Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI FARMASI & PARASITOLOGI


PENGUJIAN STERILITAS

DOSEN PENGAMPU
1. Apt.Margareta Retno P, M.Sc
2. Atalia Tamo Ina Bulu,M.Farm,Apt

Kelompok: 3
Penyusun:
1. Anita Ruiwsta ( A1201007 )

2. Ida Fira Asyika ( A1201023 )

3. Khatrin Indah Pratama ( A1201026 )

4. Lazi Khotut Takwiyah ( A1201029 )

5. Maria Yunita ( A1201032 )

Rombel: Karyawan A

PROGRAM STUDI DIII FARMASI


SEKOLAH TINGI ILMU FARMASI NUSAPUTERA
SEMARANG
2021
“Pengujian Sterilitas”
Kelompok 3
I. TUJUAN
Mahasiwa mengetahui cara pengujian sterilitas dari berbagai produk farmasi
yang telah memenuhi syarat sterilitas yaitu tetes mata, water for injection, dan Infus RL.

II. LANDASAN TEORI


Uji sterilitas merupakan suatu cara pengujian untuk mengetahui suatu sediaan
atau bahan farmasi atau alat-alat kesehatan yang dipersyaratkan harusdalam keadaan
steril. Dengan demikian sediaan dan peralatan tersebut harusbebas dari mikroorganisme.
Jadi, hanya dikenal sediaan dan peralatan tersebut steril atau tidak steril, tidak ada istilah
hampir atau setengah steril.
Menurut Farmakope edisi IV (1995), uji sterilitas digunakan
untukmenetapkan apakah suatu bahan/sediaan farmasi yang diharuskan
sterilmemenuhi syarat sesuai dengan uji sterilitas seperti yang tertera pada masing-
masing monografi, dimana untuk penggunaannya sesuai dengan
prosedurpengujian sterilitas sebagai bagian dari pengawasan mutu pabrik, seperti
yangtertera dalam sterilisasi dan jaminan sterilitas bahan.
Uji sterilitas ini dapat dilakukan pada sediaan obat seperti obat tetes mata,injeksi,
infus maupun pada alat kesehatan seperti kasa steril, jarum suntik,benang bedah, dan
lain-lain. Media berfungsi untuk menumbuhkan mikroba.isolasi,memperbanyak
jumlah,menguji sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah mikroba dimana dalam proses
pembuatanya harus disterilisasi dan menerapkan metode aseptis untuk menghindari
kontaminasi pada media. Ada 3 media yang digunakan dalam uji sterilitas sediaan,yaitu
media tioglikolat cair,media tioglikolat alternatif ( untuk alat yang mempunyai lumen
kecil) dan soybean caselin digest medium. Uji sterilisasi dinyatakan tidak abash jika
media uji menunjukkan respon pertumbuhan yang tidak memadai. Media cair digunakan
untuk menumbuhkan bakteri dan juga fermentas. Medium padat digunakan untuk
menumbuhkan mikroba pada permukaan.
Pada percobaan uji sterilitas kali ini, sampel yang digunakan adalah obattetes
mata. Obat tetes (Guttae) sendiri adalah sediaan cair berupa larutan,emulsi atau suspense,
dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar, digunakandengan cara meneteskan
menggunakan penetes yang menghasilkan tetesansetara dengan tetesan yang
“Pengujian Sterilitas”
Kelompok 3
dihasilkan penetes baku dalam FarmakopeIndonesia. Sediaan obat tetes dapat berupa
tetes mulut (Guttae Oris), tetes
telinga (Guttae Auriculares), tetes hidung (Guttae Nasales), tetes mata
(GuttaeOphthalmicae), dan tetes mata (Guttae Ophthalmicae).
Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspense yangdigunakan
dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata di sekitarkelopak mata dan bola
mata.
Tetes mata harus memenuhi syarat – syarat yang telah ditentukan, yaitu :
1. Steril
2. Sedapat mungkin isohidris
3. Sedapat mungkin isotonis
4. Larutan jernih
5. Bebas partikel asing, benang dan serat.
Dari syarat yang telah disebutkan, salah satunya adalah steril. Untuk itulah uji sterilitas
ini dilakukan.

III. ALAT DAN BAHAN


Alat :
1. Tabung reaksi,
2. Pipet ukur,
3. Inkubator,
4. Bunsen,
5. Laminar air flow cabinet
6. Autoklaf

Bahan :

1 Fluid Thioglicolate Medium (FTM),


2 Tryptic Soy Broth (TSB),
3 Sampel bahan uji,
4 Alkohol 70 %
“Pengujian Sterilitas”
Kelompok 3
IV. SKEMA KERJA

Sterilkan ruang kerja / LAF dengan alkohol 70%

Sterilkan tabung reaksi, pipet ukur dan media menggunakan autoklaf

Rendam sampel dalam alkohol 70%

Pipet 1 ml sampel dan masukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 15 ml media
FTM

Pipet 1 ml sampel dan masukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 15 ml media
TSB

Buat kontrol positif, Bacillus subtilis pada media FTM dan Candida albicans pada
media TSB

Buat kontrol negatif, yaitu inkubasikan media FTM dan media TSB tanpa
penambahan apapun

Inkubasikan media FTM pada inkubator 37oC

Inkubasikan media TSB pada inkubator 20oC


“Pengujian Sterilitas”
Kelompok 3

Amati kekeruhan media setiap hari selama 14 hari

V. DATA HASIL PENELITIAN


Dari hasil pengamatan uji sterilitas terhadap 2 sediaan yaitu tetes mata, water for
injection, dan Infus RL didapatkan hasil sebagai berikut:
Volume (mL) Pengamatan Tanggal
No Media 2 3 3 1 1
Contoh Media 1 2 3 4 5 6 7 8 9
9 0 1 0 1
Tetes
15 FTM - - - - - - - - - - - - - -
mata
1
Tetes
15 TSB - - - - - - - - + + + + + +
mata
WFI 15 FTM - - - - - - - - - - - - - -
2
WFI 15 TSB - - - - - - - - - - - - - -
IRL 15 FTM - - - + + + + + + + + + + +
3
IRL 15 TSB - - - - - - - - - - - - - -
15 FTM - - - - - - - - - - - - - -
Blanko
15 TSB - - - - - - - - - - - - - -
Bacillus
15 FTM - + + + + + + + + + + + + +
subtilis
Candida
15 TSB - - - - - - + + + + + + + +
albicans
“Pengujian Sterilitas”
Kelompok 3

VI. PEMBAHASAN

Sediaan dikatakan memenuhi syarat sterilitas jika tidak terdapat pertumbuhan mikroba
pada kedua media dalam waktu 14 hari inkubasi. Jika ditemukan pertumbuhan mikroba tetapi
dari evaluasi fasilitas pengujian, bahan yang digunakan, prosedur pengujian dan control negative
menunjukan tidak memadai atau Teknik aseptic yang salah digunakan dalam pengujian dapat
diulang kembalidengan jumlah bahan yang sama dengan uji awal.

Penggunaaan dari media FTM lebih ditunjukan untuk menumbuhkan bakteri anaerob,
sedangkan media TSB digunakan untuk menumbuhkan bakteri aerobdan fungi.proses pembuatan
media dilakukan di ruang LAF, yang merupakan suatu tempat untukmelakukan suatu proses
yang membutuhkan kondisi steril.

Pada praktikum kali ini dilakukan uji sterilitas terhadap sediaan sediaan steril, sediaan
tersebut antara lain : tetes mata, water for injection, dan infus RL. Media yang digunakan dalam
pengujian adalah Fluid Thioglicolate Medium (FTM) dan Tryptic Soy Broth (TSB). Hasil yang
didapat setelah melakukan inkubasi kedua media atau blangko selama 14 hari tidak ditemukan
adanya pertumbuhan bakteri maupun jamur dengan ditandakan media tersebut tetap jernih,

Pada kontrol negative media FTM yang berisi bakteri Bacillus subtilis, hari pertama
didapat hasil negative ( - )media jernih, namun dihari ke-2 sudah didapat hasil positif ( + )media
menjadi keruh. Sedangkan pada media TSB yang beirisi jamur Candida albicans hari pertama
hingga hari ke-6 didapatkan hasil negative ( - ) namun pada hari ke-7 hingga hari ke-14
didapatkan hasil positif ( + ) media sudah mulai keruh

Pada sampel tetes mata di media FTM selama masa inkubasi 14 hari juga tidak terdapat
pertumbuhan mikroba sehingga masih terlihat jernih. Sedangkan pada sampel tetes mata
menggunakan media TSB hari pertama sampai hari ke-8 masih jernih namun mulai hari ke-9
sudah tampak keruh pada media tersebut, menandakan sudah mulai ada pertumbuhan jamur pada
sampel tersbut,

Untuk sampel water for injrction pada media FTM dan TSB keduanya didapat hasil
negative ( - ) tetap jernih atau tidak ada pertumbuhan mikroba dan jamur hingga hari ke 14
sehingga sampel tersebut tetap steril.
“Pengujian Sterilitas”
Kelompok 3
Pada sampel Infus RL media FTM hari pertama hingga ke -3 hasil negatif ( - ) masih
terlihat jernih, mulai hari ke-4 hingga ke-14 didapat hasil positif ( + ) terlihat keruh atau sudah
mulai ditumbuhi mikroba. Sedangkan pada media TSB hasil negative ( - ) hingga hari ke -14
tidak terdapat pertumbuhan jamur didalamnya

SOAL

1. Apa fungsi dari alkohol yang digunakan dalam praktikum ini ?


2. Jelaskan tentang kontrol positif dan kontrol negatif beserta fungsinya !

JAWABAN

1. Alkohol lebih efisien dalam mematikan mikroorganisme pada konsentrasi dibawah


100%. Konsentrasi yang sering digunakan untuk desinfektan adalah 70%. Selain
mendenaturasi protein, alkohol juga dapat melarutkan lemak sehingga berpengaruh
terhadap membran sel dan kapsul beberapa jenis virus. Sel vegetatif dan hifa dapat
dimatikan dengan alkohol, namun spora seringkali resisten. Alkohol juga dapat
digunakan sebagai pelarut desinfektan lain, seperti iodine yang dapat meningkatkan
efektivitas desinfeksinya.

2. Kontrol negatif digunakan sebagai pembanding dan pelarut untuk pembuatan larutan
kontrol positif dan pembuatan larutan uji. Kontrol positif digunakan untuk
membandingkan apakah P. cruentum yang digunakan sebagai larutan uji mempunyai efek
antibakteri sebanding atau lebih kecil terhadap bakteri uji.

VII. KESIMPULAN
1. pada praktikum pengujian sterilisasi terhadap sampel tetes mata pada media FTM
tidak terdapat pertumbuhan mikroba menandakan tetes mata tersebut steril tetapi
pada media TSB pada hari ke-9 sudah mulai ada pertumbuhan mikroba.
“Pengujian Sterilitas”
Kelompok 3
2. sampel WFI pada media FTM dan TSB keduanya tidak terdapat pertumbuhan
mikroba.artinya menandakan sampel tersebut benar benar steril.
3. Sampel infus RL pada media FTM terdapat pertumbuhan mkroba pada hari ke-4
sedangkan pada media TSB tidak terdapat pertumbuhan mikroba artinya larutan
tersebut steril.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

1.) Radji, Dr. Maksum, M.Biomed. 2004. Penuntun Praktikum Mikrobiologi


Farmasi. Depok: Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia.
https://dokumen.tips/documents/laporan-uji-sterilitas-55c996a3adea3.html

2.) Radji, Dr. Maksum, M.Biomed. 2010. Buku Ajar Mikrobiologi


PanduanMahasiswa Farmasi & Kedokteran. Jakarta: EGC

3.) Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV.Jakarta:
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makan.

Anda mungkin juga menyukai