Anda di halaman 1dari 12

Tugas Agenda 3

Whole of Government (WoG)

ANGGOTA KELOMPOK :
PUTRI AYUNINGTIAS MAHDANG, S.KM., M.KKK
Ir. DIANA RAHMAWATI, S.T., M. Eng
DESY EVA LAILA ROKHMAH, S.Pd., M.Hum
GALIH YUDHA SAPUTRA, M.Kom
Kasus I : Pemalang dan BSSN Teken Mou Pemanfaatan Sertifikat Elektronik

Sumber : https://www.pemalangkab.go.id/2019/07/pemalang-dan-bssn-teken-mou-pemanfaatan-
sertifikat-elektronik/

Pemalang – Pemerintah Kabupaten Pemalang bersama Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN),
melakukan kerjasama tentang pemanfaatan sertifikat elektronik. Penandatanganan Nota kesepakatan atau
Memorandum of Understanding (MoU) kerjasama tersebut, dibarengkan dengan enam Pemerintah
Daerah lainnya, di Auditorium Roebiono Kertopati Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Selasa,
(9/7/2019).

Penandatanganan dilakukan oleh perwakilan BSSN bersama tujuh Pemerintah Daerah yang diwakili oleh
para Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika dengan disaksikan oleh Sekretaris Utama BSSN, Kepala
Biro Hukum dan Humas BSSN, Sekretaris Daerah Kota Madiun dan Sekretaris Daerah Kabupaten
Indramayu.

Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Dinas Kominfo Provinsi Kalimantan Tengah, Sekertaris Daerah Pemkot
Madiun, Kepala Dinas Kominfo Pemkot kendari, Kepala Dinas Kominfo Kabupaten Pemalang, Plt.
Kepala Dinas Kominfo Pemkab Kapuas, Kepala Dinas Kominfo Pemkab Tanah Datar, Sekretaris Daerah
Pemkab Indramayu. Turut hadir juga dalam kegiatan tersebut Karo Hukum dan Humas Y.B. Susilo
Wibowo, S.E, M.M, Kepala Balai Sertifikasi Elektronik Rinaldy, S.Sos, serta para pejabat struktural
dilingkungan BSSN.

Sekretaris Utama BSSN Syahrul Mubarak saat membuka kegiatan tersebut, menyebutkan bahwa Sistem
Pemerintahan Berbasis Elektronik atau SPBE sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2018
tentang SPBE, bertujuan mewujudkan tata kelola dalam pengaturan, pengarahan, dan pengendalian secara
terpadu dan proses manajemen SPBE yang efektif, efisien, berkesinambungan, dan berkualitas. Dengan
SPBE yang terpadu secara nasional, diharapkan membentuk proses bisnis pemerintahan yang terintegrasi
dan menghasilkan penyelenggaraan whole of government yang baik dalam pelayanan publik. Salah satu
prinsip untuk melaksanakan SPBE adalah keamanan teknologi informasi dan komunikasi. Penerapan
SPBE harus ditopang dengan teknologi pengamanan yang menjamin kerahasiaan, keutuhan, ketersediaan,
keaslian, dan kenirsangkalan.

“Bentuk dari teknologi pengamanan yang dimaksud adalah menggunakan tanda tangan digital yang
dilengkapi dengan sertifikat elektronik yang memiliki kekuatan hukum dan akibat hukum yang sah sesuai
peraturan perundang-undangan”, ujar Syahrul.

BSSN kata Syahrul, mendukung penyelenggaraan SPBE ini dari sisi keamanan siber dan persandian
melalui penyediaan layanan sertifikat elektronik. Layanan ini merupakan jenis layanan bidang persandian
yang pembinaan dan pengawasan teknisnya dilaksanakan oleh BSSN melalui Balai Sertifikasi Elektronik
atau dikenal dengan BSrE.

“Selain faktor teknologi dan sistem keamanannya, faktor penting lain yang dapat menunjang keberhasilan
pelaksanaan sistem elektronik adalah sumber daya manusia atau SDM”, ungkapnya.

Ringkasan Isi Kasus Terkait Penerapan Whole Of Government

Kasus yang dipaparkan sebelumnya menjelaskan tentang penerapan Whole of Government yang ada
di Indonesia yaitu upaya koordinasi dan kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Pemalang bersama
Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) tentang pemanfaatan sertifikat elektronik. Bentuk kerja sama
tersebut tertuang dalam Nota kesepakatan atau Memorandum of Understanding (MoU) kerjasama.
Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik atau SPBE sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 95
Tahun 2018 tentang SPBE, bertujuan mewujudkan tata kelola dalam pengaturan, pengarahan, dan
pengendalian secara terpadu dan proses manajemen SPBE yang efektif, efisien, berkesinambungan, dan
berkualitas. Salah satu prinsip untuk melaksanakan SPBE adalah keamanan teknologi informasi dan
komunikasi. Penerapan SPBE harus ditopang dengan teknologi pengamanan yang menjamin kerahasiaan,
keutuhan, ketersediaan, dan keaslian. Bentuk dari teknologi pengamanan yang digunakan adalah
menggunakan tanda tangan digital yang dilengkapi dengan sertifikat elektronik yang memiliki kekuatan
hukum.

Kasus 2 : Polri Mendukung Upaya Pemerintah dalam Penanganan kasus Covid-19


Sumber : https://www.kemkes.go.id/article/view/21021100003/polri-dukung-pemerintah-dalam-
melaksanakan-tracing-dan-vaksinasi-covid-19.html

Polri Dukung Pemerintah Dalam Melaksanakan Tracing dan Vaksinasi Covid19

Untuk memutus mata rantai penularan COVID-19 serta menyelesaikan vaksinasi bagi 181 juta
masyarakat Indonesia, Kementerian Kesehatan menggandeng TNI dan Polri untuk membantu tugas
tenaga kesehatan dengan menyiapkan tenaga tracer dan vaksinator COVID-19 hingga level daerah.

Adapun penyiapan tenaga tracing dan vaksinator ini merupakan tindaklanjut dari Instruksi Presiden Joko
Widodo untuk mempercepat pengendalian pandemi COVID-19 di Tanah Air melalui penguatan 3T dan
3M.

Dalam Apel Kesiapan Bhabinkamtibmas dan Tenaga Kesehatan Sebagai Tracer dan Vaksinator COVID-
19 di Polda Metro Jaya serentak di seluruh Indonesia pada Kamis (11/3).

Kapolri Listyo Sigit Prabowo mengaku siap membantu dan mendukung seluruh program penanganan
pandemi COVID-19 terutama upaya tracing dan vaksinasi di seluruh Indonesia.

Wujud keseriusan Polri dalam membantu tangani COVID-19, yakni dengan menyiagakan sebanyak
13.500 vaksinator, yang mana 900 orang telah dilatih oleh Bapelkes, sementara 12.600 lainnya akan
segera menyusul untuk diberikan pelatihan. Selain itu, Polri juga telah menyiapkan 40.335 personil
Bhabinkamtibmas yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia untuk melakukan tracer.

''Disiagakan dalam rangka membantu pelaksanaan vaksinasi terutama dalam hal vaksinasi bagi tenaga
polri dan masyarakat umum,'' kata Kapolri.

Sementara itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa untuk menyelesaikan
penanganan pandemi COVID-19 terutama pelacakan kasus dan vaksinasi bagi 181 juta penduduk
Indonesia, Kementerian Kesehatan tidak bisa sendiri. Dibutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak
termasuk TNI dan Polri.

''Kami menyadari membutuhkan sistem pertahanan dan persenjataan dengan model yang berbeda dengan
kombinasi TNI, Polri, dan Kementerian Kesehatan,'' katanya.

Menkes menjabarkan bahwa saat ini pemerintah tengah memperkuat upaya 3M dan 3T sebagai kunci
utama memutus mata rantai penularan COVID-19. Pihaknya menyadari untuk melakukan dua program
tersebut, dibutuhkan SDM yang terampil dengan jumlah yang besar.

Untuk tracing kasus, diperkirakan per 100.000 penduduk dibutuhkan sekitar 30 tracer yang tersebar di
seluruh desa. Sementara untuk menyelesaikan pelacakan kasus bagi 269 juta jiwa diperkirakan butuh
sekitar 80.000 tracer di seluruh desa.

''Kita tidak punya aparat seperti itu, yang punya hanya Polri dan TNI, oleh karena itu kita harus
bekerjasama dengan Polri dan TNI untuk melakukan fungsi surveilans untuk mengidentifikasi
''musuhnya'' dimana, dengan melibatkan minimal 80 ribu tracer,'' tuturnya.

Selain penguatan tracing, upaya lain yang dilakukan pemerintah untuk mempercepat pengendalian
pandemi COVID-19 adalah vaksinasi bagi 181 juta penduduk Indonesia.

Dengan penyuntikan sebanyak dua dosis vaksin, maka dibutuhkan kurang lebih 363 juta dosis vaksin.
Apabila ditargetkan selesai dalam waktu 1 tahun, maka dalam satu hari sebanyak 1 juta orang divaksin.

''Tidak mungkin kami kuat sendiri, oleh karenanya kami menggaet TNI dan Polri. Mudah-mudahan bisa
membantu untuk strategi surveilansnya sebagai tracer dan yang kedua melalui strategi vaksinasi sebagai
vaksinator,'' ucapnya.
Kepada seluruh Bhabinkamtibmas, petugas tracer dan vaksinator, Kapolri berpesan untuk terus memupuk
kerja sama dengan Babinsa dan Dinas Kesehatan di wilayahnya masing-masing. Diharapkan keterkaitan
antara ketiganya dapat mempercepat penurunan laju penularan COVID-19.

Ringkasan isi kasus terkait Penerapan Whole of Government

Kasus ini menjelaskan mengenai salah satu contoh terkait penerapan Whole of Government yaitu
upaya saling mendukung penanggulangan wabah Covid-19 di Indonesia yang dilakukan oleh pihak Polri
dan Kementerian Kesehatan. Untuk memutus mata rantai penularan COVID-19 serta menyelesaikan
vaksinasi bagi 181 juta masyarakat Indonesia, Kementerian Kesehatan menggandeng TNI dan Polri untuk
membantu tugas tenaga kesehatan dengan menyiapkan tenaga tracer dan vaksinator COVID-19 hingga
level daerah. Kapolri Listyo Sigit Prabowo menjelaskan bahwa Polri siap membantu dan mendukung
seluruh program penanganan pandemi COVID-19 terutama upaya tracing dan vaksinasi di seluruh
Indonesia. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa untuk menyelesaikan penanganan
pandemi COVID-19, Kementerian Kesehatan tidak bisa sendiri. Dibutuhkan kolaborasi dari berbagai
pihak termasuk TNI dan Polri. Selain penguatan tracing, upaya lain yang dilakukan pemerintah untuk
mempercepat pengendalian pandemi COVID-19 adalah vaksinasi bagi 181 juta penduduk Indonesia.
Kapolri berpesan untuk terus memupuk kerja sama dengan Babinsa dan Dinas Kesehatan di wilayahnya
masing-masing. Diharapkan keterkaitan antara ketiganya dapat mempercepat penurunan laju penularan
COVID-19 di Indonesia.
Kasus 3 : Pembangunan Infrastruktur Ibu Kota Baru Melibatkan 4 Kementrian

Sumber : https://ekonomi.bisnis.com/read/20200312/45/1212721/proyek-infrastruktur-di-ibu-kota-
baru-melibatkan-4-kementerian

Pembangunan infrastruktur Ibu Kota Negara di Provinsi Kalimantan Timur yang rencananya akan
mulai dikerjakan di tahun ini setidaknya akan melibatkan empat kementerian terkait.
Keempat kementerian yang dimaksud antara lain adalah Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (PUPR), Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral (Kementerian ESDM), dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo).
Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR Danis Sumadilaga mengatakan bahwa
Kementerian PUPR ditunjuk sebagai Ketua Pokja Infrastruktur.
"Kalau Kementerian PUPR [mendapat tugas] pembangunan jalan dan jembatan, gedung dan
perumahan, serta infrastruktur yang berkaitan dengan air bersih, sanitasi, persampahan, ruang publik, dan
drainase," ujarnya disela-sela konferensi pers di Jakarta, Kamis (12/3/2020).
Di sektor sumber daya air (SDA), imbuhnya, Kementerian PUPR berencana akan membangun
lima bendungan yakni Bendungan Batulepek, Sepaku - Semai, Selamayu, Beruas, dan Safiak.
Diantara bendungan tersebut, Danis mengungkapkan bahwa saat ini Bendungan Sepaku - Semoi
adalah yang paling siap untuk dibangun.
Kemudian, untuk proyek pembangunan bandara, terminal, stasiun kereta, dan pelabuhan, serta
transportasi publik, Kementerian PUPR akan bersinergi dengan Kementerian Perhubungan.
Adapun, di sektor energi terbarukan, listrik, dan gas, Kementerian ESDM akan banyak berperan
di dalamnya, sedangkan infrastruktur yang berkaitan dengan sistem komunikasi dan teknologi informasi
akan dibangun oleh Kemenkominfo.
Sebelumnya, Danis menjelaskan bahwa saat ini belum ada anggaran khusus terkait pekerjaan
konstruksi fisik di IKN karena masih menunggu terbitnya payung hukum tentang Ibu Kota Negara (IKN).
Padahal, tahap groundbreaking rencananya akan dilakukan pada Oktober 2020.
Oleh sebab itu, dia menyatakan Kementerian PUPR siap menalangi kebutuhan dana di awal
pembangunan fisik proyek Ibu Kota Negara.

Ringkasan isi kasus terkait Whole of Government

Kasus ini menjelaskan tentang penerapan Whole of Government yaitu saling mendukung dan
berkoordinasi dalam pembangunan infrastruktur Ibu Kota Baru Negara (IKN) di Kalimantan Timur.
Keempat kementerian yang dimaksud antara lain adalah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat (PUPR), Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
(Kementerian ESDM), dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo). Kementerian
PUPR mendapat tugas pembangunan jalan dan jembatan, gedung dan perumahan, serta infrastruktur yang
berkaitan dengan air bersih, sanitasi, persampahan, ruang publik, dan drainase. Kementerian ESDM di
sektor energi terbarukan, listrik, dan gas, sedangkan infrastruktur yang berkaitan dengan sistem
komunikasi dan teknologi informasi akan dibangun oleh Kemenkominfo. Kemudian, untuk proyek
pembangunan bandara, terminal, stasiun kereta, dan pelabuhan, serta transportasi publik, Kementerian
PUPR akan bersinergi dengan Kementerian Perhubungan.
Kasus 4 : : E- Court Mahkamah Agung

SUMBER : https://ecourt.mahkamahagung.go.id/

Ringkasan isi kasus terkait Whole of Government


e-Court merupakan sebuah inovasi di lingkungan Mahkamah Agung Republik Indonesia pada bidang
teknologi informasi sistem peradilan. e-Court mulai berlaku sejak diterbitkan Peraturan Mahkamah
Agung (Perma) Nomor 1 Tahun 2019 Tentang Administrasi Perkara dan Persidangan Secara Elektronik
oleh Mahkamah Agung yang mengganti dan mencabut Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia
(Perma) Nomor 3 Tahun 2018 tentang Administrasi Perkara Secara Elektronik. Untuk diketahui,
sebelumnya, Mahkamah Agung telah mengeluarkan Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia
(Perma) Nomor 3 Tahun 2018 tentang Administrasi Perkara Secara Elektronik. Perma tersebut
memberikan payung hukum bagi implementasi aplikasi e-Court. e-Court dalam Perma ini mengatur mulai
dari Pendaftaran Perkara (e-Filling), Pembayaran Perkara (e-Payment), Pemanggilan para pihak (e-
Summons) yang seluruhnya dilakukan secara elektronik/online saat mengajukan permohonan/gugatan
perkara. Selain itu, sejak terbit Perma Nomor 1 Tahun 2019 telah ditambahkan mekanisme Persidangan
Secara Elektronik (e-Litigation) ke dalam model e-Court.
e-Court adalah sebuah instrumen Pengadilan sebagai bentuk pelayanan terhadap masyarakat dalam hal
Pendaftaran perkara secara online, Taksiran Panjar Biaya secara elektronik, Pembayaran Panjar Biaya
secara online, Pemanggilan secara online dan Persidangan secara online mengirim dokumen persidangan
(Replik, Duplik, Kesimpulan, Jawaban). Aplikasi e-Court perkara diharapkan mampu meningkatkan
pelayanan dalam fungsinya menerima pendaftaran perkara secara online dimana masyarakat akan
menghemat waktu dan biaya saat melakukan pendaftaran perkara.

KELEBIHAN APLIKASI e-Court

1. Menghemat Waktu dan Biaya dalam proses pendaftaran perkara.


2. Pembayaran Biaya Panjar yang dapat dilakukan dalam saluran multi chanel atau dari berbagai
metode pembayaran dan bank.
3. Dokumen terarsip secara baik dan dapat diakses dari berbagai lokasi dan media.
4. Proses Temu Kembali Data yang lebih cepat.

Peran ASN Dalam Penerapan Whole Of Government

Whole of Government (WoG) dalam arti sederhana adalah penyelenggaran berbagai instansi
pelayanan publik yang bekerja secara lintas batas atau lintas sektor guna mencapai tujuan
bersama dan sebagai respon terpadu pemerintah terhadap isu-isu tertentu. WoG merupakan
pendekatan yang menekankan aspek kebersamaan dan menghilangkan sekat-sekat sektor yang
selama ini terbangun.

Peran ASN dalam penerapan Whole of Government (WoG) dalam menjalankan


fungsinya sebagai Penyelengara kebijakan pemerintah, pelayanan publik , dan perekat kesatuan
dan persatuan bangsa sangatlah krusial karena adanya faktor-faktor eksternal seperti dorongan
publik dalam mewujudkan integrasi kebijakan program pembangunan dan pelayanan agar
tercipta penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Selain itu faktor internal dengan adanya
fenomena ketimpangan kapasitas sektoral sebagai akibat nuansa kompetisi antar sektor dalam
pembangunan. Satu sektor bisa tumbuh sangat superior terhadap sektor lain atau masing-masing
sektor tumbuh namun tidak berjalan beriringan, sehingga mempengaruhi jalannya proses
pembangunan. Ketiga, dalam konteks Indonesia yakni keberagaman latar belakang nilai, budaya,
adat-istiadat, serta bentuk latar belakang lainnya mendorong adanya potensi disintegrasi bangsa.
Pemerintah sebagai institusi formal berkewajiban untuk mendorong tumbuhnya nilai-nilai
perekat kebangsaan yang akan menjamin bersatunya elemen-elemen kebangsaan ini dalam satu
bingkai.

KUNCI KEBERHASILAN PENERAPAN WHOLE OF GOVERNMENT (WoG)

Berdasarkan hasil diskusi kelompok kami terkait kunci keberhasilan penerapan Whole of
Government yang ada pada kasus-kasus diatas, didapatkan bahwa kunci-kunci keberhasilan
penerapan Whole of Government yaitu menekankan pelayanan yang saling terintegrasi sehingga
prinsip koordinasi, kolaborasi, komunikasi, partisipasi, dan kesatuan dari masyarakat dan bidang
terkait dalam menanggapi suatu isu agar bisa mencapai tujuan sehingga dapat dilakukan secara
efektif dan efisien.
Pendekatan Whole of Government dapat beroperasi dalam seluruh tatanan kelembagaan
Nasional maupun daerah. Penataan kelembagaan menjadi sebuah keharusan ketika pendekatan
ini diperkenalkan melalui regulasi yang jelas, penguatan kelembagaan dan peningkatan
infrastruktur sistem informasi.

TAHAPAN PENERAPAN WHOLE OF GOVERNMENT (WoG)

Berdasarkan hasil diskusi kelompok kami terkait tahapan penerapan Whole of


Government yang terdapat pada kasus-kasus diatas yaitu :

1. Adanya respon yang saling terintegrasi dari sektor yang terkait dengan isu.
2. Adanya kerjasama antar sektor atau instansi pemerintah yang terkait dengan isu.
3. Terjalinnya kolaborasi antar sektor.
4. Terjalinnya koordinasi antar sektor yang bertujuan agar tidak terjadi kesalahan dalam
pemahaman untuk menangani dan menyelesaikan isu.
5. Terciptanya sinergitas antar sektor yang terlibat untuk menyelesaikan isu dan
mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien.

Anda mungkin juga menyukai