Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN SEBAGAI

UPAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN

Nita Amalia Putri 1), Martono 1), Mawardi 1), Karnawan Joko Setyono 1) , Sukoyo 1)
1)
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Semarang
Jl. Prof. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang, 50275
Email: martono@polines.ac.id

ABSTRAK

Kebakaran merupakan kejadian yang mengakibatkan kerugian berupa nyawa atau harta benda
serta dapat terjadi dimana saja. Salah satu kebakaran yang paling fatal adalah yang terjadi di
sektor industri karena hal ini mengganggu kelangsungan kegiatan operasional dan produksi.
Sistem proteksi aktif dan sarana penyelamatan jiwa pada bangunan gedung merupakan
persyaratan teknis yang harus dipenuhi sebagai upaya pencegahan kebakaran. Tujuan penelitian
ini adalah menganalisis sistem proteksi kebakaran aktif dan sarana penyelamatan jiwa di Gedung
Hotel dan Apartemen CL Semarang sebagai upaya pencegahan kebakaran. Jenis penelitian ini
yaitu deskriptif kualitatif. Rancangan penelitian adalah dengan menggunakan daftar pertanyaan
yang disiapkan untuk pedoman wawancara dan lembar checklist untuk panduan pengambilan
data. Wawancara dilakukan kepada informan penelitian terdiri atas 3 karyawan yaitu Divisi
Teknik, Teknisi Sipil dan Manager Building Management. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pada Gedung Hotel dan Apartemen CL Semarang memiliki sistem proteksi kebakaran aktif dengan
nilai sebesar 84% (kategori baik) dan sarana penyelamatan jiwa dengan nilai sebesar 79%
(kategori cukup) yang telah disesuaikan dengan standar.

Kata Kunci: Sistem proteksi aktif kebakaran, sarana penyelamatan jiwa, pencegahan kebakaran.

PENDAHULUAN potensi terjadi bahaya kebakaran.


Faktor pengetahuan masyarakat yang
Latar Belakang
belum begitu memahami tentang
Pada sektor industri mengalami potensi bahaya dari bahan bakar
perkembangan yang pesat di bidang tersebut dapat semakin memperbesar
ilmu pengetahuan dan teknologi. potensi terjadinya kebakaran.
Seluruh perkembangan ini merupakan
Kasus kebakaran merupakan
upaya meningkatkan potensi
salah satu bentuk kecelakaan yang
pembangunan nasional demi
memerlukan perhatian khusus dan
terwujudnya kemakmuran dan
memerlukan pencegahan (preventif)
kesejahteraan masyarakat. Perubahan
untuk mengurangi bahkan
gaya hidup masyarakat dari hanya
menghilangkan kemungkinan
bergantung pada sumber daya alam
terjadinya kebakaran. Salah satunya
yang ad di sekitarnya, sekarang beralih
bisa dengan manajemen risiko, karena
ke penggunaan alat-alat yang dibuat
sangat penting bagi kelangsungan
oleh manusia sendiri dengan konsumsi
suatu usaha atau kegiatan jika terjadi
energi lebih banyak.
suatu bencana seperti kebakaran
Konsumsi energi seperti listrik (Kuntoro, 2017).
maupun bahan bakar lain khususnya
Pada saat terjadi kebakaran, ada
penggunaan unsur hidrokarbon yang
empat hal yang perlu diperhatikan
menyebabkan semakin tingginya
berkaitan dengan bahaya api, yaitu

Bangun Rekaprima Vol.05/2/Oktober/2019 59


penghuni bangunan (manusia), isi terjadi 110 kasus, pada tahun 2011
bangunan (harta), struktur bangunan terjadi kasus 214 kebakaran, tahun
dan bangunan yang letaknya 2012 terjadi 255 kasus. Pada tahun
bersebelahan. Tiga hal yang pertama 2013 terjadi 211 kasus kebakaran,
berkaitan dengan bahaya api yang ada kemudian pada tahun 2014 terjadi
pada bangunan yang terbakar, peningkatan 11% dengan 267 kasus
sedangkan hal yang terakhir kebakaran di Kota Semarang,
merupakan pertimbangan bagi peningkatan kembali pada tahun 2015
bangunan lainnya dan lingkungan yaitu sebesar 279 kasus kebakaran di
komunitas secara menyeluruh (Hesna, Kota Semarang (Dinas Kebakaran
2009). Kota Semarang, 2016).
Peraturan Menteri Pekerjaan Berdasarkan survei di Gedung
Umum No.26/PRT/M/2008 tentang Hotel dan Apartemen CL Semarang,
Persyaratan Teknis Sistem Proteksi pada tahun 2018 terjadi kebakaran di
Kebakaran pada Bangunan Gedung salah satu unit akibat korsleting listrik,
dan Lingkungan, bahwa keselamatan akan tetapi kebakaran tersebut dapat
masyarakat yang berada didalam diatasi dengan alat pemadam api
bangunan dan lingkungan harus ringan (APAR) sehingga api dapat
menjadi pertimbangan utama dipadamkan. Akibat dari kebakaran
khususnya terhadap bahaya kebakaran, tersebut tidak menimbulkan korban
maka dari itu suatu bangunan harus jiwa, tetapi menimbulkan kerugian
memiliki sistem proteksi kebakaran material.
baik itu pasif maupun pasif, dilengkapi Sebagai industri jasa sudah
dengan kelengkapan tapak dan sarana selayaknya Hotel dan Apartemen CL
penyelamatan dalam rangka memberikan layanan yang terbaik
mewujudkan kondisi aman kebakaran yang memberikan kepuasan terhadap
pada bangunan gedung dan konsumen. Faktor yang perlu
lingkungan (Hidayat, 2017). mendapat perhatian yaitu bangunan
Hotel dan apartemen sebagai harus dilengkapi dengan sarana
industri jasa sudah selayaknya keamanan sebagai pencegahan
memberikan layanan yang terbaik bagi kebakaran, karena di Hotel dan
konsumen. Fasilitas pendukung Apartemen CL terdapat beberapa
pelayanan harus dijamin aman dan fungsi ruangan dan penggunaan
nyaman. Salah satu faktor yang perlu material yang dapat memicu terjadinya
diperhatikan yaitu bangunan harus kebakaran.
dilengkapi dengan sarana keamanan Sistem proteksi kebakaran perlu
kebakaran yang handal. dilihat kesesuaiannya dengan
Jumlah kasus kebakaran di Jawa ketentuan yang berlaku antara lain
Tengah dari tahun 2010 sampai PERMEN PU No. 26/PRT/M/2008,
dengan tahun 2013 mengalami KEPMEN PU No. 10/KPTS/2000,
fluktuatif kenaikan. Tahun 2010 PERMENAKER No. 04/MEN/1980,
terjadi 758 kasus, tahun 2011 terjadi SNI, dan NFPA. Apabila sudah
1.282 kasus kebakaran, tahun 2012 diterapkan dengan benar dan sesuai
terjadi 1.800 kasus kebakaran dan dengan standar keselamatan yang ada,
tahun 2013 terjadi 1.586 kasus. maka besarnya kasus kebakaran akan
Sedangkan untuk kasus kebakaran di lebih mudah ditanggulangi dan
Kota Semarang pada tahun 2010 diminimalkan. Oleh sebab itu, usaha

Bangun Rekaprima Vol.05/2/Oktober/2019 60


untuk mengenali faktor-faktor risiko sistem proteksi aktif dan sarana
kebakaran lebih penting daripada penyelamatan jiwa.
sistem proteksi kebakaran yang ada di
perusahaan. Hal tersebut membuat Ruang Lingkup
peneliti tertarik untuk melakukan Penelitian ini hanya dibatasi
penelitian dengan menganalisis sistem pada sistem proteksi aktif, tidak
proteksi kebakaran di Hotel dan membahas sistem proteksi pasif pada
Apartemen CL Semarang sebagai gedung Hotel dan Apartemen CL
upaya pencegahan kebakaran Semarang.
berdasarkan ketentuan yang telah ada.
TINJAUAN PUSTAKA
Rumusan Masalah
Sistem Proteksi Aktif
Rumusan masalah yang menjadi
bahasan dari penelitian ini adalah: 1) Menurut KEPMEN PU No.
Terjadinya kebakaran pada salah satu 10/KPTS/2000, sistem proteksi
unit gedung Hotel dan Apartemen CL kebakaran aktif adalah sistem
Semarang akibat hubungan pendek perlindungan terhadap kebakaran yang
arus listrik. 2) Apakah sistem proteksi dilaksanakan dengan menggunakan
kebakaran aktif dan sarana perlaatan yang dapat bekerja secara
penyelamatan jiwa pada gedung Hotel otomatis ataupun manual. Peralatan
dan Apartemen CL Semarang dapat digunakan oleh penghuni atau petugas
berfungsi dengan baik? 3) Bagaimana pemadam kebakaran dalam upayanya
tingkat penilaian sistem proteksi melaksanakan operasi pemadam
kebakaran aktif dan sarana kebakaran. Sistem proteksi ini
penyelamatan jiwa pada gedung Hotel meliputi APAR, sprinkler, alarm
dan Apartemen CL Semarang? kebakaran, detektor, dan hidran.
Alat pemadam api ringan
Tujuan Penelitian menurut PERMENAKER No.
Tujuan dari penelitian ini adalah 04/MEN/1980 adalah alat yang ringan
sebagai berikut: 1) Menganalisis serta mudah dilayani oleh satu orang
penggunaan sistem proteksi kebakarn untuk memadamkan api pada mula
aktif pada gedung Hotel dan terjadinya kebakaran ketika api belum
Apartemen CL Semarang. 2) membesar.
Menganalisis tingkat penilaian sistem Sprinkler menurut PERMEN PU
proteksi kebakaran aktif dan sarana RI No. 26/PRT/M/2008 adalah alat
penyelamatan jiwa sebagai upaya pemancar air yang difungsikan untuk
pencegahan kebakaran. memadamkan kebakaran berbentuk
tudung dengan ujungnya memiliki
Manfaat Penelitian mulut pancar yang dapa memancar
Manfaat dari penelitian ini yang dapat memancar ke semua arah.
adalah sebagai berikut: 1) Sebagai Menurut SNI 03-3989-2000,
upaya pencegahan kebarakan pada alarm kebakaran adalah suatu
gedung Hotel dan Apartemen CL
komponen dan sistem yang berfungsi
Semarang. 2) Sebagai bahan informasi untuk memberikan isyarat/tanda
kepada penghuni gedung Hotel dan setelah kebakaran terdeteksi.
Apartemen CL Semarang tentang

Bangun Rekaprima Vol.05/2/Oktober/2019 61


Menurut SNI 03-3989-2000, Tanda petunjuk keluar menurut
Detektor adalah alat yang dirancang SNI 03-1735-2000 harus memiliki
untuk mendeteksi adanya kebakaran tulisan “KELUAR” atau “EXIT”
dan guna mengawali suatu tindakan. dengan tinggi minimum 10 cm dan
Detektor terbagi menjadi 3 macam lebar minimum tulisan 1 cm, terlihat
antara lain detektor asap, detektor jelas dari jarak 20 m, dan dilengkapi
panas dan detektor api. dengan sumber daya darurat atau
baterai. Petunjuk jalan keluar biasanya
Menurut KEPMEN No.
berwarna dasar hijau dengan tulisan
10/KPTS/2000, hidran adalah alat
putih.
yang dilengkapi dengan selang dan
mulut pancar (nozzle) untuk Menurut NFPA 101, pintu
mengalirkan air bertekanan yang darurat atau pintu kebakaran
digunakan bagi keperluan pemadaman merupakan pintu yang langsung
kebakaran. menuju tangga kebakaran dan hanya
digunakan sebagai jalan keluar untuk
Sarana Penyelamatan Jiwa usaha penyelamatan jiwa manusia
Menurut PERMEN PU No. apabila terjadi kebakaran. Pintu
26/PRT/M/2008 setiap bangunan darurat tidak boleh terhalang dan tidak
harus dilengkapi dengan sarana boleh terkunci serta harus
evakuasi yang dapat digunakan oleh berhubungan langsung dengan jalan
penghuni bangunan, sehingga penghubung, tangga atau halaman
memiliki waktu yang cukup untuk luar.
menyelamatkan diri dengan aman Ketentuan teknis menurut SNI
tanpa terhambat hal-hal yang 03-6574-2000, penerangan darurat
diakibatkan oleh keadaan darurat. adalah setiap lampu darurat yang dapat
Sarana penyelamat jiwa meliputi bekerja secara otomatis dan
sarana jalan keluar, tangga darurat, mempunyai tingkat pencahayaan yang
tanda petunjuk arah, pintu darurat, cukup untuk evakuasi yang aman
penerangan darurat, dan titik (minimal 10 Lux diukur pada lantai).
berkumpul. Pencahayaan darurat pada sarana jalan
Sarana jalan keluar menurut keluar harus ters menerus menyala
SNI-03-1735-2000, merupakan jalan selama penghuni membutuhkan sarana
yang tidak terputus atau terhalang jalan keluar.
menuju jalan umum. Sedangkan jalan Tempat berkumpul menurut
keluar adalah jalan yang terlindung NFPA 101 merupakan tempat
dari ancaman bahaya kebakaran berhimpun setelah proses evakuasi dan
dengan dinding, lantai, langilangitdan perhitungan jumlah personal saat
pintu jalan keluar yang tahan api. terjadi kebakaran. Tempat berhimpun
Tangga darurat merupakan harus aman dari bahaya kebakaran dan
tempat yang paling aman untuk lainnya.
evakuasi penghuni dan harus bebas
dari gas panas dan gas beracun. Oleh METODE PENELITIAN
sebab itu, tangga darurat harus Metode penelitian yang
didesain khusus untuk penyelamatan digunakan adalah penelitian deskriptif
bila terjadi kebakaran. kualitatif. Berdasarkan jenisnya
penelitian ini termasuk penelitian
observasional yang bertujuan untuk

Bangun Rekaprima Vol.05/2/Oktober/2019 62


menganalisis sistem proteksi Sumber data dalam penelitian ini
kebakaran sebagai upaya pencegahan meliputi data primer dan data
kebakaran di Hotel dan Apartemen CL sekunder. Sumber data primer dalam
Semarang. dalam penelitian ini diperoleh dari
proses observasi yang menggunakan
Analisis dalam penelitian ini
lembar observasi dan proses
bersifat deskriptif mendeskripsikan
wawancara dengan menggunakan
objek dengan analisis kualitatif tanpa
lembar pedoman wawancara dari
pengujian hipotesis. Objek penelitian
informan. Informan dalam penelitian
ini adalah sistem proteksi kebakaran
ini adalah pekerja di Hotel dan
aktif dan sarana penyelamatan jiwa
Apartemen CL Semarang berjumlah 3
sebagai upaya pencegahan kebakaran
orang yaitu Divisi Teknik, Teknisi
antara lain alat pemadam api ringan,
Sipil dan Manager Building
sprinkler, alarm kebakaran, system
Management. Pemilihan informan ini
detector, hidran, sarana jalan keluar,
karena mereka yang bertanggung
pintu darurat, tangga darurat, titik
jawab mengenai sistem proteksi
kumpul, dan petunjuk arah.
kebakaran di Hotel dan Apartemen CL
Penelitian ini dilakukan pada 13 Semarang.
Agustus 2018 hingga 2 November
Lembar observasi dalam
2018. Rancangan penelitian adalah
penelitian ini berisi tentang cheklist
dengan menggunakan daftar
sesuai atau tidaknya sistem proteksi
pertanyaan yang disiapkan untuk
aktif dan sarana penyelamatan jiwa
pedoman wawancara dan lembar
sebagai upaya pencegahan kebakaran
checklist untuk panduan pengambilan
antara lain alat pemadam api ringan,
data. Penilaian tingkat kesesuaiannya
sprinkler, alarm kebakaran, system
berdasarkan PERMEN PU No.
detector, hidran, sarana jalan keluar,
26/PRT/M/2008, KEPMEN PU No.
pintu darurat, tangga darurat, titik
10/KPTS/2000, PERMENAKER No.
kumpul, dan petunjuk arah. Pedoman
04/MEN/1980, KEPMEN KEP.
wawancara yang digunakan dalam
186/MEN/1999, SNI, dan NFPA
penelitian ini adalah lembar
dengan menggunakan tingkat
wawancara bentuk semi terstruktur,
pemenuhan audit kebakaran menurut
semula peneliti menanyakan
Puslitbang Departemen Pekerjaan
pertanyaan yang sudah terstruktur,
Umum tahun 2005 sebagai berikut:
kemudian satu persatu diperdalam
Tabel 1. hingga menghasilkan informasi atau
Tingkat Penilaian Kebakaran keterangan lebih lanjut. Pedoman
Nilai Kesesuaian wawancara berisi pertanyaan yang
Baik Sesuai persyaratan digunakan peneliti sebagai acuan
(>80%-100%) dalam menggali informasi dari subjek
Cukup Terdapat sebagian penelitian.
(60% - 80%) kecil elemen yang Analisis data yang digunakan
tidak sesuai adalah dengan menelaah seluruh data
persyaratan yang tersedia dari hasil wawancara
Kurang Tidak sesuai sama dengan 1) reduksi data, dalam
(<60%) sekali penelitian ini dengan membandingkan
Sumber: Puslitbang Pekerjaan Umum Tahun 2005
hasil penelitian dengan standar yang
digunakan, 2) penyajian data dalam

Bangun Rekaprima Vol.05/2/Oktober/2019 63


penelitian ini adalah dalam bentuk Sistem Proteksi Kebakaran Aktif
tabel observasi dan hasil wawancara Menurut KEPMEN PU No.
dengan informan yang berisi 10/KPTS/2000, sistem proteksi
bagaimana tingkat kesesuaian sistem kebakaran aktif adalah sistem
proteksi aktif dan sarana penyelamatan perlindungan terhadap kebakaran yang
jiwa sebagai upaya pencegahan dilaksanakan dengan menggunakan
kebakaran yang ada di Hotel dan perlaatan yang dapat bekerja secara
Apartemen CL Semarang, 3) otomatis ataupun manual. Peralatan
penarikan kesimpulan, dalam digunakan oleh penghuni atau petugas
penelitian ini berupa deskripsi dan pemadam kebakaran dalam upayanya
gambaran dari kondisi dan tingkat melaksanakan operasi pemadam
kesesuaian sistem proteksi aktif dan kebakaran. Sistem proteksi ini
sarana penyelamatan jiwa sebagai meliputi APAR, sprinkler, alarm
upaya pencegahan kebakaran yang ada kebakaran, detektor, dan hidran.
di Hotel dan Apartemen CL Semua elemen tersebut diidentifikasi
Semarang. dengan observasi dan wawancara.
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 2.
Tingkat Kesesuaian Sistem Proteksi
Berdasarkan potensi kebakaran,
Kebakaran Aktif di Gedung Hotel dan
bangunan perhotelan termasuk dalam
Apartemen CL Semarang
bahaya kebakaran ringan, namun
material pada bangunan hotel No Komponen Presentase
merupakan bahan yang mudah 1. APAR 90%
terbakar seperti tabung gas yang ada 2. Sprinkler 83%
pada bagian dapur, tirai, sprei, karpet 3. Alarm Kebakaran 75%
dan material lainnya. Hal tersebut 4. Sistem Detektor 85%
dapat dikaitkan pada sistem proteksi 5. Hidran 87%
kebakaran yang dimiliki oleh hotel Tingkat Kesesuaian 84%
tersebut. Oleh karena itu, setiap
bangunan gedung maupun hotel Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
diperlukan upaya untuk meminimalisir Berdasarkan hasil observasi
dan upaya pencegahan terjadinya menunjukkan bahwa kesesuaian alat
kebakaran dengan diterapkannya pemadam api ringan (APAR) di
sistem proteksi kebakaran yang gedung Hotel dan Apartemen CL
bekerja secara aktif dan sarana Semarang sebesar 90%. Hasil ini
penyelamatan jiwa. memenuhi kategori BAIK.
Hasil dari pengambilan data Berdasarkan hasil survei dan
penelitian mengenai gambaran wawancara terdapat alat pemadam api
penerapan sistem proteksi aktif dan ringan (APAR) sebanyak 40 buah. 6
sarana penyelamatan jiwa dijabarkan buah APAR terdapat pada basement 1
dalam variabel antara lain; 1) Alat hingga 3, 2 buah APAR terdapat pada
Pemadam Api Ringan, 2) Sprinkler, 3) lantai dasar, dan di lantai 5 hingga 22
Alarm kebakaran, 4) Sistem Detektor, terdapat 2 buah APAR pada masing –
5) Hidran, 6) Sarana jalan keluar, 7) masing lantai.
Pintu darurat, 8) Tangga darurat, 9) Penempatan alat tersebut sudah
Penerangan darurat, 10) Titik kumpul sesuai dengan klasifikasi kebakaran
dan 11) Tanda petunjuk arah. yang ada dan sudah terpasang dengan

Bangun Rekaprima Vol.05/2/Oktober/2019 64


baik dan benar, mudah dilihat, diakses, Alarm Kebakaran
dan diambil serta dilengkapi dengan Alarm kebakaran pada Gedung
tanda pemasangan APAR/ tabung ini tingkat kesesuaiannya
pemadam, tinggi pemberian tanda dibandingkan dengan standar SNI
pemasangan ialah 125 cm dari dasar 003-3989-2000. Berdasarkan dari hasil
lantai tepat diatas satu atau kelompok observasi menunjukkan tingkat
APAR bersangkutan, jarak kesesuaian alarm 75%, artinya pada
penempatan APAR / tabung pemadam Gedung ini terpasang alarm kebakaran
satu dengan lainnya ditentukan oleh di tiap lantai, namun terdapat beberapa
ahli K3 atau pengawas K3. Namun, alarm yang tidak berfungsi dengan
tidak ditemukan tanda pemasangan baik. Hasil ini memenuhi kategori
APAR yang baik dan benar CUKUP. Pemeriksaan alarm
APAR diperiksa minimal 2 kali kebakaran di Gedung Hotel dan
dalam setahun. Setelah APAR Apartemen CL Semarang dilakukan 1
terpakai, pihak pengelola segera kali sejak pertama kali dipasang.
menghubungi pemadam kebakaran
setempat untuk memperbaharuhi Sistem Detektor
APAR tersebut agar dapat digunakan Detektor yang ada di Gedung
kembali pada keadaan darurat Hotel dan Apartemen CL Semarang
kebakaran. berupa Smoke Detector yang bekerja
untuk mendeteksi asap rokok. Tingkat
Sprinkler kepekaan Smoke Detector ini
Sprinkler disesuaikan dengan disesuaikan dengan potensi bahaya
standar SNI 03-3989-2000 dan NFPA kebakarn yang ada.
13 dan didapatkan nilai kesesuaian Smoke Detector pada Gedung ini
sebesar 83 %. Hasil ini memenuhi tingkat kesesuaiannya dibandingkan
kategori BAIK. Berdasarkan hasil dengan standar SNI 003-3989-2000.
survei dan wawancara, pemasangan Berdasarkan dari hasil observasi
pipa – pipa sprinkler telah diatur menunjukkan tingkat kesesuaian alarm
dengan jarak tertentu sesuai standar
85%. Hasil ini memenuhi kategori
NFPA 13. Area maksimal yang BAIK. Berdasarkan survei dan
dilindungi oleh sprinkler tidak
wawancara, Smoke Detector ini
melebihi 21 m2, jarak sprinkler ke berjumlah 48 buah yang tersebar pada
dinding minimal 4-inch (102 mm) dan basement dan lantai dasar dengan
jarak antar sprinkler yang diukur dari jarak tertentu, 33 buah detektor yang
pusat sprinkler tiak melebihi 1,8 m. terdapat pada setiap unit ditiap
Pemeriksaan sprinkler di lantainya, dan 15 buah detektor pada
Gedung Hotel dan Apartemen CL koridor tiap lantai. Seluruh detektor ini
Semarang dilakukan 1 kali sejak hanya dilakukan pemeriksaan 1 kali
pertama kali dipasang. Persediaan sejak pertama kali dipasang, yaitu
sprinkler berjumlah 75 buah pada tiap pada saat pemasangan awal.
lantai, yang tersebar dengan jarak
tertentu pada basement, lantai dasar, Hidran
lantai 5 hingga 22, maupun koridor Hidran tingkat kesesuaiannya
tiap lantai. dibandingkan dengan standar SNI 03-
1745-2000 didapat hasil 87%. Hasil ini
memenuh kategori BAIK.

Bangun Rekaprima Vol.05/2/Oktober/2019 65


Berdasarkan survei dan wawancara,
Hidran pada Gedung ini terdiri dari Tabel 3.
hidran halaman (outdoor) dan hidran Tingkat Kesesuaian Sarana
Gedung (indoor). Hidran halaman Penyelamatan Jiwa di Gedung Hotel
terletak di area outdoor berjumlah 9 dan Apartemen CL Semarang
buah, sedangkan hidran Gedung No Komponen Presentase
(indoor) berjumlah 2 buah pada setiap 1 sarana jalan 80 %
lantainya. Pengujian fungsi hidran keluar
dilakukan 2 kali dalam setahun secara 2 tangga darurat 83%
rutin. 3 tanda petunjuk 87%
Sebagian besar kotak hidran keluar
mudah dibuka, dilihat, dan dijangkau. 4 pintu darurat 80%
Kotak hidran di cat merah dengan 5 penerangan 68%
tulisan hidran yang di cat warna putih. darurat
Namun, di dalam kotak tidak terdapat 6 Tempat 76%
petunjuk penggunaan hidran yang baik Berkumpul
dan benar. Penempatan hidran sudah Tingkat Kesesuaian 79%
disesuaikan dengan kebutuhan
sehingga dapat digunakan dalam Sarana Jalan Keluar
keadaan darudat dengan cepat. Sesuai hasil observasi dan
Hasil elemen-elemen sistem wawancara terkait sarana jalan keluar
proteksi kebakaran aktif Gedung Hotel dibandingkan dengan standar SNI 03-
dan Apartemen CL Semarang 1746-2000 didapatkan tingkat
menunjukkan bahwa tingkat kesesuaian sebesar 80%. Hasil ini
kesesuaiannya sebesar 84% dengan memenuhi kategori CUKUP.
kategori baik (sesuai persyaratan), Berdasarkan keterangan informan,
artinya elemen terpasang dengan baik Gedung ini memiliki beberapa sarana
dan benar, terdapat sebagian kecil jalan keluar yang dapat digunakan
yang tidak sesuai dengan standar yang sebagai jalan untuk menyelamatkan
berlaku. diri ketika keadaan darurat, namun
kurang memadai karena kurang
Sarana Penyelamatan Jiwa kebarnya akses keluar penghuni.
Menurut PERMEN PU No.
26/PRT/M/2008 setiap bangunan Tangga Darurat
harus dilengkapi dengan sarana Berdasarkan hasil observasi
evakuasi yang dapat digunakan oleh terkait tangga darurat dibandingkan
penghuni bangunan, sehingga dengan standar SNI 03-1746-2000 dan
memiliki waktu yang cukup untuk NFPA 101 didapatkan tingkat
menyelamatkan diri dengan aman kesesuaian sebesar 83%. Hasil ini
tanpa terhambat hal-hal yang memenuhi kategori BAIK.
diakibatkan oleh keadaan darurat. Berdasarkan survei dan wawancara,
Sarana penyelamat jiwa meliputi gedung ini memiliki tangga darurat di
sarana jalan keluar, tangga darurat, bagian ujung koridor timur dan ujung
tanda petunjuk arah, pintu darurat, koridor barat pada setiap lantai, dari
penerangan darurat, dan titik basement hingga lantai 22.
berkumpul.

Bangun Rekaprima Vol.05/2/Oktober/2019 66


Tanda Petunjuk Keluar Tempat Berkumpul
Hasil observasi dan wawancara Sesuai hasil observasi terkait
terkait tanda petunjuk keluar yang tempat berkumpul yang dibandingkan
dibandingkan dengan standar SNI 03- dengan NFPA 101 tentang life safety
1746-2000 dan NFPA 101 didapatkan code didapatkan tingkat kesesuaian
tingkat kesesuaian sebesar 87%. Hasil sebesar 76%. Hasil ini memenuhi
ini memenuhi kategori BAIK. Tanda kategori yaitu CUKUP. Pada gedung
petunjuk keluar ini terpasang pada ini terdapat titik berkumpul, namun
setiap pintu darurat di koridor bagian kurang memadai untuk jumlah
timur dan koridor bagian barat pada penghuni gedung tersebut. Kurangnya
setiap lantai, dari basement hingga penanda titik berkumpul juga menjadi
lantai 22. Namun, terdapat beberapa kendala penghuni saat menyelamatkan
elemen sumber daya listrik dan diri.
penerangan darurat pada petunjuk arah
yang tidak berfungsi dengan baik. PENUTUP
Penerangan darurat ini sendiri Simpulan
berfungsi ketika sumber daya listrik
yang utama mati akibat kebakaran, Berdasarkan hasil peneltian dan
maka satu-satunya penerangan yang pembahasan yang telah dipaparkan,
dapat digunakan saat evakuasi adalah maka dapat disimpulkan sebagai
tanda petunjuk keluar. berikut:
1. Sistem proteksi kebakaran aktif
Pintu Darurat di gedung Hotel dan Apartemen
Hasil observasi dan wawancara CL Semarang termasuk dalam
terkait yang dibandingkan dengan kategori BAIK dengan tingkat
standar SNI 03-1746-2000 dan NFPA penilaian 84%.
101 didapatkan tingkat kesesuaian 2. Sarana penyelamatan jiwa di
sebesar 80%. Hasil ini memenuhi gedung Hotel dan Apartemen CL
kategori CUKUP. Pada gedung ini Semarang termasuk dalam
dilengkapi pintu darurat yang terletak kategori CUKUP dengan tingkat
pada setiap koridor yang penilaian 79%.
menghubungkan dengan tangga
darurat, dan menghubungkan ke 3. Elemen – elemen yang kurang
halaman luar. Pintu darurat tersebut sesuai pada sistem proteksi
sudah sesuai dengan yang disyaratkan. kebakaran aktif adalah alarm
kebakaran, kemudian pada
Penerangan Darurat sarana penyelamatan jiwa adalah
penerangan darurat dan titik
Hasil observasi dan wawancara kumpul.
terkait penerangan darurat yang
dibandingkan dengan standar SNI 03- Saran
1746-2000 dan NFPA 101 didapatkan
tingkat kesesuaian sebesar 68%. Hasil Setelah dilakukan analisis pada
ini memenuhi kategori CUKUP. Pada sistem proteksi kebakaran dan sarana
gedung ini terdapat penerangan penyelamatan jiwa, peneliti
darurat, namun masih kurang dalam memberikan saran kepada pengelola
pencahayaan pada sarana jalan keluar. gedung Hotel dan Apartemen CL
Semarang untuk segera memperbaiki

Bangun Rekaprima Vol.05/2/Oktober/2019 67


atau merawat serta memelihara elemen Departemen Pekerjaan Umum RI.
sistem proteksi aktif khususnya alarm 2000. Kepmen PU No.
kebakaran serta sarana penyelamatan 10/KPTS/2000 tentang
jiwa berupa penerangan darurat dan Ketentuan Teknis Pengamanan
ttik kumpul. Hal tersebut dilakukan Terhadap Bahaya Gedung dan
sebagai upaya pencegahan kebakaran Lingkungan. Jakarta:
dan keamanan seluruh penghuni.
Departemen pekerjaan umum
DAFTAR PUSTAKA RI.

Badan Standar Nasional Indonesia. Depnaker RI, 1980. Peraturan


2000. SNI 03-1735-2000 Menteri Tenaga Kerja dan
tentang Tata Cara Perencanaan Transmigrasi No. Per
Akses Bangunan dan Akses 04/MEN/1980 tentang Syarat-
Lingkungan untuk Pencegahan syarat Pemasangan dan
Kebakaran pada Bangunan Pemeliharaan APAR. Jakarta:
Gedung. Jakarta: Badan Standar Departemen Tenaga Kerja.
Nasional Indonesia. Depnaker RI, 1999. Peraturan
Badan Standar Nasional Indonesia. Menteri Tenaga Kerja dan
2000. SNI 03-1746-2000 Transmigrasi No. Kep
tentang Tata Cara Perencanaan 186/MEN/1999 tentang
dan Pemasangan Sarana Jalan Penanggulangan Kebakaran di
Keluar untuk Penyelamatan Tempat Kerja. Jakarta:
terhadap Bahaya Kebakaran Departemen Tenaga Kerja.
pada Bangunan Gedung. Dinas Kebakaran Kota Semarang.
Jakarta: Badan Standar 2016. Kejadian Kebakaran di
Nasional Indonesia. Wilayah Kota Semarang &
Badan Standar Nasional Indonesia. Sekitarnya Periode Tahun
2000. SNI 03-3989-2000 Januari 2015-Desember 2016.
tentang Tata Cara Perencanaan Semarang: Dinas Kebakaran
dan Pemasangan Sistem Kota Semarang.
Sprinkler Otomatik untuk Hesna, Y., Hidayat, B., Suwanda, S.
Pencegahan Bahaya Kebakaran 2009. Evaluasi Penerapan
pada Bangunan Gedung. Sistem Keselamatan Kebakaran
Jakarta: Badan Standar Pada Bangunan Gedung Rumah
Nasional Indonesia. Sakit Dr. M. Djamil Padang.
Badan Standarisasi Nasional. 2001. Jurnal Rekayasa Sipil, 5(2):
SNI 03-6574-2001 tentang Tata 6576.
Cara Perencanaan Hidayat, D.A., Suroto., Kurniawan,
Pencahayaan Darurat, Tanda B. 2017. Evaluasi Keandalan
Arah dan Sistem Peringatan Sistem Proteksi Kebakaran
Bahaya pada Bangunan Ditinjau Dari Sarana
Gedung. Jakarta: Badan Penyelamatam dan Sistem
Penerbit PU. Proteksi Pasif Kebakaran Di
Gedung Lawang Sewu

Bangun Rekaprima Vol.05/2/Oktober/2019 68


Semarang. Jurnal Kesmas, 5(5):
134-145.
Kuntoro, C. 2017. Implementasi
Manajemen Risiko Kebakaran
Berdasarkan (Is) Iso 31000 Pt
Apac Inti Corpora. HIGEIA,
1(4): 109-119.
National Fire Proctetion Association,
2012. NFPA 13 Installation of
Sprinkler Systems. USA: NFPA.
National Fire Protection Association,
2003. NFPA 101 Life Safety
Codes. USA: NFPA.
Permen PU. Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor
26/PRT/M/2008 tentang
Persyaratan Teknis Sistem
Proteksi Kebakaran Pada
Bangunan Gedung dan
Lingkungan. Jakarta: Badan
Penerbit PU.
Puslitbang, 2005. Pemeriksaan
Keselamatan Bangunan
Gedung. Jakarta: Departemen
Pekerjaan Umum

Bangun Rekaprima Vol.05/2/Oktober/2019 69

Anda mungkin juga menyukai