Anda di halaman 1dari 14

\

PEMBUATAN PESTISIDA ORGANIK MENGGUNAKAN


METODE EKSTRAKSI DARI SAMPAH DAUN PEPAYA
DAN UMBI BAWANG PUTIH
Elvi Yenie1), Shinta Elystia1), Anggi Kalvin2), Muhammad Irfhan2)
1)
JurusanTeknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Riau
2)
Program Studi D3 Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Riau
Kampus Binawidya Km 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293
Email: elvieyenie@yahoo.co.id

ABSTRAK

Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama
yang terbukti mengganggu. Pestisida dapat dibuat dari bahan alam yang salah satunya dari daun
pepaya dan umbi bawang putih. Hal ini diiringi dengan mudahnya didapatkan bahan alam tersebut
sehingga muncullah ide untuk membuat pestisida dari bahan tersebut. Tujuan dari penelitian ini
adalah mempelajari pengaruh variasi waktu perendaman bahan baku dengan variasi pelarut,
menghitung rendemen dari variasi waktu perendaman bahan baku dan menguji senyawa metabolit
sekunder dari rendemen maksimum lalu menguji toksisitas ekstrak yang diperoleh terhadap larva
nyamuk. Penelitian ini dilakukan dengan metode ekstraksi maserasi menggunakan pelarut metanol
dan etanol. Variasi waktu perendaman 3,5,7 hari dengan suhu lingkungan, nisbah larutan padatan
sebesar 1 : 4, setelah proses perendaman dilakukan penyaringan dan hasil saringan berupa filtrat
didestilasi dengan kondisi operasi temperatur 80o C selama ± 50 menit. Lalu ekstrak diuji senyawa
metabolit sekundernya, diukur pHnya dan toksisitas terhadap hewan uji. Kondisi operasi maksimum
diperoleh pada waktu perendaman selama 7 hari dengan kadar rendemen sebesar 41,35 % dengan pH
5,79 untuk hasil ekstrak metanol dan 36,06 % dengan pH 5,86 untuk hasil ekstrak etanol. Metabolit
sekunder yang berhasil diidentifikasi adalah alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dan sulfur.
Konsentrasi maksimum yang membunuh larva nyamuk adalah sebesar 3000 ppm dengan rata-rata
kematian larva 95 % untuk ekstrak etanol dan 97,5 % untuk ekstrak metanol.

Kata kunci: pestisida alami, daun pepaya dan umbi bawang putih, ekstraksi

ABSTRACT

Pesticides are chemicals and other substances used to control pests that could prove disruptive.
Pesticides can be made from natural materials, one of which from the leaves of papaya and garlic
bulbs. It is accompanied by easily obtained natural materials that came the idea to create pesticide of
these materials. The purpose of this research was to study the effect of variations in the time of
immersion of raw materials with a variety of solvents, calculate the yield of raw material variation of
soaking time and the test compounds secondary metabolites of maximum yield and test the toxicity of
exstracts obtained against mosquito larvae. The research was done by maceration extraction method
using methanol and ethanol. 3,5,7 days soaking time variation with temperature, the solid solution
ratio 1 : 4, after immersion do filtering was done and filter the results in the form of the filtrate is
distilled at 80o C temperature operating conditions for ± 50 minutes. Then extract secondary
metabolites were tested, measured their pH and toxicity towards the test animals. Maximum operating
conditions obtained at the time of immersion for 7 days with high levels of yields at 41.35 % with a pH
of 5.79 for methanol extract and 36.06 % with a pH 5.86 to extract the ethanol. Secondary metabolites
that were succesfuly identified are alkaloids, flavonoids, saponins, tannins, and sulfur.Maximum
concentration that killed mosquito larvae is equal to 3000 ppm with an average of 95 % larval
mortality for ethanol extract and 97.5 % for methanol extract.

Keyword : natural pesticides, papaya and garlic bulbs, extraction


Pembuatan Pestisida Organik Menggunakan Metod Ekstraksi dari Sampah Daun Pepaya dan Umbi Bawang Putih

PENDAHULUAN masuk ke dalam tubuh seseorang tanpa


Pestisida adalah substansi kimia dan bahan menimbulkan rasa sakit yang mendadak
lain yang digunakan untuk mengendalikan dan mengakibatkan keracunan kronis.
berbagai hama. Bagi petani jenis hama Seseorang yang menderita keracunan
yaitu tungau, tumbuhan pengganggu, kronis, ketahuan setelah selang waktu
penyakit tanaman yang disebabkan oleh yang lama, setelah berbulan atau bertahun.
fungi (jamur), bakteria, dan virus, Keracunan kronis akibat pestisida saat ini
nematoda (cacing yang merusak akar), paling ditakuti, karena efek racun dapat
siput, tikus, burung dan hewan lain yang bersifat karsiogenic (pembentukan
dianggap merugikan (Djojosumarto, 2008). jaringan kanker pada tubuh), mutagenic
Dahulunya, manusia menggunakan (kerusakan genetik untuk generasi yang
pestisida nabati dalam pembasmian hama, akan datang), dan teratogenic (kelahiran
namun sejak ditemukannya diklorodifenil- anak cacad dari ibu yang keracunan)
trikloroetan (DDT) tahun 1939, (Fatmawati, 2012).
penggunaan pestisida nabati sedikit demi
sedikit ditinggalkan sehingga manusia Menurut WHO (Organisasi Kesehatan
beralih ke pestisida kimia. Penggunaan Dunia), tercatat bahwa di seluruh dunia
pestisida kimia yang tidak rasional terjadi keracunan pestisida kimia (DDT)
menimbulkan dampak buruk dari segi antara 44.000 - 2.000.000 orang setiap
lingkungan maupun dari segi kesehatan tahunnya. Banyak negara yang telah
manusia. melarang penggunaan pestisida kimia
(DDT), begitu juga dengan Indonesia.
Pestisida nabati adalah pestisida yang Departemen Pertanian Republik Negara
bahan dasarnya berasal dari tanaman. Indonesia telah melarang DDT pada tahun
Pestisida nabati sudah digunakan tiga abad 1995. Namun masih digunakan untuk
yang lalu (Ware, 1982; 1983). Dari segi pembasmian nyamuk malaria.
lingkungan pestisida kimia dapat
menyebabkan pencemaran air berdampak Cukup tingginya dampak negatif dari
luas, misalnya dapat meracuni sumber air penggunaan pestisida kimia (DDT),
minum, meracuni makanan hewan, mendorong berbagai usaha untuk
ketidakseimbangan ekosistem sungai dan menekuni pemberdayaan/pemanfaatan
danau, pengrusakan hutan akibat hujan pestisida alami sebagai alternatif pengganti
asam, dan sebagainya. Pestisida juga dapat pestisida kimia berupa DDT. Salah satu
mengubah perilaku dan morfologi pada pestisida alami yang dapat digunakan
hewan. Selain itu dapat meracuni dan adalah ekstrak dari berbagai tumbuhan
membunuh biota laut seperti fitoplankton. (daun pepaya dan umbi bawang putih).
Matinya fitoplankton berpengaruh pada Selain ramah lingkungan, pestisida alami
rantai makanan sehingga menyebabkan merupakan pestisida yang relatif aman
ekosistem air terganggu. Selain itu juga dalam penggunaannya dan ekonomis.
dapat menyebabkan kematian pada ikan. Sehinggap penelitian ini perlu dilakukan
Dari segi kesehatan manusia pestisida untuk mengembangkan pembuatan
kimia dapat meracuni manusia melalui pestisida dari bahan alam.
mulut, kulit, dan pernafasan. Sering tanpa
disadari bahan kimia beracun tersebut
47
Jurnal Teknik Lingkungan UNAND 10 (1) : 46-59 (Januari 2013) Elvie Yennie dkk

METODOLOGI dengan cara perendaman di dalam pelarut


Bahan tertentu selama waktu tertentu.
Bahan – bahan yang digunakan dalam Maserasi dilakukan pada suhu ruang
penelitian ini adalah daun pepaya, umbi untuk mencegah penguapan pelarut secara
bawang putih, etanol, metanol, aquadest, berlebihan karena faktor suhu dan
NaOH, Plumbum asetat, FeCl3, Mg, HCl, dilakukan pengadukan selama 15 menit
KI, HgCl2, Kloroform. agar bahan dan pelarut tercampur. Menurut
Kenichi dan Masanori (1990), maserasi
Alat lebih baik dilakukan pada suhu 20-30 oC.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian Penyaringan dilakukan setelah proses
ini adalah botol atau wadah tertutup, maserasi selesai yaitu selama 3 hari, 5 hari
blender, kondensor, statif, penangas air dan 7 hari. Tahap – tahap penelitian proses
corong kaca, labu destilasi, kertas saring pembuatan pestisida terdiri dari persiapan,
whatman, gelas-gelas kimia, labu takar, perendaman bahan baku, filtrasi
erlemeyer, timbangan analitik, spatula, (penyaringan), pemisahan alkohol,
gunting, batang pengaduk, aluminium foil. penghitungan rendemen, pengujian
metabolit sekunder (uji warna), dan
Variabel Penelitian pengujian pada hewan uji (jentik nyamuk).
Hasil ekstrak yang diperoleh dengan
menggunakan metode ekstraksi menurut Persiapan Bahan Baku
Shahidi and Naczk, (1991) tergantung pada Bahan baku yang digunakan adalah
beberapa faktor, yaitu kondisi alamiah sampah dari daun pepaya dan umbi
senyawa tersebut, metode ekstraksi yang bawang putih. Bahan baku yang telah
digunakan, ukuran partikel contoh uji, didapatkan dicuci menggunakan air sampai
kondisi dan waktu penyimpanan, lama bahan baku bersih, selanjutnya dikeringkan
waktu ekstraksi, dan perbandingan jumlah di bawah sinar matahari sampai kering,
pelarut terhadap jumlah contoh uji, setelah bahan kering lalu diblender
sehingga variabel penelitian yang kemudian diayak sehingga mendapatkan
digunakan dalam penelitian ini antara lain: ukuran partikel 30 mesh.
variabel tetap adalah bahan yang dibuat
dalam ukuran penghalusan 30 mesh Perendaman Bahan Baku
dengan perbandingan bahan dan pelarut Pelarut yang digunakan adalah metanol
adalah 1 : 4 dan variabel bebas yaitu waktu dan etanol. Perendaman dilakukan dengan
perendaman 3 hari, 5 hari, 7 hari dengan cara mencampurkan bahan dengan pelarut
variasi jenis pelarut yaitu metanol dan dengan rasio 1 : 4 yaitu 100 g bahan baku
etanol. terdiri dari 50 gram daun pepaya dan 50 g
umbi bawang putih dan 400 ml pelarut
Prosedur Penelitian etanol 70 % di dalam suatu wadah yang
Metode penelitian yang digunakan untuk ditutup rapat dengan variasi perendaman (3
mengekstrak daun pepaya-umbi bawang hari, 5 hari dan 7 hari ) yang disertai
putih adalah secara maserasi. Maserasi dengan pengadukan dengan cara
merupakan teknik ekstraksi yang dilakukan mengaduk wadah yang berisi pelarut dan
untuk bahan yang tidak tahan panas bahan baku, lalu cara ini diulangi
menggunakan pelarut metanol 70 %.
48
Pembuatan Pestisida Organik Menggunakan Metod Ekstraksi dari Sampah Daun Pepaya dan Umbi Bawang Putih

Penutupan wadah ini bertujuan agar (c)  (a)


Rendemen =  100 %
pelarut yang digunakan tidak menguap (b)  (a)
sebelum waktu penyaringan, sedangkan
pengadukan bertujuan membuat bahan Keterangan:
a = Berat labu destilasi kosong (g)
tercampur sempurna. b = Ekstrak sebelum diuapkan + Berat labu
destilasi kosong (g)
Filtrasi (Penyaringan) c = Ekstrak setelah diuapkan + Berat labu destilasi
kosong (g)
Setelah bahan baku direndam
menggunakan pelarut, selanjutnya
dilakukan penyaringan menggunakan Uji Warna (Uji fitokimia)
kertas saring whatman, setelah disaring Pengujian ini dilakukan untuk melihat
didapatkan ekstrak encer. Penyaringan senyawa yang berada dalam sampel
bertujuan untuk menghilangkan bahan dengan cara menambahkan beberapa bahan
yang berukuran besar dari larutan sehingga kimia, sehingga dapat diindentifikasi
didapatkan filtrat yang bebas dari bahan dengan perubahan warna larutan sampel.
yang sebelumnya dihaluskan. Untuk setiap golongan senyawa metabolit
sekunder dan senyawa lainnya yang akan
Pemisahan Alkohol dari Larutan diperiksa adalah menurut Harbone (1987)
Ekstrak (Destilasi sederhana) dan Wuryanti dan Murnah (2009) sebagai
Setelah dilakukan penyaringan ekstrak berikut:
dilanjutkan dengan proses destilasi dengan  Pemeriksaan Alkaloid
temperatur 80o C dengan waktu ± 50 menit Dalam sampel dapat diketahui
yang ditandai dengan tidak menetesnya keberadaannya dengan cara
alkohol pada erlemeyer (tempat menambahkan lima tetes kloroform
penampung alkohol). Pemisahan dengan dan beberapa tetes pereaksi mayer ke
destilasi di lakukan untuk menghasilkan dalam 1 ml ekstrak kental.
larutan yang bebas dari alkohol yang Terbentuknya endapan putih
berdasarkan perbedaan titik didih sehingga menunjukkan adanya alkaloid. Pereaksi
pelarut yang volatil berpindah dari larutan mayer terbuat dari satu g KI yang
yang homogen ke tempat yang telah dilarutkan dalam 20 ml aquades.
disediakan untuk menampung pelarut yang Kemudian ke dalam larutan KI tersebut
digunakan untuk melakukan maserasi. ditambahkan 0,271 g HgCl2 sampai
larut.
Penghitungan Rendemen  Pemeriksaan Flavonoid
Rendemen ekstraksi adalah bahan Pemeriksaan senyawa flavonoid
terekstrak sudah diuapkan dikurangi dilakukan dengan cara menambahkan
dengan labu destilasi kosong lalu dibagi 1 g serbuk Mg dan 10 ml HCl pekat ke
dengan bahan terekstrak belum diuapkan dalam ekstrak kental. Perubahan warna
dikalikan 100 %. Penentuan rendemen larutan menjadi kuning menandakan
dilakukan dengan cara sebagai berikut: adanya senyawa flavonoid.
 Pemeriksaan Saponin.
Sebanyak 1 ml ekstrak sampel
dipanaskan selama 5 menit. Kemudian
dikocok selama 5 menit. Busa yang

49
Jurnal Teknik Lingkungan UNAND 10 (1) : 46-59 (Januari 2013) Elvie Yennie dkk

terbentuk setinggi kurang lebih 1 cm telah dilabel lalu ditambah dengan


dan tetap stabil setelah didiamkan aquades sampai volume total dalam
selama 15 menit menunjukkan adanya gelas aqua 30 ml.
saponin.  Kemudian masukkan larva nyamuk
 Pemeriksaan Tanin dalam gelas masing-masing gelas
Pemeriksaan senyawa tanin dilakukan sebanyak 10 ekor.
dengan cara menambahkan 5 tetes  Pengamatan terhadap perlakuan
FeCl3 1% (b/v) ke dalam ekstrak kental dilaksanakan setelah 24 jam dan
sebanyak 1 ml. Perubahan warna dihitung jumlah larva yang mati.
larutan menjadi biru tua atau hitam  Pengulangan dilakukan sebanyak 4 kali
kehijauan yang terbentuk menunjukkan untuk masing-masing perlakuan.
adanya tanin.
 Pemeriksaan Sulfur HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemeriksaan senyawa sulfur dilakukan Pengaruh lama perendaman dan variasi
dengan cara menambahkan 1 mL pelarut
NaOH 40 % dan larutan plumbum Variabel waktu perendaman 3, 5, 7 hari
asetat ke dalam 1 ml larutan ekstrak dengan pelarut yang digunakan adalah
kental lalu diamati. etanol dan metanol dengan konsentrasi 70
%. Data yang diperoleh berdasarkan
Pengujian terhadap Larva variasi pelarut dan variasi lama
Pengujian ini dilakukan dengan cara perendaman dapat dilihat pada Gambar 1
sebagai berikut (Agnetha, 2005): dan 2.
 Stok larutan uji disiapkan dalam
berbagai konsentrasi yang telah
ditentukan yaitu 1.000, 1.500, 2.000,
2.500, 3.000 ppm dan kontrol. Larutan
uji yang telah disiapkan dimasukkan ke
dalam gelas plastik transparan yang

40,5 41,35
38,17 39,28
35,5 36,06
Rendemen (%)

32,72 32,79
30,5
Etanol
25,5
Metanol
20,5
15,5
0 2 4 6 8
Lama Perendaman (Hari)

Gambar 1. Grafik Hubungan Lama Perendaman Daun Pepaya-Umbi Bawang Putih dengan Pelarut
Etanol dan Metanol terhadap Rendemen

50
Pembuatan Pestisida Organik Menggunakan Metod Ekstraksi dari Sampah Daun Pepaya dan Umbi Bawang Putih

6.05
6 6
5.98
5.95 5.94
5.9 5.91
5.86
pH
5.85 Etanol
5.8 5.79 Metanol
5.75
0 2 4 6 8

Lama Perendaman (Hari)


Gambar 2 Grafik Hubungan Lama Perendaman Daun Pepaya-Umbi Bawang Putih dengan Pelarut
Etanol dan Metanol terhadap pH

diperoleh terhadap lama perendaman


Berdasarkan Gambar 1 dan 2 menunjukkan menunjukkan hasil yang berbanding lurus.
bahwa variasi lama perendaman terhadap Prinsip ekstraksi yaitu like disolve like
rendemen yang diperoleh cenderung yaitu pelarut polar akan melarutkan
meningkat sedangkan pH yang diperoleh senyawa polar dan sebaliknya senyawa
cenderung menurun. Menurut Priyanto nonpolar akan melarutkan senyawa
(2007), hal ini dikarenakan selama nonpolar dan hal ini kemungkinan terjadi
berlangsungnya maserasi terjadi karena bahan yang semakin lama direndam
pemecahan dinding sel bahan akibat menyebabkan dinding dan membran sel
perbedaan tekanan antara di dalam dan di yang ada di bahan semakin banyak yang
luar sel, sehingga senyawa yang ada dalam pecah sehingga semakin banyak ekstrak
sitoplasma akan terlarut dalam pelarut yang diperoleh. Dari Gambar 1 kondisi
organik dan proses ekstraksi senyawa akan operasi maksimum pada penelitian ini
sempurna karena dapat diatur lama adalah lama perendaman 7 hari, waktu
perendaman yang diinginkan. perendaman ini dikatakan belum
menghasilkan rendemen yang optimum,
Gambar 1 menunjukkan peningkatan kadar bila lama perendaman ditambah
rendemen seiring dengan lama perendaman kemungkinan bisa memperoleh hasil
yaitu lama perendaman 3, 5, dan 7 hari rendemen yang optimum. Hal ini
menghasilkan kadar rendemen sebesar menunjukkan semakin lama bahan
32,72; 32,79; 36,06 %. Kadar rendemen direndam semakin tinggi rendemen yang
maksimum didapatkan pada waktu dihasilkan ini kemungkinan bahan dan
perendaman 7 hari yaitu 36,06 % untuk pelarut semakin besar untuk bersentuhan.
ekstrak etanol sedangkan 38,17; 39,28; Menurut Suryandari (1981), semakin lama
41,35 %. Kadar rendemen maksimum waktu ekstraksi semakin tinggi rendemen
didapatkan pada waktu perendaman 7 hari yang dihasilkan karena kesempatan
yaitu 41,35 % untuk ekstrak metanol. Pada bersentuhan antara bahan dengan pelarut
penelitian ini membuktikan bahwa untuk semakin besar.
mendapatkan rendemen ekstrak yang lebih
banyak, maka lama perendaman harus Berdasarkan Gambar 1 hasil rendemen
diatur sehingga proses ekstraksi terhadap yang paling banyak diperoleh adalah
senyawa lebih sempurna. Hal ini pelarut yang menggunakan metanol
ditunjukkan dari hasil rendemen yang
51
Jurnal Teknik Lingkungan UNAND 10 (1) : 46-59 (Januari 2013) Elvie Yennie dkk
dibandingkan etanol walaupun kedua seiring dengan lamanya perendaman,
pelarut ini sama-sama polar. Hal ini ekstrak yang diperoleh semakin asam. Hal
dikarenakan kemampuan metanol dalam ini telah dikemukakan oleh Anglemier dan
melarutkan senyawa metabolit sekunder Montgomery (1976), penurunan pH selama
lebih baik dibandingkan pelarut lainnya perendaman disebabkan proses
kemungkinan disebabkan karena sifat perendaman memberikan kesempatan
kepolaran yang dimiliki oleh metanol pertumbuhan bakteri asam laktat, sehingga
dimana indeks polaritasnya adalah 5,1 proses pengasaman berlangsung sebagai
(Byers, 2003). akibat aktivitas bakteri asam laktat tersebut
Ini menunjukkan bahwa pH juga
Sementara ekstraksi menggunakan pelarut berpengaruh terhadap lama perendaman
etanol lebih rendah dibandingkan dengan sehingga bila waktu yang digunakan untuk
ekstraksi menggunakan metanol. mengestrak bahan alam ditambah lagi,
Sedangkan etanol memiliki polaritas yang kemungkinan ekstrak yang dihasilkan
lebih rendah dibandingkan metanol nantinya akan mempunyai pH yang relatif
(Houghton dan Raman, 1998). Adanya rendah. Hal ini menyebabkan bila
kecocokan sifat inilah yang menyebabkan digunakan pada perairan ataupun pada
senyawa metabolit sekunder yang tanaman kemungkinan organisme ataupun
diperoleh lebih banyak dibandingkan bila tanah di area tanaman yang diberikan
menggunakan pelarut lain. Menurut pestisida ini akan terganggu kelangsungan
Sudarmadji, dkk (2003) menyatakan hidupnya.
bahwa bahan-bahan dan senyawa kimia
akan mudah larut dalam bahan pelarut Menurut Deden (2010), pH tanah yang
yang sama polaritasnya dengan bahan yang optimal bagi pertumbuhan kebanyakan
akan dilarutkan. Metanol adalah salah satu tanaman adalah antara 5,6-6,0. Pada tanah
pelarut yang bersifat polar, bahkan daya pH lebih rendah dari 5,6 pada umumnya
kepolarannya lebih tinggi dari pada etanol pertumbuhan tanaman menjadi terhambat
dan lebih rendah dari air. Nilai konstanta akibat rendahnya ketersediaan unsur hara.
dialektrikum dari metanol yaitu 33,60, Sedangkan menurut Armand (2008), air
lebih tinggi dari konstanta dialektrikum yang mempunyai pH antara 6,0 - 8,0
etanol yang hanya 24,30. Ini berarti mendukung populasi hewan dan tumbuhan
metanol lebih bersifat misible (dapat dalam air. Hal ini dapat diartikan pestisida
bercampur dengan air dalam berbagai yang dihasilkan masih mempunyai batasan
proporsi). range yang masih bisa ditoleransi pada
lingkungan dan semakin lama bahan
Berdasarkan Gambar 2 menunjukkan direndam, maka pH ekstrak yang diperoleh
penurunan pH seiring dengan lama semakin menurun.
perendaman yaitu lama perendaman 3, 5,
dan 7 hari diperoleh pH sebesar 5,98; 5,91; Analisis Fitokimia
5,79 untuk ekstrak metanol sedangkan Analisis fitokimia dilakukan untuk
6,00; 5,94; 5,86 untuk ekstrak etanol. Hal mengidentifikasi secara kualitatif golongan
ini kemungkinan akibat dari aktivitas senyawa aktif yang terdapat pada suatu
bakteri saat dilakukannya perendaman tanaman. Analisis fitokimia dilakukan
sehingga ekstrak yang yang diperoleh pada ekstrak metanol dan etanol daun

52
Pembuatan Pestisida Organik Menggunakan Metod Ekstraksi dari Sampah Daun Pepaya dan Umbi Bawang Putih

pepaya-umbi bawang putih. Hasil Berdasarkan hasil penelitian Rustama et al


pengujian dapat dilihat pada Tabel 1. (2005), bawang putih mengandung
senyawa alkaloid, saponin, dan tanin,
Pengujian ekstrak berdasarkan rendemen sedangkan berdasarkan penelitian Safithri
yang maksimum dari masing-masing (2004), bawang putih mengandung
pelarut. Pengujian dilakukan dengan cara karbohidrat, alkaloid, flavonoid,
mencampurkan ekstrak kental dengan hidroquinon, dan saponin. Harborne
beberapa bahan kimia yang sebelumnya (1987), menyatakan bahwa flavonoid
telah dipersiapkan untuk pengujian warna. berperan sebagai faktor pertahanan alam,
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa sedangkan tanin merupakan senyawa yang
ekstrak kental dari daun pepaya-umbi berasa sepat dan banyak terdapat pada
bawang putih yang telah berhasil diuji tanaman hijau. Berdasarkan hasil
senyawa metabolit sekunder dan senyawa penelitian Astuti (2009), daun pepaya
lainnya adalah alkaloid, flavonoid, mengandung flavonoid, saponin dan
saponin, tanin, dan sulfur yang bermanfaat alkaloid.
digunakan sebagai pestisida yang berasal
dari bahan alam. Setiap senyawa metabolit Tanin diproduksi oleh tanaman, berfungsi
sekunder dan sulfur yang telah diuji sebagai subtansi pelindung pada dalam
mempunyai kemampuan yang berbeda jaringan maupun luar jaringan. Tanin
dalam membunuh ataupun mengendalikan umumnya tahan terhadap perombakan atau
hama. Hal ini telah dikemukakan oleh fermentasi selain itu menurunkan
Aminah et al (2001), uji fitokimia kemampuan binatang untuk
dilakukan terhadap senyawa alkaloid, mengkonsumsi tanaman atau juga
flavonoid, saponin, tanin, fenol karena mencegah pembusukan daun pada pohon.
senyawa-senyawa tersebut diduga dapat Tanin bekerja sebagai zat astringent,
berfungsi sebagai insektisida. Sehingga menyusutkan jaringan dan menutup
untuk membuktikan adanya senyawa struktur protein pada kulit dan mukosa
tersebut didalam ekstrak yang diperoleh, (Healthlink, 2000) dan menurut Aminah et
maka diperlukan pengujian warna untuk al (2001), saponin bekerja menurunkan
mengidentifikasi senyawa tadi. Hal ini tegangan permukaan selaput mukosa
berati daun pepaya-umbi bawang putih traktus digestivus larva sehingga dinding
mengandung semua senyawa yang traktus digestivus menjadi korosif dan
diujikan, ini karena daun pepaya-umbi akhirnya rusak.
bawang putih dikombinasikan dalam
pembuatan ekstrak, sehingga semua
senyawa metabolit sekunder dan senyawa
lain berhasil diuji

53
Jurnal Teknik Lingkungan UNAND 10 (1) : 46-59 (Januari 2013) Elvie Yennie dkk

Tabel 1. Hasil Identifikasi Senyawa Alkaloid, Flavonoid, Saponin, Tanin dan Sulfur dalam Ekstrak
Etanol dan Metanol 70% Daun Pepaya-Umbi Bawang Putih
No Identifikasi Hasil Pustaka Sebelum Uji Setelah Uji
1 Alkaloid Terbentuk Endapan Warna ekstrak Terbentuk
Ekstrak kental + lima tetes putih yang dihasilkan endapan putih
kloroform + lima tetes coklat tua
pereaksi mayer

2 Flavonoid Perubahan warna Warna ekstrak Larutan berubah


Ekstrak kental + satu gram larutan menjadi kuning yang dihasilkan menjadi kuning
Mg + HCl pekat coklat tua

3 Saponin Terbentuk busa Warna ekstrak Terbentuk busa


Ekstrak Kental dipanaskan setinggi kurang lebih 1 yang dihasilkan kurang lebih 1
selama 5 menit cm dan stabil selama coklat tua cm stabil selama
15 menit. 15 menit

4 Tanin Perubahan warna Warna ekstrak Perubahan


Ekstrak kental + FeCl3 larutan menjadi biru yang dihasilkan warna larutan
tua atau hitam coklat tua menjadi hitam
kehijauan kehijauan

5 Sulfur Perubahan warna Warna ekstrak Perubahan


Ekstrak kental + NaoH 40 % larutan kecoklatan yang dihasilkan warna larutan
+ Pb acetat coklat tua menjadi merah
ceri dan berubah
lagi menjadi
coklat muda

Menurut Agnetha (2005), hasil penelitian Pengaruh Pemberian Ekstrak dalam


menunjukkan bahwa Allicin (Sulfur) akan berbagai Konsentrasi terhadap Hewan
merusak membran sel larva sehingga Uji
terjadi lisis yang berakibat larva uji Jumlah kematian larva pada setiap gelas
menjadi mati. Alkaloid merupakan aqua uji dalam berbagai konsentrasi dari
golongan zat tumbuhan sekunder terbesar ekstrak yang telah diencerkan, perlakuan
dan seringkali beracun sehingga sering ekstrak daun pepaya-umbi bawang putih
digunakan secara luas dalam bidang ditunjukkan pada Tabel 2 dan Tabel 3.
pengobatan (Harborne, 1987). Data yang diperoleh pada penelitian ini
berupa jumlah kematian larva nyamuk
Kandungan dari bahan alam yang diduga setelah pemberian perlakuan selama 24
berperan dalam kematian larva adalah jam adalah sebagai berikut.
flavonoid. Zat ini bekerja sebagai inhibitor
pernapasan. Flavonoid diduga Jumlah larva tiap gelas aqua uji dengan
mengganggu metabolisme energi di dalam empat kali replikasi adalah 40 ekor.
mitokondria dengan menghambat sistem Jumlah larva tiap gelas aqua uji adalah 200
pengangkutan electron (Agnetha, 2005). ekor larva. Total kematian diperoleh
dengan menjumlahkan larva yang mati
pada setiap konsentrasi, sedangkan rata-
rata kematian larva diperoleh dengan
membagi total kematian larva pada tiap
54
Pembuatan Pestisida Organik Menggunakan Metod Ekstraksi dari Sampah Daun Pepaya dan Umbi Bawang Putih

konsentrasi dengan jumlah replikasi yang lain. Hal ini berarti semakin tinggi
dilakukan yaitu empat kali. Kemudian konsentrasi ekstrak bahan alam tingkat
dihitung persentase kematian larva dari kematian hama semakin tinggi. Hasil pada
rata-rata kematian pada tiap konsentrasi. Tabel 2 menunjukkan bahwa konsentrasi
terkecil yang memperlihatkan efek
Menurut Kusumastanti (2004), konsentrasi larvasida yaitu 1000 ppm dengan jumlah
100% signifikan terhadap konsentrasi yang larva mati rata-rata.

Tabel 2 Pengaruh berbagai Konsentrasi Ekstrak Etanol Daun Pepaya-Umbi Bawang Putih
terhadap Larva Nyamuk.

Konsentrasi Ekstrak Jumlah Total Rata-rata Rata-rata (%)


(ppm) Larva Kematian

Kontrol 40 0 0 0
1000 40 8 2 20
1500 40 14 3,5 35
2000 40 18 4,5 45
2500 40 27 6,75 67,5
3000 40 38 9,5 95

Tabel 3 Pengaruh berbagai Konsentrasi Ekstrak Metanol Daun Pepaya-Umbi Bawang Putih
terhadap Larva Nyamuk.

Konsentrasi Ekstrak Jumlah Total Rata-rata Rata-rata (%)


(ppm) Larva Kematian

Kontrol 40 0 0 0
1000 40 10 2,5 25
1500 40 15 3,75 37,5
2000 40 22 5,5 55
2500 40 26 6,5 65
3000 40 39 9,75 97,5

120
Jumlah Larva Nyamuk

9597,5
100
80 67,565
Mati (%)

55
60 45 Ekstrak Etanol
3537,5
40 Ekstrak Metanol
20 25
20
0
1000 1500 2000 2500 3000
Konsentrasi Ekstrak Daun Pepaya-Umbi Bawang Putih (ppm)

Gambar 3 Grafik Hubungan Konsentrasi Ekstrak Etanol dan Ekstrak Metanol Daun Pepaya-Umbi
Bawang Putih dan Persentase Rata-Rata Jumlah Kematian Larva Nyamuk

55
Jurnal Teknik Lingkungan UNAND 10 (1) : 46-59 (Januari 2013) Elvie Yennie dkk

Gambar 3 menunjukkan peningkatan demikian diasumsikan dosis yang mampu


kematian hewan uji seiring dengan membunuh larva stadium 3 dan 4 juga
tingginya konsentrasi dari ekstrak yang mampu membunuh larva stadium 1 dan 2.
diencerkan, sehingga hubungan antara Dan kontrol I diberikan larutan aseton 1
peningkatan konsentrasi ekstrak daun %. Hal ini dilakukan untuk menyingkirkan
pepaya-umbi bawang putih dengan jumlah kemungkinan larva mati disebabkan oleh
rata-rata larva mati adalah berbanding aseton 1 %. Pada hasil didapatkan tidak
lurus. terdapat larva coba yang mati sehingga
larutan aston 1 % dianggap tidak memiliki
Berdasarkan Tabel 2 dan 3 menunjukkan sifat larvasida.
bahwa ekstrak metanol lebih banyak
membunuh larva dari pada ekstrak etanol Berdasarkan Gambar 3 rata-rata kematian
ini kemungkinan pelarut dari metanol larva dalam persen tidak mencapai nilai
lebih baik melarutkan senyawa metabolit 100 % karena kemungkinan bahan yang
sekunder, sehingga senyawa metabolit digunakan dijemur di bawah sinar
sekunder lebih banyak atau pekat. Hal matahari. Menurut Ramadhani (2009),
inilah yang kemungkinan menyebabkan bahan alam dikeringkan dengan cara
jumlah kematian larva lebih banyak dari diletakkan di tempat terbuka dengan
pada menggunakan ekstrak etanol. Pelarut sirkulasi udara yang baik dan tidak terkena
metanol digunakan untuk mengambil langsung sinar matahari, tetapi ditutup oleh
komponen dengan berbagai tingkat kain flannel hitam, karena pada
kepolaran, sehingga komponen kimia pengeringan langsung terhadap sinar
dengan kepolaran yang rendah sampai matahari akan mengurangi fungsi
yang tertinggi bias terekstrak semua dan komponen aktif pada bahan alam.
secara umum pelarut metanol merupakan
pelarut yang banyak digunakan dalam Menurut Agnetha (2005), hasil yang
proses isolasi senyawa organik bahan alam didapatkan bervariasi dimana jumlah larva
karena dapat melarutkan seluruh golongan mati pada setiap pemberian dosis tidak
metabolit sekunder. selalu sama antara kelompok. Hal ini
mungkin disebabkan oleh adanya
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan daya sensitifitas masing-masing
adanya perbedaan yang signifikan antara larva coba. Larva yang mati pada setiap
kelompok larva nyamuk yang tidak diberi pengulangan tidak selalu sama ini
ekstrak bawang putih – daun pepaya kemungkinan larva satu dengan lainnya
dengan kelompok larva yang diberi ekstrak memiliki kondisi fisik yang berbeda-beda
bawang putih – daun pepaya. Pada dan kemungkinan terjadi trauma yang
penelitian ini digunakan ekstrak etanol dialami larva pada saat diambil dengan
bawang putih-daun pepaya dan ekstrak spatula sehingga dapat memudahkan
metanol bawang putih - daun pepaya. kematian larva walaupun hanya dengan
Larva coba yang digunakan untuk dosis kecil.
penelitian ini adalah larva stadium 3 dan 4
karena pada stadium ini ukurannya paling Mekanisme larvasida dari bawang putih-
besar sehingga sistem pertahanannya lebih daun pepaya diduga diperankan oleh zat
kuat dari stadium 1 dan 2. Dengan aktif yang terkandung di dalamnya. Allicin
56
Pembuatan Pestisida Organik Menggunakan Metod Ekstraksi dari Sampah Daun Pepaya dan Umbi Bawang Putih

bekerja dengan merusak sulfhidril (SH) 41,35 % dengan pH 5,79 untuk hasil
yang terdapat pada protein (bawang putih). ekstrak metanol dan 36,06 % dengan pH
Menurut Anki (1997), diduga struktur 5,86 untuk hasil ekstrak etanol.
membran sel larva terdiri dari protein
dengan sulfhidril (SH) Allicin akan Berdasarkan penelitian lama perendaman
merusak membran sel larva sehingga bahan dan jenis pelarut mempengaruhi
terjadi lisis. kadar rendemen yang didapatkan dan
pelarut yang memperoleh hasil rendemen
Berdasarkan mekanisme tersebut maka yang paling banyak adalah metanol.
allicin dapat menghambat perkembangan
larva stadium 3 menjadi larva stadium 4 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
atau larva stadium 4 tidak akan berubah semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun
menjadi pupa dan akhirnya mati karena pepaya dan umbi bawang putih semakin
membran selnya telah dirusak. Kandungan tinggi tingkat kematian hama uji, dimana
dari bawang putih - daun pepaya yang konsentrasi yang paling banyak
diduga berperan dalam kematian larva membunuh larva nyamuk pada konsentrasi
adalah flavonoid. Zat ini bekerja sebagai larutan 3000 ppm dengan persentase
inhibitor pernapasan. kematian hewan uji sebesar 95 % untuk
ekstrak etanol dan 97,5 % untuk ekstrak
Menurut Agnetha (2005), flavonoid diduga methanol.
mengganggu metabolisme energi di dalam
mitokondria dengan menghambat sistem Cukup tingginya rendemen dan tingkat
pengangkutan elektron. Adanya hambatan toksisitas yang didapatkan dalam
pada sistem pengangkutan elektron akan penelitian ini membuktikan bahwa
menghalangi produksi ATP dan pembuatan pestisida organik dengan
menyebabkan penurunan pemakaian metode esktraksi layak dijadikan salah satu
oksigen oleh mitokondria. alternatif pembunuh hama dan layak secara
ekonomis karena proses dan alat yang
SIMPULAN digunakan sederhana.
Penelitian ini menunjukkan bahwa
senyawa metabolit sekunder yang telah DAFTAR PUSTAKA
berhasil diuji dengan cara metode Agnetha, A.Y. 2005. Efek Ekstrak Bawang
fitokimia yang di antaranya adalah Putih (Allium sativum L) sebagai
Larvasida Nyamuk Aedes sp,
alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, dan
Skirpsi, Universitas Brawijaya.
sulfur. Anglemier, A.E., Montgomery, M. W.
1976. Amino Acids Peptides and
Pengaruh waktu perendaman bahan Protein, Mercil Decker Inc, New
terhadap perolehan rendemen adalah York.
berbanding lurus, dimana terjadi Anki S. 1997. Allicin from Garlic Inhibits
peningkatan kadar rendemen seiring lama Cysteine Proteinases and Cytophatic
Effects of Entamoeba histolytica,
waktu perendaman. Kondisi operasi
Antimicroba agent Chemotherapy,10
optimum untuk perolehan kadar rendemen pp. 2286-2288.
terjadi pada waktu perendaman selama 7 Aminah. 2001. S. rarak, D. metel dan E.
hari dengan kadar rendemen sebesar prostata Sebagai Larvasida
57
Jurnal Teknik Lingkungan UNAND 10 (1) : 46-59 (Januari 2013) Elvie Yennie dkk

Aedes aegypti, Cermin Dunia Dzakiya. 2009. Pemanfaatan daun mimba


Kedokteran No. 131. sebagai pestisida alami, Jurnal,
Armand. 2008. Pencemaran Kimia Air, Universitas Negeri Malang.
Avaible Fatmawati. 2012. Dampak Pestisda
from:<http//mcarmand.blogspot.com/ terhadap ekosistem, Makalah,
2008/08/Pencemaran-air.html>, Universitas Haluoleo Kendari.
[Accessed 27 Juli 2012] Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia,
Asikin, S., Thamrin, M., Willis. M. 2002. Penuntun Cara Modern Menganalis
Efikasi insektisida nabati terhadap Tumbuhan, terbitan kedua, Bandung:
Penggerek batang dan Ulat kubis. ITB.123-129.
Laporan Hasil Penelitian Balittra. Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia.
Astuti. 2009. Efek Estrak Etanol 70% Penuntun Cara Modern Menganalis
Daun Pepaya (Carica papaya, Linn.) Tumbuhan. Bandung: ITB.234-245.
Terhadap Aktivitas AST & ALT pada Hayat, F. 2010. Toksikologi Pestisida,
Tikus Galur, Skripsi, Setiabudi of Avaible
university. From:<http://FadhilHayat.wordpress.
Andes. 2010. Pemanfaatan Tanaman com/2010/12/06/Toksikologi-
Jarak Pagar (Jatropa curcas) pestisida/>, [Accessed 18 Oktober
Sebagai Pestisida Nabati, Avaible 2012].
From: <http://andeslap- Healthlink. 2000. Pengaruh Pestisida
ezy.blogspot.com/2012/06/v- Organik Dan Interval Penyemprotan
behaviorurldefaultvmlo.html>, Terhadap Hama Plutella Xylostella,
[Accessed 7 Agustus 2012]. Skripsi, UMM.
Atmojo, S. 2011. Ekstraksi (Pengertian, Houghton, P. J., Raman, A. 1998.
Prinsip Kerja, Jenis-Jenis Ekstraksi), Laboratory Handbook for the
Avaible Fractionation of Natural Extracts,
From:<http://chemistry35.blogspot.c Chapman and Hall, London.
om/2011/04/ekstraksi-pengertian- Judoamidjojo, M., Darwis, A.A.,
prinsip-kerja.html>, [Accessed 16 Gumbira , E. 1990. Teknologi
Juli 2012]. Fermentasi. IPB. Bogor
Byers, J.A. 2003. Solvent Polarity and Kusumastanti, R., 2004. Pengaruh Ekstrak
Miscibility, Avaible From: Biji Mimba Terhadap Penekanan
<www.phenomenex.com>, Serangan Wereng Batang Padi
[Accessed 19 Agustus 2012]. Coklat, Skripsi, Universitas Tunas
Budiyanto. 2012. Macam-macam Pembangunan, Surakarta
pestisida, Avaible from: Makfoeld. 1983. Toksikan Nabati dalam
<http://budisma.web.id/materi/sma/ki Makanan, Liberty, Yogyakarta.
mia-kelas-x/macam-macam- Manuel, F. B., Douglas, K. A. 1992.
pestisida>, [Accessed 1 juli 2012]. Human Medicinal Agent From Plant,
Corner, D. E. 1995. Naturally occuring American Chemical Society,
compounds in Antimicrobial in Food. Washington.D.C.
Eds., by Davidson PM & Branen AL, Melawati. 2006. Optimasi Proses
Eds. Marcell Dekker, Inc., New Maserasi Panili (Vanilla planifolia
York, pp. 441-468. A) Hasil Modifikasi Proses Kuring,
Deden. 2010. pH Tanah, Avaible skripsi, IPB.
from:http://kafein4u.wordpress.com/ Priyanto. U. 2007. Menghasilkan Biodiesel
2010/02/13/ph-tanah/, [Accesced23 Jarak Pagar Berkualitas. Jakarta:
Juli 2012] Agromedia Pustaka..
Djojosumarto, P. 2008. Pestisida dan Ramadhani. 2009. Uji Toksisitas Akut
Aplikasinya, Agromedia pustaka, Ekstrak Etanol Daun Sukun
Jakarta. (Artocarpus
58
Pembuatan Pestisida Organik Menggunakan Metod Ekstraksi dari Sampah Daun Pepaya dan Umbi Bawang Putih

altilis) Terhadap Larva Artemia Suirta. 2007. Isolasi dan Identifikasi


Salina Leach, Skripsi, Undip. Senyawa Aktif Larvasida Dari Biji
Rustama, M.M. 2005. Uji aktivitas Mimba Terhadap Larva Nyamuk,
antibakteri dari ekstrak air dan Skripsi, Universitas Udayana, Bukit
etanol bawang putih (Allium sativum Jimbaran.
L.) terhadap bakteri Gram negatif Syamsiah, I.S., Tajudin. 2003. Khasiat &
dan Gram positif. Biotika. 2: 1-8. Manfaat Bawang Putih. AgroMedia
Safithri, M. 2004. Aktivitas antibakteri Pustaka, Jakarta.
bawang putih (Allium sativum) Ware, G.W. 1982. Fundamentals of
terhadap bakteri mastitis subklinis Pesticides. ASelf Intruction Guide,
secara in vitro ambing tikus putih, Thomson Publications, 357p.
Bogor: Sekolah pascasarjana, Institut Ware, G.W. 1983. Pesticides, Theory and
Pertanian Bogor. Application. W.H. Freeman and
Shahidi, F., M, Naczk. 1991. Food Company, New York. 455p.
phenolics : Sources, Chemistry, Wuryanti, Murnah. 2009. Uji Ekstrak
Applications. Technomic bawang Bombay terhadap anti
Publingshing Co. Inc. bakteri dengan metode difusi
Sudarmadji, Haryono, Suhardi. 2003. cakram, Jurnal, UNDIP.
Analisis Bahan Makanan dan Yamaguchi, M. 1983. “World Vegetables:
Pertanian. Kanisius. Yogyakarta Principles, Production, and Nutritive
Suryandari, S. 1981. Pengambilan Values. Westport: AVI.
Oleoresin Jahe dengan cara Solvent
extraction, BBIHP, Bogor, 15 hal

59

Anda mungkin juga menyukai