1. MASALAH GIZI, TANDA KLINIS DAN PENATALAKSANAANNYA PADA
PENDERITA KANKER A. Pengertian Kanker Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal. Sel-sel kanker akan berkembang dengan cepat, tidak terkendali, dan terus membelah diri, selanjutnya menyusup ke jaringan di sekitarnya (invasive) dan terus menyebar melalui jaringan ikat, darah, dan menyerang organ-organ penting serta saraf tulang belakang. Dalam keadaan normal, sel hanya akan membelah diri jika ada penggantian sel-sel yang telah mati dan rusak. Sebaliknya, sel kanker akan membelah terus meskipun tubuh tidak memerlukannya, sehingga akan terjadi penumpukan sel baru. Penumpukan sel tersebut mendesak dan merusak jaringan normal, sehingga mengganggu organ yang ditempatinya (Mangan, 2014). Kanker adalah suatu jenis penyakit berupa pertumbuhan jaringan yang tidak terkendali kerena hilangnya mekanisme kontrol sel sehingga pertumbuhan menjadi tidak normal. Penyakit ini dapat menyerang semua bagian organ tubuh. Baik pada orang dewasa maupun anak-anak. Akan tetapi, lebih sering menyerang orang yang berusia 40 tahun (Uripi, 2013).
Sumber: dikutip dari jurnal https://gizimu.wordpress.com/2011/11/01/gizi-dan-penyakit-
kanker/pdf
B. Faktor Penyebab Kanker Hubungannya Dengan Zat Gizi
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk melihat hubungan factor gizi dengan kanker. Studi yang paling dikenal adalah studi korelasi yang menggambarkan hubungan antara angka kejadian kanker jenis tertentu dengan pola makan pada setiap negara. Negara dengan kebiasaan makan dan gaya hidupyang berbeda mempunyai insidens penyakit kanker yang berbeda pula. Hal ini memudahkan dihubungkannya factor gizi dan gaya hidup dari negara tersebut dalam kejadian kanker yang paling banyak dinegara tersebut. Namun demikian, studi yang dilakukan untuk mengevaluasi peran makanan terhadap timbulnya suatu kanker seringkali memberikan hasil yang tidak konsisten. Hal ini disebabkan oleh kompleksnya suatu makanan, seperti makanan yang mengandung lemak yang tinggi, juga mengandung protein tinggi dan serat yang rendah. Dalam satu makanan terdapat factor penghambat dan pencetus sekaligus.
Sumber: dikutip dari jurnal file:/2011./Documents/hubungan-asupan-makan-dan-status-
gizi-pa.pdf Sampai saat ini, penyebab kanker belum diketahui pasti. Ada banyak faktor penyebab yang dapat menimbulkan kanker pada bintang percobaan. Namun, hal ini belum sepenuhnya dapat dibuktikan pada manusia, walaupun patut mendapat perhatian. Gaya hidup modern dewasa ini juga dapat meningkatkan resiko pertumbuhan kanker. Misalnya saja kebiasaan merokok, konsumsi minuman keras yang berlebihan, banyak makan makanan yang berlemak, dan berganti-ganti pasangan seksual. Karsinogen secara umum dapat diartikan sebagai penyebab yang dapat merangsang pertumbuhan kanker (Dalimartha, S. 2004). Faktor Penyebab Kanker antara lain : a. Umur Kebanyakan kanker menyerang orang yang berumur di atas 60 tahun. Tetapi tidak sedikit orang yang jauh lebih muda, bahkan anak-anak di bawah umur lima tahun, yang juga terkena kanker. b. Tembakau Asap rokok/tembakau yang dihirup baik perokok aktif maupun perokok pasif dapat menyebabkan kanker paru-paru, kanker pita suara, kanker mulut, tenggorokan, ginjal, kandung kencing, kerongkongan, perut, pankreas, leukemia, dan leher rahim. Bukan hanya asapnya, bahkan sering menghirup aroma tembakau pun dapat menyebabkan kanker, dan mengunyah/menghisapnya (misal dalam bentuk susur –Jw) dapat menyebabkan kanker mulut. c. Sinar Matahari Sinar matahari pagi baik untuk kesehatan. Tetapi sinar matahari siang, yang banyak mengandung ultraviolet, dapat menyebabkan kanker kulit. Gunakan payung, topi lebar, dan pakaian yang sebanyak mungkin menutup tubuh untuk melindungi diri dari sinar ultraviolet. Kulit yang tidak terlindungi, sebaiknya diolesi dengan sunscreen yang mengandung sun protection factor (SPF) paling sedikit 15.Sinar ultraviolet dapat menembus kaca, pakaian yang tipis, juga dapat dipantulkan oleh pasir, air, salju, dan es. Perlu diingat, bahwa lampu-lampu ultraviolet yang banyak dijual di toko juga dapat menyebabkan kanker. d. Zat-zat Kimia Banyak zat kimia yang ditambahkan dalam makanan/minuman modern yang dapat menjadi pemicu kanker, misalnya zat pengawet, pewarna buatan, pemanis buatan, perasa buatan. Padahal, hampir semua makanan/minuman produksi pabrik atau yang dijual di warung/restoran mengandung zat-zat tambahan tersebut. Tetapi makanan yang disiapkan di rumah pun belum tentu bebas resiko kanker. Karena kebanyakan sayur-sayuran dan buah-buahan ditanam dengan mengandalkan pupuk buatan dan pestisida. Makanan yang dipanggang, dibakar, atau digoreng dengan minyak jelantah juga berpotensi menyebabkan kanker. Begitu juga air yang terpolusi deterjen maupun limbah-limbah kimiawi lainnya(walaupun telah dijernihkan).Zat-zat kimia lain penyebab kanker dapat masuk ke tubuh manusia melalui udara, misal bensin, asbes, kadmium, nikel, vinil klorida, dan sebagainya. e. Infeksi Virus dan Bakteri Beberapa jenis virus dan kuman dapat meningkatkan resiko kanker, antara lain: 1) Virus human papilloma (HPV), merupakan penyebab utama kanker leher rahim dan dapat meningkatkan resiko timbulnya kanker jenis lain. Virus hepatitis B dan hepatitis C dapat memicu timbulnya kanker hati. Virus human T-cell leukemia/lymphoma (HTLV-1) meningkatkan resiko limfoma dan leukemia. Virus human immunodeficiency (HIV) yang dikenal sebagai penyebab AIDS ini meningkatkan resiko limfoma dan Kaposi’s sarcoma. 2) Virus Epstein-Barr meningkatkan resiko terjangkitnya limfoma. Virus human herpes 8 (HHV8) dapat menyebabkan Kaposi’s sarcoma. Helicobacter pylori penyebab luka lambung dan usus juga dapat menimbulkan kanker disepanjang saluran pencernaan. f. Diet, Kegemukan, dan Kurang Gerak Terlalu banyak mengkonsumsi daging merah dan garam diduga dapat meningkatkan resiko kanker usus, rektum, dan kanker lain di daerah perut. Sebaliknya banyak mengkonsumsi sayur dan buah dapat mengurangi resiko kanker di sepanjang saluran pencernaan. Kegemukan dan kurang gerak dapat memicu timbulnya kanker payudara, endometrium, ginjal, usus besar, dan kerongkongan. Untuk mencegahnya, setiap hari berolahragalah setidaknya selama 30 menit. g. Alkohol Konsumsi alkohol dapat memicu kanker mulut, tenggorokan, kerongkongan, pita suara, liver, dan payudara. h. Hormon Hormon estrogen yang berlebihan dalam tubuh dapat meningkatkan kemungkinan terjangkitnya kanker kandungan dan kanker payudara. Sedang hormon progesteron dapat mencegah timbulnya kanker endometrium, tetapi meningkatkan resiko kanker payudara. Kedua jenis hormon tersebut banyak digunakan sebagai bahan pil KB maupun terapi sulih hormon pada wanita menopause. Penggunaan jangka panjang dapat mengurangi resiko kanker kandungan dan endometrium, tetapi meningkatkan resiko kanker payudara dan kanker liver. i. Riwayat Keluarga Faktor-faktor pemicu di atas baru akan menimbulkan kanker kalau berhasil membuat sebuah gen dalam inti sel berubah (bermutasi). Jika sistem kekebalan tubuh tidak mampu memperbaiki atau menghancurkan gen yang mengalami mutasi ini, gen tersebut membuat sel normal berubah menjadi sel ganas, yang seterusnya berkembang menjadi kanker. Adakalanya gen pembawa sifat ini kemudian diturunkan kepada anak, yang membuat anak tersebut memiliki gen yang tidak normal. Sekalipun demikian gen tidak normal ini belum tentu berkembang menjadi kanker, karena masih tergantung pada ada-tidaknya pemicu- pemicu lain dan kuat-tidaknya daya tahan tubuhnya. Lagipula tidak semua jenis kanker diturunkan. Hanya kanker jenis tertentu yang memiliki kecenderungan diturunkan, yakni melanoma (kanker kulit), payudara, kandungan, prostat, dan usus besar (Dalamartha,S. 2004). Sumber: dikutip dari jurnal https://gizimu.wordpress.com/2011/11/01/gizi-dan- penyakit-kanker/pdf
C. Peran Zat Gizi Pada Penyakit Kanker
1) Vitamin A Vitamin A adalah vitamin yang larut dalam lemak, tetapi tidak larut dalam air.vitamin A banyak ditemui pada bahan makanan hewani seperti daging, ikan, atau ayam. Sementara itu, Pro-Vitamin A (Beta karoten) didapatkan dari sayuran dan buah-buahan. Karoten yang dikonsumsi, pada mukosa usus halus diubah menjadi vitamin A. Vitamin A dapat mencegah timbulnya kanker. Pro vitamin A dapat berperan sebagai hormon yang mempengaruhi deferensiasi (Pembegian fungsi) sel dalam proses pematangan sel. Dengan demikian, Vitamin A dapat mencegah pembentukan sel-sel tumor. Penelitian Epidemiologi membuktikan bahwa orang yang mempunyai kadar vitamin A tinggi dalam serum dapat terhindar dari kanker (Mardiah, dkk. 2008). 2) Vitamin C (Asam Askorbat) Beberapa penelitian menyatakan bahwa vitamin C atau makanan yang mengandung vitamin C dapat mencegah kanker.Vitamin C merupakan antioksidan non enzimatik pemecah rantai hidrofilik, juga merupakan prooksidan, yaitu zat selain berfungsi sebagai antioksidan dan juga sebagai oksidan yang kurang reaktif. Vitamin C dapat diberikan per oral maupun intravena. Kebutuhan harian vitamin C dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, kelompok resiko tinggi. Berdasarkan Recommended Dietary Allowance (RDA), seorang pria rata-rata membutuhkan vitamin C 90 mg/hari sedangkan perempuan 75 mg/hari dengan dosisi maksimal 2000 mg/hari. Peranan Vitamin C pada Sel : a) Mencegah kerusakan sel akibat stress oksidatif Sel-sel tubuh yang mengalami stress oksidatif akan menimbulkan pembentukan radical oxigen species (ROS). Adanya ROS akan menimbulkan dampak perubahan pada molekul seluler, bentuk dan ketahanan hidup sel. Perubahan juga terjadi pada DNA, membran sel berupa peroksidasi dari PUFA dan produksi sitokin yang berperan dalam proses inflamasi. Vitamin C mampu mengikat ROS sehingga perubahan tersebut tidak terjadi, mengakibatkan kematian sel-sel normal dapat dicegah. b) Menginduksi Apoptosis Sel Kanker Salah satu mekanisme tubuh mengatasi kelainan di tingkat sel agar tubuh tetap dalam keadaan homeostatis adalah dengan mematikan sel sendiri secara otomatis yang disebut sebagai apoptosis. Mekanisme ini berbeda dengan kematian sel nekrosis. Defisiensi vitamin C akibat kurangnya asupan makanan sering terjadi pada penderita kanker. Penelitian yang pernah dilakukan adalah rendahnya kadar vitamin C penderita keganasan di dalam serum (<11µmol/L) dan rendahnya angka survival pada penderita tersebut (Kusumawardani,N.1996). 3) Vitamin E Vitamin E merupakan antioksidan yang paling banyak di alam, zat penyapu radikal bebas dan bersifat lipofilik. Vitamin E berfungsi sebagai pelindung terhadap peroksida lipid dengan menyumbangkan hidrogen ke dalam reaksi, menyekat aktivitas tambahan yang dilakukan oleh peroksida, memutus reaksi berantai dan membatasi kerusakan. Kebutuhan vitamin E berdasarkan Recommended Dietary Allowance (RDA) laki-laki dan perempuan rata-rata membutuhkan vitamin E sebanyak 15 mg (22,4 IU). Pasien kanker membutuhkan vitamin E hingga 400 mg/hari untuk meningkatkan imunitas tubuh dalam melawan radikal bebas. Dosisi maksimal yang bisa ditoleransi adalah 1000 mg/hari (Kusumawardani,N.1996). 4) Mineral Mineral yang berhubungan dengan sel imun adalah zinc. Zinc dapat membantu tubuh menghasilkan antibodi dan menstabilkan membran sel. Selain itu mineral-mineral lain yang tidak kalah penting dalam membangun sistem imun adalah selenium yang berperan dalam proses detoksifikasi (pengeluaran racun dari dalam tubuh) (Mardiah, dkk. 2008). 5) Serat Serat yang terdapat dalam pangan dapat mengurangi resiko kanker. Sayuran dan buah-buahan merupakan sumber serat yang baik. Serat menyerap cairan dan tidak dapat dicerna oleh enzim-enzim pencernaan, karena itu serat menyebabkan volum tinja besar dan mudah dikeluarkan. Volum tinja yang besar ini mempermudah gerak peristaltik usus besar, sehingga kotoran tidak lama berada dalam perut melainkan cepat dikeluarkan. Karena tinja cepat dikeluarkan maka zat-zat karsinogenik yang mungkin terbawa bersama makanan tidak mempunyai cukup waktu untuk bekerja dalam tubuh kita. Sebaliknya pada orang yang mengkonsumsi sedikit serat, volum tinja akan kecil dan mengeras sulit didorong oleh gerak peristaltik usus sehingga waktu berada dalam perut lebih lama dan zat- zat karsinogenik mempunyai cukup waktu untuk menetrasi tubuh kita. Peran serat makanan atau dietary fiber secara umum dalam memacu pertumbuhan bakteri asam laktat (lactobacillus) yang mempunyai sifat metabolik seperti bifidobakteria dalam menghasilkan asam lemak rantai pendek dan perbaikan imun (Mardiah, dkk. 2008).
Sumber: dikutip dari jurnal https://gizimu.wordpress.com/2011/11/01/gizi-dan-
penyakit-kanker/pdf D. Penatalaksanaan Penyakit kanker dengan Zat Gizi Ada tiga tujuan utama dilakukannya terapi nutrisi bagi pasien kanker, yaitu memberikan nutrien yang kurang, menjaga kesehatan nutrisi, dan mencegah masalah lebih lanjut. Terapi nutrisi akan mencegah penurunan massa otot dan tulang, mengurangi efek samping terapi kanker, menjaga kekuatan dan sistem imun, serta membantu proses penyembuhan dan pemulihan. Pengobatan kanker dengan kemoterapi, efeknya tidak hanya berdampak pada tubuh yang terkena kanker saja tetapi dapat mempengaruhi kondisi tubuh secara keseluruhan. Sel-sel tubuh yang semula normal dapat menjadi rusak. Apabila kerusakan telah mencapai saluran gastrointestinal maka akan terjadi diare, konstipasi, dan malabsorbsi. Meskipun demikian efek pada saluran gastrointestinal ini hanya berlangsung sementara. Setelah beberapa hari akan tumbuh sel-sel baru dan selanjutnya fungsi saluran gastrointestinalpun dapat normal kembali. Gangguan lain yang dapat timbul adalah ganguan indra perasa, nausea, vomiting, water retention, clan pembengkakan (Foltz et al, 1987). Setelah , kemoterapi selesai maka gangguan tersebut akan hilang dan status gizi dapat menjadi lebih baik. Steroid yang digunakan saat kemoterapi memerlukan pembatasan dalam intake natrium dan karbohidrat karena adanya penimbunan cairan dan meningkatnya kadar glukosa serum. Efek samping yang terjadi selama kemoterapi ini membuat pasien kanker sulit untuk mengkonsumi zat gizi secara optimal. Dengan demikian perlu penanganan lebih lanjut pada pasien kemoterapi 1n1 agar pasien dapat memperbaiki status gizinya secara optimal. Pengobatan kanker dengan operasi dilakukan untuk rnenghilangkan tumor atau meringankan gangguan yang menyertainya. Masalah gizi yang mungkin timbul bergantung dari bagian tubuh mana yang dioperasi dan prosedur operasi pengangkatan tumor yang dilakukan. Agar dapat memenuhi kebutuhan gizi secara optimal maka diet yang diberikan harus selalu dimodifikasi sesuai dengan kondisi dan kemampuan pasien. Berikut ini langkah-langkah yang dapat dilakukan, dalam manajemen nutrisi pada pasien kanker: 1) Skrining dan penilaian status nutrisi dan penilaian status klinis. Hal ini dilakukan bahkan sebelum terapi kanker dimulai, berlangsung secara kontinyu selama terapi. Skrining dilakukan untuk mencari pasien yang mungkin akan mengalami malnutrisi, sehingga dapat dilakukan pencegahan sejak dini. Sedangkan penilaian status nutrisi akan membantu menentukan, perlu tidaknya terapi nutrisi dan jenis yang tepat jika terdapat masalah nutrisi. Hal-hal yang dinilai dalam skrining dan pemeriksaan status nutrisi, antara lain: Perubahan berat badan, lemak, dan cairan dalam tubuh Perubahan jenis dan jumlah makanan, dibanding yang biasa dikonsumsi pasien. Gangguan yang mempengaruhi asupan seperti nafsu makan, mual, muntah, diare, konstipasi, sariawan, mulut kering, perubahan pengecap dan penghidu, atau adanya nyeri. Mobilitas pasien dan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. 2) Menentukan kebutuhan nutrisi. Dr. Irani mengatakan, kebutuhan dan peresepan nutrisi harus dikaji secara rutin, agar tetap sesuai dengan berubahnya tingkat aktivitas, tujuan terapi, kondisi klinis dan setting perawatan. Kebutuhan energi harus balans dengan energi yang dikeluarkan. Kebutuhan nutrisi meliputi makronutrien (karbohidrat, protein, lemak), mikronutrien (vitamin, antioksidan, trace elements), serta cairan dan elektrolit. 3) Menentukan komposisi nutrisi. Kebutuhan energi pasien yang masih bisa beraktivitas adalah 30-35 kkal/kgBB/hari. Sedangkan bagi pasien yang tidak dapat bangun dari tempat tidur, kebutuhan energinya 20-25 kkal/kgBB/hari. Dari kebutuhan energi ini, 45- 55%-nya harus dipenuhi dari karbohidrat, 30% dari lemak, sisanya dari protein. Jumlah kebutuhan protein ditentukan berdasarkan ada tidaknya stress, misalnya pada masa perioperatif, transplantasi stem cell, dan lain-lain. Pada pasien yang non-stress, komposisi protein adalah 1-1,2 gram/kgBB/hari. Pada pasien yang hiperkatabolik, kebutuhan proteinnya adalah 1,2–1,6 gram/kgBB/hari. Sedangkan pada pasien dengan stress berat, perlu protein 1,5 – 2 gram/kgBB/hari. Vitamin dibutuhkan, sebagai antioksidan (vitamin A, C, dan E) mau pun untuk membantu metabolisme dan hemopoiesis (vitamin K, B1, B6, asam folat). Demikian juga dengan trace element, terutama antioksidan seperti Zn dan Se. 4) Menentukan cara pemberian nutrisi. Cara pemberian nutrisi pada penderita kanker, sangat bergantung pada fungsi saluran cerna. Pada pasien yang masih bisa makan, diberikan nutrisi oral dalam bentuk diet khusus. Ini karena biasanya penderita kanker memiliki gangguan pada saluran cerna (porsi kecil dan sering, rendah monokarbohidrat, cairan tinggi kalori, dll). Kendalanya, pasien seringkali tidak nafsu makan atau terlalu lemah untuk bisa makan. Nutrisi enteral juga dapat diberikan melalui nasogastric tube atau gastrostomy tube. Dengan demikian, pasien yang asupannya hanya sedikit, tetap dapat memperoleh nutrisi yang cukup. Pada nutrisi parenteral, nutrisi diberikan melalui aliran darah. Ini merupakan cara pemberian nutrisi bagi pasien yang tidak dapat menerima nutrisi enteral atau oral. Untuk menghantarkan nutrisi parenteral total (TPN) yang hiperosmolar, memerlukan kateterisasi vena sentral. Pemasangan vena sentral berisiko menimbulkan komplikasi berupa pneumothoraks, trombosis vena, dan sepsis. Banyak studi yang menunjukkan bahwa pemberian TPN hanya sedikit, bahkan tidak memberikan manfaat bagi pasien. 5) Pengawasan terhadap efek samping/komplikasi dari terapi nutrisi. a) Brain chain amino acid (BCAA) Penting dalam keadaan katabolik. Oksidasi BCAA meningkat 6-7% energi, 20% pada keadaan katabolik. Kapasitas penyerapan BCAA di usus meningkat pesat pada keadaan stress. Oksidasi BCAA memberikan energi bagi otot dan organ lain, serta menjadi prekursor untuk sintesis asam amino, menggantikan alanin dan glutamin yang hilang pada keadaan katabolik. Yang termasuk BCAA antara lain valin, isoleucin, dan leucin. “Ini merupakan asam amino esensial yang diperlukan bagi sel, agar dapat berfungsi dengan normal dan memiliki peran vital dalam pengaturan metabolisme protein,” jelasnya. BCAA memperbaiki morbiditas dan kualitas hidup, meningkatkan sistem imun, memperbaiki keseimbangan nitrogen dan sintesis protein, dan meningkatkan nafsu makan. b) Antioksidan dan mikronutrien Selenium melindungi kerusakan oksidatif jaringan, mencetuskan kematian sel melalui COX2/PGE2, menurunkan mortalitas. Zinc dapat membantu memperbaiki survival. Vitamin C dan E merupakan antioksidan, dan membantu mengembalikan berat badan yang turun. Fe, vitamin B12, asam folat merupakan nutrisi yang diperlukan dalam hematopoiesis. Selain itu, vitamin B kompleks berperan dalam banyak proses metabolisme. c) Omega 3 Suplemen protein yang kaya akan omega 3 PUFA dan vitamin antioksidan dengan kadar tinggi, dapat memulihkan penurunan berat badan yang berat. d) Fructooligosaccharida (FOS) Merupakan prebiotik berupa karbohidrat yang tidak dapat dicerna (indigestible). Prebiotik meningkatkan jumlah bakteri menguntungkan di usus besar (probiotik), meningkatkan pencernaan dan absorpsi nutrien, serta mengurangi gangguan saluran cerna. e) Glutamin Mendukung fungsi imun, otot, dan usus. Menurunkan komplikasi infeksi, meningkatkan toleransi terhadap terapi adjuvan, memperkuat aktivitas limfosit NK, membantu potensiasi sitotoksisitas tumor yang dicetuskan oleh TNF. Glutamin dianjurkan diberikan sedini mungkin, pada pasien yang mengalami mukositis akibat kemoterapi atau radioterapi. Dosis yang dianjurkan adalah 20-30 g/hari.
Sumber: dikutip dari artikel http:// litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/view/940
2. MASALAH GIZI, TANDA KLINIS DAN PENATALAKSANAANNYA PADA PENDERITA HIV-AIDS