Bab Ii
Bab Ii
Beban terbagi rata (BTR) mempunyai intensitas q kPa, dengan q tergantung pada
panjang bentang yang dibebani total (L) sebagai berikut :
2.2
Gambar 2.5 Beban Lajur D (SNI 1725:2016)
Pada gambar diata, beban lajur D tegak lurus terhadap arah lalu lintas.
Beban terbagi rata (BTR) dan beban garis terpusat (BGT) sebesar p kN/m
merupakan beban lajur D. Besar intensitas p adalah 49 kN/m. Beban garis terpusat
(BGT) pada bentang menerus ditempatkan tegak lurus arah lalu lintas pada dua
bentang agar momen lentur negative menjadi maksimum. (SNI 1725:2016)
Gambar 2.7 Faktor Beban Dinamis untuk BGT pada Pembebanan Lajur “D”
(SNI 1725:2016)
Keterangan :
VDZ adalah kecepatan angin rencana pada elevasi rencana, Z (km/jam).
V10 adalah kecepatan angin pada elevasi 10000 mm di atas permukaan tanah
atau diatas permukaan air rencana (km/jam)
VB adalah kecepatan angin rencana yaitu 90 hingga 120 km/jam pada elevasi
1000 mm
Z adalah elevasi struktur diukur dari permukaan tanah dimana beban angin
(Z > 1000 mm)
V0 adalah kecepatan gesekan angin yang merupakan karakteristik
meteorologi sebagaimana disajikan dalam tabel 2.8
Z0 adalah panjang gesekan di hulu jembatan yang merupakan karakteristik
meteorologi ditentukan pada tabel 2.8
V0 diperoleh dari :
Grafik kecepatan angin dasar untuk berbagai periode ulang,
Survei angin pada lokasi jembatan, dan
Jika tidak ada data yang lebih baik, perencanaan mengansumsikan bahwa V 10 =
VB = 90 sampai 120 km/jam.
Tabel 2.8 Nilai V0 dan Z0 untuk berbagai variasi kondisi permukaan hulu
Kondisi Lahan Terbuka Sub Urban Kota
V0 (km/jam) 13,2 17,6 19,3
Z0 (mm) 70 1000 2500
Sumber : SNI 1725-2016 Pembebanan untuk Jembatan
2.5
Keterangan :
PB adalah tekanan angin dasar seperti yang ditentukan dalam tabel 2.9 (MPa)
Tabel 2.9 Tekanan angin dasar
Dalam perhitungan beban angin pada struktur rangka dan pelengkung gaya
yang digunakan tidak boleh kurang dari 4,40 kN/mm untuk bidang tekan dan pada
bidang hisap gaya yang diambil tidak boleh kurang dari 2,20 kN/mm. Sedangkan
untuk balok dan gelagar gaya yang diambil tidak boleh kurang dari 4,40 kN/mm.
1.4 Kombinasi Pembebanan
Kombinasi pembebanan harus diselidiki pada keadaan batas daya layan
yaitu kombinasi antara beban mati (MS), beban mati tambahan (MA), tekanan
tanah (TA), beban arus dan hanyutan (EU), susut (SH), gaya akibat pelaksanaan
(PL) dan prategang.
MA TD
Keadaan ES EW
TA TB EU BF EUN TG ES
Batas S L
PR TR EQ TC TV
PL TP
SH
1,0 1,0 0,50/1,2
γp 1,8 - - γTG γES - - -
Kuat I 0 0 0
1,0 1,0 0,50/1,2
γp 1,4 - - γTG γES - - -
Kuat II 0 0 0
1,0 1,4 1,0 0,50/1,2 1,0
γp - - γTG γES - -
Kuat III 0 0 0 0 0
1,0 1,0
γp - - - - - - - 1,00 1,00
Kuat IV 0 0
1,0 0,4 1,0
γp - 1,00 - γTG γES - - -
Kuat V 0 0 0
1,0 1,0
γp γEQ - - 1,00/1,2 - - - - -
Ekstreme I 0 0
0,5 1,0 1,0
γp - - 1,00/1,2 - - - - -
Ekstreme II 0 0 0
1,0 1,0 1,0 0,3 1,0
1,00 1,00/1,2 γTG γES - - -
Daya layan I 0 0 0 0 0
1,0 1,3 1,0 1,0
- - 1,00/1,2 - - - - -
Daya layan II 0 0 0 0
1,0 0,8 1,0 1,0
- - 1,00/1,2 γTG γES - - -
Daya layan III 0 0 0 0
1,0 1,0 0,7 1,0
- - 1,00/1,2 - 1,00 - - -
Daya layan IV 0 0 0 0
Fatik (TD dan 0,7
- - - - - - - - - - -
TR) 5
γp yaitu : γMS, γMA, γTA, γPR, γPL, γSH disesuaikan berdasarkan beban yang akan ditinjau
γEQ merupakan faktor beban hidup dalam kondisi gempa
Sumber : SNI 1725-2016 Pembebanan untuk Jembatan
1.5 Perencanaan Struktur Jembatan
Dalam perencanaan ulang jembatan ini, direncanakan menggunakan
jembatan rangka baja tipe Warren Truss.
Rancangan jembatan tipe warren pertama kali dikemukakan oleh James Warren
dan Willoughby Theobald Monzani pada tahun 1848 kepada masyarakat Britania
Raya. Rancangan ini memiliki keunggulan antara lain :
1. Mampu digunakan untuk struktur dengan batang panjang serta desain yang
cukup sederhana.
2. Pada struktur rangkanya menjadikan jembatan tipe ini memiliki berat yang
relatif ringan.
3. Penyaluran beban-beban yang merata antar member rangka bajanya.
Pada perencanaan ini yang akan dibahas lebih lanjut adalah struktur bagian atas,
yang meliputi :
2.5.1 Pipa Sandaran dan Tiang Sandaran
ρ=
0,85 × fc '
fy [ √
1− 1−
2× Rn
0,85 × f c' ]
2.17
0,85 × f c ' × β 1 600
ρb= ×
fy 600+ fy
2.18
ρmax=0,75× ρb
2.12
1,4
ρmin=
fy
2.13
Kontrol terhadap rasio tulangan
ρmin< ρ< ρmax
2.14
Dimana :
fc’ = mutu beton (MPa)
fy = mutu baja (MPa)
β = 0,85 (jika fc’ > 35 MPa)
g. Menentukan luas tulangan (As) yang dibutuhkan
As= ρ× b ×d rencana 2.15
h. Menentukan diameter dan jarak tulangan dengan menyesuaikan berdasarkan
hasil luas tulangan (As) yang telah dihitung
i. Kontrol tinggi efektif yang dipakai
dpakai > drencana
1
dpakai = h−selimut beton−∅ sengkang− ∅ tulangan 2.16
2
j. Menentukan luas tulangan susut
As=0,0020× b ×h( untuk baja mutu 30) 2.17
As=0,0018× b ×h(untuk baja mutu 40) 2.18
400
As=0,0018× b ×h × (untuk baja mutu> 40) 2.19
fy
k. Dalam merencanakan penulangan jumlah luas penampang tulangan pokok
tidak boleh kurang dari jumlah tulangan susut.
l. Membuat sketsa rencana
Lr ≤ 300
Kontrol kelangsingan penampang
E E
Web =
tw
≤ 1,49
√fy
b E
Flens =
tf
≤ 0,56
√
fy
Kontrol kekuatan penampang
ØPn > Pmax
Untuk leleh tarik pada penampang bruto :
Pn=F y A g
Dimana :
ϕt = 0,90 (DFBK) ꭥt = 1,67 (DKI)
Ag = luas bruto dari komponen struktur (mm2)
Fy = tegangan lelehminimum yang disyaratkan (MPa)
Untuk keruntuhan tarik pada penampang neto
Pn = FuAe
Dimana :
ϕt = 0,75 (DFBK) ꭥt = 2,00 (DKI)
Ae = kekuatan netto efektif (mm2)
Fu = kekuatan tarik minimum yang disyaratkan (MPa)
c. Stabilitas batang tekan
Kuat tekan dikategorikan menjadi tiga jenis tekuk, yaitu tekuk
lentur, tekuk torsi, dan tekuk lentur torsi. Tekuk lentur addalah tekuk
global pada penampang dengan klasifikasi elemen tidak langsing beban
kritis yang menyebabkan tekuk, yang dituliskan dalam format berikut :
KL E Fy
- Bila
r
≤ 4,71
Fy√ (
atau
Fe
≤ 2,25 )
Fcr=( 0,658 )
KL E Fy
- Bila
r
>4,71
Fy√ (
atau
Fe
≤ 2,25 )
Fcr=0,877 Fe
d. Stabilitas batang lentur
Berdasarkan SNI 1729 : 2015 perencanaan kuat lentur pada batang lentur
memenuhi persyaratan jika :
∅ Mn> Mu
Mn=As × fy × z
1
z=d − ×a
2
2.5.7 Sambungan
Pada perencanaan ini sambungan harus mampu menyalurkan gaya yang
ada. Perencanaan sambungan dibagi menjadi bebarapa bagian sambungan yaitu
pelat penyambung, pelat buhul, pelat pendukung, pelat isi, serta penghubung yang
terdiri dari baut, pen dan las.
2.5.7.1 Sambungan Las
Pengelasan merupakan suatu proses penyambungan logam dengan
mencairkan Sebagian logam induk dan logam pengisi.
t≥6 3
t ˂ t ≤ 13 5
13 < t ≤ 19 6
t ≥ 19 8
Dimensi kaki las sudut, Las pas tunggal harus digunakan
Sumber : SNI 1729 : 2015
Tabel 2.12 Elemen tekan komponen struktur yang menahan aksial tekan
E
4 PSB bulat D/t 0,11
Fy
Sumber : SNI 1729 : 2015
Sayap dari
E E
1
profil I canai
panas, kanal,
dan T
b/t 0,38
√ Fy
1,0
√ Fy
Sayap dari
semua profil I
E
2
dan kanal
dalam lentur
pada sumbu
b/t
0,38
E
Fy √ 1,0
√ Fy
lemah
Elemen yang diperkaku
Badan dari
E
3
profil I
simetris ganda
dan kanal
h/tw
3,76
E
Fy√ 5,78
√ Fy
Sayap dari
PSB persegi
E
4 dan boks
ketebalan
merata
b/t
1,12
E
Fy√ 1,40
√ Fy
Badan dari
E
5 PSB persegi
dan boks
h/t
2,42
√ E
Fy
5,70
Fy√
E
6 PSB bulat D/t
0,07
√ E
Fy
0,31
Fy√
E = modulus elastis baja = 200.000 Mpa
Fy = tegangan leleh minimum yang disyaratkan, Mpa
Sumber : SNI 1729 : 2015