PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu materi yang wajib menjadi muatan
kurikulum pendidikan dasar dan menengah, seta pendidikan tinggi. Hal ini sesuai dengan
bunyi pasal 37 ayat (1) UU no 20 tahun 2003 yang menyebutkan bahwa “Kurikulum
pendidikan dasar dan menengah wajib memuat: a.pendidikan agama; b. pendidikan
kewarganegaraan; c.bahasa …” Ayat (2)“Kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat:
a.pendidikan agama; b. pendidikan kewarganegaraan; dan c.bahasa. Kemudian dalam
penjelasan pasal 37 (1) UU tersebut dijelaskan bahwa Pendidikan kewarganegaraan
dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa
kebangsaan dan cinta tanah air.
Dengan ketentuan di atas, jelas bahwa Pendidikan Kewarganegraaan (PKn) merupakan
salah satu mata pelajaran/mata kuliah yang wajib diberikan kepada peserta didik di satuan
pendidikan dasar, menengah maupun tinggi. Disamping itu, diketahui pula bahwa PKn
memiliki kedudukan strategis dalam mencapai tujuan pendidikan nasional, yaitu untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (pasal 3 UU No. 20
tahun 2003).
Konsekuensi dari adanya ketentuan di atas, dan pasal 37 ayat (1) yang berbunyi
“Ketentuan mengenai kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur
lebih lanjut dengan peraturan pemerintah” adalah struktur kurikulum pendidikan dasar
sampai dengan pendidikan tinggi di Indonesia harus mencantumkan PKn, meskipun istilah
yang digunakan dalam kurikulum dari waktu ke waktu berganti-ganti. Sebagai mata
pelajaran, PKn wajib diberikan kepada peserta didik, baik secara terintegrasi dalam semua
mata pelajaran maupun sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri. Yang menjadi
permasalahan adalah apakah struktur kurikulum di setiap satuan Pendidikan dari waktu ke
waktu sudah mencantumkan PKn sebagai salah satu mata pelajaran?
Kurikulum pada prinsipnya memang menjadi hal yang vital dalam dunia pendidikan.
Dikarenakan vital atau pentingnya kurikulum ini, maka para di lapangan, para pendidik
harus memahami kandungan kurikulum, karena telah jelas tujuan pendidikan terdapat
dalam kurikulum. Sehingga proses pendidikan dapat berlangsung dengan kondusif,
interaktif, efektif dan lancar (S. Nasution, 1995: 1).
Oleh sebab itu, kurikulum menjadi hal yang terus menarik untuk dianalisis, tidak
terkecuali bagi bidang kajian atau mata pelajaran PPKn (Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan). Terlebih, PPKn dalam proses perjalanan dan perkembangan kurikulum
seringkali mengalami dampak yang cukup signifikan, bahkan nomenklatura tau penamaan
mata pelajaran ini berganti-ganti. Hal ini tidak bisa kepas dari analisis pergantian
kurikulum yang bisa jadi politis, disamping perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat
dinamis, pemerintah selalu memiliki andil besar dalam proses perkembangan kurikulum ini.
Oleh sebab itu, dalam ruang lingkup kajian PPKn, peneliti sangat tertarik dalam melakukan
analisis perkembangan kurikulum di Indonesia, khususnya perkembangan kurikulum dalam
ranah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
PEMBAHASAN
Berikut saya paparkan mauatan pelajaran PPKn dari kurikulum CBSA, KBK, KTSP
dan K13 :
Sebagai pengganti kurikulum 1994 adalah kurikulum 2004, yang disebut dengan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Sanjaya (2005) menjelaskan bahwa “Suatu
program pendidikan berbasis kompetensi harus mengandung tiga unsur pokok, yaitu:
pemilihan kompetensi yang sesuai; spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk
menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi dan pengembangan pembelajaran.
Struktur kompetensi dasar KBK ini dirinci dalam komponen aspek, kelas dan
semester. Keterampilan dan pengetahuan dalam setiap mata pelajaran, disusun dan
dibagi menurut aspek dari mata pelajaran tersebut. Pernyataan hasil belajar ditetapkan
untuk setiap aspek rumpun pelajaran pada setiap level. Perumusan hasil belajar adalah
untuk menjawab pertanyaan, “Apa yang harus siswa ketahui dan mampu lakukan
sebagai hasil belajar mereka pada level ini?”. Hasil belajar mencerminkan keluasan,
kedalaman, dan juga kompleksitas kurikulum dinyatakan dengan kata kerja yang dapat
diukur dengan berbagai teknik penilaian. Setiap hasil belajar memiliki seperangkat
indikator.
Perumusan indikator adalah untuk menjawab pertanyaan, “Bagaimana kita
mengetahui bahwa siswa telah mencapai hasil belajar yang diharapkan?” Adapun pada
tahun 2004 kurikulum PKn SD diintegrasikan dengan mata pelajaran IPS, menjadi
PKPS (Pendidikan Kewarganegaraan dan Pengetahuan Sosial), sementara di tingkat
SMP dan SMA merupakan mata pelajaran yang berdiri sendiri. Kurikulum Berbasis
Kompetensi kewarganegaraan tampak telah mengarah pada tiga komponen PKn yang
bermutu seperti yang diajukan oleh Centre for Civic Education pada tahun 1999 dalam
National Standard for Civics and Government. Ketiga komponen tersebut yaitu civic
knowledge (pengetahuan kewarganegaraan), civic skills (keterampilan
kewarganegaraan), dan civic disposition (karakter kewarganegaraan).
Hal-hal tersebut di atas mempunyai prinsip dan tujuan yang sama dengan mata
pelajaran PKn di sekolah dasar karena secara ideal PKn bertujuan untuk membentuk
warga negara yang memiliki wawasan berbangsa dan bernegara serta nasionalisme yang
tinggi. Di dalam Kurikulum nasional 2006, terdiri atas ruang lingkup dalam KTSP 2006
meliputi 8 substansi kajian yaitu :
a. Persatuan dan Kesatuan bangsa
b. Norma, hukum, dan peraturan
c. Hak Asasi Manusia
d. Kebutuhan warga negara
e. Konstitusi negara
f. Kekuasaan dan politik
g. Pancasila
h. Globalisasi
Beberapa poin penting yang perlu dipahami dalam penyusunan kurikulum 2013
antara lain:
Salah satu langkah dalam penyusunan kurikulum 2013 adalah penataan ulang PKn
menjadi PPKn, dengan rincian sebagai berikut:
Sumber Rujukan
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat
Satuan
Pendidikan jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BNSP
Departeman Pendidikan Nasional Republik Indonesia . 1989. Undang-undang Republik
Indonesia No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:
Depdiknas
Departeman Pendidikan Nasional Republik Indonesia . 2003. Undang-undang Republik
Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:
Depdiknas
Sapriya dan Winataputra, (2003). Pendidikan Kewarganegaraan : Model Pengembangan
Materi dan Pembelajaran. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn) FPIPS –UPI.
Santoso, G., Al Muchtar, S., & Abdulkarim, A. (2015). Analysis SWOT Civic Education
curriculum for senior high school year 1975-2013. CIVICUS: JURNAL
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN, 19(1).
Machali, Imam & Ara Hidayat. 2016. The Handbook of Education Management: Teori dan
Praktik Pengelolaan Sekolah/Madrasah di Indonesia. Jakarta: Prenadamedia
Group.
Suyitno, A. 1983. Konsep Pendidikan Moral Pancasila sebagai Pendidikan Nilai-Nilai.
Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti.
Darmodiharjo, D. 1980. Orientasi Singkat Pancasila‖ Laboratorium Pancasila IKIP
Malang. Santiaji Pancasila. Surabaya: Usaha Nasional.
Hamalik, Oemar. 2004. Model-Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PPs Unversitas
Pendidikan indonesia (UPI).
Alhamuddin. 2014. Sejarah Kurikulum Di Indonesia (Studi Analisis Kebijakan
Pengembangan Kurikulum). Nur El-Islam, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2014.
Susunan Materi PPKn Kelas 2 Semester 1
Langkah-langkah Pembelajaran
1. Siswa bertanya jawab tentang gambar dan mendengarkan guru menjelaskan aturan
dalam
2. bermain “Kepala Pundak Lutut Kaki”.
3. Siswa menceritakan pengalamannya setelah mengikuti permainan.
4. Siswa membaca teks pendek tentang aturan di sekolah.Siswa diarahkan untuk
mengajukan pertanyaanterkait teks yang telah dibaca.Siswa dan guru melakukan tanya
jawab tentang peraturan yang ada di sekolah
5. Guru meminta siswa membentuk kelompok untuk mendiskusikan aturan apa saja yang
berlaku di sekolah
6. Masing-masing kelompok memaparkan hasil diskusi didepan kelas
7. Guru memberi penjelasan lebih lanjut terkait dengan aturan yang ada di sekolah
8. Siswa diminta untuk mengerjakan soal latihan, apa saja aturan atau tata tertib yang
berlaku di lingkungan sekitar
9. Guru memperkuat kembali materi yang telah di ajarkan