Anda di halaman 1dari 5

Ujian Akhir Semester

Hukum Perdata
Dosen : Surya Aswary

Dikerjakan Oleh :
FARID SUDRAJAT
Nim 2020330050003
Kelas A Reguler

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JAYABAYA
2021
Jawaban :
1. Jelaskan sahnya perkawinan menurut KUHPerdata dan Undang-undang N0 1 Tahun 1975 ?
Jawaban :
Perkawinan dalam hukum perdata adalah perkawinan perdata, maksudnya adalah perkawinan
hanya merupakan ikatan lahiriah antara pria dan wanita, unsur agama tidak dilihat. Hukum
Perkawinan yang diatur dalam KUHPer berasaskan monogami dan berlaku mutlak. Artinya,
setiap suami hanya diperbolehkan mempunyai seorang isteri saja, begitu pula sebaliknya. Hat ini
sesuai dengan ketentuan Pasal 27 KUHPer. KUHPer memandang perkawinan hanya dalam
hubungan keperdataan (Pasa126 KUHPer). Hal ini berarti, bahwa perkawinan itu sah apabila
telah dipenuhinya ketentuan hukum/syarat hukum dari KUHPer
Sebaliknya, Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 menyebutkan bahwa perkawinan
adalah ikatan lahir batin antara pria dan wanita dengan tujuan membentuk keluarga yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Perkawinan menurut Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 bukan hanya ikatan lahiriah saja, tapi juga ada ikatan batiniah,
dimana ikatan ini didasarkan pada kepercayaan calon suami isteri. Menurut Pasal 2 Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974, perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum
masing-masing agama dan kepercayaannya itu.
3. Jelaskan :
a. Kapan Perwalian Dibutuhkan ?
Menurut ketentuan UU No.1 tahun 1974 tentang perkawinan, pada pasal 50 disebutkan Anak
yang belum mencapai umur 18 tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan, yang
tidak berada dibawah kekuasaan orang tua, berada dibawah kekuasaan wali.

b. Macam-macam Perwalian ?
Dalam KUHPerdata macam-macam Perwalian ada 3 macam yaitu :
 Perwalian oleh suami atau isteri yang hidup lebih lama, pasal 345-354 KUH Perdata.
Pasal 345 KUH Perdata menyatakan: " Apabila salah satu dari kedua orang tua
meninggal dunia, maka perwalian terhadap anak-anak kawin yang belum dewasa,
demi hukum dipangku oleh orang tua yang hidup terlama, sekadar ini tidak telah
dibebaskan atau dipecat dari kekuasaan orang tuanya." Namun pada pasal ini tidak
dibuat pengecualian bagi suami-istri yang hidup terpisah disebabkan perkawinan
putus karena perceraian atau pisah meja dan ranjang. Jadi, bila ayah -setelah
perceraian menjadi wali maka dengan meninggalnya ayah maka si-lbu dengan
sendirinya (demi hukum) menjadi wali atas anak-anak tersebut.

 Perwalian yang ditunjuk oleh bapak atau ibu dengan surat wasiat atau akta tersendiri.
Pasal 355 ayat 1 KUH Perdata menyatakan bahwa: " Orang tua masing-masing yang
melakukan kekuasaan orang tua atau perwalian atas seorang anak atau lebih berhak
mengangkat seorang wali atas anak itu apabila sesudah ia meninggal dunia
perwalian itu tidak ada pada orang tua yang lain baik dengan sendirinya ataupun
karena putusan hakim seperti termasuk dalam pasal 353 ayat 5 KUH Perdata.
Dengan kata lain, orang tua masing-masing yang menjadi wali atau memegang
kekuasaan orang tua berhak mengangkat wali kalau perwalian tersebut memang
masih terbuka.
 Perwalian yang Diangkat oleh Hakim. Pasal 359 KUH Perdata menentukan: " Semua
minderjarige yang tidak berada dibawah kekuasaan orang tua dan yang diatur
perwaliannya secara sah akan ditunjuk seorang wali oleh Pengadilan.

5. Uraikan :
a. Syarat sahnya perjanjian ?
- syarat kesepakatan,
- kecakapan,
- objek,
- halal.
b. Azas-azas hukum perjanjian?
Terdapat 5 ( lima) asas perjanjian yang dikenal menurut ilmu hukum perdata. Yaitu asas
kebebasan berkontrak ( Freedom Of Contract ). Asas Konsensualisme (Consensualism),
Asas Kepastian hukum ( pacta sunt servanda), Asas itikad baik ( good faith ) dan asas
kepribadian ( personality).
2. Uraikan syarat untuk mengajukan gugatan cerai menurut KUHPerdata dan Undang - Undang No
1 Tahun 1974 ?

- Perceraian dan gugatan perceraian dalam konteks hukum di Indonesia memiliki dasar
hukum yang diatur dalam UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974 :
 Gugat talak dari seorang suami Muslim kepada istrinya yang Muslim melalui
Pengadilan Agama;
 Penjelasan dari seorang istri Muslim kepada suaminya yang Muslim melalui
Pengadilan Agama
 Cerai dari seorang suami/istri kepada pasangannya melalui Pengadilan Negeri.
Perceraian secara resmi harus disampaikan melalui surat pemberitahuan atau surat
gugatan kepada Pengadilan Agama atau Pengadilan Negeri. Isi atau materi
gugatan atas hal-hal berikut ini.
Identitas Para Pihak
Identitas, baik penggugat maupun tergugat harus tertulis dengan jelas (persona
standi in judicio) yang terdiri atas nama suami dan istri (beserta bin/binti), umur,
tempat tinggal. Hal ini untuk pasangan Muslim terutama diatur dalam pasal 67 (a)
UU No. 7/1989 tentang Peradilan Agama. Identitas para pihak ini juga disertai
dengan informasi tentang agama, pekerjaan, dan status kewarganegaraan
Posita (Dasar atau Alasan Gugat)
Dasar atau alasan gugat cerai diistilahkan dengan Fundamentum Petendi berisi
keterangan berupa kronologi (urutan peristiwa) sejak awal perkawinan antara
penggugat dan tergugat dilangsungkan, peristiwa hukum yang ada (misalnya:
kelahiran anak-anak), hingga munculnya ketidakharmonisan yang mendorong pada
langkah perceraian. Keterangan tersebut kemudian diikuti dengan penjelasan
alasan-alasan yang akan menjadi dasar tuntutan (petitum). Berikut ini contoh posita.
 bahwa pada tanggal … telah dilangsungkan perkawinan antara penggugat dan
tergugat ….;
 Bahwa dari perkawinan itu telah lahir …(jumlah) anak bernama …, lahir di …
pada tanggal ….;
 pernikahan antara penggugat dan tergugat telah terjadi ketidakharmonisan
yang menimbulkan ketidakharmonisan sebagai berikut ….;
 bahwa berdasarkan alasan di atas cukup bagi penggugat mengajukan gugatan
gugatan; dan seterusnya.
Petitum (Tuntutan Hukum)
Petitum adalah tuntutan yang diminta pihak penggugat agar dikabulkan oleh Hakim.
Bentuk Persyaratan Gugatan Sementara
Sebelum putusan akhir putusan hakim, dapat diajukan pula gugatan provisional di
Pengadilan Agama untuk masalah yang perlu segera sesuai dengan Pasal 77 dan
Pasal 78 UU No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama. Contoh Gugatan
Sementara
 memberikan izin kepada istri untuk tinggal terpisah dengan suami;
 izin dapat diberikan untuk mencegah bahaya yang mungkin timbul jika suami-
istri yang bertikai tinggal serumah;
 menentukan biaya hidup/nafkah bagi istri dan anak-anak yang seharusnya
diberikan oleh suami;
 menentukan hal-hal lain yang diperlukan untuk menjamin pemeliharaan dan
pendidikan anak;
 menentukan hal-hal yang perlu bagi terpeliharanya barang-barang yang
menjadi harta bersama (gono-gini) atau barang-barang yang merupakan harta
bawaan masing-masing pihak sebelum perkawinan terlebih dahulu

- Perceraian dan gugatan perceraian dalam konteks hukum di Indonesia memiliki dasar
hukum yang diatur dalam KUHPerdata:
 Diajukan dengan Surat Permohonan/Gugatan Tertulis (melampirkan soft
filenya) yang ditujukan kepada Ketua Pengadilan Agama atau Ketua
Pengadilan Negeri. Bagi yang tidak dapat membaca dan menulis dapat
mengajukannya secara lisan di hadapan Ketua Pengadilan Agama atau
Ketua Pengadilan Negeri untuk dicatat.
 Dalam Surat Permohonan/Gugatan Tertulis tersebut menguraikan alasan-
alasan perceraian.
 Melampirkan Dokumen, seperti misalnya Akta Perkawinan, Kartu Tanda
Penduduk, Paspor (Pernikahan Campuran), Kartu Keluarga, Akta Kelahiran
Anak, dan dokumen lain yang berkaitan seperti misalnya bagi Pegawai
Negeri Sipil (PNS) melampirkan Surat Izin Perceraian dari Atasan.
 Melampirkan Surat Kuasa Khusus berikut Kartu Tanda Pengenal Advokat
dan Berita Acara Sumpah, apabila diwakili oleh Kuasa.
 Membayar biaya Panjar Perkara yang jumlahnya ditetapkan oleh
Pengadilan.

4. Jelaskan
a. Pengertian benda dan hak kebendaan ?
benda (zaak) adalah segala sesuatu yang dapat dihaki oleh orang. Yang berarti benda
sebagai obyek dalam hukum. Ada juga perkataan benda dipakai dalam arti yang sempit,
yaitu sebagai barang yang dapat dilihat saja, ada juga dipakai jika yang dimaksud kekayaan
seorang dan suatu hak kebendaan (zakelijk recht), ialah suatu hak yang memberikan
kekuasaan langsung atas suatu benda, kekuasaan nama dapat dipertahankan terhadap
setiap orang.
b. Macam-macam benda
- Benda yang dapat diganti (contoh : uang ) dan yang tak dapat diganti (Contoh : seekor
kuda)
- Benda yang dapat diperdagangkan(praktis tiap barang dapat diperdagangkan) dan
yang tidak dapat diperdagangkan atau diluar perdagangan (contoh : jalan – jalan dan
lapangan umum)
- Benda yang dapat dibagi (contoh : beras) dan yang tidak dapat dibagi (contoh: seekor
kuda)
- Benda yang bergerak (contoh: perabot rumah) dan yang tak bergerak (contoh: tanah)
Macam-macam Hak kebendaan
hak kebendaan yang memberikan kenikmatan adalah :
- Hak milik
- Bezit
- Hak memungut hasil
- Hak pakai dan mendiami
Hak kebendaan yang bersifat memberi jaminan adalah :
- Gadai
- Fidusia
- Hipotek
- Hak tanggungan
- System resi gudang

Anda mungkin juga menyukai