Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. TEORI MEDIS

1.Definisi
Hyperemesis Gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan saat hamil sehingga
mengganggu pekerjaan sehari-hari sehingga menimbulkan kekurangan cairan serta
terganggunya keseimbangan elektrolit ( Manuaba.I.B,1998)

2. Etiologi
Kejadian hyperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti. Tetapi beberapa factor
predisposisi dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Faktor adaptasi dan hormonal.
Pada wanita hamil yang kekurangan darah lebih sering terjadi hiperemesis gravidarum. Dapat
dimasukkan dalam ruang lingkup factor adaptasi adalah wanita hamil dengan anemia, wanita
primigravida, dan overdistensi rahim pada hamil ganda dan hamil mola hidatidosa
Sebagian kecil primigravida belum mampu beradaptasi terhadap hormon estrogen dan
koreonik gonadotropin ,sedangkan pada hamil ganda dan mola hidatidosa,jumlah hormone
yang dikeluarkan terlalu tinggi dan menyebabkan terjadi hiperemesis gravidarum itu
2. Faktor psikologis
Hubungan factor psikologis dengan kejadian hiperemesis gravidarum belum jelas. Besar
kemungkinan bahwa wanita yang menolak hamil, takut kehilangan pekerjaan , keretakan
hubungan dengan suami dan sebagainya, diduga dapat menjadi factor kejadian hiperemesis
gravidarum. Dengan perubahan suasana dan masuk rumah sakit penderitaannya dapat
berkurang sampai menghilang.
3. Faktor alergi
Pada kehamilan, di mana diduga ada invasi jaringan villi korialis yang masuk ke dalam
peredaran darah ibu, maka faktor alergi dianggap dapat menyebabkan kejadian hiperemesis
gravidarum.

4
3. Patofisiologi
Sebagian besar emesis gravidarum (mual-muntah) saat hamil dapat diatasi dengan
berobat jalan derta pemberian obat penenang dan anti-muntah. Tetapi sebagian kecil wanita
hamil tidak dapat mengatasi mual-muntah yang berkelanjutan sehingga mengganggu
kehidupan sehari-hari dan menimbulkan kekurangan cairan dan terganggunya keseimbangan
elektrolit.
Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan cadangan karbohidrat habis dipakai
untuk keperluan energi, sehingga pembakaran tubuh beralih pada cadangan lemak dan
protein. Karena pembakaran lemak kurang sempurna terjadilah badan keton dalam darah
yang dapat menambah beratnya gejala klinik.
Melalui muntah dikeluarkan sebagian cairan lambung serta elektrolit natrium,
kalium, dan kalsium. Penurunan kalium akaan menambah beratnya muntah, sehingga makin
berkurang kalium dalam keseimbangan tubuh serta makin menambah berat terjadinya
muntah.
Muntah yang berlebihan menyebabkan cairan tubuh makin berkurang, sehingga darah
menjadi kental (hemokonsentrasi) yang dapat melambatkan peredaran darah yang berarti
konsumsi O2 dan makanan ke jaringan berkurang. Kekurangan makanan dan O2 ke jaringan
akan menimbulkan kerusakan jaringan yang dapat menambah beratnya keadaan janin dan
wanita hamil.
Muntah yang berlebihan dapat menyebabkan pecahnya pecahnya pembuluh darah
kapiler pada lambung dan esofagus, sehingga muntah bercampur darah. Suasana demikian
dapat menimbulkan kekhawatiran wanita hamil dan mengagetkan keluarganya.
Sekalipun kejadian muntah dalam bentuk hiperemesis gravidarum tidak banyak
dijumpai, penanganannya memerlukan perhatian yang serius.

4. Diagnosis
Menetapkan kejadian hiperemesis gravidarum tidak sukar, dengan menentukan
kehamilan muntah berlebihan sampai menimbulkan gangguan kehidupan sehari-hari dan
dehidrasi.
Muntah yang terus-menerus tanpa pengobatan dapat menimbulkan gangguan tumbuh
kembang janin dalam rahim dengan manifestasi kliniknya. Oleh karena itu, hiperemesis
gravidarum berkelanjutan harus dicegah dan harus mendapat pengobatan yang adekuat.
Kemungkinan penyakit lain yang menyertai hamil harus dipikirkan dan berkonsultasi
dengan dokter tentang penyakit hati, penyakit ginjal, dan penyakit tukak lambung.

5
Pemeriksaan laboratorium dapat membedakan ketiga kemungkinan hamil yang disertai
penyakit.

5. Gejala Klinik
Gambaran gejala hiperemesis gravidarum secara klinis dapat dibagi menjadi tiga tingkat:
1. Hiperemesis gravidarum tingkat pertama
Muntah berlangsung terus
 Makan berkurang
 Berat badan menurun
 Kulit dehidrasi-tonusnya lemah
 Nyeri di daerah epigastrium
 Tekanan darah turun dan nadi meningkat
 Lidah kering
 Mata tampak cekung
2. Hiperemesis gravidarum tingkat ke dua
 Penderita tampak lebih lemah
 Gejala dehidrasi makin tampak mata cekung, turgor kulit makin kurang, lidah
kering dan kotor
 Tekanan darah turun, nadi meningkat
 Berat badan makin menurun
 Mata ikterik
 Gejala hemokonsentrasi makin tampak: urin berkurang, badan aseton dalam
urin meningkat
 Terjadinya gangguan buang air besar
 Mulai tampak gejala gangguan kesadaran, menjadi apatis
 Napas berbau aseton
3. Hiperemesis gravidarum tingkat ke tiga
 Muntah berkurang
 Keadaan umum wanita hamil makin menurun: tekanan darah turun, nadi
meningkat, dan suhu naik;keadaan dehidrasi makin jelas
 Gangguan faal hati terjadi dengan manifestasi ikterus
 Gangguan kesadaran dalam bentuk: somnolen sampai koma; komplikasi

6
susunan saraf pusat (ENCEFALOPATI WERNICKE): nastigmus-perubahan
arah bola mata, diplopia-gambar tampak ganda, perubahan mental

6. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada hiperemesis gravidarum antara lain:
 Bisa terjadi abortus
 IUGR
 Dehidrasi berat
 Oliguria

7. Penatalaksanaan
a. Tingkat I
1) Pencegahan dengan memberikan informasi dan edukasi tentang kehamilan
kepada ibu untuk menghilangkan faktor-faktor psikis, misalkan: rasa takut
hamil
2) Dengan diit makan diberikan dalam porsi sedikit tapi sering, bangun pagi hari
diusahakan tidak langsung berdiri sebab untuk menjaga keseimbangan tubuh
sehingga tidak merangsang keinginan untuk muntah, hindari makan makanan
yang berminyak dan berbau, serta sajikan makanan dalam keadaan hangat.
3) Terapi obat menggunakan sedativa (Phenobarbital, Luminal: 30 mg), (Vit B1
dan B6), anti muntah (Mediamer B6, Dramamin, Avopreg, Avomim,
Torecam), antiosida, dan anti mules

b. Tingkat II
1) Isolasi diharapkan tidak terlalu banyak tamu, kalau perlu hanya ada perawat
dan dokter saja yang boleh masuk, kadang kala hal ini saja, tanpa pegobatan
khusus telah mengurangi mual muntah
2) Terapi psikologi: berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang
wajar, normal, dan fisiologis jadi tidak perlu takut dan khawatir
3) Penambahan cairan: dikstrosa atay glukosa 5 % sebanyak 2-3 liter dalam 24
jam

7
4) Terapi obat menggunakan sedativa (Phenobarbital, Luminal: 30 mg), (Vit B1
dan B6), anti muntah (Mediamer, B6, Dramamin, Avopreg, Avomim,
Torecam), antiosida, dan anti mules
c. Tingkat III
1) Penderita diisolasi dalam kamar yang terang dan cerah dengan pertukaran
udara yang baik, kalori diberikan secara parenteral dengan glukosa 5 % dalam
cairan fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari
2) Diuresis selalu dikontrol untuk menjaga keseimbangan cairan
3) Sedative yang diberikan adalah Phenobarbital
4) Pada keadaan lebih berat berikan anti emetic seperti metoklopramid,
disiklomin, hidroklorida, atau klorpromazin
5) Berikan terapi psikologis untuk meyakinkan pasien bahwa penyakitnya dapat
disembuhkan setelah menghilangkan rasa takut hamildan konflik yang
melatarbelakangi hiperemesis. ( Manjoer.A, 1999 )

8. Prognosa dan Sikap Bidan pada Hiperemesis Gravidarum


Sebagian besar emesis gravidarum dapat diatasi dengan berobat jalan segingga sangat
sedikit yang memerlukan pengobatan rumah sakit. Pengobatan penderita hiperemesis
gravidarum yang dirawat di rumah sakit, hampir seluruhnya dapat dipulangkan dengan
memuaskan, sehingga kehamilannya dapat dilanjutkan.

B. MANAJEMEN KEBIDANAN IBU HAMIL DENGAN HYPEREMESIS


GRAVIDARUM GRADE I
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang memperkenalkan
suatu metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan – tindakan dengan ukuran
yang logis, berkesinambungan dan menguntungkan bagi klien maupun tenaga kesehatan
(Varney Hellen, 1997:25).
Manajemen varney terdiri dari tujuh langkah yang berurutan :
I. Pengkajian Data
Dikumpulkan data akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi pasien.Data yang diperlukan ada dua :
a. Data Subjektif
Data diperoleh dari anamnesa meliputi identitas, alasan datang

8
atau keluhan utama yang dirasakan pasien, data kebidanan riwayat
kesehatan, kebiasaan sehari – hari, riwayat menstruasi, data psikologi,
sosial dan kultural. Riwayat menstruasi perlu diketahui umur berapa
klien pertama kali haid, teratur atau tidak. Pengkajian tentang nutrisi
untuk mengetahui status gizi klien karena sangat berpengaruh pada
kesehatan reproduksi, dalam segi kualitas dan kuantitasnya sesuai gizi
seimbang.

b. Data Objektif
Data obyektif diperoleh dari pemeriksaan umum, fisik dan
penunjang. Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan anggota tubuh
secara lengkap dari kepala sampai ujung kaki. Dalam kasus ini,
pemeriksaan pada mata dan abdomen sangatlah penting.

II. Interpretasi Data


Pada langkah ini data dasar yang telah dikumpulkan adalah sehingga
ditemukan masalah atau diagnosa yang telah di identifikasi. Diagnosa ini
ditegakkan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standart. Pada kasus
ini, diagnosanya adalah : Ny. T G1P0A0 umur 22 tahun dengan hyperemesis
gravidarum grade I.

III. Identifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial


Pada langkah ini diidentifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial
berdasarkan diagnosis/masalah yang sudah diidentifikasi. Bidan diharapkan
waspada dan bersiap – siap mencegah diagnosis/masalah potensial ini menjadi
benar – benar terjadi. Dalam kasus ini, Diagnosis atau masalah potensialnya
adalah dehidrasi ringan karena kehilangan banyak cairan akibat intensitas muntah
yang sering.

IV. Penetapan kebutuhan tindakan segera


Bidan menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, melakukan konsultasi,
kolaborasi dengan tenaga kesehatan yang lain berdasarkan kondisi klien. Pada
langkah ini, mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan
untuk ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan

9
kondisi klien.

V. Penyusunan Rencana Asuhan Menyeluruh


Langkah ini merupakan inti pokok proses manajemen kebidanan yang
memberikan arah pada kegiatan asuhan kebidanan. Pada tahap ini meliputi
prioritas masalah, menentukan tujuan yang akan dicapai dan merencanakan
tindakan sesuai dengan prioritas masalah. Keadaan umum dan kesadaran
merupakan penilaian awal terjadinya syok.

VI. Pelaksanaan Asuhan


Tindakan di mana pelaksanaannya berdasarkan rencana dan perkembangan
pasien.

VII. Evaluasi
Merupakan langkah terakhir dari rangkaian kegiatan manajemen asuhan
kebidanan yang juga dapat sebagai langkah awal dari langkah identifikasi dan
analisa masalah selanjutnya. Evaluasi dilaksanakan setelah dilaksanakannya
tindakan kebidanan dan dapat digunakan untuk menilai keberhasilan antara
rencana tindakan yang telah dirumuskan dan pelaksanaannya.
Hasil yang diharapkan adalah memperbaiki keadaan umum klien sampai mual
dan muntahnya berkurang, tidak pusing serta lemas.

10

Anda mungkin juga menyukai