Anda di halaman 1dari 9

Peraturan Perundang-undangan & Etika Kefarmasian

“Rangkuman Persyaratan dan Proses Pelayanan Swamedikasi’’

Dosen Pembimbing :
Drs FAUZI KASIM, M.Kes.,Apoteker

Oleh :
Normila
(2043700388)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA
2021
RANGKUMAN PERSYARATAN DAN PROSES PELAYANAN SWAMEDIKASI
N
ASPEK PELAYANAN FARMASI DI RUMAH SAKIT PELAYANAN FARMASI DI APOTEK
O
1. Definisi Peraturan Direktur Rumah Sakit Nomor : 346//Dir-
Sk/XII/2016
Swamedikasi adalah Pengobatan diri sendiri yaitu
penggunaan obat-obatan atau menenangkan diri
bentuk perilaku untuk mengobati penyakit yang
dirasakan atau nyata. Pengobatan diri sendiri sering
disebut dalam konteks orang mengobati diri sendiri,
untuk meringankan penderitaan mereka sendiri atau
sakit
2. Standar yang dipakai PMK No. 919 tahun 1993 pasal 3
(1) Daftar Obat yang dapat diserahkan tanpa resep
ditetapkan oleh Menteri
(2) Penilaian terhadap obat yang dapat digolongkan
menjadi obat yang dapat diserahkan tanpa resep
dilakukan secara terus menerus dengan
mempertimbangkan perkembangan ilmu
pengetahuan dan kebutuhan masyarakat.

3. Persyaratan PMK No. 919 tahun 1993 pasal 2


Obat yang dapat diserahkan tanpa resep harus
memenuhi kriteria :
1. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan
pada wanita hamil, anak di bawah usia 2 tahun
dan orang tua di atas 65 tahun
2. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak
memberikan resiko pada kelanjutan penyakit.
3. Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau
alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan.
4. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang
prevalensinya tinggi di Indonesia
5. Obat yang dimaksud memiliki rasio khasiat
keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan
untuk pengobatan sendiri.
4. Sumber Daya Manusia PMK No. 72 tahun 2016 BAB IV PMK No. 35 tahun 2014 BAB III (halaman 13)
Instalasi Farmasi harus memiliki Apoteker dan Apoteker di Apotek juga dapat melayani Obat non
tenaga teknis kefarmasian yang sesuai dengan beban Resep atau pelayanan swamedikasi. Apoteker harus
kerja dan petugas penunjang lain agar tercapai memberikan edukasi kepada pasien yang
sasaran dan tujuan Instalasi Farmasi. Ketersediaan memerlukan Obat non Resep untuk penyakit ringan
jumlah tenaga Apoteker dan Tenaga Teknis dengan memilihkan Obat bebas atau bebas terbatas
Kefarmasian di Rumah Sakit dipenuhi sesuai dengan yang sesuai.
ketentuan klasifikasi dan perizinan Rumah Sakit
yang ditetapkan oleh Menteri.

5. Sarana / Prasarana PP 51 tahun 2009 BAB I Pasal 1 (11)


Fasilitas Pelayanan Kefarmasian adalah sarana
yang digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan
kefarmasian, yaitu apotek, instalasi farmasi rumah
sakit, puskesmas, klinik, toko obat, atau praktek
bersama.
6. Sumber Daya Lain

7. Kegiatan / Proses PMK No. 35 tahun 2014 BAB IV


Dalam melakukan Pelayanan Kefarmasian seorang
apoteker harus menjalankan peran yaitu:
a. Pemberi layanan
Apoteker sebagai pemberi pelayanan harus
berinteraksi dengan pasien. Apoteker harus
mengintegrasikan pelayanannya pada sistem
pelayanan kesehatan secara berkesinambungan.
b. Pengambil keputusan
Apoteker harus mempunyai kemampuan dalam
mengambil keputusan dengan menggunakan
seluruh sumber daya yang ada secara efektif dan
efisien.
c. Komunikator
Apoteker harus mampu berkomunikasi dengan
pasien maupun profesi kesehatan lainnya
sehubungan dengan terapi pasien. Oleh karena itu
harus mempunyai kemampuan berkomunikasi yang
baik.
d. Pemimpin
Apoteker diharapkan memiliki kemampuan untuk
menjadi pemimpin. Kepemimpinan yang
diharapkan meliputi keberanian mengambil
keputusan yang empati dan efektif, serta
kemampuan mengkomunikasikan dan mengelola
hasil keputusan.
e. Pengelola
Apoteker harus mampu mengelola sumber daya
manusia, fisik, anggaran dan informasi secara
efektif. Apoteker harus mengikuti kemajuan
teknologi informasi dan bersedia berbagi informasi
tentang Obat dan hal-hal lain yang berhubungan
dengan Obat.
f. Pembelajar seumur hidup
Apoteker harus terus meningkatkan pengetahuan,
sikap dan keterampilan profesi melalui pendidikan
berkelanjutan (Continuing Professional
Development/CPD)
g. Peneliti
Apoteker harus selalu menerapkan prinsip/kaidah
ilmiah dalam mengumpulkan informasi Sediaan
Farmasi dan Pelayanan Kefarmasian dan
memanfaatkannya dalam pengembangan dan
pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian.
8 Izin yang diperlukan &
Proses Perizinannya
9. Jaminan / Pengawasan PMK No. 35 tahun 2014 BAB I Pasal 5
Mutu Untuk menjamin mutu Pelayanan Kefarmasian di
Apotek, harus dilakukan evaluasi mutu pelayanan
kefarmasian.
2. Ketentuan lebih lanjut mengenaievaluasi mutu
pelayanan kefarmasian sebagaimana dimaksudpada
ayat 1 tercantum dalam lampiran yang merupakan
tidak terpisahkan dari peraturan menteri ini.
10. Pencatatan PMK No. 35 tahun 2014 BAB II
Pencatatan dilakukan pada setiap proses
pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan (surat
pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stock),
penyerahan (nota atau struk penjualan) dan
pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan.
11. Pelaporan PMK No. 35 tahun 2014 BAB II
Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan
eksternal. Pelaporan internal merupakan pelaporan
yang digunakan untuk kebutuhan manajemen
Apotek, meliputi keuangan, barang dan laporan
lainnya. Pelaporan eksternal merupakan pelaporan
yang dibuat untuk memenuhi kewajiban sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
meliputi pelaporan narkotika (menggunakan
Formulir 3 sebagaimana terlampir), psikotropika
(menggunakan Formulir 4 sebagaimana terlampir)
dan pelaporan lainnya.
1. Definisi

Menurut Peraturan Direktur Rumah Sakit Nomor : 346//Dir-Sk/XII/2016 Tentang


Kebijakan Pengobatan Sendiri / Swamedikasi Rumah Sakit.
Swamedikasi, atau pengobatan sendiri adalah perilaku untuk mengatasi sakit ringan
sebelum mencari pertolongan ke petugas atau fasilitas kesehatan. Lebih dari 60% dari
anggota masyarakat melakukan swamedikasi, dan 80% di antaranya mengandalkan obat
modern.
Swamedikasi adalah Pengobatan diri sendiri yaitu penggunaan obat-obatan atau
menenangkan diri bentuk perilaku untuk mengobati penyakit yang dirasakan atau nyata.
Pengobatan diri sendiri sering disebut dalam konteks orang mengobati diri sendiri, untuk
meringankan penderitaan mereka sendiri atau sakit. Dasar hukumnya permekes
No.919/MENKES/PER/X/1993, secara sederhana swamedikasi adalah upaya seseorang
dalam mengobati gejala sakit atau penyakit tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih
dahulu. Namun bukan berarti asal mengobati, justru pasien harus mencari informasi obat
yang sesuai dengan penyakitnya dan apoteker-lah yang bisa berperan di sini. Apoteker bisa
memberikan informasi obat yang objektif dan rasional. Swamedikasi boleh dilakukan untuk
kondisi penyakit yang ringan, umum dan tidak akut. Setidaknya ada lima komponen
informasi yang yang diperlukan untuk swamedikasi yang tepat menggunakan obat modern,
yaitu pengetahuan tentang kandungan aktif obat (isinya apa?), indikasi (untuk mengobati
apa?), dosage (seberapa banyak? seberapa sering?), effek samping, dan kontra indikasi
(siapa/ kondisi apa yang tidak boleh minum obat itu?).
2. Standar yang Dipakai
Menurut PMK No. 919 tahun 1993 Pasal 3 Tentang Obat Yang Dapat Diserahkan
Tanpa Resep
Pasal 3
(3) Daftar Obat yang dapat diserahkan tanpa resep ditetapkan oleh Menteri
(4) Penilaian terhadap obat yang dapat digolongkan menjadi obat yang dapat diserahkan
tanpa resep dilakukan secara terus menerus dengan mempertimbangkan perkembangan
ilmu pengetahuan dan kebutuhan masyarakat.
3. Persyaratan
Menurut PMK No. 919 tahun 1993 Pasal 2 Tentang Obat Yang Dapat Diserahkan
Tanpa Resep
Pasal 2
Obat yang dapat diserahkan tanpa resep harus memenuhi kriteria :
a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di bawah usia 2
tahun dan orang tua di atas 65 tahun
b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan resiko pada kelanjutan
penyakit.
c. Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus dilakukan oleh
tenaga kesehatan.
d. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia
e. Obat yang dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat
dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.
4. Sumber Daya Manusia
- Di Rumah Sakit
Menurut PMK No. 72 tahun 2016 BAB IV Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit
Instalasi Farmasi harus memiliki Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian yang
sesuai dengan beban kerja dan petugas penunjang lain agar tercapai sasaran dan tujuan
Instalasi Farmasi. Ketersediaan jumlah tenaga Apoteker dan Tenaga Teknis
Kefarmasian di Rumah Sakit dipenuhi sesuai dengan ketentuan klasifikasi dan perizinan
Rumah Sakit yang ditetapkan oleh Menteri.
- Di Apotek
Menurut PMK No. 35 tahun 2014 BAB III (halaman 13) Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian Di Apotek
Apoteker di Apotek juga dapat melayani Obat non Resep atau pelayanan
swamedikasi. Apoteker harus memberikan edukasi kepada pasien yang memerlukan
Obat non Resep untuk penyakit ringan dengan memilihkan Obat bebas atau bebas
terbatas yang sesuai.
5. Sarana / Prasarana
Menurut PP 51 tahun 2009 BAB I Pasal 1 (11) Tentang Pekerjaan Kefarmasian
Fasilitas Pelayanan Kefarmasian adalah sarana yang digunakan untuk menyelenggarakan
pelayanan kefarmasian, yaitu apotek, instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik, toko
obat, atau praktek bersama.
6. Sumber Daya Lain

7. Kegiatan / Proses
Menurut PMK No. 35 tahun 2014 BAB IV Tentang Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian Di Apotek
Dalam melakukan Pelayanan Kefarmasian seorang apoteker harus menjalankan peran yaitu:
h. Pemberi layanan
Apoteker sebagai pemberi pelayanan harus berinteraksi dengan pasien. Apoteker harus
mengintegrasikan pelayanannya pada sistem pelayanan kesehatan secara
berkesinambungan.
i. Pengambil keputusan
Apoteker harus mempunyai kemampuan dalam mengambil keputusan dengan
menggunakan seluruh sumber daya yang ada secara efektif dan efisien.
j. Komunikator
Apoteker harus mampu berkomunikasi dengan pasien maupun profesi kesehatan lainnya
sehubungan dengan terapi pasien. Oleh karena itu harus mempunyai kemampuan
berkomunikasi yang baik.
k. Pemimpin
Apoteker diharapkan memiliki kemampuan untuk menjadi pemimpin. Kepemimpinan
yang diharapkan meliputi keberanian mengambil keputusan yang empati dan efektif,
serta kemampuan mengkomunikasikan dan mengelola hasil keputusan.
l. Pengelola
Apoteker harus mampu mengelola sumber daya manusia, fisik, anggaran dan informasi
secara efektif. Apoteker harus mengikuti kemajuan teknologi informasi dan bersedia
berbagi informasi tentang Obat dan hal-hal lain yang berhubungan dengan Obat.
m. Pembelajar seumur hidup
Apoteker harus terus meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan profesi
melalui pendidikan berkelanjutan (Continuing Professional Development/CPD)
n. Peneliti
Apoteker harus selalu menerapkan prinsip/kaidah ilmiah dalam mengumpulkan
informasi Sediaan Farmasi dan Pelayanan Kefarmasian dan memanfaatkannya dalam
pengembangan dan pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian.
9. Jaminan/ pengawasan mutu

Menurut PMK No. 35 tahun 2014 BAB I Pasal 5 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian Di Apotek
1. Untuk menjamin mutu Pelayanan Kefarmasian di Apotek, harus dilakukan evaluasi
mutu pelayanan kefarmasian.

2. Ketentuan lebih lanjut mengenaievaluasi mutu pelayanan kefarmasian sebagaimana


dimaksudpada ayat 1 tercantum dalam lampiran yang merupakan tidak terpisahkan dari
peraturan menteri ini.

10. Pencatatan dan pelaporan

Menurut PMK No. 35 tahun 2014 BAB II Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
Di Apotek
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan (surat pesanan, faktur),
penyimpanan (kartu stock), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan pencatatan
lainnya disesuaikan dengan kebutuhan.
Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal
merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen Apotek, meliputi
keuangan, barang dan laporan lainnya.
Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi
kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan meliputi pelaporan
narkotika (menggunakan Formulir 3 sebagaimana terlampir), psikotropika
(menggunakan Formulir 4 sebagaimana terlampir) dan pelaporan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai