.000
(proyeksi)
Tahun 6 842.000.000 948.200.000 895.100.000 6,3% 56.400.000

12
(proyeksi)

Biaya bunga tersebut (bersih pajak) kemudian dikurangkan dari pendapatan


operasional untuk memperoleh proyeksi laba bersih untuk setiap tahunnya.

7. Memproyeksikan Laporan Arus Kas


Langkah akhir adalah memproyeksi arus kas. Proyeksi arus kas diturunkan dari
proyeksi neraca dan proyeksi laba-rugi. Berikut ini laporan arus kas proforma.
Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6
OPERASI
1. Laba bersih 279.700.000 298.100.000 317.500.000
2. Plus: Depresiasi dan 182.400.000 205.400.000 231.300.000

Amortisasi 10.000.000 11.300.000 12.700.000

3. (Kenaikan) Penurunan Piutang Dagang (61.800.000) (69.100.000) (77.900.000)


4. (Kenaikan) Penurunan Persediaan (83.200.000) (94.200.000) (106.100.000)
5. (Kenaikan) Penurunan rekening dibayar
(11.100.000) (12.800.000) (14.400.000)
di muka
6. (Kenaikan) Penurunan Hutang Dagang 57.300.000 63.500.000 71.500.000
7. (Kenaikan) Penurunan Hutang lancar
34.400.000 39.400.000 44.400.000
lainnya
Aliran kas dari operasi 407.700.000 441.600.000 479.000.000
INVESTASI
8. (Kenaikan) Penurunan Surat Berharga (5.600.000) (5.200.000) (5.700.000)
9. (Kenaikan) Penurunan Aktiva Tetap, (419.500.000
(372.400.000) (472.300.000)
bersih depresiasi )
10. (Kenaikan) Penurunan Aktiva lainnya, (115.700.000
(101.400.000) (130.400.000)
bersih depresiasi )

13
(540.400.000
Aliran kas dari investasi (479.400.000) (608.400.000)
)
PENDANAAN
11. (Kenaikan) Penurunan Hutang Jangka
16.400.000 19.500.000 21.900.000
Pendek

12. (Kenaikan) Penurunan Hutang Jangka


67.600.000 74.700.000 84.300.000
Panjang

13. (Kenaikan) Penurunan Hutang Jangka


40.300.000 46.100.000 51.900.000
Penjang lainnya
(125.400.000
14. Dividen (114.500.000) (137.300.000)
)
15. (Kenaikan) Penurunan Modal Saham
73.600.000 96.200.000 122.500.000
bersih dari laba bersih dan dividen
Aliran kas dari pendanaan 83.400.000 111.100.000 143.300.000
16. Perubahan dalam kas 11.700.000 12.300.000 13.900.000

Berikut ini penjelasan penyusunan laporan arus kas:


1. (1)Laba bersih: jumlah ini diambil dari laporan laba-rugi proforma.
2. (2)Depresiasi dan Amortisasi: jumlah ini diasumsikan naik dengan tingkat kenaikan
yang sama dengan aset (bangungan, mesin, peralatan, dan aset lainnya). Aset ini
diasumsikan untuk tumbuh dengan tingkat kenaikan 12,6%. Tingkat kenaikan ini
juga digunakan untuk menghitung depresiasi dan amortisasi.
3. (3,4,5,6,7)Perubahan-perubahan dalam aktiva dan hutang lancar selain kas diambil
langsung dari neraca yang diproyeksikan.
4. (8)Perubahan surat berharga: pembelian dan penjualan surat berharga dan investasi
pada surat berharga (yang masuk aktiva tidak lancar) dimasukkan ke dalam rekening
Investasi. Perubahan-perubahan dalam rekening ini diambil dari neraca yang
diproyeksikan. Jika ada perubahan disebabkan karena perubahan yang berkaitan
dengan pendapatan, maka jumlah yang disebabkan perubahan tersebut dimasukkan
ke dalam operasi, bukan investais.
5. (9)Perubahan dalam bangungan, mesin, peralatan (bersih depresiasi): pembelian dan
penjualan bersih aktiva tetap termasuk dalam baris ini. Depresiasi tidak dimasukkan
karena depresiasi sudah dimasukkan ke dalam operasi, yaitu baris 2.
6. (10)Perubahan dalan aktiva lainnya: biasanya aktiva lainnya datang dari goodwill
yang timbul dari selisih harga pembelian akuisisi dengan harga aset yang dibeli.

14
Jumlah ini bersih dari amortisasi karena amortisasi sudak dimasukkan ke dalam
operasi, yaitu baris 3.
7. (11,12,13)Perubahan dalam pinjaman, dan hutang non lancar lainnya biasanya
masuk dalam bagian pendanaan (financing), kecuali kalau ada informasi lain. Jika
hutang pajak non lancar (deferred income taxes) dilaporkan terpisah dari hutang non
lancar, maka perubahan-perubahan dalam hutang pajak tersebut dimasukkan dalam
bagian operasi, bukan dalam bagian pendanaan.
8. (14)Dividen: untuk memproyeksikan dividen diperlukan asumsi kebijakan dividen.
Banyak perusahaan yang mempunyai kebijakan untuk membayar dividen yang
konstan setiap tahunnya. Beberapa perusahaan mempunyai kebijakan membayar
dividen dengan rasio pembayaran dividen (payout ratio) yang konstan. Misalkan
dividen tumbuh 9,5% setiap tahunnya selama lima tahun terakhir ini, tingkat
pertumbuhan ini dapat dipakai untuk memproyeksikan dividen pada masa-masa
datang. Proyeksi dividen dengan menggunakan tingkat pertumbuhan tersebut dapat
dilihat pada tabel proyeksi arus kas di atas.
9. (15)Perubahan modal saham: perubahan modal saham pada baris 15 merupakan
perubahan modal saham yang belum termasuk dalam laba operasional (baris 1) dan
dividen (baris 14). Laba operasi dikurangi dividen biasanya sama dengan laba yang
ditahan. Dengan demikian baris 15 ini merupakan perubahan dalam modal disetor.
Nilai baris 15 yang positif mencermingkan adanya saham baru yang masuk (emisi
baru).
10. (16)Perubahan dalam kas: jumlah dari baris 1 sampai baris 15 akan menghasilkan
perubahan kas pada periode tersebut. Perubahan ditambah (atau dikurangi apabila
perubahan negatif) kas pada awal periode akan menghasilkan kas akhir periode.

15
B. Rasio Keuangan Proforma
Setelah laporan keuangan proforma selesai disusun, analis bisa menyusun analisis
rasio untuk laporan keuangan proforma dengan cara yang sama dengan ketika membuat
analisis rasio untuk laporan keuangan. Berikut ini analisis rasio untuk perusahaan dengan
mendasarkan pada laporan keuangan proforma.
Tahun3 Tahun Tahun Tahun
(nyata) 4 5 6
PROFITABILITAS
Return On Asset (ROA) 9,1% 8,4% 8,1% 7,7%
Profit Margin 6,2% 6,2% 6,2% 6,2%
Perputaran Aktiva 1,5 kali 1,4 kali 1,3 kali 1,2 kali
Return On Equity (ROE) 14,8% 13,9% 13,1% 12,4%
Common Earning Leverage 0,87% 0,86% 0,86% 0,85%
Leverage Struktur Modal 1,9% 1,9% 1,9% 1,9%
Harga Pokok Penjualan / Penjualan 69,7% 69,7% 69,7% 69,7%
Biaya Penjualan dan Administrasi /
21,1% 21,1% 21,1% 21,1%
Penjualan
Biaya Pajak Penghasilan / Penjualan 3,7% 3,7% 3,7% 3,7%
11,8 10,1
Perputaran Piutang Dagang 9,6 kali 9,2 kali
kali kali
Perputaran Persediaan 5,3 kali 5,2 kali 4,9 kali 4,7 kali
Perputaran Aktiva Tetap 3,4 kali 3,3 kali 3,1 kali 3,0 kali

LIKUIDITAS JANGKA PENDEK


Rasio Lancar 1,6% 1,6% 1,6% 1,6%
Rasio Quick 0,7% 0,7% 0,7% 0,7%
Rasio aliran kas dari operasi / Hutang lancar 60,2% 44,4% 42,8% 41.2%

SOVABILITAS
Rasio Hutang Jangka Panjang 21,8% 21,8% 21,8% 21,8%
Rasio Hutang Modal Saham 27,8% 27,8% 27,8% 27,8%
Rasio Hutang Jangka Panjang terhadap Aset 14,6% 14,6% 14,6% 14,6%
Times Interest Earned 8,2% 7,7% 7,3% 7,0%
Aliran kas operasi terhadap total hutang 30,6% 22,4% 21,5% 20,7%
Alaran kas operasi terhadap pengeluaran
1,91% 1,09% 1,05% 1,01%
modal
Profitabilitas perusahaan diproyeksikan akan menurun sesuai dengan penurunan
ROA dan ROE. Penurunan ini dikarenakan turunnya perputaran aktiva. Penjualan
diproyeksikan untuk tumbuh 7,4% setiap tahunnya, sedangkan aset diproyeksikan untuk
tumbuh 12,6% per tahun. Perbedaan asumsi pertumbuhan ini mengakibatkan turunnya
perputaran aktiva. Penurunan perputaran akitva tidak diimbangi oleh kenaikan profit
margin yang diproyeksikan untuk tetap selama tiga tahun mendatang.

16
Rasio-rasio untuk mengukur resiko perusahaan (dilihat dari perbandingan hutang
dengan non hutang) tidak berubah selama tiga tahun mendatang. Hal ini disebabkan
karena common size dari neraca diproyeksikan tetap sama untuk tahun-tahun mendatang.
Rasio yang melibatkan laporan laba-rugi atau laporan arus kas diproyeksikan untuk
menurun. Ini disebabkan karena aset diproyeksikan tumbuh lebih cepat dibandingkan
penjualan.
Analisis rasio ini menunjukkan bahwa asumsi-asumsi yang dipakai untuk menyusun
laporan keuangan proforma akan menentukan besarnya laporan keuangan proforma.
Dalam contoh di atas, asumsi pertumbuhan penjualan dan asumsi pertumbuhan aset yang
berbeda akan menghasilkan angka-angka dan rasio-rasio yang berbeda.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Laporan Proforma adalah ikhtisar laporan keuangan yang menunjukkan harta dan
utang, atau pendapatan dan pengeluaran yang mungkin diakui pada masa mendatang
Laporan ini juga menunjukkan proyeksi pendapatan apabila perusahaan akan merger
dengan perusahaan lain, atau penjualan sebagian dan operasinya perusahaan sering
diminta untuk menyampaikan laporan proforma ketika mengajukan aplikasi kredit.

17
Sebagai suatu bagian yang penting dalam proses perencanaan, laporan keuangan
proforma ini dapat menurunkan risiko seminimal mungkin dalam memulai operasi dari
bisnis. Ini juga merupakan dasar yang dapat meyakinkan para kreditur dan investor
yang menyediakan dana untuk bisnis yang baru ini. Perencanaan keuangan sangat
penting bagi setiap perusahaan untuk menyusun rencana keuangan seberapa besar dana
yang harus dikeluarkan, terutama pihak manajemen apabila perencanaan keuangan
disajikan dengan baik dan benar tentunya peramalan keuangan untuk jangka waktu
yang akan datang akan terlaksana dengan baik pula.

B. Saran

Laporan keuangan proforma ini haruslah dapat dipertanggung jawabkan dan akurat
dan dapat menolong untuk memperoleh gambaran yang tepat untuk memulai suatu
bisnis. Ini harus didasarkan pada informasi yang dapat memberikan proyeksi yang tepat
untuk memperoleh jumlah profit yang diharapkan dari bisnis dan juga kebutuhan
keuangan yang diperlukan dalam tahun pertama operasi dan sesudahnya.

18

Anda mungkin juga menyukai