Bab 2
Bab 2
id 8
digilib.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Kajian Teori
1. Imunogobulin E
a. Definisi
dalam serum atau cairan tubuh pada hampir semua mamalia. Terdiri dari
b. Struktur Imunoglobulin E
tersusun dari rangkaian asam amino yang dikenal sebagai rantai H (rantai
berat) dengan berat molekul 55.000 dan rantai L (rantai ringan) dengan
berat molekul 22.000. Tiap rantai dasar imunoglobulin terdiri dari 2 rantai
H dan rantai L. Kedua rantai ini diikat oleh suatu ikatan disulfide
domain yaitu bagian dari rantai H atau rantai L, yang terdiri dari hampir
commit
110 asam amino yang diapit olehtoikatan
user disulfide interchain, sedangkan
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id
E rantai L terdiri dari 2 tipe yaitu kappa dan lamda, sedangkan rantai H
terdiri rantai E yang memiliki 5 domain (Zakiudin dan Dadi, 2010; Juffrie,
2010).
c. Fungsi Imunogobulin E
timbul sebagai dampak negatif dari respon imun dan dampak positifnya
Respon imun ini terjadi karena kepekaan benda asing yang akan
karena terjadi proses kerusakan sel antara lain sel basofil, sel mast, dan sel
dengan mast sel basofil dan sel plasma. Reaksi ini dapat terjadi dalam
yang menempel pada fase solid, seperti pada piringan kertas atau cekungan
2. Alergi
a. Definisi
b. Reaksi Alergi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id
sel T, dimana sel B dan sel T tersebut berperan pada keadaan mekanisme
tipe mekanisme yang terlibat dan waktu yang diperlukan untuk terjadinya
komplemen.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id
respons inflamasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id
Fase sensititasi
sampai diikat oleh reseptor spesifik pada permukaan sel mast dan
basofil.
yang spesifik, mastosit melepaskan isinya yang berisi granul yang akan
nefritis
alergen protein lengkap dan alergen dengan berat molekul rendah (hapten).
pilek, mata merah dan gatal seperti pada rinitis alergika (hay fever). Selain
itu, jenis alergen ini juga dapat berdampak pada paru-paru berupa asma
alergen tersebut yang terbanyak adalah serbuk sari tumbuhan, bulu hewan,
bagian tubuh dan kotoran tungau, kotoran kecoa, debu rumah, spora jamur,
Zat yang mampu bereaksi dengan antibodi atau sel yang sudah
dengan kulit. Kelainan ini disebut dermatitis kontak. Reaksi kulit dapat
juga terjadi akibat kontak dengan alergen melalui jalan nafas atau traktus
2008).
tungau, kotoran kecoa, debu rumah, spora jamur, asap rokok, uap cairan
seperti bengkak dan iritasi pada tempat masuk alergen tersebut. Hewan-
(Jennifer, 2008).
gatal dan pembengkakan pada bibir, tenggorokan, nyeri perut dan diare.
non inflamasi yang berulang pada kulit, membran mukosa, organ - organ
yang rendah karena depresi sumsum tulang. Sel T yang menurun akan
keadaan imunosupresan, faktor gizi dan stress, serta faktor genetik dapat
e. Imunopatologi Alergi
mast, eosinofil, dan basofil, reaksi mediator dengan target organ dan tahap
imun adaptif Th1, Treg, atau Th2 (Zakiudin dan Dadi, 2010; Subowo,
2009)
limfosit Th2 memproduksi IL-4, IL-5, IL-6, IL-9, IL-10, IL-13, dan GM-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id
CSF. Produksi sitokin yang dihasilkan limfosit Th2 terutama IL-4 akan
f. Diagnosis
adanya alergi, Metoda pertama adalah secara in vivo dengan uji tusuk (skin
prick), uji kulit intradermal, atau uji gores untuk mendeteksi kadar Ig E
dan RAST enzim, atau mengukur kadar Ig E total dalam serum dengan
serologi ELISA atau RIA (Munasir, 2007; Cantani, 2000; Ledford, 2008).
timbulnya gejala dan terpaparnya alergen. Bila terdapat gejala alergi yang
khas untuk suatu jenis alergi dan terjadi berulang-ulang bila terpapar
a. Definisi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id
Tingkat risiko alergi dalam Kartu Deteksi Dini Risiko Alergi yang
jumlah nilai kondisi keluarga yang terpapar alergi. Nilai 2 diberikan bila
terdapat kondisi alergi pada ayah, ibu, dan atau saudara kandung yang
dinyatakan oleh dokter atau secara medis terkena alergi, nilai 1 diberikan
bila diduga terkena alergi pada ayah, ibu, dan atau saudara kandung, dan
nilai 0 diberikan bila tidak didapatkan riwayat alergi pada ayah, ibu dan
pada bayi atau anak berdasar jumlah nilai keluarga dari riwayat alergi
ayah, ibu, dan saudara kandung. Dilakukan pemberian nilai 2 jika terdapat
riwayat ayah, ibu, dan atau saudara kandung yang dinyatakan oleh dokter
atau secara medis terkena alergi, nilai 1 jika terdapat riwayat ayah, ibu dan
atau saudara sekandung yang diduga oleh dokter atau secara medis
terkena alergi, nilai 0 jika tidak terdapat riwayat alergi apapun pada ayah,
ibu dan atau saudara sekandung. Menurut kartu deteksi ini derajat risiko
(nilai keluarga 0), risiko sedang (nilai keluarga 1-3) dan risiko tinggi (nilai
ada tidaknya atopi berdasar riwayat alergi pada ayah, ibu, dan saudara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id
kandung (Chandra dkk, 2008b), sertampenemuan alergi pada ayah dan ibu
4. Obesitas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id
mengganggu kesehatan. Obesitas terjadi bila ukuran dan jumlah sel lemak
tanda dan gejala yang khas antara lain wajah yang membulat, pipi yang
menimbulkan bau yang kurang sedap. Pada laki-laki penis tampak kecil
Dikatakan obesitas bila BB/TB > persentil 95 atau > 120% atau Z-
score ≥ + 2 SD.
Indeks masa tubuh (IMT) atau Body Mass Index merupakan baku
tahun 1997. The National Institute of Health (NIH) pada tahun 1998 dan
Interpretasi IMT tergantung pada umur dan jenis kelamin anak, kerena
anak laki-laki dan perempuan memiliki lemak tubuh yang berbeda. Nilai
batas IMT untuk kelebihan berat badan pada anak dan remaja adalah
b. Epidemiologi Obesitas
Lebih dari sembilan juta anak di dunia berusia enam tahun ke atas
anak usia 2-5 tahun dan usia 12-19 tahun, bahkan meningkat tiga kali lipat
pada usia 6-11 tahun. Dari penelitian yang dilakukan di empat belas kota
tinggi, antara 10-20% dengan nilai yang terus meningkat hingga kini
(Syarif, 2007).
Birmingham adalah 21% pada anak laki-laki, 26% pada anak perempuan
kulit putih, dan masing-masing 38% baik pada anak laki-laki maupun anak
sekitar 4% remaja 12-18 tahun adalah sebesar 6,2% dan umur 17-18 tahun
adalah sebesar 11,4%. Obesitas pada wanita lebih banyak daripada laki-
prevalensi berat badan berlebih anak-anak usia 6-14 tahun pada laki-laki
9,5% dan pada perempuan 6,4%. Angka ini hampir sama dengan estimasi
WHO sebesar 10% pada anak usia 5-17 tahun (Depkes, 2009).
penelitian yang dilakukan oleh Himmah R, dkk, pada anak –anak sekolah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id
dasar didapatkan 7,9% pada anak perempuan dan 12,6% pada anak laki-
laki (Himmah, 2005). Penelitian pada anak usia 6-7 tahun di Semarang
Jawa Tengah tahun 2003 menyebutkan bahwa gizi lebih pada balita
sebesar 2,12%.
c. Etiologi
primer atau nutrisional), hanya kurang dari 10% kasus disebabkan faktor
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id
Sjarif, 2002; Piatek dan Weaver, 1999). Peningkatan risiko pada anak
pada anak obes usia sekolah dasar di surakarta sebesar 11,6% (Riza dkk,
obesitasnya. Demikian pula dengan pola asuh yang salah misal terlalu
Glueck, 1981).
d. Patofisiologi Obesitas
sinyal afferent dari perifer yaitu dari jaringan adiposa, usus dan jaringan
otot.
dalam sistem ini leptin memegang peran utama sebagai pengendali berat
energi lebih besar dari asupan energi, maka massa jaringan adiposa
makanan. Pada sebagian besar anak obes, mekanisme ini tidak berjalan
walaupun kadar leptin didalam darah tinggi dan disebut sebagai resistensi
leptin. Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka massa
tertentu akan terjadi rangsangan pembentukan sel lemak baru dari bakal
mediator kimiawi seperti free fatty acids (FFAs) serta tumor necrosis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id
e. Dampak Obesitas
pada anak obes usia sekolah dasar di Surakarta sebesar 11,6%. (Lestari,
populasi anak dengan obes lebih tinggi dibanding dengan anak normal.
sering dibanding dengan yang lain (Lestari ED). Penelitian yang dilakukan
oleh Visness pada anak obes dan overweight didapatkan bahwa anak
obes cenderung lebih sering mengalami alergi dibanding anak yang tidak
obes. Pada anak obes didapatkan kadar Ig E total (sebagai petanda atopi)
yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak dengan berat badan normal
(Visness, 2005).
tersebut maka pada anak obes akan memiliki respon imun yang berlebihan
(Bidad, 2010). Hal ini dibuktikan oleh Moelyo (2007) pada penelitiannya
campak lebih tinggi dari anak yang tidak obes (Moelyo, 2007). Penelitian
pada individu obesitas dan hewan coba yang mengalami obesitas telah
a. Jaringan Adiposa
commit
(ASP), tumor necrosis factor to user
α (TNF α), interleukin 5 (IL-5), interleukin-6
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id
b. Leptin
energi dan berat badan. Pada individu dengan jaringan lemak yang
jaringan lemak yang lebih kecil, sedangkan pada obesitas sering dijumpai
Gambar 8. Hormon leptin paralel dengan persentase lemak tubuh (Bowen, 2011)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id
c. Sitokin
dan selular tergantung pada aktivasi sel B dan sel T. Sedangkan pada
yaitu sebagian dari sitokin yang disekresi oleh Th2, akan menstimulasi
respons terhadap antigen (Stuart, 2008). Sebagai efek dari aktifasi sistim
imun tersebut, pada anak dengan obesitas akan memiliki respon imun yang
lebih tinggi. Hal ini dibuktikan oleh Moelyo, pada penelitian yang
tinggi dari pada anak tanpa obesitas (Moelyo, 2007). Adanya ketiga faktor
d. Peningkatan Ig E
Jaringan adiposa putih pada obesitas ini memproduksi protein yang disebut
proliferasi dan aktivasi sel T dan menstimuli produksi sitokin (Nead, 2004).
putih itu sendiri adalah juga merupakan sitokin yang diproduksi oleh sel T
(terutama Th2) yang berperan pada keadaan alergi. Pada keadaan alergi akan
terjadi peningkatan aktivitas sel T ( terutama Th2), dan melalui sitokin IL-4
dan IL-13 yang disekresi oleh Th2 ini akan menstimulasi limfosit B yang
lebih besar.
C. Kerangka Konsep
commit to user
Alegren
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id
Limfosit B Limfosit B
Ig E lgE
Respon imun
Sampel pada penelitian ini adalah anak-anak yang mempunyai risiko tinggi
alergi dan diseleksi status gizi berdasarkan IMT (Indeks Massa Tubuh). Pada keadaan
tidak obesitas (normal) sistem imun dipengaruhi oleh adanya alergen. Alergen ini
4, IL-5, IL-6, IL-9, IL-10, IL-13. IL-4 yang diproduksi oleh limfosit Th 2 akan
Adipokin ini antara lain plasminogen activator inhibitor I (PAI), acylation stimulating
protein (ASP), tumor necrosis factor-α (TNF α), interleukin-5 (IL-5), interleukin-6
(IL-6), dan leptin. Adipokin ini akan mengakibatkan proliferasi dan aktivasi sel T
serta stimulasi sitokin dengan adanya paparan alergen respon pada individu dengan
memproduksi Ig E.
D. Hipotesis
Terdapat perbedaan antara anak obese dan tidak obese yang memiliki
commit to user