STEP 3
1. Apa definisi trauma pada mata dan apasaja jenis” nya?
1) TRAUMA MEKANIK
a. Trauma tumpul
Kelopak
Palpebra hematom
o Penyebab
Trauma akibat pukulan tinju, atau benda-benda keras lainnya
o Penatalaksanaan
Kompres dingin untuk menghentikan perdarahan dan menghilangkan rasa sakit
Bila telah lama, untuk memudahkan absorbsi dapat dilakukan kompres hangat pada
kelopak
Bila perdarahan terletak lebih dalam dan mengenai kedua kelopak dan berbentuk
kaca mata, maka keadaan ini disebut sebagai hematoma kaca mata dan merupakan
keadaan sangat gawat. Hematoma kaca mata terjadi akibat pecahnya arteri
oftalmika yang merupakan tanda fraktur basis kranii. Darah masuk ke dalam kedua
rongga orbita sampai pada batas septum orbita kelopak mata, akan memberikan
bentuk hematoma ini.
Konjungtiva
Edema konjungtiva
Jaringan konjungtiva yang bersifat selaput lendir dapat menjadi kemotik pada setiap
kelainannya, demikian pula akibat trauma tumpul. Bila kelopak terpajan ke duania luar dan
konjungtiva secara langsung kena angin tanpa mengedip, maka keadaan ini telah dapat
mengakibatkan edema pada konjungtiva.
Penatalaksanaannya : dapat diberikan dekongestan untuk mencegah pembendungan cairan
di dalam selaput lendir konjungtiva.
Hematom subkonjungtiva
Hematoma subkonjungtiva terjadi akibat pecahnya pembuluh darah yang terdapat pada atau di
bawah konjungtiva, seperti arteri konjungtiva dan arteri episklera. Pecahnya pembuluh darah
ini dapat akibat batuk rejan,trauma tumpul basis kranii, atau pada keadaan pembuluh darah
yang rentan dan mudah pecah. Pembuluh darah akan rentan dan mudah pecah pada usia lanjut,
hipertensi, areriosklerosis, konjungtiva meradang(konjungtivitis), anemia, dan obat-obatan
tertentu.
Pengobatan dini yang dapat dilakukan kompres hangat. Perdarahan subkonjungtiva akan
hilang atau diabsorbsi dalam 1-2 minggu tanpa diobati
Bila perdarahan ini terjadi akibat trauma tumpul maka perlu dipastikan bahwa tidak terdapat
robekan di bawah jaringn konjungtiva atau sklera. Kadang-kadang hematoma subkonjungtiva
menutupi keadaan mata yang lebih burukseperti perforasi bola mata. Bila tekanan bola mata
rendah disertai tajam penglihatan menurun dengan hematoma subkonjungtiva maka sebaiknya
dilakukan eksplorasi bola mata untuk mencari adanya ruptur sklera atauterlihatnya jaringan
kororid yang menonjol
Kornea
Edema kornea
Trauma tumpul yang keras atau cepat mengenai mata dapat mengakibatkan edema kornea
ataupun malahan ruptur daripada membran Descement. Edema kornea yang berat dapat
mengakibatkan serbukan sel radang dan neurovaskularisaso masuk ke dalam jaringan stroma
kornea.
Edema kornea akan memberikan keluhan penglihatan kabur dan terlihatnya pelangi sekitar
bola lampu atau sumber cahaya yang dilihat.kornea akan terlihat keruh, dengan uji plasido
yang positif.
Pengobatan yang diberikan adalah larutan hipertonikseperti Nacl 5 %. Bila terdapat
peninggian tekananbola mata maka diberikan asetazolamida.
Erosi kornea
Erosi kornea merupakan keadaan terkelupasnya epitel kornea yang dapat diakibatkan oleh
gesekan keras pada epitel kornea. Hal yang dapat mengakibtkan erosi kornea adalah lensa
kontak, sinar ultra violet, debu, dan asap.
Akibatnya kornea yang mempunyai banyak serabut saraf sensibel terkena, maka pasien akan
merasa sakit sekali, dengan blefarospasme, lakrimasi, fotofobia, dan penglihatan akan
terganggu oleh media kornea yang keruh.
Pada kornea akan terlihat suatu defek epitel kornea yang bila di beri pewarnaan fluoresein
akan berwarna hijau. Hati-hati bila memakai obat topikal untuk menghilangkan rasa sakit pada
pemeriksaan karena dapat menambah kerusakan epitel. Pada erosi kornea yang perlu
diperhatikan adalah adanya infeksi yang timbul kemudian akibat barier epitel hilang.
Pengobatan biasanya diberikan sikloplegik untuk menghilangkan rasa sakit ataupun untuk
mengurangkan gejala radang uvea yang mungkin timbul. Antibiotik diberikan dalam bentuk
tetes dan mata ditutup untuk mempercepat tumbuh epitel baru dan mencegah infeksi sekunder.
Biasanya bila tidak terjadi infeksi sekunder erosi kornea yang mengenai seluruh permukaan
kornea yang mengenai seluruh permukaan kornea akan sembuh dalam 3 hari. Pada erosi
kornea tidak diberi antibiotik.
Uvea
Iridoplegia
Pada trauma tumpul dapat terjadi kelumpuhan otot sfingter pupil sehingga pupil menjadi lebar
atau midriasis. Pupil ini tidak bereaksi terhadap sinar. Pasien akan sukar melihat dekat karena
gangguan akomodasi, silau akibat gangguan pengaturan masuknya sinar pada pupil, akan
terlihat anisokoria pada pupil.
Iridoplegia ini akan berlangsung beberap hari sampai beberapa minggu. Kadang-kadang tidak
menjadi normal lagi. Pada pasien dengan iridoplegia sebaiknya diberi istirahat untuk
mencegah terjadinya kelelehan sfingter disertai dengan pemberian.
Iridodialisis
Trauma tumpul dapat mengakibatkan robekan pada pangkal iris sehingga bentuk pupil
menjadi berubah menjadi lonjong. Biasanya iridodialisis terjadi bersama-sama dengan
terbentuknya hifema. Pasien akan melihat ganda dengan satu matanya. Bila keluhan demikian
maka pada pasien sebainya dilakukan pembedahan dengan melakukan resposisi iris yang
terlepas.
Hifema
Hifema atau darah di dalam bilik mata depan dapat terjadi akibat trauma tumpul yang merobek
pembuluh darah iris atau badan siliar. Bila pasien duduk hifema akan terlihat terkumpul di
bagian bawah bilik mata depan, dan hifema dapat memenuhi seluruh ruang bilik mata depan
Penglihatan pasien akan sangat menurun. Kadang-kadang terlihat iridoplegia dan iridodialisis.
Pasien akan mengeluh sakit disertai dengan epifora dan blefarospasme.
Pasien dengan hifema harus tinggal dan dirawat di rumah sakit. Pasien tidur dengan kepala
miring 60 derajat, diberi koagulansia, dan mata ditutup. Pada anak-anak yang gelisah dapat
diberikan obat penenang. Bila terjadi penyulit glaukoma diberi asetazolamida.
Biasanya hifema akan hilang sempurna. Kadang-kadang sesudah hifema hilang atau 7 hari
setelah trauma dapat terjadi perdarahan atau hifema baru yang disebut hifema sekunder yang
pengaruhnya akan lebih hebat karena perdarahan lebih sukar hilang.
Iridosiklitis
Pada trauma tumpul dapat terjadi reaksi jaringan uvea sehingga menimbulkan iridosiklitis atau
radang uvea anterior. Pada mata akan terlihat mata merah, suar di dalam bilik mata depan, dan
pupil mengecil. Tajam penglihatan menurun. Pada uveitis anterior diberikan tetes midriatik
dan steroid topikal. Bila terlihat radang berat maka dapat diberikan steroid sistemik.
Lensa
Dislokasi lensa
Trauma tumpul lensa dapat mengakibatkan dislokasi lensa akibat putusnya zonula zinii.
Gangguan kedudukan lensa ini dapat dalam bentuk ;
a) Subluksasi lensa
Terjadi akibat zonula zinn putus sebagian sehingga lensa berpindah tempat. Pasien pasca
trauma akan mengeluh penglihatan berkurang. Subluksasi lensa akan memberikan gambaran
pada iris berupa iridodonesis. Akibat pegangan lensa pada zonula tidak ada maka lensa yang
elastis akan menjadi cembung, dan mata akan menjadi lebih miopia. Lensa yang menjadi
sangat cembung mendorong iris ke depan sehingga sudut bilik mata tertutup. Bila sudut bilik
mata menjadi sempit pada mata ini mudah terjadi glaukoma sekunder.
Subluksasi lensa dapat juga terjadi spontan akibat pasien menderita kelainan pada zonula zinn
yang rapuh (sindrom Marphan).
b) Luksasi lensa anterior
Bila seluruh zonula zinn di sekitar ekuator putus akibat trauma maka lensa dapat masuk ke
dalam bilik mata depan. Akibat lensa terletak di dalam bilik mata depan ini maka akan terjadi
gangguan pengaliran keluar cairan bilik mata sehingga akan timbul glaukoma kongestif akut
dengan gejala-gejalnya. Pasien akan mengeluh penglihatan menurut mendadak, disertai rasa
sakit yang sangat, muntah, mata merah dengan blefarospasme. Terdapat injeksi siliar yang
berat, edema kornea, lensa di dalam bilik mata depan. Iris terdorong ke belakang dengan pupil
yang lebar. Tekanan bola mata sangat tinggi. Pasien secepatnya dikirim pada dokter mata
untuk dikeluarkan lensanya dengan terlihat dahulu diberikan asetazolamida untuk menurunkan
tekanan bola mata.
c) Luksasi lensa posterior
Pada keadaan putusnya zonulla zinn di seluruh lingkaran ekuator lensa sehingga lensa jatuh ke
dalam badan kaca dan tenggelam di datarn bawah polus posterior fundus okuli. Mata ini akan
menunjukkan gejala mata tanpa lensa atau afakia. Pasien akan melihat normal dengan lensa +
12.0 dioptri untuk jauh, bilik mata depan dalam dan iris tremulans. Pasien akan mengeluh
adanya skotoma pada lapang pandangannya akibat lensa mengganggu kampus pasien.
Katarak traumatic
Trauma tumpul dapat mengakibatkan katarak pungtata, selain daripada dapat mengakibatkan
katarak, yang biasanya berjalan lambat, dan proses degenerasinya dapat berjalan lanjut. Proses
degenerasi lanjut ini dapat mengakibatkan pencairan korteks lensa dan bocor melalui kapsul
lensa. Bahan lensa di luar kapsul sebagai benda asing menimbulkan reaksi di dalam bilik mata
depan sehingga menimbulkan reaksi uveitis yang disebut sebagai uveitis fakotoksik dan
glaukoma fakolitik.
Bila katarak telah menimbulkan reaksi fakolitik maka pasien akan mengeluh mata sakit
disertai dengan gejala uveitis lainnya sehingga lensa perlu dikeluarkan dengan segera.
Ablasi retina
Trauma diduga merupakan pencetus untuk terlepasnya retina dari koroid pada penderita ablasi
retina. Biasanya pasien telah mempunyai bakat untuk terjadinya ablasi retina ini seperti retina
tipis akibat retinitis sanata, miopia, dan proses degenerasi retina lainnya. Bila terjadinya ablasi
retina setelah suatu trauma tidak diketahui dengan jelas karena waktu terjadinya tidak selalu
sama.
Pada pasien ekan terdapat keluhan seperti adanya selaput yang seperti tabir menganggu lapang
pandangannya. Bila terkena atau tertutup daerah makula maka tajam penglihatan akan
menurun. Pada pemeriksaan funduskopi akan terlihat retina yang berwarna abu-abu dengan
pembuluh darah yang terlihat terangkat dan berkelok-kelok. Kadang-kadang terlihat pembuluh
darah seperti yang terputus-putus.
Rupture koroid
Pada trauma keras dapat terjadi perdarahan subretina yang dapat merupakan akibat daripada
ruptur koroid. Ruptur ini biasanya terletak di polus posterior bola mata dan melingkar
konsentris di sekitar papil saraf optik. Bila ruptur koroid ini terletak atau mengenai daerah
makula lutea maka tajam penglihatan akan turun dengan sangat.
Ruptur ini bila tertutup oleh perdarahan subretina agak sukar dilihat akan tetapi bila darah
tersebut telah diabsorbsi maka akan terlihat bagian yang ruptur berwarna putih karena sklera
dapat dilihat langsung tanpa tertutup koroid.
Saraf optic
Avulse papilsaraf optic
Pada trauma tumpul dapat terjadi saraf optik terlepas dari pangkalnya di dalam bola mata yang
disebut sebagai avulsi papil saraf optik. Keadaan ini akan mengakibatkan turunnya tajam
penglihatan yang berat dan sering berakhir dengan kebutaan. Penderita perlu dirujuk untuk
dinilai kelainan fungsi retina dan saraf optiknya.
b. Trauma Tajam
Penetran : menembus bolamata
Non penetran : menggosok bola mata
Tanda
Trauma dapat mengakibatkan robekan pada konjungtiva saja. Bila robekan konjungtiva ini
atau tidak melebihi 1 cm, maka tidak perlu dilakukan penjahitan. Bila robekan konjungtiva
lebih 1 cm diperlukan tindakan penjahitan untuk mencegah terjadinya granuloma. Pada setiap
robekan konjungtiva perlu diperhatikan terdapatnya robekan sclera bersama-sama dengan
robekan konjungtiva tersebut.
Bila trauma disebabkan benda tajam atau benda asing masuk ke dalam bola mata maka akan
terlihat tanda-tanda bola mata tembus, seperti:
i. Tajam penglihatan yang menurun
ii. Tekanan bola mata rendah
iii. Bilik mata dangkal
iv. Bentuk dan letak pupil yang berubah
v. Terlihatnya ada ruptur pada kornea atau sklera
vi. Terdapat jaringan yang di proplaps seperti cairan mata, iris, lensa, badan kaca, atau
retina
vii. Konjungtiva kemotis
Pengobatan
Bila terlihat salah satu tanda di atas atau dicurigai adanya perforasi bola mata maka secepatnya
dilakukan pemberian antibiotika topikal dan mata ditutup dan segera dikirim pada dokter mata
untulk dilakukan pembedahan.
Pada setiap terlihat kemungkinan trauma perforasi sebaiknya dipastikan apakah ada benda
asing yang masuk ke dalam mata dengan membuat foto.
Pada pasien dengan luka tembus bola mata selamanya diberikan antibiotika sistemik atau
intravena dan pasien dipuasakan untuk tindakan pembedahan.
Pasien juga diberi anti tetanus profilaktik, analgetika, dan kalau perlu penenang. Sebelum
dirujuk mata tidak diberi salep, karena salep dapat masuk ke dalam mata. Pasien tidak boleh
diberi steroid local dan beban yang diberikan pada mata tidak menekan bola mata.
Etiologi
Trauma tembus dapat terjadi akibat masuknya benda asing ke dalam bola mata. Benda asing di
dalam bola mata pada dasarnya perlu dikeluarkan. Benda asing yang bersifat magnetik dapat
dikeluarkan dengan alat magnit raksasa. Benda yang tidak magnetik dikeluarkan vitrektomi.
Penyulit
Penyulit yang dapat timbul pada terdapatnya benda asing intraokular adalah endoftalmitis,
panoftalmitis, ablasi retina, perdarahan intraokular dan ptisis bulbi.
Pengobatan
Setiap trauma kimia pada mata memerlukan tindakan segera.
lrigasi daerah yang terkena trauma kimia merupa tindakan yang segera harus dilakukan
karena dapat memberikan penyulit yang lebih berat.
Pembilasan dilakukan dengan memakai garam fisiologi atau air bersih lainnya selama
mungkin dan paling sedikit 15-30 menit.
Luka bahan kimia harus dibilas secepatnya dengan air yang tersedia pada saat itu seperti
dengan air keran, larutan garam fisiologik, dan asam berat.
Anestesi topikal diberikan pada keadaan dimana terdapat blefarospasme berat.
Untuk bahan asam digunakan larutan natrium bikarbonat 3% sedang untuk basa larutan
asam borat, asam asetat 0.5% atau bufer as asetat pH 4.5% untuk menetralisir.
Diperhatikan kemungkinan terdapat benda asing penyebab luka tersebut.
Untuk bahan basa diberikan EDTA. Pengobatan yang diberi adalah antibiotika topikal,
sikioplegik dan bebat mata selama mata masih sakit.
Regenerasi epitel akibat asam lemah dan alkali sangat lambat yang biasanya sempurna
setelah 3-7 hari.
Klasifikasi
Trauma Asam
Etiologi
Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorga organik (asetat, forniat),d an
organik anhidrat (asetat).
Patofisiologi
Bila bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi pengendapan ataupun
penggumpalan protein permukaan sehingga bila konsentrasi tidak tinggi maka tidak akan
bersifat destruktif seperti trauma alkali. Biasanya akan terjadi kerusakan hanya pada bagian
superfisial saja. Bahan asam dengan konsentrasi tinggi dapat bereaksi seperti terhadap trauma
basa sehingga kerusakan yang diakibatkannya akan lebih dalam.
Pengobatan
a. Pengobatan dilakukan dengan irigasi jaringan yang terkena secepatnya dan selama
mungkin untuk menghilangkan dan melarutkan bahan yang mengakibatkan trauma.
b. Biasanya trauma akibat asam akan normal kembali, sehingga tajam penglihatan
tidak banyak terganggu.
Riwayat kecelakaan mata terbentur stang dan spion motor menyebabkan trauma
tumpul pada mata, bisa juga trauma tajam jika mata tertancap kaca spion
3. Jelaskan tentang benda asing?
Penyebab adanya cedera mata yang biasanya mengenai sclera dan boa mata. Benda asing
dg ecepatan tinggi bisa menembur sclera dan kornea. Akan bersarang pd bola mata dan
bisa menimbulkan perforasi , dapat dipengaruhi terhadap bola mata , besarnya corpus ,
kecepatan masuk nya , jenisnya , ada tidaknya infeksi .
Hifema traumatik disebabkan oleh trauma tumpul pada mata seperti terkena bola, batu,
peluru senapan angin, dan lain-lain. Tujuh puluh persen kasus hifema traumatik terjadi pada
usia di bawah 20 tahun dan benda- benda tersebut dilaporkan sebagai objek penyebab
hifema. Hifema yang terjadi karena trauma tumpul pada mata dapat diakibatkan oleh
kerusakan jaringan bagian dalam bola mata, misalnya terjadi robekan-robekan jaringan iris,
korpus siliaris dan koroid. Jaringan tersebut mengandung banyak pembuluh darah, sehingga
akan menimbulkan perdarahan. Selain trauma tumpul, hifema traumatik dapat disebabkan
oleh trauma tembus dengan merusak secara langsung vaskularisasi okuli.
Sumber : SUGAMA GINTING. KARAKTERISTIK TRAUMA MATA PADA ANAK DI
RUMAH SAKIT ADAM MALIK PERIODE TAHUN 2014-2015. FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA. 2017.
OEDEM KORNEA
o Edema kornea
Trauma tumpul yang keras atau cepat mengenai mata dapat mengakibatkan edema kornea
ataupun malahan ruptur daripada membran Descement. Edema kornea yang berat dapat
mengakibatkan serbukan sel radang dan neurovaskularisaso masuk ke dalam jaringan stroma
kornea.
Edema kornea akan memberikan keluhan penglihatan kabur dan terlihatnya pelangi sekitar
bola lampu atau sumber cahaya yang dilihat.kornea akan terlihat keruh, dengan uji plasido yang
positif.
Pengobatan yang diberikan adalah larutan hipertonikseperti Nacl 5 %. Bila terdapat
peninggian tekananbola mata maka diberikan asetazolamida.
Sumber : SUGAMA GINTING. KARAKTERISTIK TRAUMA MATA PADA ANAK DI
RUMAH SAKIT ADAM MALIK PERIODE TAHUN 2014-2015. FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA. 2017.
6. Apa saja PF dan PP dari scenario?
Pemeriksaan Trauma Tumpul Mata
•Anamnesis : riwayat trauma, riwayat kelainan mata, alergi obat, riwayat vaksin tetanus
•PF : Visus dasar, Ukuran dan reflex pupil, pemeriksaan eksternal dan slitlamp, funduskopi
•Jika visus normal atau sedikit menurun, kemungkinan perforasi bola mataminimal
•Jika visus menurun, kemungkinan perforasi bola mata, abrasi kornea, dislokasi
lensa, ablasi retina
•Palpebra : apakah ada pembengkakan, laserasi, emfisema
•Konjungtiva : apakah ada hematom subkonjungtiva
•Kornea : apakah ada abrasi kornea (menggunakan fluorescin)•COA : periksa kedalaman,
apakah ada hifema, hipopion
•Iris : apakah ada prolaps, iritis
•Lensa : apakah ada katarak, diskolasi
•Segera rujuk bila menemukan salah satu dari tanda berikut : menurunnya visus, coa
dalam, hifema, pupil abnormal, bola mata tidak sejajar, atau kelainan retina
8. Bagaimana tatalaksana awal dan tatalaksana lanjutan yang dilakukan untuk pasien di
scenario?
Manajemen trauma terdiri dari non bedah dan bedah, manajemen non bedah berupa
pemberian obat-obatan. Pemberian antibiotik oral dapat diberikan untuk mencegah endoftalmitis,
pilihan antibiotik intravena dapat diberikan sebagai alternatif atau akan direncanakan tindakan
operasi. Antiemetik terkadang diberikan pada pasien trauma untuk mencegah manuver valsava.
Status vaksinasi tetanus perlu dikonfirmasi, booster tetanus dapat diberikan apabila diperlukan.
Pasien yang dicurigai atau dengan diagnosis trauma mekanik pada mata perlu diberikan pelindung
mata terutama pada pasien dengan luka terbuka untuk mencegah bertambah luasnya trauma.
Informasi mengenai diagnosis, rencana tindakan, dan komplikasi perlu diberikan kepada pasien
maupun keluarga untuk memberikan gambaran kondisi pasien setelah dilakukan tindakan.
Manajemen bedah berdasarkan jenis diagnosis dari trauma sebaiknya dilakukan dalam 24
jam untuk mengurangi risiko endoftalmitis. Benda asing pada kornea dan konjungtiva dapat
diangkat dengan menggunakan jarum berukuran kecil, sedangkan benda asing pada bola mata
perlu dilakukan operasi pengangkatan benda asing.
Manajemen setelah operasi, pendekatan multidisiplin, manajemen dan tindak lanjut sangat
penting untuk rehabilitasi bedah untuk pasien trauma. Tindak lanjut dan dokumentasi yang cermat
sangat penting dalam pengelolaan mata dengan trauma. Pencatatan tekanan intraokuler, status
retina, dan status lensa serta pemantauan jahitan merupakan komponen penting dalam perawatan
pasca operasi.
Sumber : Sufia Permatasari Syaefullah. Kegawatdaruratan Mata akibat Trauma Mekanik.
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
PADJADJARAN PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO BANDUNG.
2019.
Sedang :
1)Prognosis baik
2)Terdapat kekeruhan kornea sehingga sulit melihat iris dan pupil secara terperinci
3)Terdapat iskemia dan nekrosis enteng pada kornea dan konjungtiva
Sangat berat :
1)Prognosis buruk
2)Akibat kekeruhan kornea upil tidak dapat dilihat
3)Konjungtiva dan sclera pucat
Sumber : Sufia Permatasari Syaefulla (2019). ‘Kegawatdaruratan Mata akibat Trauma Mekanik’.
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN PUSAT
MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO BANDUNG