Anda di halaman 1dari 13

International Criminal Court

_______________________________

MEMORIAL FOR THE DEFENSE

______________________________

ON BEHALF OF DEFENDANT GENERAL KYLO REN:

M. RAFLY RIZKY PRAYOGA


MUHAMMAD RIZAL

PLKH HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL


I. PRELIMINARY MATTERS
1. Nature of Conflict
1.1 Konflik Bersenjata Non-Internasional (NIAC) dimulai sejak Februari 2013.
NIAC adalah konflik bersenjata yang terjadi dalam wilayah suatu negara yang berlarut –
larut antara otoritas pemerintah dengan kelompok bersenjata yang terorganisir atau
kelompok sejenis.1 Karakter NIAC juga dibuktikan dengan adanya organisasi dari para
pihak dan intensitas dari konflik. Adapun NIAC yang terjadi di Hoth adalah dimulainya
pemberontakan oleh kelompok PPH melawan TRH.
1.2 Konflik Bersenjata Internasional (IAC) dimulai sejak Januari 2014.
Konflik bersenjata internasional memiliki suatu syarat yaitu terdapat konflik peperangan
atau pertempuran bersenjata antara dua atau lebih ‘High Contracting Parties’. Bahwa yang
dimaksud dengan High Contracting Parties adalah keterlibatan angkatan bersenjata suatu
negara dengan negara lainnya. 2 Adapun IAC dimulai setelah Dewan Keamanan PBB
menerbitkan Resolusi DK Nomor 777 dan terbentuknya koalisi 11 negara yang dipimpin
angkatan bersenjata Hogwarts melakukan intervensi militer di kawasan Hoth.
2. Standard of Proof.
Dalam standar pembuktian, tanggung jawab berada pada penuntutan untuk memberikan
"bukti yang cukup untuk membangun dasar yang kuat untuk percaya bahwa orang yang
melakukan kejahatan adalah yang didakwa".3 Dalam standar ini, tuduhan tidak dapat
disampaikan dalam "teori atau kecurigaan belaka" tetapi harus berwujud, faktual dan
konkret.4 Jenderal Kylo Renshall dianggap tidak bersalah sampai terbukti bersalah di
hadapan Pengadilan sesuai dengan hukum yang berlaku. Tergugat berpendapat bahwa
standar-standar ini belum dipenuhi untuk empat dakwaan yang diajukan ke Mahkamah

II. PLEADINGS

PEMBELAAN I : JENDRAL REN TIDAK BERTANGGUNGJAWAB SECARA


INDIIVIDU TERHADAP KEJAHATAN PERANG BERUPA PERKOSAAN YANG
TERJADI SAAT DEMONSTRASI PADA TANGGAL 13 JUNI 2013 DI BALAI KOTA

1. Tidak terpenuhinya unsur kejahatan perang berupa pemerkosaan Pasal 8 (2) (e) (vi).
Unsur-unsur kejahatan tindak perkosaan menurut Pasal 8 (2) (e) (vi)-1 yang terdiri atas 4
unsur-unsur kejahatan tidak terpenuhi seluruhnya dikarenakan kurang kuatnya bukti yang
ada. Oleh sebab itu terdapat salah satu faktor pertama dan yang utama tidak dapat
terpenuhi, yakni:

1
ICTY, Prosecutor v. Tadic, Tadic Interlocutory Appeal Decision, No. IT-94-1-T, Para. 70.
2
Geneva Convention 1949, Art. 2
3
ICC, Prosecutor v. Callixte Mbarushimana, ICC-01/04-01/10, Decision on the Confirmation of Charges, 16 December
2011, ICC-01/04-01/10 40, §40
4
Ibid.
1.1.Unsur bahwa pelaku menyerbu tubuh seseorang dengan ti cvndakan yang
menghasilkan penetrasi, kendatipun lubangnya kecil, pada bagian manapun dari tubuh
korban, atau pada tubuh pelaku itu sendiri dengan organ seksual, atau organ anal atau
genital yang terbuka dari tubuh korban.
Dari bukti yang ada berupa keterangan dari salah satu korban yang menyatakan bahwa
dirinya diperkosa oleh Jendral Kylo Ren, maka perlu dibuktikan bahwa ada saksi mata
lain yang menyaksikan bahwa dalam peristiwa tersebut telah terjadi penetrasi di antara
pelaku dan korban dan/atau seharusnya disertai dengan hasil visum dari korban itu sendiri
supaya delik dapat terpenuhi. Apabila keterangan hanya terbatas pada keterangan korban
yang menyatakan bahwa telah terjadi suatu tindak perkosaan tanpa disertai dengan bukti
lain yang kuat dan sah menurut hukum berkaitan dengan upaya pembuktian bahwa
penetrasi telah terjadi, maka tindakan tersebut tidak dapat dikatakan sebagai suatu
tindakan perkosaan. Sebab dalam pembuktian di hadapan Mahkamah, senantiasa
diperlukan suatu bukti yang relevan menurut Mahkamah dan dalam hal ini Mahkamah
mempunyai kewenangan untuk minta diajukannya semua pembuktian yang dipandang
perlu untuk menentukan kebenaran.5
2. Jendral Ren tidak dapat dikenakan pidana atas kejahatan perang berupa tindak
perkosaan bila didasarkan pada pasal 25 (3) (b) Statuta Roma
Jendral Ren tidak dapat dijerat pertanggungjawaban individu bila didasarkan dengan Pasal
25 (3) (b) yang mneyatakan bahwa “Sesuai dengan Statuta ini, seseorang bertanggung
jawab secara pidana dan dapat dikenai hukuman atas suatu kejahatan dalam jurisdiksi
Mahkamah, kalau orang itu memerintahkan, mengusahakan atau menyebabkan
dilakukannya kejahatan semacam itu yang dalam kenyataan memang terjadi atau
percobaan” sebab unsur-unsur dalam pasal tersebut tidak terpenuhi. Sehingga, pasal 25 (3)
(b) Statuta Roma bukanlah suatu tuduhan yang relevan untuk dapat menjerat Jendral Kylo
Ren terhadap pertanggungjawaban individu dengan beberapa alasan berikut:
2.1.Jendral Ren tidak terbukti memenuhi unsur ‘memerintah’ dalam Pasal 25 (3) (b)
Statuta Roma
Saat terjadinya penahanan demonstran pada tanggal 13 Juni 2013 di Gedung Institut
Teknologi Yavin (ITY) yang dilakukan oleh salah satu unit TRH, tidak ada perintah
dari Jendral Ren yang menyatakan untuk melakukan tindak perkosaan terhadap para
demonstran wanita yang menjadi korban. Jendral Ren pada saat rapat terakhir dengan
para petinggi TRH memang telah memutuskan untuk melarang tindakan demonstrasi
ini berdasar dari peraturan militer yang berlaku dan memerintahkan pasukan TRH di
sekitar Yavin untuk melakukan “tindakan yang perlu”6, namun frasa “tindakan yang
perlu” memiliki kekaburan dan tidak boleh diperluas dengan analogi sehingga tidak
dapat didefinisikan dengan tindak perkosaan yang terjadi. 7 Dan dalam hal terdapat

5
Pasal 69 angka 3 Statuta Roma
6
Facts, Para. 2
7
Rome Statute, Art. 22(2).
kekaburan, berdasarkan asas nullum crimen sine lege maka definisi itu harus ditafsirkan
yang menguntungkan orang yang sedang diselidiki, dituntut atau dihukum.8
2.2.Jendral Ren tidak memenuhi unsur ‘mengusahakan’ dalam Pasal 25 (3) (b) Statuta
Roma
Pada saat tindak perkosaan terjadi, tindakan tersebut dilakukan secara bersama-sama
oleh pelaku lainnya, sehingga masih terdapat kerancuan serta belum terbukti secara sah
dan pasti bahwa Jendral Ren mengusahakan tindakan tersebut hingga terjadi.
Mengusahakan dalam hal ini dimaknai dengan upaya menginisiasi, sedangkan tidak
ada bukti yang menunjukkan bahwa tindakan perkosaan ini diinisiasi oleh Jendral Ren
sendiri.
2.3.Jendral Ren tidak dapat dikatakan memenuhi unsur ‘menyebabkan’ dilakukannya
kejahatan terkait.
Dikarenakan tidak adanya perintah yang secara jelas dan pasti dari Jendral Ren kepada
para tentara TRH dalam unit terkait untuk melakukan tindakan perkosaan, maka tidak
dapat dikatakan bahwa Jendral Ren yang menyebabkan dilakukannya tindak perkosaan
tersebut. Selain itu, meskipun Jendral Ren turut melakukan tindakan tersebut sekalipun
karena tidak terbukti bawa Jendral Ren yang menginisiasi tindakan tersebut, maka pada
asasnya setiap individu dalam perkara tersebut bertanggungjawab atas peran penting
yang berbeda dalam melakukan seluruh tindakan kejahatan.9

II. PEMBELAAN KEDUA - KEJAHATAN PERANG DENGAN SENGAJA


MENGARAHKAN SERANGAN TERHADAP POPULASI SIPIL ATAU TERHADAP
INDIVIDU SIPIL YANG TIDAK TERLIBAT DALAM KONTAK SENJATA

1. Elemen Tindak Pidana Article 8(2)(b)(i) Kehjahatan Perang dengan Mengarahkan


Serangan Terhadap Sipil Tidak Terpenuhi
Elemen tindak pidana pada Article 8(2)(b)(i) memerlukan lima yang harus dibuktikan,
namun tiga diantaranya tidak terpenuhi.
1.1 Elemen 1 tidak terpenuhi karena tedakwa Jenderal Kylo Ren tidak memerintahkan
serangan.
Untuk dapat memenuhi ‘memerintahkan serangan’, seseorang harus terlibat
merencanakan, menghasut, memerintahkan, melakukan, atau sebaliknya membantu dan
bersekongkol dalam melaksanakan serangan tersebut.10 Jenderal Kylo Ren tidak pernah
memberikan arahan serangan sama sekali kepada Kapal Nirvana. Sebaliknya serangan itu
diperintahkan oleh Komandan Jango sebagai pimpinan Komando sebagai reaksi

8
Ibid
9
Prosecutor v Thomas Lubanga Dyilo (2007), ICC-01/04-01/06, Decisision on the Confirmation of Charges,
(‘Lubanga’), § 326.
10
Prosecutor v. Blaskic, IT-95-14-T, Decision, April 1998, § 31.
perlindungan diri atas serangan penjaga Phoenix dan penumpang Kapal Nirvana. 11 Oleh
karena itu tidak dapat dikatakan bahwa Jenderal Kylo Ren mengarahkan serangan tersebut.
1.2 Elemen 2 tidak terpenuhi karena target yang diserang bukan merupakan populasi sipil
atau individu sipil yang tidak berpartisipasi dalam pertempuran secara langsung.
Sipil atau individu sipil adalah semua orang yang bukan merupakan anggota angkatan
bersenjata.12 Individu sipil atau populasi sipil juga bukan merupakan anggota milisi atau
korps sukarelawan angkatan bersenjata sebagaimana Article 13 Additional Protocol II dan
berkorespondensi dengan Article 50 Additional Protocol I.13 Definisi sipil juga mencakup
individu yang merupakan bagian dari perusahaan keamanan atau perusahaan militer yang
tidak diinkorporasikan kedalam struktur tetap angkatan bersenjata suatu negara.14 Individu
sipil berhak untuk mendapatkan proteksi, antara lain perlindungan dari bahaya operasi
militer dan dilarang untuk dijadikan objek serangan.15 Namun perlu diketahui bahwa
proteksi terhadap status sipil dapat gugur ketika mereka mengambil peran langsung dalam
pertempuran.16 Adapun parameter ‘berperan langsung dalam pertempuran’ adalah ketika
mereka secara sengaja membahayakan personil angkatan bersenjata17 dan mengangkat
senjata atau menggunakan kekerasan untuk menyerang personil dan/atau material angkatan
bersenjata18.
Pada Operasi Azul, penumpang kapal awalnya termasuk orang-orang yang dapat menerima
proteksi populasi sipil atau individu sipil. Namun situasi tersebut berubah ketika para
penumpang mengambil peran dalam pertempuran secara langsung. Adapun penumpang
kapal Nirvana terdiri atas anggota perusahaan keamanan Phoenix mantan tentara Hogwarts
yang bertugas menjaga kapal dan para aktivis yang mempersenjatai diri mereka dengan
kapak, batang besi dan tabung pemadam kebakaran.19 Bahkan beberapa penumpang kapal
sengaja menggunakan seragam mirip militer dan membawa senjata berat.20
Para penumpang tersebut telah melakukan provokasi dan penyerangan secara langsung
terhadap personil Komando pimpinan Komandan Jango dengan cara melemparkan granat
kejut, melempar tiga anggota Komando ke dek kapal dan melepaskan tembakan kearah
Komando.21 Hal tersebut kemudian membahayakan posisi pasuka Komando dan membuat
pasukan harus segera mengambil tindakan pembelaan diri. Setelah baku tembak selesai

11
Facts, Para. 23
12
Additional Protocol I, Art. 50.
13
ICTY, Prosecutor v. Martic, IT-95-11-A, Judgment on Appeal, 8 October 2008, § 300.
14
Jamie Williamson, “Private security companies and private military companies under international humanitarian
law”, Monograph No 139, November 2007, hal. 91.
15
Additional Protocol I, Art. 51 (1)(2)
16
Art. 51(3) Additional Protocol I.
17
ICTR, Prosecutor v. Bagilishema, ICTR-95-1A-T, Judgment, 7 June 2001, § 104
18
ICC, Prosecutor v. Callixte Mbarushimana, ICC-01/04-01/10, Decision on the Confirmation of Charges, 16
December 2011, § 148
19
Facts, Para. 14
20
Ibid.
21
Ibid, Para. 19
antara Komando dan penjaga Phoenix, pasukan TRH telah melaksanakan kewajiban
dengan baik yaitu memberikan perawatan medis bagi korban luka22 kepada seluruh
penumpang kapal Nirvana dan mereka dibebaskan secara cepat. Adapun tewasnya individu
sipil yang mengalami kehilangan proteksi ketika mengangkat senjata merupakan kejadian
insidental pada serangan yang sah dengan catatan bahwa telah terjadi upaya meminimalisir
korban serangan.23 Upaya peringatan telah dilakukan oleh Komandan Jango dengan
memberikan peringatan berulang-ulang mulai dari 40 mil laut hingga 24 mil laut.24
1.3 Elemen 3 tidak terpenuhi karena Operasi Azul bukan tergolong sebagai konflik
bersenjata internasional.
Konflik bersenjata internasional memiliki suatu syarat yaitu terdapat konflik peperangan
atau pertempuran bersenjata antara dua ‘High Contracting Parties’.25 Interpretasi dari
‘High Contracting Parties’ dapat diartikan bahwa dalam konflik tersebut telah melibatkan
intervensi angkatan bersenjata suatu negara dengan negara lainnya, 26 terlepas dari alasan
atau intensitas konfrontasi yang terjadi.27 Sementara itu, para pihak yang terlibat di dalam
Operasi Azul adalah Komando TRH yang terdiri atas marinir TRH dan NGO beberapa
negara serta pasukan keamanan Phoenix yang bukan merupakan bagian integral dari
angkatan bersenjata negara, sehingga tidak dapat digolongkan sebagai konflik bersenjata
internasional.28
2. Jenderal Kylo Ren tidak memiliki pertanggungjawaban pidana sebagaimana Article 28(a)
2.1 Jenderal Kylo Ren hanya memerintahkan bawahannya untuk memeriksa kapal Nirvana.
Pada pembelaan ini, Jenderal Kylo Ren adalah pimpinan de jure TRH yang salah satunya
memiliki kemampuan untuk memberikan perintah. Dalam Operasi Azul, perintah yang
diberikan oleh Jenderal Kylo Ren kepada Komandan Jango adalah untuk melakukan
inspeksi kapal Nirvana karena dicurigai menyuplai amunisi, senjata dan granat kepada
pemberontak PPH.29 Secara hukum, hal tersebut merupakan hal yang lumrah karena zona
24 mil laut adalah Contiguous Zone, yaitu zona yang tunduk pada yurisdiksi hukum Hoth
termasuk pengecekan atas kapal untuk keperluan kepatuhan hukum.30 Di sisi lain, TRH
juga sudah melakukan kewajiban peringatan berkali-kali sebagai advanced warning untuk
mencegah korban sipil31 pada awak kapal Nirvana, namun mereka tetap menolak.
Komando juga tidak langsung menembaki awak kapal ketika mengalami penolakan,

22
Additional Protocol II, Art.7-8
23
ICRC, Customary International Law (CIHL), Rule 6.
24
Facts, Para. 18
25
Geneva Convention 1949, Art. 2
26
J. Pictet, “Commentary on the Geneva Convention for the Amelioration of the Condition of the Wounded and Sick
in Armed Forces in the Field”, ICRC, Geneva, 1952, hal. 32.
27
ICRC, “How is the Term "Armed Conflict" Defined in International Humanitarian Law?’, International Committee
of the Red Cross (ICRC) Opinion Paper, March 2008
28
Facts, Para. 15.
29
Facts, Para.17
30
UNCLOS, Art. 33 jo. 73.
31
CIHL, Rule 20.
melainkan menahan diri hingga terdapat tiga korban perundukan dari penumpang kapal
sebelum Komandan Jango memerintahkan untuk membalaskan serangan tersebut.32
Jenderal Kylo Ren memiliki hak untuk dikecualikan dari pertanggung jawaban pidana
karena alasan melindungi diri dari ancaman kematian yang segera atau cedera tubuh serius
yang terus berlanjut akibat penggunaan kekuatan yang melawan hukum.33 Selebihnya
setelah pertempuran berakhir, TRH telah melaksanakan kewajiban Geneva Convention
Article 1(2) yaitu "korban luka dan sakit harus dikumpulkan dan dirawat" dengan
memerintahkan merawat korban yang sakit dengan membawa mereka ke Penjara Pusat
Yavin dan bahkan mayoritas langsung dibebaskan. Jenderal Kylo Ren telah melakukan
upaya untuk mencegah tindak pidana terjadi pada bawahannya.
2.2 Pasukan Komando sedang berada dalam kondisi paksaan (under duress).
Kondisi paksaan adalah situasi dimana terdapat ancaman kematian yang akan segera terjadi
atau cedera tubuh serius yang terus berlanjut atau akan segera terjadi terhadap orang
tersebut atau orang lain, dan orang tersebut bertindak dengan semestinya dan wajar untuk
menghindari ancaman ini, dengan ketentuan bahwa orang tersebut tidak bermaksud untuk
menyebabkan kerusakan yang lebih besar daripada yang diharapkan. dihindari. Ancaman
seperti itu bisa berupa: (i) Dibuat oleh orang lain; atau (ii) Disebabkan oleh keadaan lain
di luar kendali orang tersebut.34 Adapun kondisi yang sedang dialami oleh Komando pada
saat itu adalah sedang menerima resistensi kuat dari pejaga Phoenix dan penumpang Kapal
Nirvana. Keduanya melakukan perlawanan yang dimulai dengan pelemparan granat kejut,
menjatuhkan tiga marinir Komando ke dek dan melawan dengan senjata.35 Kondisi tersebut
merupakan bahaya nyata yang dihadapi oleh pasukan Komando sehingga harus melakukan
perlawanan balik dengan melakukan self-defence untuk menyerang balik taget yang sah.
Pun demikian apabila kejahatan perang terbukti, daya paksaan sebagaimana yang telah
dibuktikan dapat menjadi alasan penghapusan pidana bagi Jenderal Kylo Ren.

III. PEMBELAAN KETIGA - JENDRAL REN MENANGGUNG


PERTANGGUNGJAWABAN KRIMINAL INDIVIDU ATAS KEJAHATAN PERANG
YANG MENYEBABKAN KEMATIAN ATAU CIDERA TERHADAP RAKYAT SIPIL
DAN KERUSAKAN TERHADAP OBYEK RAKYAT SIPIL ATAU LINGKUNGAN
YANG BERLEBIHAN DIBANDINGAN DENGAN MANFAAT MILITER YANG
DICAPAI.

1. Elemen tindak pidana pada Article 8 (2)(b)(IV) melakukan kejahatan perang yang
menyebabkan kematian atau cidera terhadap rakyat sipil dan kerusakan terhadap
lingkungan yang berlebihan tidak terpenuhi.

32
Facts, Para 19 dan 23.
33
Rome Statute, Art. 31(1)(c)
34
Rome Statute, Art. 31(d)
35
Facts, Para. 19.
Elemen tindak pidana pada Article 8(2)(b)(IV) membutuhkan lima elemen yang harus
dibuktikan, namun dua diantaranya tidak terpenuhi.
1.1. Elemen 2 tidak terpenuhi karena kematian dan kerusakan yang timbul akibat serangan
sepadan dengan keuntungan militer konkrit dan langsung
Korban jiwa yang timbul kepada masyarakat sipil pada serangan bom curah tersebut tidak
langsung membuktikan bahwa serangan ini merupakan tindak pidana kejahatan perang.
Adapun yang harus dibuktikan dalam dakwaan adalah hal yang berkaitan dengan dua
karakter serangan, yaitu (1) kadar serangan yang eksesif, dan (2) keuntungan militer yang
ditimbulkan dari serangan tersebut sehingga dapat diberikan kesimpulan apakah serangan
tersebut adalah proporsional atau tidak. Unsur pertama adalah kadar serangan yang eksesif,
yaitu perbandingan jumlah kerusasakan sipil dengan keuntungan militer. Tidak ada rumus
pasti dalam memberikan analisis berapa jumlah kerusakan sipil yang ada, namun demikian
hal tersebut dapat ditekankan pada perhitungan militer oleh “reasonable commander” yang
tidak menganggap remeh kehidupan dari warga sipil.36 Kerusakan atas dampak tidak
langsung serangan bukan merupakan tindakan eksesif, melainkan adalah suatu tindakan
ekstensif. Adapun kalkulasi dampak ekstensif juga harus dibuktikan bahwa dampak
tersebut dihasilkan secara langsung oleh serangan tersebut dengan memperhatikan jarak
dan waktu antara serangan dan waktu kejadian.37 Unsur kedua adalah keuntungan militer
yang konkret dan langsung, yaitu keuntungan yang didapatkan dengan memperhatikan
relevansi waktu serangan tersebut dan dampak keuntungannya tidak boleh temporal,
melainkan harus jangka panjang.38 Keuntungan militer tersebut tidak hanya dihitung
melalui satu serangan saja, melainkan seluruh rangkaian serangan.39 Rangkaian serangan
tersebut membentuk suatu satu kesatuan operasi militer dan merupakan hal yang krusial
untuk mendukung operasi militer lainnya.40 Apabila suatu serangan tersebut tidak
menyebabkan keuntungan militer terhadap rangkaian operasi militer lainnya, maka hal
tersebut dapat dikatakan tidak proporsional.
Dakwaan insiden bom curah sebagaimana yang tertuang pada surat dakwaan tidak
mengindahkan fakta bahwa serangan yang dilancarkan oleh TRH terhadap pabrik-pabrik
kimia dan industri terkait adalah serangan yang proporsional. Adapun kalkulasi strategis
yang diperhitungkan oleh Jenderal Ren dan Brigadir Jenderal Jabba adalah untuk meraih
manfaat militer mengusir pasukan Koalisi dari ibu kota Hoth, Bespin. Bagian Utara Bespin

36
Hoffs, Nelleke, (2013) Deducing the Measuring Standard of ‘Concrete and Direct Military Advantage Anticipated’
Referred to in Article 51(5)(b) of Additional Protocol I to the 1949 Geneva Conventions’, hal. 12
SSRN: https://ssrn.com/abstract=2329212 or http://dx.doi.org/10.2139/ssrn.2329212
37
ICTY, Prosecutor v. Galic, Separate and Partially-Dissenting Opinion of Judge Nieto-Navia, IT-98-29-T, 5 Desember
2003, Para. 64
38
Draft Text Elements of Crimes, diadopsi oleh 23rd Meeting of the Preparatory Commission for the International
Criminal Court, New York, 30 Juni 2000, UN Doc. PCNICC/2000/INF/3/Add.2.
39
W. Fenrick, ‘The rule of proportionality and protocol I in conventional warfare’ Military Law Review, Vol. 98, 1982,
hal. 107.
40
H. Shamash, “How Much is Too Much? An Examination of the Principle of Jus in Bello proportionality”, Israel
Defense Forces Law Review, Vol 2. 2005-2006, hal. 22
merupakan bagian yang krusial bagi TRH dan Hoth karena terdapat markas militer besar
dan bandar udara yang merupakan lokasi militer strategis untuk direbut.41 Serangan
tersebut dinilai efektif karena setelah bom curah 155mm ditembakkan, terdapat ratusan
tentara koalisi terbunuh dan luka-luka dan berhenti untuk menyerang balik tentara TRH.42
Bahkan keuntungan militer tersebut juga mempengaruhi operasi-operasi militer Koalisi
yang terlemahkan di hari berikutnya, sehingga memberikan keuntungan militer kepada
TRH untuk memukul mundur pasukan Koalisi pimpinan Kolonel Joy ke perbatasan.43
Keuntungan tersebut juga diikuti oleh gencatan senjata yang berlaku efektif setelah
pasukan Koalisi melemah.44 Kejadian tersebut merupakan satu kesatuan yang runtut
setelah serangan bom curah 155mm terjadi hingga pelemahan pasukan Koalisi sebagai
rangkaian operasi militer yang saling mendukung satu sama lain. Selebihnya, TRH dan
Hoth dalam kasus ini juga mendapatkan keuntungan konkrit berupa gencatan senjata yang
melindungi keutuhan dan kedaulatan wilayah Hoth secara penuh. Korban sipil yang
berjatuhan akibat serangan tersebut merupakan hal yang disesalkan, namun perlu diketahui
bahwa serangan tersebut telah menimbulkan keuntungan militer secara konkrit dan
langsung yang merupakan salah satu alasan penerapan prinsip proporsionalitas dalam
strategi militer yang diterapkan oleh TRH. Sehingga atas dasar-dasar tersebut, elemen 2
tidak bisa terpenuhi.

1.2. Elemen 3 tidak terpenuhi karena Jenderal Ren tidak berniat untuk menyebabkan
kematian atau cedera pada warga sipil atau kerusakan pada benda-benda sipil.

Suatu serangan atau penggunaan senjata harus diawali dengan tindakan pencegahan untuk
mencegah supaya efek bahaya dari suatu senjata terhadap warga sipil.45 Tindakan
pencegahan tersebut antara lain dapat berupa pemagaran lokasi senjata, tanda bahaya dan
peringatan.46 Adapun peringatan terhadap warga sipil sekitar lokasi serangan adalah
praktik dari precautionary principle yang dilakukan dengan cara memilih metode
serangan, cara serangan dan cara lain yang bisa digunakan untuk meminimalisir insiden
jatuh korban jiwa, cedera terhadap sipil dan objek sipil.47 Praktik peringatan/warning
tersebut dapat dikecualikan apabila terdapat halangan berupa penerapan element of
surprise yang ditujukan kepada musuh atau perlindungan terhadap pasukan kawan
(friendly forces) dengan mempertimbangkan kecepatan untuk merespon serta feasibility
penerapannya pada saat perang sedang berlangsung.48

41
Facts, Para. 29
42
Ibid, Para. 31
43
Ibid, Para. 32.
44
Ibid, Para. 33
45
Protocol II Convention on Certain Conventional Weapon, Art. 3 (10)
46
Ibid, Art. 3(10)(b)
47
Additional Protocol I, Art. 57(2)(c)
48
CIHL, Rule 20. Footnote No. 16 and No. 17.
Pada saat melakukan briefing serangan terhadap tentara Koalisi, Jenderal Ren dan Brigjen
Jabba telah memerintahkan agar peringatan untuk meminimalisir insiden korban jiwa dan
cedera sipil terjadi. Perintah tersebut diberikan dengan arahan untuk memberikan tiga kali
tembakan dengan jeda masing-masing adalah 3 menit. Hal tersebut diniatkan agar dua
tembakan pertama dijadikan sebagai suatu arahan bagi penduduk sipil agar melakukan
pengungsian sehingga tidak menjadi korban jiwa.49 Adapun peringatan yang diberikan dari
meriam 1 dan 2 merupakan satu-satunya cara untuk memberikan peringatan kepada warga
sipil karena apabila terlalu lama atau menggunakan cara lain maka akan timbul bahaya
terhadap TRH karena strategi akan diketahui oleh Koalisi dan menghilangkan elemen
kejut. Atas dasar tersebutTRH telah melaksanakan suatu kewajiban untuk meminimalisir
korban sipil yang dan tidak memiliki niatan untuk menyebabkan korban sipil yang
berlebihan atas serangan bom curah 155mm terhadap tentara Koalisi sehingga elemen 3
tidak terpenuhi.

2. Jenderal Ren tidak memikul pertanggung jawaban pidana secara individu untuk
pembujukan (soliciting) dilakukannya kejahatan perang.
Jenderal angkatan bersenjata memiliki kapasitas untuk memerintahkan kepada
bawahannya dan membujuk orang lain untuk melakukan suatu pelanggaran. 50 Namun
dalam menyuruhlakukan tersebut harus terdapat suatu tujuan yang jelas dan upaya yang
jelas untuk melakukan tindak pidana dalam pembujukan atau perintah yang diberikan
kepada bawahannya.51 Unsur tersebut tidak terbukti di dalam dakwaan ini. Bahkan Jenderal
Ren memerintahkan untuk melakukan kalkulasi terlebih dahulu dalam melancarkan
serangan kepada pabrik kimia dan koalisi tersebut. Perintah tersebut diberikan secara
langsung kepada Brigadir Jenderal Jabba beserta pasukan TRH dibawahnya untuk
melakukan upaya pencegahan terhadap jatuhnya korban jiwa. Instruksi tersebut merupakan
perintah untuk memperingatkan warga di sekitar lokasi penyerangan untuk segera
mengungsi pada saat tembakan 1&2. Dalam perintah yang diberikan tersebut jelas dan
terang bahwa unsur tujuan dalam menyuruhlakukan tindak pidana sama sekali tidak ada.
Sehingga atas dasar tersebut Jenderal Kylo Ren tidak pernah melakukan pembujukan untuk
melakukan kejahatan perang dan tidak bisa dimintakan pertanggungjawaban pidana.

DAKWAAN IV: JENDRAL REN TIDAK BERTANGGUNGJAWAB ATAS


PENYERANGAN TERHADAP MARKAS PMN ATAS PERMINTAAN, DORONGAN,
ATAU PERINTAH PENYERANGAN MARKAS PMN

1. Elemen tindak pidana pada Article 8(2)(b)(xi) Rome Statute tidak terpenuhi

49
Facts, Para. 30
50
ICTY, Prosecutor v. Krstic, Trial Chamber,IT-98-33-T, 2 Agustus 2001, para.601.
51
Ibid, Para. 632
Elemen tindak pidana pada Article 8(2)(b)(xi) Rome Statute memerlukan 7 elemen untuk
dibuktikan, namun terdapat satu elemen yang tidak dapat terpenuhi.
1.1 Elemen tindak pidana 1 bahwa pelaku mengundang kepercayaan atau keyakinan dari
satu atau lebih orang yang berhak, atau wajib mereka setujui, perlindungan di bawah
aturan hukum internasional yang berlaku dalam konflik bersenjata.
Dalam hukum pidana internasional, seseorang harus terlibat dalam melancarkan suatu
tindak pidana sehingga Ia dapat dihukum atas tindakan tersebut. Hal tersebut adalah
manifestasi dari individual criminal responsibility sebagaiamana Article 25(2) Statuta
Roma. Selain itu, unsur perintah juga berprean penting untuk menentukan orang yang turut
melakukan tindak pidana kejahatan perang. Adapun unsur keterlibatan pelaku perlu
dibuktikan dengan adanya “Command Responsibility for Orders to Commit War Crimes”,
yaitu tindakan yang diambil oleh bawahan seorang komandan yang mengandung beberapa
unsur yaitu (1) adanya tindakan kejahatan perang, (2) terdapat percobaan tindakan
kejahatan perang atas komando atasan.52 Adapun pada dakwaan tersebut, Jenderal Ren
sama sekali tidak memerintahkan TRH untuk menyerah markas PMN dan melakukan
tindakan perfidy. Bahkan orang yang dituduh sebagai TRH tersebut pun bukanlah
merupakan TRH namun pecahan TRH yang disebabkan oleh subordinasi Brigadir Jenderal
Maul. Sehingga Jenderal Kylo Ren bukanlah komandan/atasan yang menyuruh lakukan
anggota TRH tersebut untuk menyerang PMN.

2. Jenderal Ren tidak dapat dimintakan pertanggung jawaban pidana karena secara jelas
tidak memerintahkan, mendorong atau meminta pasukan penyerangan untuk menyerang
Markas PMN.
Jendral Ren tidak dapat dimintai pertanggungjawaban atas penyerangan terhadap markas
PMN atas permintaan, dorongan, atau perintah penyerangan markas PMN karena tidak
terdapat bukti yang secara sah menyatakan bahwa terdapat permintaan maupun dorongan
maupun perintah dari Jendral Ren untuk menyerang Markas PMN:
2.1 Tidak ada cukup bukti yang menunjukkan adanya komando dari Jendral Ren kepada
bawahannya untuk melakukan penyerangan terhadap markas PMN.
Terdapat kurannya bukti atas tuduhan bahwa Jendral Ren telah meminta, mendorong atau
memerintah pasukan penyerangan untuk menyerang markas PMN. Selain itu, Jendral Ren
telah menyatakan bahwa ia tidak tahu menahu sama sekali terkait kejadian peneyerangan
ini. Berdasarkan asas praduga tak bersalah sebagaimana termuat dalam Article 66 Statuta
Roma, maka proses hukum hendaknya dilakukan dengan menganggap tertuduh tak
bersalah sampai terbukti bersalah di depan Mahkamah sesuai dengan hukum yang
berlaku.53 Oleh sebab itu, pendapat dan keterangan Jendral Ren harus didengar tanpa
adanya tuduhan tak berdasar tanpa bukti yang menyatakan bahwa Jendral Ren

52
CIHL, No.152.
53
Rome Statue, Art.66
memerintahkan, meminta atau mendorong terjadinya penyerangan tersebut.54 Dengan tidak
adanya komando atau pernyataan Jendral Kylo Ren yang meminta, mendorong atauy
memerintahkan secara langsung untuk melakukan penyerangan, maka Jendral Ren tidak
dapat dimintai pertanggungjawaban individu atas dakwaan tersebut sampai benar-benar
terbukti dan telah diyakini oleh Mahkamah.

2.2 Penyerangan terhadap markas PMN tidak dipimpin oleh Jendral Ren.
Penyerangan terhadap markas PMN dipimpin oleh Obi Wan.55 Meskipun dalam
wawancaranya dengan Al-Jazeera, Obi Wan mengaku bahwa penyerangan tersebut
dikoordinasi dan direncanakan oleh TRH yang mana ditandai dengan sambutan baik oleh
Brigjend Maul terhadap kesuksesan operasi tersebut. Akan tetapi terkait hal ini, terdap
fakta bahwa TRH pada saat terjadinya penyerangan terhadap markas PMN ini telah
mengalami suatu ketidakharmonisan dan pertentangan antara Jendral Ren dan Brigjend
Maul.56 Sehingga masih dimungkinkan adanya fakta bahwa penyerangan ini didukung oleh
TRH di bawah koordinasi Brigjend Maul dan bukan di bawah komando Jendral Ren,
sehingga Mahkamah dalam hal ini dapat melakukan pembuktian dengan tetap melihat
fakta-fakta yang ada.

54
Ibid
55
Facts, Serangan terhadap Markas PMN Para. 6
56
Facts, Serangan terhadap Markas PMN Para.1
III. PERMOHONAN UNTUK MAJELIS MAHKAMAH

Pihak Penasehat Hukum memohonkan kepada Majelis Mahkamah untuk mengadili dan memutus
bahwa Jenderal Kylo Ren tidak bersalah atas kejahatan perang sebagai mana Article 8(2)(e)(vi),
Article 8(2)(b)(i), Article 8 (2)(b)(IV) dan Article 8(2)(e)(xi) Statuta Roma.

Dengan Hormat,

Penasehat Hukum

Anda mungkin juga menyukai