Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

“OTONOMI DAERAH ZAMAN PENJAJAHAN, ORDE LAMA DAN ORDE


BARU”
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kewarganegaraan
Dosen pembimbing : Bapak Mohammad Khotib,M.Pd

Disusun oleh :

Atik Mahmudatin ( 20.11.00069 )

Muhammad Faizuddaroin ( 20.11.00141 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT PESANTREN MATHALI’UL FALAH

PATI

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya karena
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Adapun dalam penulisan makalah ini
,materi yang akan dibahas adalah“Otonomi Daerah Zaman penjajahan,orde lama dan orde
baru”.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penulisan makalah ini banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu , kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan makalah ini.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyusunan makalah ini, khususnya kepada dosen pembimbing mata kuliah yang bersangkutan.

Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat menambah
wawasan kita serta dapat digunakan sebagaimana semestinya.

Pati, 6 Juni 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Otonomi Daerah bukanlah merupakan suatu kebijakan yang baru dalam
penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia karena sejak berdirinya negara kesatuan
Republik Indonesia sudah dikenal adanya otonomi daerah. Negara Republik Indonesia
memberikan hak, wewenang dan kewajiban kepada setiap pemerintah daerah untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan menurut asas otonomi daerah dan tugas
pembantuan, yang diarahkan untuk mempercepat kesejahteraan masyarakat. Pelaksanaan
otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengatur dan mengelola
daerahnya. Sebagai administrator penuh, masingmasing daerah harus bertindak efektif
dan efisien agar pengelolaan daerahnya lebih terfokus dan mencapai sasaran yang telah
ditentukan. Kesalahan persepsi yang menjadikan sumber daya alam sebagai sandaran
utama sumber pendapatan daerah harus segera diubah karena suatu saat kekayaan alam
akan habis

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari otonomi daerah?
2. Bagaimana otonomi daerah pada zaman penjajahan?
3. Bagaimana otonomi daerah pada masa orde lama?
4. Bagaimana otonomi daerah pada masa orde baru?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian otonomi daerah
2. Untuk mengetahui bagaimana otonomi daerah pada zaman penjajahan
3. Untuk mengetahui bagaimana otonomi daerah pada orde lama
4. Untuk mengetahui bagaimana otonomi daerah pada orde baru
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Otonomi Daerah
Otonomi daerah adalah kewenangan untuk mengatur sendiri kepentingan
masyarakat atau kepentingan untuk membuat aturan guna mengurus daerahnya sendiri.
Secara harfiah, otonomi daerah berasal dari kata otonomi dan daerah. Dalam bahasa
Yunani, otonomi berasal dari kata autos dan namos. Autos berarti sendiri
dan namos berarti aturan atau undang-undang, otonomi bermakna membuat perundang-
undangan sendiri (zelfwetgeving) namun dalam perkembangannya, konsepsi otonomi
daerah selain mengandung arti zelfwetgeving (membuat perda-perda), juga utamanya
mencakup zelfbestuur (pemerintahan sendiri). Sehingga otonomi dapat diartikan sebagai
kewenangan untuk mengatur sendiri atau kewenangan untuk membuat aturan guna
mengurus rumah tangga sendiri. Sedangkan daerah adalah kesatuan masyarakat hukum
yang mempunyai batas-batas wilayah.
Pengertian otonomi dalam makna sempit dapat diartikan sebagai mandiri, sedangkan
dalam makna yang lebih luas diartikan sebagai berdaya. Otonomi daerah dengan
demikian berarti kemandrian suatu daerah dalam kaitan pembuatan dan keputusan
mengenai kepentingan daerahnya sendiri. Menurut pendapat lain, bahwa otonomi daerah
adalah kewenangan otonomi daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat menurut pelaksanaannya sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat,
sesuai dengan peraturan perundang-undangan

B. Otonomi Daerah Zaman Penjajahan


Tidak sedikit orang yang mengira bahwa otonomi daerah baru mulai ada di Indonesia
setelah UU No. 22 tahun 2009 tentang Pemerintahan Daerah ditetapkan. Padahal tidak
demikian, Otonomi daerah telah ada sejak masa penjajahan Belanda dan Jepang
A. Masa Penjajahan Belanda
Pada masa ini, perundang-undangan yang terkait dengan riwayat otonomi daerah di
Indonesia (waktu itu, Hindia Belanda) antara lain sebagai berikut:
1. Decentralisatiewet S 1903/329 (ketentuan tentang desentralisasi) yang ditindak-
lanjuti dengan Decentralisatiebesluit S 1905/137 (keputusan Gubernur Jendral)
tentang desentralisasi dan Locale RadenordonantieS 1905/181 (undang-undang
tentang Dewan Lokal). Dengan peraturan perundang-undangan tersebut, di wilayah
Hindia Belanda dibentuk daerah-daerah otonom setingkat keresidenan dan kota di
Jawa dan Madura. Misalnya pembentukan Gemeente Batavia (S 1905/204).
2. Bestuurshervormingwet S1922/216 (ketentuan tentang penyusunan kembali
pemerintahan) yang ditindaklanjuti dengan Provincieordonantie S 1924/78,
Regentschapordonantie S 1924/79 dan Stadsgemeenteordonantie S 1924/365 untuk
pembentukan pemerintahan setingkat provinsi, kabupaten dan kotaparaja di Jawa dan
Madura. Provinsi Jawa Barat misalnya dibentuk pada tahun 1925 dengan S 1925/378.
Sedangkan di luar Jawa dan Madura, pembentukan daerah masih berdasarkan S 1903,
misalnya pembentukan keresidenan Palembang dan Sumatra Barat serta kotapraja
Medan dan Makasar pada tahun 1938.
Pada masa ini, pemberian otonomi daerah selain didorong oleh gerakan Ethische
Politiek (Politik Etik) untuk meningkatkan kecerdasan dan peran politik bangsa
pribumi, juga yang terpenting adalah untuk meringankan beban keuangan pemerintah
pusat dan untuk mengimbangi gerakan-gerakan kebangsaan dalam rangka
mempertahankan kolonialisme di Indonesia. Jenis-jenis urusan berikut wewenang
yang diserahkan untuk mengurus rumah tangga daerah pada waktu itu, belum secara
rinci disebutkan. Yang diserahkan kepada daerah baru mengenai pengurusan
keuangan dan peluang untuk penentuan para pejabat pemerintahan daerah dari
kalangan pribumi.
B. Masa Penjajahan Jepang
Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan riwayat otonomi daerah di
Indonesia antara lain sebagai berikut:
1. Undang-undang No. 1 tahun 1942 tentang Menjalankan Pemerintahan Balatentara.
Menurut undang-undang ini, wilayah bekas jajahan Belanda dibagi menjadi 3 (tiga)
daerah pemerintahan yaitu 1) daerah pemerintahan militer Jawa dan Madura yang
dijalankan oleh angkatan darat dan berkedudukan di Jakarta, 2) daerah pemerintahan
militer Sumatra yang dijalankan oleh angkatan darat dan berkedudukan di
Bukittinggi, dan 3) daerah pemerintahan militer Sulawesi, Kalimantan, Nusa
Tenggara, Maluku dan Irian Barat yang dijalankan oleh angkatan laut dan
berkedudukan di Makasar.
2. Undang-undang No. 27 tahun 1942 tentang Perubahan Tata Pemerintahan Daerah.
Menurut undang-undang ini, Jawa dibagi ke dalam beberapa Syuu (keresidenan), Ken
(kabupaten) dan Si (kotapraja).
3. Undang-undang No. 28 tahun 1942 tentang pembentukan beberapa keresidenan
dan kotapraja luar biasa Jakarta (sebagai tindak lanjut dari no.2 di atas). Jakarta
secara khusus dijadikan Tokubetu Si (kotapraja luar biasa setingkat keresidenan) yang
diperintah langsung oleh Gunseikan (Pembesar Pemerintah Balatentara Jepang).
4. Osamu Seirei (peraturan yang dikeluarkan Gunseikan) No.12 tahun 1943 tentang
pembentukan beberapa Ken (kabupaten) dan Si (kotaparja).
5. Osamu Seirei No. 37 tahun 1943 tentang pembentukan dewan-dewan perwakilan
rakyat di tingkat keresidenan dan di Jakarta.
Pada masa ini, daerah-daerah provinsi ditiadakan. Otonomi daerah pada masa
ini hampir sama dengan masa sebelumnya, karena Jepang, sepanjang tidak
bertentangan dengan strategi militer dalam mengahadapi perang, masih tetap
menggunakan prinsip-prinsip desentralisasi peninggalan Belanda sampai dengan
tahun 1945. Daerah didorong untuk dapat memenuhi kebutuhannya sendiri dan
mampu memenuhi permintaan Jepang untuk keperluan perang (harta benda dan
manusianya).
C. Otonomi Daerah Orde Lama
Untuk menyusun kembali Pemerintah Daerah Indonesia ,sementara pemerintah
mengeluarkan Penetapan Presiden No 6 Tahun 1959 dan Penetapan Presiden Tahun
1960. Peraturan tersebut mengatur tentang Pemerintahan Daerah. Di Era Orde Lama,
Indonesia hanya mengenal satu jenis daerah otonomi.

Daerah otonomi tersebut dibagi menjadi tiga tingkat daerah, yaitu:


Kotaraya,Kotamadya dan Kotapraja

D. Otonomi Daerah Orde Baru


Sejak tahun 1966, pemerintah Orde Baru berhasil membangun suatu pemerintahan
nasional yang kuat dengan menempatkan stabilitas politik sebagai landasan untuk
mempercepat pembangunan ekonomi Indonesia. Politik yang pada masa
pemerintahan Orde Lama dijadikan panglima, digantikan dengan ekonomi sebagai
panglimanya, dan mobilisasi massa atas dasar partai secara perlahan digeser oleh
birokrasi dan politik teknokratis. Banyak prestasi dan hasil yang telah dicapai oleh
pemerintahan Orde Baru, terutama keberhasilan di bidang ekonomi yang ditopang
sepenuhnya oleh kontrol dan inisiatif program-program pembangunan dari pusat.
Dalam kerangka struktur sentralisasi kekuasaan politik dan otoritas administrasi
inilah, dibentuklah Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Pemerintahan Daerah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Otonomi daerah adalah kewenangan untuk mengatur sendiri kepentingan
masyarakat atau kepentingan untuk membuat aturan guna mengurus daerahnya
sendiri. Otonomi daerah telah ada sejak masa penjajahan Belanda dan Jepang.
Pada tahun 1903,Belanda mengeluarkan Decentralisatiewet yang memberi
peluang dibentuknya satuan pemerintahan yang memiliki keuangan
tersendiri.Penyelenggaraan pemerintah diserahkan pada dewan masing-masing
daerah.Namun kenyataannya, pemerintah daerah tidak memiliki kewenangan.
Meski hanya 3,5 tahun Pemerintah Jepang banyak melakukan perubahan yang
cukup fundamental. Jepang tidak mengenal provinsi dan sistem dewan.
Pemerintah daerah hampir sama sekali tidak memiliki kewenangan. Penyebutan
otonomi daerah pada masa itu bersifat menyesatkan. Namun, struktur administrasi
lebih lengkap bila dibandingkan dengan pemerintah Belanda. Pemerintah
Indonesia pada orde lama mengeluarkan Penetapan Presiden No 6 Tahun 1959
dan Tahun 1960,yang di dalamnya telah diatur tentang pemerintah daerah. Selama
Orde Baru berlangsung, pemerintah pusat memperketat pengawasan atas
pemerintah daerah sebagai pengejawantahan dari pelaksanaan tanggung jawab
pemerintah pusat.

B. Saran
Kami menyadari sepenuhnya bahwa didalam penulisan makalah ini banyak
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritik di dalam
penulisan makalah ini supaya bisa memperbaikinya demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Gie The Liang ,1967, Pertumbuhan pemerintah daerah Di Republik Indonesia Jilid
I,II,III, Jakarta : Gunung Agung
Ubedilah,dkk 2000, Demokrasi,HAM dan Masyarakat Madani ,Jakarta : Indonesia
Center For Civic Education
Arum Sutrisni Putri (2019). Pengertian Otonomi Daerah. Diakses pada 6 juni 2021
dari http://www.kompas.com/PengertianOtonomi Daerah dan Dasar hukumnya
Otonomi Daerah DiIndonesia .Diakses Pada 6 Juni 2021 dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Otonomi_daerah_di_Indonesia
https://www.kompas.com/sejarah/OtonomiDaerahDiIndonesiahalamanall

Anda mungkin juga menyukai