Anda di halaman 1dari 21

1

BAB V

PEMBAHASAN

A. Implementasi Metode Jigsaw Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar

Siswa Pada Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits Kelas VIII A MTs Al-Huda

Gondang Nganjuk Tahun Pelajaran 2012/2013

1. Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII A MTs Al-Huda

Gondang Setelah Penerapan Metode Jigsaw Pada Mata Pelajaran Al-

Qur’an Hadits

Untuk mengetahui peningkatan motivasi, pada umumnya ada dua

cara untuk mengukur motivasi, yaitu:

a. Mengukur faktor-faktor luar (ekstrinsik) tertentu yang diduga

menimbulkan dorongan dalam diri seseorang

b. Mengukur aspek tingkah laku tertentu yang mungkin menjadi

ungkapan dari motif tertentu

Laboratorium penelitian tentang motivasi umumnya menggunakan

cara yang pertama, yaitu berusaha menciptakan kondisi yang dapat

menimbulkan dorongan/kebutuhan tertentu.1 Dapat juga dengan cara

pemberian hadiah/insentif, insentif verbal berupa pengarahan-pengarahan

yang dapat memperkuat motif seseorang.

1
Martin Handoko, Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku (Yogyakarta: 1992), 61.

1
2

Salah satu cara yang lebih tepat mengetahui motif seseorang yang

sebenarnya adalah mengamati obyek-obyek yang menjadi pusat

perhatiannya. Obyek yang selalu dikejar itulah yang menjadi cermin atas

motif yang sedang menguasainya, selain itu bisa juga dikenal melalui

hadiah yang paling mengena baginya. Ada tidaknya motif yang sedang

menguasai seseorang juga bisa dijadikan ukuran, misalnya: kekuatan

tenaga yang dikeluarkan (usahanya), frekwensinya, kecepatan reaksinya,

tema pembicaraannya, fantasi dan impiannya.2

Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik,berupa hasrat

dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan

cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan,

lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.

Kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga

seseorang yang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang

lebih giat dan semangat.

Menurut Hamzah, indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan

sebagai berikut :

a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil

b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar

c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan

d. Adanya penghargaan dalam belajar

2
Ibid., 61-62.

2
3

e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan

siswa dapat belajar dengan baik

Dalam penelitian tindakan kelas ini, penilaian dalam pembelajaran

dilakukan pada setiap siklus pertemuan setelah pembalajaran

berlangsung. Penilaian dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan

dalam penggunaan metode jigsaw pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits.

Untuk mengetahui keberhasilan metode jigsaw untuk meningkatkan

motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits dapat

dilihat melalui hasil belajar yang mengalami peningkatan, hasil

pengamatan sikap siswa terhadap pembelajaran, dan tanggapan langsung

siswa terhadap metode jigsaw yang diterapkan dalam pembelajaran

mereka.

a. Hasil Belajar Siswa

Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa pada mata

pelajaran Al-Qur’an Hadits yang pertama bisa dilihat dari nilai hasil

belajar dalam tiap siklus sebagai berikut :

Tabel 5.1
Hasil Test Semua Siklus Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits Kelas VIII A

Nilai Hasil Test Pada Semua Siklus


Nilai Nilai Rata- Tidak Jumlah Prose
Siklus Tuntas
Tertinggi Terendah Rata Tuntas Siswa ntase
Pra Siklus 83 60 69 10 19 29 34%
Siklus I 88 67 76 18 11 29 62%
Siklus II 89 72 80 24 5 29 82%
Siklus III 92 75 83 29 0 29 100%

3
4

Berdasarkan distribusi nilai pada pra siklus, menunjukkan bahwa

dari 29 siswa yang tuntas belajar untuk sementara masih mencapai 10

siswa dan yang belum tuntas mencapai 19 siswa dengan nilai ketuntasan

minimal 75. Sehingga bila kita analisis lebih lanjut yaitu 10/29 x 100% =

34%, ini artinya siswa belum bisa dikatakan tuntas belajar, karena jumlah

siswa yang mencapai ketuntasan belajar masih dibawah 60% yaitu baru

34%.

Kemudian pada siklus I, dapat diketahui bahwa dari 29 siswa,

jumlah yang tuntas dalam belajar mencapai 18 siswa dan yang belum

tuntas adalah 11 siswa dengan prosentase keberhasilan mencapai 62%.

Dibandingkan dengan prosentase ketika pra siklus yang hanya sebesar

34% maka pada siklus I ini telah mengalami peningkatan sebesar 28%.

Selanjutnya pada siklus II, dapat diketahui bahwa dari 29 siswa,

jumlah yang tuntas dalam belajar telah mencapai 24 siswa dan yang

belum tuntas adalah 5 siswa dengan prosentase keberhasilan mencapai

82%. Dibandingkan dengan prosentase ketika siklus I yang hanya sebesar

62% maka pada siklus II ini telah mengalami peningkatan sebesar 20%.

Dan yang terakhir pada siklus III, dapat diketahui bahwa dari 29

siswa, jumlah yang tuntas dalam belajar telah mencapai 29 siswa dengan

prosentase keberhasilan yaitu 29/29 x 100% = 100%. Dibandingkan

dengan prosentase ketika siklus II yang sudah mencapai 82% maka pada

siklus III ini telah mengalami peningkatan sebesar 18%.

4
5

Dari hasil keseluruhan nilai hasil belajar di atas bisa kita amati dari

pelaksanan pra siklus sampai dengan siklus III, hasil belajar siswa telah

mengalami peningkatan yang signifikan, peningkatan hasil belajar siswa

tentunya bisa kita jadikan sebagai indikator pertama bahawa siswa kelas

VIII A motivasi belajarnya telah mengalami peningkatan melalui

penerpan metode jigsaw dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits.

b. Pengamatan Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran

Kemudian untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa

pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits yang kedua bisa dilihat dari hasil

pengamatan sikap siswa dalam pembelajaran dalam tiap siklus sebagai

berikut :

Tabel 5.2
Hasil Pengamatan Sikap Siswa Pada Pra Siklus
NO SIKAP YANG DI NILAI KB C B SB
1 Rasa keingin tahuan siswa dalam
1
pembelajaran
2 Minat siswa terhadap mata
pelajaran Al-Qur’an Hadits yang 1
diajarkan dengan metode ceramah
3 Keaktifan siswa dalam
2
pembelajaran
4 Kesadaran siswa untuk tidak
mencontek ketika mengerjakan 1
soal
5 Keberanian siswa dalam
2
mengutarakan pendapat/ bertanya
JUMLAH 3 4 - -
Jumlah Perolehan Skor 7
Jumlah Skor Rata-Rata 1,4
Nilai Prosentase 35%
Kriteria Pengujian Kurang Baik

5
6

Keterangan :

KB : Kurang Baik

C : Cukup

B : Baik

SB : Sangat Baik

Berdasarkan tabel di atas, diketahui jumlah akhir skor sikap siswa

dalam mengikuti pembelajaran dengan metode ceramah yaitu 7. Jika

dinyatakan dalam skor rata-rata adalah 7/5 = 1,4 kemudian bila

dinyatakan dalam skala prosentase adalah 1,4/4 x 100 = 35%. Sesuai

dengan kategori yang telah ditetapkan dalam metodologi penelitian di

bab III, maka masuk dalam kriteria penilaian “Kurang Baik”. Ini

menunjukkan siswa belum antusias dan termotivasi dalam mengikuti

pembelajaran dengan metode ceramah.

Tabel 5.3
Tabel Hasil Pengamatan Sikap Siswa Pada Siklus I
NO SIKAP YANG DI NILAI KB C B SB
1 Rasa keingin tahuan siswa dalam
2
pembelajaran
2 Minat siswa terhadap mata
3
pelajaran Al-Qur’an Hadits
3 Keaktifan siswa dalam
2
pembelajaran
4 Kesadaran siswa untuk tidak
mencontek ketika mengerjakan 2
soal
5 Keberanian siswa dalam
berpartisipasi dengan temannya 3
dalam kelompok
JUMLAH - 6 6 -
Jumlah Perolehan Skor 12
Jumlah Skor Rata-Rata 2,4
Nilai Prosentase 60%

6
7

Kriteria Pengujian Kurang Baik

Keterangan :

KB : Kurang Baik

C : Cukup

B : Baik

SB : Sangat Baik

Berdasarkan tabel di atas, diketahui jumlah akhir skor sikap siswa

dalam mengikuti pembelajaran dengan metode jigsaw yaitu 12. Jika

dinyatakan dalam skor rata-rata adalah 12/5 = 2,4 kemudian bila

dinyatakan dalam skala prosentase adalah 2,4/4 x 100 = 60%. Sesuai

dengan kategori yang telah ditetapkan dalam metodologi penelitian di

bab III, maka masuk dalam kriteria penilaian “Kurang Baik”. Pada siklus

I ini, terdapat nomor yang mendapat poin tertinggi yaitu nomor 2 dan 5.

Ini menunjukkan siswa sudah cukup antusias dalam mengikuti

pembelajaran dengan metode jigsaw terutama pada sikap minat siswa

terhadap mata pelajaran Al-Qur’an Hadits dan keberanian siswa dalam

berpartisipasi dengan temannya dalam kelompok.

Tabel 5.4
Tabel Hasil Pengamatan Sikap Siswa Pada Siklus II
NO SIKAP YANG DI NILAI KB C B SB
1 Rasa keingin tahuan siswa dalam
4
pembelajaran
2 Minat siswa terhadap mata
4
pelajaran Al-Qur’an Hadits
3 Keaktifan siswa dalam
3
pembelajaran
4 Kesadaran siswa untuk tidak
mencontek ketika mengerjakan 3
soal

7
8

5 Keberanian siswa dalam


berpartisipasi dengan temannya 3
dalam kelompok
JUMLAH - - 9 8
Jumlah Perolehan Skor 17
Jumlah Skor Rata-Rata 3,4
Nilai Prosentase 85%
Kriteria Pengujian Baik

Berdasarkan tabel di atas, diketahui jumlah akhir skor aktifitas siswa

dalam mengikuti pembelajaran dengan metode jigsaw yaitu 17. Jika

dinyatakan dalam skor rata-rata adalah 17/5 = 3,4 kemudian bila

dinyatakan dalam skala prosentase adalah 3,4/4 x 100 = 85%. Sesuai

dengan kategori yang telah ditetapkan dalam metodologi penelitian di

bab III, maka masuk dalam kriteria penilaian “Baik”. Pada siklus II ini,

terdapat nomor yang mendapat poin tertinggi yaitu nomor 1 dan 2. Ini

menunjukkan siswa semakin termotivasi dalam mengikuti pembelajaran

dengan metode jigsaw terutama pada sikap minat siswa terhadap mata

pelajaran Al-Qur’an Hadits dan rasa keingin tahuan siswa dalam

pembelajaran.

Tabel 5.5
Tabel Hasil Pengamatan Sikap Siswa Pada Siklus III
NO SIKAP YANG DI NILAI KB C B SB
1 Rasa keingin tahuan siswa dalam
4
pembelajaran
2 Minat siswa terhadap mata
4
pelajaran Al-Qur’an Hadits
3 Keaktifan siswa dalam
4
pembelajaran
4 Kesadaran siswa untuk tidak
mencontek ketika mengerjakan 3
soal

8
9

5 Keberanian siswa dalam


berpartisipasi dengan temannya 4
dalam kelompok
JUMLAH - - 3 16
Jumlah Perolehan Skor 19
Jumlah Skor Rata-Rata 3,8
Nilai Prosentase 95%
Kriteria Pengujian Sangat Baik

Berdasarkan tabel di atas, diketahui jumlah akhir skor aktifitas siswa

dalam mengikuti pembelajaran dengan metode jigsaw yaitu 19. Jika

dinyatakan dalam skor rata-rata adalah 19/5 = 3,8 kemudian bila

dinyatakan dalam skala prosentase adalah 3,8/4 x 100 = 95%. Sesuai

dengan kategori yang telah ditetapkan dalam metodologi penelitian di

bab III, maka masuk dalam kriteria penilaian “Sangat Baik”. Pada siklus

III ini, terdapat nomor yang mendapat poin tertinggi yaitu nomor 1, 2, 3

dan 5. Ini menunjukkan siswa semakin termotivasi dalam mengikuti

pembelajaran dengan metode jigsaw terutama pada sikap minat siswa

terhadap mata pelajaran Al-Qur’an Hadits dan rasa keingin tahuan siswa

dalam pembelajaran, keaktifan siswa dalam pembelajaran, dan

keberanian siswa dalam berpartisipasi dengan teman dalam

kelompoknya.

Dari hasil pengamatan sikap siswa terhadap pembelajaran Al-Qur’an

Hadits menggunakan metode jigsaw bisa kita amati dari pelaksanan pra

siklus sampai dengan siklus III, sikap siswa terhadap pembelajaran telah

mengalami peningkatan dari kurang baik menjadi sangat baik, dalam hal

ini sikap-sikap yang diamati anatara lain adalah rasa ingin tahu siswa

9
10

terhadap pembelajaran, karena menurut Hamzah, rasa ingin tahu

merupakan daya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. 3 Dan

peningkatan sikap siswa terhadap pembelajaran Al-Qur’an Hadits

menggunakan metode jigsaw ini jugaa bisa kita jadikan sebagai indikator

kedua bahawa siswa kelas VIII A motivasi belajarnya telah mengalami

peningkatan melalui penerpan metode jigsaw dalam pembelajaran Al-

Qur’an Hadits.

c. Tanggapan Siswa Dalam Pembelajaran

Selanjutnya untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa

pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits yang ketiga bisa dilihat dari

tanggapan siswa dan guru terhadap penerapan metode jigsaw dalam

pembelajaran mereka dalam tiap siklus yang tertuang dalam bentuk hasil

wawancara sebagai berikut :

1) Hasil Wawancara Pra Siklus

Hasil analisis terhadap respon siswa kelas VIII A MTs Al-Huda

Gondang tahun pelajaran 2012/2013 sebelum diterapkannya

pembelajaran dengan metode jigsaw dalam pembelajaran Al-Qur’an

Hadits kurang begitu baik. Hal seperti itu tercermin dari tanggapan

mereka melalui hasil wawancara siswa, guru dan kepala sekolah

berikut ini, Menurut Yuliana “Saya merasa bosan pak dengan metode

ceramah, menurut saya kurang menarik, dan membuat saya menjadi

3
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi & Pengukurannya (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), 34.

10
11

ngantuk, trus kalau mengantuk dihukum pak.”4 Menurut Rendik “Pas

pelajaran diterangkan dengan ceramah, pikiran saya gampang

melamun, tau-tau pelajaran dah lewat gitu aja pak, dan tiba-tiba udah

bel waktu habis”.5 Menurut Ribut “Saya bingung pak mau ngomong

gimana, pokoknya yang sering terjadi ketika pembelajaran, teman-

teman sering ngobrol sendiri pak, termasuk saya, karena kami

kurang diperhatikan ketika belajar”.6

Menurut bapak Moh. Musthofa selaku guru bidang studi:


Memang saya akui, metode yang saya gunakan membuat siswa
tidak semangat dan kurang termotivasi, sehingga itu
berpengaruh juga pada hasil belajar mereka dan untuk
selanjutnya akan kita coba dengan menggunakan metode lain,
dalam hal ini akan kita gunakan metode Jigsaw seperti yang
anda sarankan dengan harapan proses belajar mengajar menjadi
lebih baik dan motivasi belajar siswa meningkat.7

Menurut bapak Ali selaku kepala sekolah, beliau berpendapat :


Memang sebelum masuk kelas itu sebagai persiapan, guru
dituntut untuk menguasai materi yang akan di berikan, di
samping itu guru juga harus lihai dan ahli dalam mengola
kelasnya dan tentunya semua itu tidak akan berhasil tanpa
adanya metode atau strategi yang sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan siswanya.8

2) Hasil Wawancara Siklus I

Setelah pembelajaran pada siklus I selesai, peneliti melakukan

wawancara kembali dengan para siswa mengenai pembelajaran yang

telah dilakukan dengan menggunakan metode jigsaw.

4
Yuliana, Siswi kelas VIII A, Ruang kelas VIII A MTs Al-Huda Gondang, 09 April 2013
5
Rendik Prasetyo, Siswa kelas VIII A, Ruang kelas VIII A MTs Al-Huda Gondang, 09 April 2013
6
Ribut Krismoniwati, Siswi kelas VIII A, Ruang kelas VIII A MTs Al-Huda Gondang, 09 April
2013
7
Moh. Musthofa, Guru Al-Qur’an Hadits, Ruang kelas VIII A MTs Al-Huda Gondang, 09 April
2013.
8
Ali Musafak, M.Pd.I, Kepala Sekolah MTs Al-Huda Gondang, Ruang Kepala Sekolah, 09 April
2013.

11
12

Menurut pendapat Khozin dalam penerapan metode Jigsaw pada


siklus pertama:

Saya menyukai metode yang bapak terapkan karena dengan


metode ini saya bisa lebih semangat mengikuti pembelajaran
dan otomatis saya tidak mengantuk lagi, tapi waktu awal tadi
saya masih agak bingung karena baru ini pake metode seperti
ini, dan tentunya membuat suasana kelas lebih hidup pak.9

Menurut pendapat Ribut dalam penerapan metode Jigsaw pada siklus


pertama:

Pada waktu diskusi kelompok temen-temen tetep rame pak, tapi


ramenya bukan karena ngobrol sendiri tapi ngebahas materi
yang jenengan berikan, dan ramenya juga karena kita belum
terlalu faham dengan metode ini, namun dengan metode yang
jenengan terapkan tadi membuat saya lebih termotivasi untuk
aktif di kelas pak.10

Menurut pendapat Anik dalam penerapan metode Jigsaw pada siklus


pertama:

Tadi saya dan temen-temen kelompok saya masih pada bingung


pak dengan metode jigsaw ini, meskipun sudah jenengan
jelaskan sebelumnya, dan yang jelas kelihatan temen-temen
banyak yang malu dan dredeg karena harus mengajari anggota
kelompoknya dan harus ngomong dihadapan temen-temen
kelompok, karena kami jarang seperti ini, yang sering ya cuma
mendengarkan guru ceramah saja.11

3) Hasil Wawancara Siklus II

Setelah pembelajaran pada siklus II selesai, peneliti kembali

melakukan wawancara lanjutan dengan para siswa mengenai

pembelajaran yang telah dilakukan dengan menggunakan metode

9
Khozin Nasuha, Siswi kelas VIII A, Ruang kelas VIII A MTs Al-Huda Gondang, 16 April 2013
10
Ribut Krismoniwati, Siswi kelas VIII A, Ruang kelas VIII A MTs Al-Huda Gondang, 16 April
2013
11
Anik Winarsih Krismoniwati, Siswi kelas VIII A, Ruang kelas VIII A MTs Al-Huda Gondang,
16 April 2013

12
13

jigsaw pada siklus II ini. Berikut hasil wawancara pada siklus II

yang peneliti lakukan :

Menurut pendapat Binti dalam penerapan metode Jigsaw pada siklus


kedua:

Metode ini semakin menyenangkan pak, saya tidak hanya


mendengarkan guru menerangkan saja, jadi saya tidak mersa
bosan dan menjadi lebih bersemangat lagi ketika mengikuti
pembelajaran ini, dan ini juga sekaligus sebagai pelatihan
mental buat saya pak karena kebetulan pada pertemuan ini saya
mendapat tugas sebagai kelompok ahli dan bertanggung jawab
untuk mengajarkan teman-teman saya dalam kelompok.12

Menurut pendapat Sutikno dalam penerapan metode Jigsaw pada


siklus kedua:

Waktu diskusi dengan teman-teman sangat menyenangkan pak,


tapi ketika saya menyampaikan hasil diskusi dari kelompok ahli
masih agak grogi pak karena sebagian temen kelompok
berusaha mengganggu konsentrasi saya waktu presentasi kepada
mereka, meskipun begitu saya tidak mudah bosan karena
metode baru semangatpun baru pak.13

Menurut pendapat Suheni dalam penerapan metode Jigsaw pada


siklus kedua:

Saya heran pak dengan kemampuan saya waktu mengerjakan


soal test, yang saya herankan baru kali ini saya bisa menjawab
soal-soal yang diberikan guru dengan semudah ini, saya sempat
agak bingung, kok saya bisa seperti ini gitu, kayaknya ini karena
waktu berdiskusi kelompok tadi saya mendengarkan penjelasan
yang disampaikan teman saya yang sambil malu-malu tadi
mungkin pak.14

Sedangkan menurut hasil wawancara dengan bapak Musthofa,

beliau mengatakan “Pada siklus kedua para siswa sudah mulai bisa
12
Binti Nur Khasanah, Siswi kelas VIII A, Ruang kelas VIII A MTs Al-Huda Gondang, 30 April
2013.
13
Sutikno, Siswa kelas VIII A, Ruang kelas VIII A MTs Al-Huda Gondang, 30 April 2013.
14
Suheni Agus Setyoningsih, Siswi kelas VIII A, Ruang kelas VIII A MTs Al-Huda Gondang, 30
April 2013.

13
14

menerima dengan baik motede ini, itu bisa kita lihat melalui hasil tes

yang ada dan hasil pengamatan yang kita lakukan”.15

4) Hasil Wawancara Siklus III

Setelah pembelajaran pada siklus III selesai, peneliti kembali

melakukan wawancara lanjutan dengan para siswa mengenai

pembelajaran yang telah dilakukan dengan menggunakan metode

jigsaw pada siklus III ini. Berikut hasil wawancara pada siklus III

yang peneliti lakukan :

Menurut pendapat Zulia dalam penerapan metode Jigsaw pada siklus


ketiga ini dia berpendapat:

Saya berpendapat, bahwa pembelajaran yang diberikan bapak


sangat menyenangkan, saya merasa sangat termotivasi dengan
metode yang bapak terapkan dalam proses pembelajaran selama
3 x pertemuan ini. Dan yang lebih penting saya memperoleh
banyak pengalaman menarik dengan teman-teman sekelas dalam
penerapan pembelajaran ini, belum pernah saya merasakan
perasaan senang dalam menerima pembelajaran seperti apa yang
saya rasakan hari ini dan minggu-minggu kemarin, soalnya
kalau pembelajaran Al-Qur’an Hadits dahulu yang diajar pak
Musthofa hanya mendengar saja, jadi banyak teman-teman yang
kurang begitu faham. Apalagi selama pembelajaran berlangsung
saya selalu merasa tegang, karena pak Musthofa sering marah-
marah jika tidak ada yang bisa menjawab dan kadang nyubit
juga pak. Berbeda sekali dengan cara mengajar bapak. Saya
seolah-olah tidak melaksanakan proses pembelajaran seperti
sebelum bapak menerapkan metode jigsaw, jadi saya merasa
rileks dan suasana kelas tidak tegang. Dan dalam pembelajaran
ini ini saya memperoleh banyak ilmu yang belum pernah saya
peroleh selama ini.16

15
Moh. Musthofa, Guru Al-Qur’an Hadits, Ruang kelas VIII A MTs Al-Huda Gondang, 30 April
2013.
16
Zulia Fijannatinna’im, Siswi kelas VIII A, Ruang kelas VIII A MTs Al-Huda Gondang, 07 Mei
2013.

14
15

Menurut pendapat Khozin dalam penerapan metode Jigsaw pada


siklus ketiga ini dia berpendapat:

Saya suka dengan metode belajar yang dipakai oleh bapak,


karena saya tidak merasa takut untuk berpendapat ketika sedang
proses pembelajaran, dan metode ini sangat menyenangkan.
Saya bisa sangat puas dengan perolehan hasil ulangan yang saya
kerjakan, karena itu murni hasil kerja keras saya sendiri. Dan
tentunya suasana kelas sangat aktif dan menyenangkan.17

Menurut pendapat Junaedi dalam penerapan metode Jigsaw pada


siklus ketiga ini dia berpendapat:

Saya sangat senang dengan metode yang bapak berikan, karena


menurut saya mata pelajaran Qur’an hadits adalah sulit dan
membosankan. Waktu diajar oleh Pak Musthofa, saya sering
tidur kalau pelajaran Qur’an Hadits berlangsung, Hehehe....
Tetapi sejak bapak menggunakan metode itu, saya lebih
termotivasi untuk selalu mengikuti proses pembelajaran Qur’an
Hadits. Saya suka metode ini karena saya jadi tidak selalu diam
dan dapat berbincang-bincang dengan teman kelompok untuk
berdiskusi dan tentunya hal itu yang membuat saya tidak
mengantuk lagi pak.18

Menurut pendapat Bapak Musthofa dalam penerapan metode Jigsaw


pada siklus ketiga ini beliau berpendapat:

Siswa terlihat lebih aktif dalam mengikuti pelajaran dari


sebelumnya dan dari minggu lalu, siswa juga sudah terbiasa
dengan metode jigsaw yang sekarang dipakai sehingga siswa
sudah tidak merasa kesulitan lagi dan itu merupakan beberapa
indikator kalau siswa bias lebih termotivasi dengan metode
jigsaw ini.19

Dari hasil wawancara di atas bisa kita analisa dari pelaksanan pra

siklus sampai dengan siklus III.

Pada pra siklus hasil wawancara menunjukkan kalau pembelajaran

Al-Qur’an hadits menurut para siswa selama ini kurang menyenangkan,

17
Khozin Nasuha, Siswa kelas VIII A, Ruang kelas VIII A MTs Al-Huda Gondang, 07 Mei 2013.
18
M. Junaedi, Siswa kelas VIII A, Ruang kelas VIII A MTs Al-Huda Gondang, 07 Mei 2013.
19
Moh. Musthofa, Guru Al-Qur’an Hadits, Ruang kelas VIII A MTs Al-Huda Gondang, 07 Mei
2013.

15
16

kurang membuat mereka termotivasi, mengantuk ketika guru sedang

menerangkan dan metode yang kurang tepat yang mana hal tersebut

dibenarkan oleh guru yang sering menyaksikan keadaan tersebut dan

anjuran dari kepala sekolah yang sebenarnya telah sangat menganjurkan

guru untuk lebih menguasai materi dan menguasai metode pembelajaran

yang tepat.

Dan pada siklus I hasil wawancara menunjukkan siswa menjadi lebih

termotivasi dan lebih nyaman jika menggunakan metode jigsaw sehingga

hal-hal seperti mudah mengantuk, rame sendiri dan lain sebagainya bisa

dihindarkan dan siswa menjadi lebih aktif ketika pembelajaran meskipun

sebagian dari mereka ada yang masih bingung dengan tata cara

pelaksanaan metode jigsaw dan banyak yang masih grogi dalam bekerja

sama dalam kelompok.

Kemudian pada siklus II hasil wawancara menunjukkan minat siswa

terhadap mata pelajaran Al-Qur’an Hadits menjadi lebih tinggi dan

mereka merasakan perubahan yang signifikan dengan memiliki metode

dan semangat sekaligus motivasi yang baru. Dan mereka tentunya sudah

bisa menerima dan menyesuaikan diri dengan metode jigsaw ini.

Selanjutnya pada siklus III hasil wawancara menunjukkan bahwa

mereka sudah sepenuhnya menguasai teknik pembelajaran ini dan

mereka bisa menerimanya dengan ditandai oleh motivasi dan hasil

belajar siswa yang semakin meningkat.

16
17

2. Aplikasi Metode Jigsaw Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

Kelas VIII A Pada Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits di MTs Al-Huda

Gondang

Dalam satu kelas siswa memiliki latar belakang yang hetrogen, ada

yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Dalam tekhnik ini

siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan dikelompok tersebut siswa

dapat menjadi tenaga ahli tentang sebuah topik dengan cara bekerja sama

dengan para anggota dari kelompok lain yang telah ditetapkan sesuai

dengan keahlian yang sesuai dengan topik tersebut. Setelah kembali

kepada kelompok mereka masing-masing, siswa mengajar kelompoknya.

Pembagian kelompok dalam jigsaw harus dilakukan dengan benar

dan tepat agar manfaat jigsaw bisa benar-benar terimplementasikan pada

siswa.

Menurut pendapat Bapak Musthofa ketika peniliti wawancarai,


beliau menuturkan :

Dalam kelompok jigsaw, setiap kelompok harus memiliki anggota


yang seimbang. Yang dimaksud dengan seimbang disini adalah
kemampuan siswa dalam setiap kelompok harus berbeda, ada yang
memiliki kecerdasan tinggi, memiliki kecerdasan yang sedang, dan
memiliki kecerdasan yang rendah, agar mereka bisa saling bekerja
sama dengan baik dan bisa saling bertukar pengalaman dalam
belajar, yang pandai mengajar temannya yang kurang pandai dan
yang kurang pandai bisa lebih termotivasi dengan belajar bersama
teman sebayanya yang lebih pandai tanpa rasa malu atau minder.
Jangan sampai satu kelompok seluruh anggotanya memiliki
kecerdasan tinggi, sedang, maupun rendah. Jika hal itu terjadi maka
akan timbul kecemburuan dan diskriminasi sosial, yang pandai
semakin pandai dan yang bodoh semakin bodoh. Untuk

17
18

mengkategorikan mereka saya sudah memiliki catatan prestasi dan


kemampuan siswa tentang hal itu.20

Hal di atas sesuai dengan yang dilakukan Arronson ketika pertama

kali menerapkan metode jigsaw di Texas. Pada awalnya penelitiannya,

metode jigsaw ini dipakai untuk mengurangi rasa kompetisi dalam

pembelajaran dan masalah ras yang terdapat di sebuah kelas yang berada

di Austin, Texas. Kota Texas ini termasuk mengalami masalah rasis yang

sangat parah, dan itu pun memunculkan intervensi dari sekolah-sekolah

untuk menghilangkan masalah tersebut. Didalam suatu kelas banyak

pelajar Amerika keturunan Afrika, keturunan Hispanik (latin), dan pelajar

kulit putih Amerika untuk yang pertama kalinya berada dalam sebuah

kelas secara bersama-sama. Situasi semakin memanas dan mangancam

lingkungan belajar mereka dikarenakan perbedaan ras tersebut. Dan pada

tahun 1971 Arronson dan beberapa lulusan pelajar lainnya menciptakan

jigsaw dan mencoba untuk menerapkannya di dalam kelas. Dan usaha

keras ini berhasil dengan sukses, pelajar yang pada awalnya kurang

berkomunikasi mulai berkomunikasi dan mulai bekerja sama.

Eksperimen ini terdiri dari membentuk kelompok pembelajaran

(kelompok jigsaw) dimana setiap pelajar tergantung kepada anggota

kelompoknya untuk mendapatkan informasi yang diperlukan untuk lulus

dalam ujian. Tanpa memandang ras, mereka digabungkan menjadi sebuah

grup dan wajib berkerjasama diantara anggotanya agar mencapai sukses

akademik. Ketika dibandingkan dengan kelas tradisional dimana para

20
Moh. Musthofa, Guru Al-Qur’an Hadits, Ruang Guru MTs Al-Huda Gondang, 09 April 2013.

18
19

siswa bersaing secara individu, siswa dalam kelas jigsaw menunjukkan

diskriminasi yang lebih rendah, timbulnya rasa percaya diri, dan prestasi

akademik yang meningkat. Dalam pelaksanaannya pola cooperative

learning teknik jigsaw sangat fleksibel (cocok untuk semua

kelas/tingkatan).21

3. Cara mengatasi kendala-kendala yang muncul selama pelaksanaan

metode jigsaw di kelas VIII A MTs Al-Huda Gondang dalam

pembelajaran Al-Qur’an Hadits

Tidak selamanya proses belajar dengan metode jigsaw berjalan

dengan lancar. Ada beberapa hambatan yang dapat muncul, yang paling

sering terjadi adalah kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar

dengan metode ini. Peserta didik dan pengajar masih terbawa kebiasaan

metode konvensional, dimana pemberian materi terjadi secara satu arah.

Faktor penghambat lain adalah kurangnya waktu, proses metode ini

membutuhkan waktu yang lebih banyak, sementara waktu pelaksanaan

metode ini harus disesuaikan dengan beban kurikulum.7

Hambatan dan kendala dalam penerapan metode jigsaw untuk

meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Al-Qur’an

Hadits di kelas VIII A MTs Al-Huda Gondang diantaranya adalah :

1) Proses adaptasi siswa terhadap pembelajaran jigsaw membutuhkan

waktu lama karena harus mengkoordinasi siswa pada proses


21
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2254204-sejarah-dan-pengertian-teknik-
jigsaw.htm, diakses tanggal 7 Maret 2013.
7
http://telaga.cs.ui.ac.id/WebKuliah/MetodologiPenelitian/laporan4/kelompok5.doc, diakses
tanggal 7 Juni 2013.

19
20

pembelajaran, sehingga pada siklus pertama pembelajaran jigsaw

masih belum maksimal

2) Ketika proses diskusi berlangsung, masih ada beberapa siswa yang

ramai, sehingga mengganggu teman lainnya yang sedang berdiskusi

3) Pada saat mengajarkan materi pada kelompok asal, ada beberapa

siswa dari tim ahli yang gugup ketika menyampaikan hasil

diskusinya

4) Pembagian kelompok yang tidak heterogen dimungkinkan kelompok

yang anggotanya lemah semua atau sebaliknya

5) Siswa yang aktif akan lebih mendominasi jalannya diskusi, sehingga

siswa yang kurang aktif kurang mempunyai kesempatan untuk

berpartisipasi

Untuk mengatasi hambatan-hambatan yang muncul seperti di atas

dapat dilakukan sebagai berikut :

1) Pengelompokan kecerdasan siswa dilakukan terlebih dahulu agar

setiap kelompok memiliki kecerdasan yang seimbang

2) Guru atau peneliti harus benar-benar memahami metode jigsaw agar

siswa dapat memahami pelaksanaan metode jigsaw dan memotivasi

siswa untuk mengikuti pembelajaran Al-Qur’an Hadits

3) Guru atau peneliti dapat memanfaatkan media yang ada dan

didukung oleh sarana prasarana yang memadai dalam pembelajaran

20
21

4) Guru atau peneliti dapat menciptakan suasana kelas yang

menyenangkan, supaya dapat menciptakan pembelajaran interaktif

dan menumbuhkan rasa percaya diri siswa ketika menyampaikan

pendapat.

21

Anda mungkin juga menyukai