Anda di halaman 1dari 14

Bahasa Inggris – Kamis, 21 Januari 2021

Guru yang Cermat

Hari ini kami melakukan observasi kepada guru mentor pada mata pelajaran Bahasa
Inggris. Siswa dibagi menjadi 2 grup terdiri dari laki-laki dan perempuan (heterogen). Guru
mengajak siswa untuk memberi salam atau sapaan kepada teman-temannya dan juga kepada
kami berempat. Setelah doa pembuka, guru mengingatkan peraturan kelas seperti siswa harus
berada di dekat perangkat yang digunakan untuk belajar, menyalakan kamera selama
pembelajaran berlangsung, duduk dengan rapi, tidak membawa mainan dan makanan, dan
mengangkat tangan saat ingin berbicara. Selanjutnya guru memberikan pertanyaan untuk
mengajar siswa terlibat dalam pembelajaran. Selama belajar terjadi interaksi yang komunikatif
dan berbalasan antara guru dengan siswa. Beberapa kali siswa menjawab pertanyaan guru
dengan kurang tepat, kemudian guru memberikan motivasi untuk siswa tetap mau mencoba
dan menolong dengan memberikan petunjuk penuntun kepada jawaban yang benar. Guru
konsisten dalam memberikan apresiasi kepada siswa yang sudah terlibat selama belajar. Siswa
merespon instruksi guru dan pertanyaan yang diberikan. Siswa juga terlihat engage dengan
metode pembelajaran yang dilakukan guru dengan memberikan pertanyaan dan contoh
gambar.

Guru membantu siswa untuk berbicara menggunakan bahasa Inggris selama belajar.
Siswa juga terlihat sudah lancar dalam berinteraksi menggunakan bahasa Inggris, walaupun
ada beberapa siswa yang tidak berbicara ketika kelas berlangsung. Ketika diberikan
pertanyaan, sebagian besar dari jumlah seluruh siswa menjawab dengan serentak sehingga
suasana kelas sedikit gaduh. Kemudian, guru melakukan mute all melalui Teams untuk
mengontrol suara siswa. Kami menikmati pembelajaran hari ini dengan mengikuti setiap
aktivitas yang guru mentor dan siswa lakukan. Ketika siswa mampu menjawab pertanyaan dan
mengungkapkan pendapat atau pertanyaan kepada guru menggunakan bahasa Inggris, hal
tersebut membuat kami kagum kepada mereka. Siswa yang kami observasi adalah siswa K3
dan mereka sudah dapat dikatakan lancar dalam berbahasa Inggris. Walaupun, tidak dapat
dipungkiri masih terdapat 2-4 siswa yang belum mau berbicara dan kurang aktif dalam
berbicara menggunakan bahasa Inggris, tetapi hal itu tidak lantas menurunkan semangat kami
untuk observasi para siswa.

Kami juga mengobservasi guru mentor dalam membawakan pembelajaran hari ini.
Guru sempat mengalami kendala jaringan sehingga gambar pada Teams menjadi blur dan suara
putus-putus. Menyikapi hal ini, siswa dengan sigap mengaktifkan mic dan menyampaikan apa
yang mereka lihat dan dengar. Beberapa siswa lainnya terlihat kurang fokus pada saat PPT
guru tidak terlihat dengan jelas. Kemudian, ketika guru sudah tidak mengalami kendala
jaringan sehingga dapat menampilkan PPT yang berwarna-warni, siswa kembali antusias
memperhatikan layar perangkat mereka, dan menyampaikan pertanyaan ketika mereka tertarik
dengan yang dilihat dan didengar. Hal ini memberikan pemahaman bahwa karakteristik siswa
K3 mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi terhadap apa yang mereka dengar, lihat, dan dialami
(Ibda, 2015). Untuk itu, kami merefleksikan pentingnya perencanaan pembelajaran yang
disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik siswa. Sehingga guru dapat memfasilitasi
siswa dengan tepat agar siswa memperoleh pengalaman belajar yang bermakna.

Mengamati siswa yang aktif mempertanyakan apa yang membuat mereka ingin tahu,
membantu kami untuk melihat pribadi siswa satu per satu. Ketika siswa mampu melontarkan
pertanyaan, artinya mereka sudah memproses informasi yang dilihat, didengar, dan dirasakan.
Siswa sebagai gambar Allah memiliki akal dan pikiran untuk mengolah informasi tersebut.
Oleh karena itu, penting bagi guru melihat karakteristik siswa sesuai jenjang kelas yang diampu
dan memberikan pembelajaran yang sesuai dengan mereka. Melalui peran guru tersebut, maka
siswa akan mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna dan membantu mereka mencapai
tujuan pembelajaran.

Setiap peristiwa yang kami telah amati hari ini, membantu kami untuk menyadari
bahwa mempersiapkan perencanaan pembelajaran perlu mempertimbangkan beberapa aspek
termasuk karakteristik siswa yang diajar. Ketika nanti kami akan mengajar, maka kami akan
menggunakan metode pembelajaran yang interaktif dan melibatkan siswa sehingga dapat
memancing rasa ingin tahu mereka, menggunakan media pembelajaran yang menarik bagi
siswa, dan menyampaikan materi belajar dengan baik. Kami merefleksikan bahwa guru
menjadi satu-satunya ujung penentu jalannya kelas, tetapi keterlibatan siswa, perangkat, media
ajar, dan kehadiran orang tua membantu kelancaran jalannya online learning. Kemudian, untuk
menjadi seorang guru yang profesional, cermat, bijaksana, dan kreatif perlu mengalami proses
dan latihan yang terus-menerus diasah dan dipelajari. Kami perlu belajar untuk menyampaikan
materi dengan suara dan kata-kata yang tepat, belajar untuk peka terhadap setiap siswa, belajar
untuk mencari metode dan media pembelajaran yang mampu menolong siswa untuk belajar.

Daftar Pustaka
Ibda, F. (2015). Perkembangan Kognitif: Teori Piaget. Jurnal Intelektual, 3(1), 27-38.
Matematika – Kamis, 21 Januari 2021

Peraturan dan Pendisiplinan

Pada hari Kamis 21 Januari kami melakukan observasi di kelas K3-A saat melakukan
online learning mata pelajaran Matematika. Siswa dibagi menjadi 2 grup dan masing-masing
grup memiliki waktu belajar selama 30 menit. Topik yang diajarkan hari ini yaitu “Pola
ABCD”. Pembelajaran diawali dengan guru yang memberikan salam kepada siswa kemudian
mengajak siswa untuk dapat duduk dengan rapi di tempat mereka masing-masing. Guru
menyampaikan peraturan kelas, terdiri dari 5 peraturan antara lain: 1) Siswa harus berada di
depan perangkat yang mereka gunakan selama belajar, 2) Siswa harus mengaktifkan kamera
selama pembelajaran, 3) Siswa mengikuti pembelajaran dengan duduk yang rapi, 4) Siswa
harus mengangkat tangan sebelum ingin bertanya atau berbicara, 5) Siswa tidak diperkenankan
membawa mainan dan makan ketika belajar. Guru mengajak siswa untuk mengingat kembali
pembelajaran minggu lalu dan memberikan pertanyaan untuk mengecek pemahaman awal
siswa.

Setiap jawaban yang dilontarkan siswa, guru selalu memberikan konfirmasi dan
penjelasan sehingga siswa mengetahui jawaban yang tepat. Sikap yang ditunjukkan siswa
selama belajar seperti tidak dapat duduk dengan tenang dan rapi, tidak fokus kepada layar
perangkat yang mereka gunakan, tetapi di antara mereka juga ada siswa yang mampu
menjawab pertanyaan guru, menunjukkan sikap yang siap belajar dan memperhatikan guru.
Aktivitas yang dilakukan antara lain, guru melakukan tanya jawab interaktif, guru memberikan
kesempatan siswa untuk bertanya dan mengungkapkan pendapatnya, dan guru mengemas
pembelajaran melalui gerak dan lagu. Siswa terlihat semakin aktif dan terlibat ketika guru
mengajarkan materi Pola ABCD melalui gerakan yang harus mereka ikuti sambil bernyanyi.
Kami mengamati sikap yang ditunjukkan oleh setiap siswa selama pembelajaran berlangsung
dan dapat menyimpulkan bahwa antara grup 1 dan grup 2 memiliki karakteristik siswa yang
berbeda.

Kami bersyukur dan semangat ketika memperhatikan satu per satu siswa dengan
cermat. Kami senang sekali ketika melihat siswa mampu mengikuti pembelajaran dengan baik,
walaupun mereka masih perlu untuk sesekali diberikan arahan seperti “Eyes on screen! Yes
eyes on the screen!” ¸ tetapi mereka mau untuk terlibat aktif selama belajar. Siswa
menunjukkan usahanya untuk memahami materi Pola ABCD dengan melihat contoh yang
ditampilkan melalui media PPT oleh guru. Beberapa kali siswa masih salah dalam menjawab
pola yang dibentuk oleh gambar, tetapi guru dengan sabar menolong siswa untuk memahami
sampai mereka mampu menjawab dengan tepat. Kami melihat bahwa tidak semua siswa
tertarik dengan PPT yang ditampilkan, tetapi ketika mengikuti gerak dan lagu siswa tersebut
bersemangat dan menikmati pembelajaran. Selain itu, terdapat siswa yang lebih menikmati
pembelajaran dengan duduk rapi dan mendengarkan suara guru. Kami mengamati masih ada
siswa yang asik mengobrol dengan orang sekitarnya di rumah dan tidak konsentrasi selama
pembelajaran, siswa masih membawa mainan di dalam kelas ketika belajar, dan siswa tidak
fokus sehingga harus dipanggil namanya beberapa kali. Hal tersebut merupakan beberapa
kejadian yang menjadi concern kami.

Mengamati interaksi dan yang terjadi selama pembelajaran hari ini, kami melihat
beberapa hal penting yang dapat mempengaruhi pembelajaran. Beberapa hal tersebut yaitu,
karakteristik siswa, gaya belajar siswa, metode pembelajaran yang ditentukan oleh guru, dan
cara guru untuk membantu siswa fokus dan engage dengan pembelajaran. Keberagaman faktor
tersebut mendorong kami untuk mempersiapkan team teaching yang akan kami lakukan,
harapannya agar ketika kami mengajar maka kami mampu mengatasi beberapa faktor tersebut.
Fakta dari adanya faktor-faktor tersebut menyiratkan bahwa siswa merupakan subjek ajar.
Siswa memiliki kesempatan dan ruang untuk mengekspresikan dirinya melalui pembelajaran,
siswa dapat memahami pembelajaran melalui gaya belajar mereka masing-masing, dan
pentingnya peran seorang guru untuk membimbing siswa selama pembelajaran berlangsung.
Guru selain berperan dalam penyampaian materi, beliau juga berperan untuk mendisiplinkan
siswa.

Kami mengamati bahwa guru dapat mendisiplinkan siswa melalui kalimat yang
diungkapkan dengan bijaksana dan mampu dipahami oleh siswa. Pendisiplinan yang dilakukan
oleh guru atas dasar kasih kepada siswa bukan bertujuan untuk menghukum siswa, melainkan
untuk menolong kepada pembaharuan budi dan sikap mereka (Graham, 2009). Maka, penting
bagi setiap guru Kristen untuk memahami karakteristik siswa dan melihat mereka sebagai
pembawa gambar Allah di dalam kelas. Sehingga guru dapat menggunakan perspektif
berdasarkan kebenaran yang sejati ketika menghadapi kenyataan beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi jalannya pembelajaran termasuk dalam melihat keunikan karakteristik setiap
siswa.
Setelah melakukan observasi, maka kami akan lebih lagi belajar selain melalui sumber-
sumber tertulis juga melalui guru mentor untuk memahami setiap karakteristik siswa dan
bagaimana cara mengajar siswa dengan tepat. Lebih dari pada itu, kami akan terus meminta
pertolongan Roh Kudus dalam menjalani panggilan sebagai guru sehingga dapat menuntun
siswa untuk mengalami proses transformasi di dalam Kristus.

Daftar Pustaka
Graham, D. L. (2009). Teaching redemptively: Bringing grace and truth into your classroom.
Purposeful Design Publications.
Bahasa Inggris – Kamis, 28 Januari 2021

Peran Guru dalam Memberdayakan Siswa melalui Pertanyaan Penuntun

Selama proses belajar mengajar, siswa banyak dilibatkan untuk menggunakan jari saat
diminta menggambar tanda tanya di udara, menjawab pertanyaan guru, menyusun huruf dengan
menyebutkan huruf apa yang kurang berdasarkan pertanyaan guru, membuat contoh kalimat tanya,
menentukan kalimat yang membutuhkan tanda tanya pada akhir kalimat. Guru memberikan
instruksi yang menuntun siswa melakukan. Pertanyaan yang disediakan guru bertujuan melibatkan
siswa untuk menjawab dan memperhatikan. Metode tanya jawab yang digunakan guru membuat
interaksi guru dan siswa terjalin dua arah. Meskipun, terdapat beberapa siswa yang aktif bergerak
dan memegang mainan. Media PPT dan video pembelajaran yang diberikan sangat menarik. Video
pembelajaran sangat menyenangkan saat ditonton.

Kami merasa senang saat video pembelajaran yang digunakan guru menyenangkan saat
ditonton. Merasa puas karena siswa mampu memberikan contoh kalimat tanya dan memilih pada
kalimat seperti apa tanda tanya dibubuhkan. Cara guru berinteraksi dengan siswa sangat ramah
dan tulus. Guru sudah diberikan wewenang oleh Tuhan untuk menuntun dan memberdayakan
siswa (Van Brummelen, 2009). Dalam menggunakan wewenang tersebut dibutuhkan keterampilan
mengenai proses berpikir siswa agar dapat menyusun pertanyaan akan membantu siswa dalam
menerima dan mengolah pertanyaan yang diberikan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai. Hal tersebut merupakan momen penting bagi kami sebab pemahaman mengenai
perkembangan proses kognitif siswa TK sangat dibutuhkan dalam penggunaan metode tanya
jawab.

Pesan khusus yang kami dapatkan yakni dalam proses belajar mengajar hari ini yakni
media pembelajaran dan metode pengajaran yang digunakan harus saling mendukung agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai. Guru konsisten dalam memberikan waktu tunggu dalam
berkomunikasi. Guru membangun komunikasi yang baik dengan siswa sehingga siswa berani
bertanya dan menyampaikan pendapatnya.

Daftar Pustaka
Van Brummelen, H. (2009). Berjalan dengan Tuhan di dalam Kelas. Jakarta: Universitas Pelita
Harapan.
Matematika – Kamis, 28 Januari 2021

Keterampilan Paralinguistik dalam Berkomunikasi

Selama berlangsungnya proses belajar mengajar siswa mampu mengikuti arahan yang
diberikan guru dengan baik seperti menggambar angka di udara dan mampu menjawab setiap
pertanyaan penuntun yang diberikan guru. Guru memimpin proses belajar mengajar dengan
sistematis dan teratur. Mengalokasikan waktu dengan baik. Memberikan pertanyaan penuntun
yang sederhana. Beberapa siswa memperhatikan PPT dan video dengan arah mata mengarah
kepada layar, namun beberapa ada yang mendengarkan sembari memegang mainan. Metode tanya
jawab yang digunakan guru membantu siswa menjawab pertanyaan dengan tepat sasaran karena
pertanyaan bersifat menuntun siswa. Suasana pembelajaran berlangsung dengan baik.

Kami merasa senang dapat mengikuti proses belajar mengajar bersama K3 karena interaksi
antara guru mentor dan siswa K3 terjalin dengan sangat baik. Siswa mampu menghargai guru
mentor dan guru mentor selalu mendengarkan dan memberikan tanggapan yang baik saat siswa
ingin menyampaikan apabila PPT yang ditampilkan guru mentor pada layar perangkat yang
digunakan siswa tidak dapat terlihat. Guru mentor akan mengulangi proses share screen PPT. PPT
yang digunakan menggunakan warna yang menarik sehingga saya tetap dapat memusatkan
perhatian pada saat observasi. Intonasi yang digunakan guru mentor membuat saya konsentrasi
dalam pembelajaran.

Momen penting pada proses belajar mengajar hari ini yakni penggunaan intonasi saat guru
mentor berbicara karena membantu menegaskan ekspresi guru mentor dalam berbicara. Saat
bertanya intonasi yang digunakan akan naik. Saat memberi apresiasi intonasi yang digunakan
beragam dan dengan ekspresi sukacita. Aspek paralinguistik akan mempengaruhi pendengar dalam
menerima informasi yang diberikan seorang komunikator (Winoto, Yusup, & Sukaesih, 2017).
Liliweri dalam Rengganawati (2017, p. 97) menyatakan bahwa “paralinguistik adalah cara
menggunakan vokal/suara saat sedang berbicara”. Hal tersebut sangat menginspirasi saya bahwa
dalam berkomunikasi, penting bagi guru menggunakan intonasi dengan baik dan menampilkan
ekspresi sehingga siswa dengan tipe gaya belajar visual, auditori, dan kinestetik dapat menangkap
maksud guru dengan baik karena didukung dengan suara yang menyenangkan dan bahasa tubuh
yang ekspresif.
Pesan khusus yang saya dapatkan yakni menjadi guru membutuhkan keterampilan
membuat pertanyaan penuntun yang tepat agar siswa dapat menjawab sesuai dengan tujuan guru
bertanya. Penting untuk memperhatikan waktu tunggu saat bertanya dan memberikan arahan agar
manajemen kelas dapat berlangsung dengan baik. Dalam menyampaikan pesan menggunakan
bahasa yang sederhana dengan didukung intonasi dan ekspresi yang sesuai dengan perkataan yang
diucapkan sehingga siswa mampu menerima informasi dengan baik.

Daftar Pustaka
Rengganawati, H. (2017). Voice Communication Skills. Komversal: Jurnal Komunikasi
Universal, 84-100.

Winoto, Y., Yusup, P., & Sukaesih. (2017). Memahami Aspek Paralingustik dalam Kegiatan
Penyuluhan Perpustakaan. Edulib, 60-73.
Bahasa Inggris – Kamis, 4 Februari 2021

Menegur dengan Kasih


Observasi hari dilakukan pada hari Kamis tanggal 4 Februari 2021. Mata pelajaran yang di
observasi adalah bahasa Inggris. Siswa dibagi dalam 2 kelompok, di mana kelompok pertama
beranggotakan 14 siswa yang melaksanakan pembelajaran pada pukul 08.45-09.15 WITA.
Kelompok kedua beranggotakan 12 siswa, dan melaksanakan pembelajaran pada pukul 9.30-10.00
WITA. Sebelum pembelajaran dimulai, guru mengajak siswa untuk melakukan ice breaking
dengan tujuan untuk meningkatkan antusias siswa selama mengikuti pembelajaran. Siswa dapat
mengikuti ice breaking dengan baik, siswa sangat antusias dalam mengikuti sesi ice breaking,
namun terdapat juga beberapa siswa yang tidak bergerak dengan hanya menatap layar saja. Ketika
sesi ice breaking selesai beberapa siswa mulai kehilangan fokus ditandai dengan siswa sibuk
bermain dengan mainannya, berbicara sendiri, tidak duduk dengan baik dan tidak menatap layar.
Secara keseluruhan siswa dapat memahami pembelajaran dengan baik yang ditandai dengan dapat
menjawab pertanyaan yang diberikan guru, akan tetapi beberapa siswa masih perlu bimbingan
untuk memahami pembelajaran. Mentor menyampaikan bahwa hal ini dapat terjadi karena siswa
sudah mulai lelah dengan pembelajaran, dan memang membutuhkan waktu untuk mengembalikan
semangat siswa seperti awal tahun ajaran baru. Pada hari ini guru menggunakan media
pembelajaran PPT, pembelajaran dilakukan dengan metode tanya jawab sehingga guru lebih
melibatkan siswa untuk menemukan pengetahuan barunya melalui pertanyaan yang diberikan guru.
Kami sangat kagum dengan pembelajaran setiap harinya. Guru mentor dapat mengatur
perjalanan kelas dengan sangat baik dan bertanggung jawab. Guru mentor dapat memberikan
respon yang sangat pantas bagi setiap siswa, bahkan bagi siswa yang tidak mengikuti kelas dengan
baik. Guru mentor selalu peka terhadap keadaan kelas yang mulai tidak kondusif dan dengan sigap
untuk memperingati siswa agar fokus dengan pembelajaran, terlihat perlakuan guru bukan seperti
memarahi akan tetapi menegur sembari mengajak siswa untuk tetap fokus dengan pembelajaran.
Kelas K3-A adalah kelas yang sangat konsisten, hal ini terlihat dengan guru yang selalu konsisten
menegur siswa jika siswa melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan selama pembelajaran.
Guru mentor juga tegas terhadap peraturan kelas dan selalu konsisten menegur siswa yang
melanggar peraturan kelas, walaupun siswa sudah melakukan pelanggaran tersebut berulang kali.
Kami cukup prihatin dengan beberapa siswa yang mengikuti pembelajaran dengan kondisi ruangan
yang tidak kondusif, sehingga memecah perhatian siswa selama pembelajaran. Pecahnya perhatian
siswa terjadi karena suara televisi yang terlalu besar, atau memperhatikan kegiatan orang di
sekitarnya dan bahkan mengobrol dengan orang di sekitarnya.
Penting bagi kami untuk lebih mengasah keahlian dalam menegur siswa agar teguran yang
disampaikan dapat diterima dengan baik dan tidak seperti memarahi dan menyakiti perasaan siswa.
Ditinjau dari perspektif kekristenan, guru Kristen harus mendorong siswa ke dalam pekerjaan-
pekerjaan yang baik, artinya guru Kristen bukanlah guru manual yang hanya memberikan materi
lalu pergi, akan tetapi menjunjung tinggi tanggung jawab untuk memastikan siswa berkembang
baik dalam tubuh (fisikal) dan iman melalui pembelajaran setiap harinya (Dyk, 2013). Artinya
walaupun sudah sangat kewalahan, berjuang-lah untuk tidak cuek dengan perilaku siswa yang tidak
sesuai, tegurlah mereka dengan bijak dan penuh kasih serta komunikasikan dengan orang tua atau
pihak berwajib agar dapat bersama-sama menuntun siswa ke jalan yang benar dan tidak
membiarkan siswa terperangkap dalam kesalahannya.
Belajar dari tindakan mentor, kami akan berusaha untuk menunjukkan sikap seorang guru
Kristen yang menjunjung tinggi tanggung jawab kami sebagai agen restorasi Allah untuk membawa
siswa berjalan dalam pengetahuan berlandaskan pengetahuan yang absolut, dan hidup berdasarkan
nilai-nilai kebajikan serta menemukan jati diri di dalam Kristus. Hal kecil yang dapat kami mulai
adalah dengan tidak cuek akan perilaku siswa yang menyimpang, menegur siswa dengan kasih,
serta memastikan siswa memahami pembelajaran yang diberikan. Sebelum berangkat ke dalam
kelas pastinya kami akan terlebih dahulu memastikan bahwa diri kami sudah benar-benar paham
arti dan tujuan kehidupan serta profesi kami terlebih dahulu. Setelah benar memahami, maka perlu
membangun komitmen yang bulat di depan Allah untuk menghadirkan kelas yang berpusat pada
Kristus.

Daftar Pustaka
Dyk, J. V. (2013). Surat-surat untuk Lisa – Sebuah Refleksi Bagaimana Seharusnya Guru Kristen
Mengajar. Jakarta: Universitas Pelita Harapan Press.
Matematika – Kamis, 4 Februari 2021

Menjadi Guru yang Sigap


Observasi kelas hari ini dilakukan pada tanggal 4 Februari 2021, dengan mata pelajaran
matematika. Siswa dibagi dalam dua kelompok yang beranggotakan 13 siswa untuk masing-masing
kelompok. Sebelum memulai pembelajaran, guru mengajak siswa untuk menari bersama, tarian
yang dilakukan merupakan bagian dari pembelajaran karena memuat konten berhitung 1-50. Sesi
menari dapat diikuti siswa dengan baik, siswa juga menunjukkan antusias yang cukup baik.
Sementara itu, masih terdapat beberapa siswa yang tidak menunjukkan minat dalam mengikuti
pembelajaran. beberapa siswa yang tidak berminat mengikuti pembelajaran asyik bermain dengan
bahan ajar yang disediakan guru, mengobrol dengan keluarga di rumah, dan tidak memperhatikan
layar. Setelah sesi menari berakhir, guru melanjutkan pembelajaran dengan metode tanya jawab
sehingga guru dan siswa sama-sama aktif berbicara di dalam kelas. Sebagian besar siswa memiliki
bakat yang baik dalam pembelajaran ini sehingga dapat menangkap materi pembelajaran dengan
sangat cepat. Namun dalam sesi tanya jawab yang dilakukan, beberapa siswa tidak akan menjawab
pertanyaan yang ditujukan untuk seluruh anggota kelas kecuali pertanyaan yang langsung ditujukan
kepada siswa yang bersangkutan. Fakta yang ditemukan membuat guru beberapa kali mengulang
pertanyaan yang awalnya ditujukan kepada seluruh anggota kelas menjadi pertanyaan langsung
kepada beberapa siswa yang terpilih.
Kami merasa sangat merasa terberkati dengan sesi pembelajaran hari ini, karena kami
mendapatkan masukan dan contoh langsung untuk mengusahakan psikomotorik anak dapat terlibat
dalam pembelajaran. Guru mentor menjelaskan bahwa anak akan sulit menangkap pembelajaran
jika hanya mendengarkan saja. Menjadi pembelajaran baru bahwa ada banyak bahan ajar yang
sangat menarik yang tersedia di internet. Bahan ajar tersebut dapat menjadi inspirasi bagi para guru
untuk terus menghadirkan pembelajaran yang menyenangkan dan efektif di dalam kelas. Sangat
disayangkan untuk beberapa siswa yang belum menunjukkan minat belajar pada sesi hari ini
sehingga melakukan hal-hal yang seharusnya tidak dilakukan selama sesi pembelajaran
berlangsung.
Tindakan guru mentor dalam menangani kelas merupakan bagian yang sangat
menginspirasi kami. Guru mentor menggunakan video pembelajaran yang mengajak siswa
bergerak selama belajar, hal ini membuat siswa senang dan pastinya merupakan pilihan yang tepat
untuk membangun suasana kelas yang sudah mulai lelah pada akhir kuartal 3. Guru mentor
menunjukkan tindakan yang sigap untuk menenangkan kelas dengan memberikan teguran kepada
siswa untuk menonaktifkan mikrofon jika tidak berkepentingan. Dalam beberapa kasus siswa tidak
sadar jika mikrofon dalam keadaan aktif sehingga menimbulkan suara lain selama pembelajaran
berlangsung, namun dengan sigap guru mentor segera menonaktifkan mikrofon siswa agar tidak
mengganggu proses pembelajaran. Semangat mentor dalam memberikan effort lebih dalam
mengajar merupakan hal yang menakjubkan dan akan menjadi PR baru bagi kami. Sejalan dengan
Brummelen (2011) menjelaskan bahwa guru adalah seniman, teknisi, fasilitator, pembawa cerita,
pengrajin, pelayan, dan imam. Oleh karena itu dalam kondisi ini guru harus memberikan tenaga
ekstra pada tanggung jawabnya agar pelaksanaan pembelajaran dari rumah dapat memberikan
pembelajaran yang berkualitas kepada siswa dengan memperhatikan keluhan yang ada. Artinya,
memberikan effort lebih bukanlah tindakan yang berlebihan, namun merupakan hal wajar untuk
mengusahakan siswa menerima pembelajaran dengan baik.
Kami akan mendorong diri lebih lagi untuk menjadi guru Kristen yang benar-benar menjadi
bagian dari agen rekonsiliasi kepada Allah. Setelah mempelajari banyak hal dan pengalaman yang
kami bawa dari sekolah kami masing-masing akan menjadi perbandingan antar guru manual dan
guru Kristen dalam mengambil tindakan di dalam kelas.

Daftar Pustaka
Brummelen, H. V. (2011). Berjalan bersama Tuhan di dalam kelas: Pendekatan belajar dan
mengajar secara Kristiani. Karawaci: UPH Press.
Bahasa Inggris – Kamis, 11 Februari 2021

Menjadi Guru yang Kreatif

Pembelajaran yang terjadi berlangsung dengan suasana yang menyenangkan. Hal ini
terlihat dari respon siswa yang selalu aktif terlibat dimulai dari video gerak sampai kepada belajar
dengan menggambar bersama. Siswa yang terlihat senang ini, dikonfirmasi juga dengan
mengangkat ibu jari sebagai tanda bahwa hari ini mereka senang untuk belajar. Media
pembelajaran yang digunakan guru juga mampu membuat siswa lebih aktif pada pembelajaran kali
ini serta lebih fokus dengan pekerjaan yang ditugaskan oleh guru.

Bagian yang membuat pengamat senang adalah ketika siswa duduk dengan rapi,
mendengarkan arahan guru dengan baik, serta fokus dengan gambar yang mereka kerjakan. Hal
ini menandakan bahwa siswa sudah belajar dengan sangat baik. Hal yang menginspirasi pada
pembelajaran kali ini adalah dimana guru mampu mengelola kelasnya dengan baik serta mampu
memperhatikan setiap siswa dan menuntun dengan instruksi yang jelas. Selain itu juga guru
mampu mengelola waktu dengan baik dan semaksimal mungkin agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai dengan baik. Di tengah keterbatasan manusia dalam mengatur situasi yang terjadi seperti
jaringan, namun Tuhan mampukan setiap orang yang mau dengan serius dan bekerja keras dalam
ladang pelayanan yang Tuhan telah tetapkan ini. Segala usaha yang guru lakukan semata-mata
untuk siswa dapat merasakan pembelajaran yang bermakna walaupun secara daring, telah
dilakukan dengan merancang pembelajaran yang interaktif serta lebih kepada membuat siswa ikut
beraktivitas. Pengamat belajar bahwa menjadi seorang guru perlu kreatif dalam menanggapi setiap
permasalahan yang terjadi di kelas dan tentunya tetap mengandalkan Tuhan serta mendoakan
setiap siswa agar mendapatkan makna belajar itu sendiri yaitu menjadi murid Kristus yang
bertanggung jawab. Hal yang sejalan juga dikatakan oleh Pangabean “Bukan seberapa sering kita
bersama murid di kelas, bukan seberapa aktif siswa di kelas, bukan seberapa jeli mendengarkan
pengajaran yang disampaikan. Namun, seberapa melekat pengajaran yang disampaikan ke dalam
hati siswa” (2019, p. 123).

Daftar Pustaka
Pangabean, D. (2019). Mengapa Aku Mengajar? Memandang Kristus sang Guru Agung. Jakarta:
Literatur Perkantas.
Matematika – Kamis, 11 Februari 2021

Menjadi Guru yang Tegas

Pembelajaran kali ini berlangsung dengan baik. Siswa terlihat bersemangat setelah
bergerak bersama, terlibat aktif dalam menghitung bersama menggunakan sereal berdasarkan
pengarahan yang diberikan oleh guru, serta terlihat lebih santai dengan berbicara bersama
dengan guru saat makan sereal bersama. Suasana di kelas menjadi lebih menyenangkan. Hal
yang menginspirasi kami pada pembelajaran kali ini ialah guru tetap tegas dalam menetapkan
aturan agar kelas berlangsung lebih kondusif. Hal ini terlihat ketika guru mengingatkan siswa
untuk tidak menyela atau berbicara pada saat aktivitas menghitung. Hal ini bertujuan agar
setiap siswa mendapat bagian untuk berhitung bersama serta mampu melatih kesabaran mereka
dalam menghitung bersama dengan teman dan guru. Selain itu, bagi siswa yang tidak
membawa sereal guru tetap mengajak siswa untuk berhitung bersama dan mengambil makanan
ringan yang dapat dinikmati bersama dengan teman dan guru.

Penting bagi seorang guru untuk memandang siswa yang diajarkan adalah image of
God yang membutuhkan pengarahan pada usia 5-6 tahun ini. Walaupun terbatas oleh perangkat
yang digunakan, namun guru tetap mampu mengelola kelasnya dengan baik dan tegas terhadap
aturan serta mengasihi dengan memberikan fleksibilitas kepada siswa dalam hal ini yang tidak
membawa sereal dengan tujuan siswa tetap merasakan makna belajar secara merata. Hal
penting lainnya ialah mengenal pribadi setiap siswa yang diajar agar tindakan yang diberikan
guru kepada siswa tidak menimbulkan salah pengertian dan rasa apatis dalam diri siswa.
Brummelen (2006) menyatakan sikap yang tanpa kita sadari menjadi orang yang tidak
bersahabat, suka meledak-ledak, atau terlalu keras terhadap siswa ini akan membuat mereka
merasakan ketakutan ataupun kepahitan terhadap guru. Maka dari itu, penting bagi kita untuk
mengenal kepribadian siswa yang diajar.

Sebagai seorang guru Kristen yang profesional, maka perlu adanya ketegasan namun
tetap mengasihi. Hal ini bertujuan agar pembelajaran berlangsung sesuai dengan rencana
pembelajaran dan setiap siswa mendapat bagian yang sama dalam pembelajaran yang terjadi.
Tentunya hal ini adalah salah satu dari usaha seorang guru dalam mengarahkan siswa pada hal
yang baik sebagai respon dari murid kristus yang bertanggung jawab di kelas.

Daftar Pustaka
Brummelen, H. V. (2006). Berjalan dengan Tuhan di dalam Kelas: Pendekatan Kristiani untuk
Pembelajaran. Tangerang: Universitas Pelita Harapan.

Anda mungkin juga menyukai