Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN

1. MASALAH GIZI, TANDA KLINIS DAN PENATALAKSANAANNYA PADA


PENDERITA KANKER
A. Pengertian Kanker
Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel
jaringan tubuh yang tidak normal. Sel-sel kanker akan berkembang dengan cepat,
tidak terkendali, dan terus membelah diri, selanjutnya menyusup ke jaringan di
sekitarnya (invasive) dan terus menyebar melalui jaringan ikat, darah, dan
menyerang organ-organ penting serta saraf tulang belakang. Dalam keadaan normal,
sel hanya akan membelah diri jika ada penggantian sel-sel yang telah mati dan rusak.
Sebaliknya, sel kanker akan membelah terus meskipun tubuh tidak memerlukannya,
sehingga akan terjadi penumpukan sel baru. Penumpukan sel tersebut mendesak dan
merusak jaringan normal, sehingga mengganggu organ yang ditempatinya (Mangan,
2014).
Kanker adalah suatu jenis penyakit berupa pertumbuhan jaringan yang tidak
terkendali kerena hilangnya mekanisme kontrol sel sehingga pertumbuhan menjadi
tidak normal. Penyakit ini dapat menyerang semua bagian organ tubuh. Baik pada
orang dewasa maupun anak-anak. Akan tetapi, lebih sering menyerang orang yang
berusia 40 tahun (Uripi, 2013).

Sumber: dikutip dari jurnal https://gizimu.wordpress.com/2011/11/01/gizi-dan-penyakit-


kanker/pdf

B. Faktor Penyebab Kanker Hubungannya Dengan Zat Gizi


Berbagai penelitian telah dilakukan untuk melihat hubungan factor gizi
dengan kanker. Studi yang paling dikenal adalah studi korelasi yang menggambarkan
hubungan antara angka kejadian kanker jenis tertentu dengan pola makan pada setiap
negara. Negara dengan kebiasaan makan dan gaya hidupyang berbeda mempunyai
insidens penyakit kanker yang berbeda pula. Hal ini memudahkan dihubungkannya
factor gizi dan gaya hidup dari negara tersebut dalam kejadian kanker yang paling
banyak dinegara tersebut.
Namun demikian, studi yang dilakukan untuk mengevaluasi peran makanan
terhadap timbulnya suatu kanker seringkali memberikan hasil yang tidak konsisten.
Hal ini disebabkan oleh kompleksnya suatu makanan, seperti makanan yang
mengandung lemak yang tinggi, juga mengandung protein tinggi dan serat yang
rendah. Dalam satu makanan terdapat factor penghambat dan pencetus sekaligus.

Sumber: dikutip dari jurnal file:/2011./Documents/hubungan-asupan-makan-dan-status-


gizi-pa.pdf
Sampai saat ini, penyebab kanker belum diketahui pasti. Ada banyak faktor
penyebab yang dapat menimbulkan kanker pada bintang percobaan. Namun, hal ini
belum sepenuhnya dapat dibuktikan pada manusia, walaupun patut mendapat
perhatian. Gaya hidup modern dewasa ini juga dapat meningkatkan resiko
pertumbuhan kanker. Misalnya saja kebiasaan merokok, konsumsi minuman keras
yang berlebihan, banyak makan makanan yang berlemak, dan berganti-ganti
pasangan seksual. Karsinogen secara umum dapat diartikan sebagai penyebab yang
dapat merangsang pertumbuhan kanker (Dalimartha, S. 2004).
Faktor Penyebab Kanker antara lain :
a. Umur
Kebanyakan kanker menyerang orang yang berumur di atas 60 tahun. Tetapi
tidak sedikit orang yang jauh lebih muda, bahkan anak-anak di bawah umur lima
tahun, yang juga terkena kanker.
b. Tembakau
Asap rokok/tembakau yang dihirup baik perokok aktif maupun perokok pasif
dapat menyebabkan kanker paru-paru, kanker pita suara, kanker mulut,
tenggorokan, ginjal, kandung kencing, kerongkongan, perut, pankreas, leukemia,
dan leher rahim. Bukan hanya asapnya, bahkan sering menghirup aroma
tembakau pun dapat menyebabkan kanker, dan mengunyah/menghisapnya (misal
dalam bentuk susur –Jw) dapat menyebabkan kanker mulut.
c. Sinar Matahari
Sinar matahari pagi baik untuk kesehatan. Tetapi sinar matahari siang, yang
banyak mengandung ultraviolet, dapat menyebabkan kanker kulit. Gunakan
payung, topi lebar, dan pakaian yang sebanyak mungkin menutup tubuh untuk
melindungi diri dari sinar ultraviolet. Kulit yang tidak terlindungi, sebaiknya
diolesi dengan sunscreen yang mengandung sun protection factor (SPF) paling
sedikit 15.Sinar ultraviolet dapat menembus kaca, pakaian yang tipis, juga dapat
dipantulkan oleh pasir, air, salju, dan es. Perlu diingat, bahwa lampu-lampu
ultraviolet yang banyak dijual di toko juga dapat menyebabkan kanker.
d. Zat-zat Kimia
Banyak zat kimia yang ditambahkan dalam makanan/minuman modern yang
dapat menjadi pemicu kanker, misalnya zat pengawet, pewarna buatan, pemanis
buatan, perasa buatan. Padahal, hampir semua makanan/minuman produksi
pabrik atau yang dijual di warung/restoran mengandung zat-zat tambahan
tersebut. Tetapi makanan yang disiapkan di rumah pun belum tentu bebas resiko
kanker. Karena kebanyakan sayur-sayuran dan buah-buahan ditanam dengan
mengandalkan pupuk buatan dan pestisida. Makanan yang dipanggang, dibakar,
atau digoreng dengan minyak jelantah juga berpotensi menyebabkan kanker.
Begitu juga air yang terpolusi deterjen maupun limbah-limbah kimiawi
lainnya(walaupun telah dijernihkan).Zat-zat kimia lain penyebab kanker dapat
masuk ke tubuh manusia melalui udara, misal bensin, asbes, kadmium, nikel,
vinil klorida, dan sebagainya.
e. Infeksi Virus dan Bakteri
Beberapa jenis virus dan kuman dapat meningkatkan resiko kanker, antara lain:
1) Virus human papilloma (HPV), merupakan penyebab utama kanker leher
rahim dan dapat meningkatkan resiko timbulnya kanker jenis lain.
Virus hepatitis B dan hepatitis C dapat memicu timbulnya kanker hati.
Virus human T-cell leukemia/lymphoma (HTLV-1) meningkatkan resiko
limfoma dan leukemia. Virus human immunodeficiency (HIV) yang dikenal
sebagai penyebab AIDS ini meningkatkan resiko limfoma dan Kaposi’s
sarcoma.
2) Virus Epstein-Barr meningkatkan resiko terjangkitnya limfoma. Virus human
herpes 8 (HHV8) dapat menyebabkan Kaposi’s sarcoma. Helicobacter
pylori penyebab luka lambung dan usus juga dapat menimbulkan kanker
disepanjang saluran pencernaan.
f. Diet, Kegemukan, dan Kurang Gerak
Terlalu banyak mengkonsumsi daging merah dan garam diduga dapat
meningkatkan resiko kanker usus, rektum, dan kanker lain di daerah perut.
Sebaliknya banyak mengkonsumsi sayur dan buah dapat mengurangi resiko
kanker di sepanjang saluran pencernaan. Kegemukan dan kurang gerak dapat
memicu timbulnya kanker payudara, endometrium, ginjal, usus besar, dan
kerongkongan. Untuk mencegahnya, setiap hari berolahragalah setidaknya
selama 30 menit.
g. Alkohol
Konsumsi alkohol dapat memicu kanker mulut, tenggorokan, kerongkongan,
pita suara, liver, dan payudara.
h. Hormon
Hormon estrogen yang berlebihan dalam tubuh dapat meningkatkan
kemungkinan terjangkitnya kanker kandungan dan kanker payudara. Sedang
hormon progesteron dapat mencegah timbulnya kanker endometrium, tetapi
meningkatkan resiko kanker payudara. Kedua jenis hormon tersebut banyak
digunakan sebagai bahan pil KB maupun terapi sulih hormon pada wanita
menopause. Penggunaan jangka panjang dapat mengurangi resiko kanker
kandungan dan endometrium, tetapi meningkatkan resiko kanker payudara dan
kanker liver.
i. Riwayat Keluarga
Faktor-faktor pemicu di atas baru akan menimbulkan kanker kalau berhasil
membuat sebuah gen dalam inti sel berubah (bermutasi). Jika sistem kekebalan
tubuh tidak mampu memperbaiki atau menghancurkan gen yang mengalami
mutasi ini, gen tersebut membuat sel normal berubah menjadi sel ganas, yang
seterusnya berkembang menjadi kanker. Adakalanya gen pembawa sifat ini
kemudian diturunkan kepada anak, yang membuat anak tersebut memiliki gen
yang tidak normal. Sekalipun demikian gen tidak normal ini belum tentu
berkembang menjadi kanker, karena masih tergantung pada ada-tidaknya pemicu-
pemicu lain dan kuat-tidaknya daya tahan tubuhnya. Lagipula tidak semua jenis
kanker diturunkan. Hanya kanker jenis tertentu yang memiliki kecenderungan
diturunkan, yakni melanoma (kanker kulit), payudara, kandungan, prostat, dan
usus besar (Dalamartha,S. 2004).
Sumber: dikutip dari jurnal https://gizimu.wordpress.com/2011/11/01/gizi-dan-
penyakit-kanker/pdf

C. Peran Zat Gizi Pada Penyakit Kanker


1) Vitamin A
Vitamin A adalah vitamin yang larut dalam lemak, tetapi tidak larut dalam
air.vitamin A banyak ditemui pada bahan makanan hewani seperti daging, ikan,
atau ayam. Sementara itu, Pro-Vitamin A (Beta karoten) didapatkan dari sayuran
dan buah-buahan. Karoten yang dikonsumsi, pada mukosa usus halus diubah
menjadi vitamin A. Vitamin A dapat mencegah timbulnya kanker. Pro vitamin A
dapat berperan sebagai hormon yang mempengaruhi deferensiasi (Pembegian
fungsi) sel dalam proses pematangan sel. Dengan demikian, Vitamin A dapat
mencegah pembentukan sel-sel tumor. Penelitian Epidemiologi membuktikan
bahwa orang yang mempunyai kadar vitamin A tinggi dalam serum dapat
terhindar dari kanker (Mardiah, dkk. 2008).
2) Vitamin C (Asam Askorbat)
Beberapa penelitian menyatakan bahwa vitamin C atau makanan yang
mengandung vitamin C dapat mencegah kanker.Vitamin C merupakan
antioksidan non enzimatik pemecah rantai hidrofilik, juga merupakan prooksidan,
yaitu zat selain berfungsi sebagai antioksidan dan juga sebagai oksidan yang
kurang reaktif. Vitamin C dapat diberikan per oral maupun intravena. Kebutuhan
harian vitamin C dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, kelompok resiko tinggi.
Berdasarkan Recommended Dietary Allowance (RDA), seorang pria rata-rata
membutuhkan vitamin C 90 mg/hari sedangkan perempuan 75 mg/hari dengan
dosisi maksimal 2000 mg/hari.
Peranan Vitamin C pada Sel :
a) Mencegah kerusakan sel akibat stress oksidatif
Sel-sel tubuh yang mengalami stress oksidatif akan menimbulkan
pembentukan radical oxigen species (ROS). Adanya ROS akan menimbulkan
dampak perubahan pada molekul seluler, bentuk dan ketahanan hidup sel.
Perubahan juga terjadi pada DNA, membran sel berupa peroksidasi dari
PUFA dan produksi sitokin yang berperan dalam proses inflamasi. Vitamin C
mampu mengikat ROS sehingga perubahan tersebut tidak terjadi,
mengakibatkan kematian sel-sel normal dapat dicegah.
b) Menginduksi Apoptosis Sel Kanker
Salah satu mekanisme tubuh mengatasi kelainan di tingkat sel agar
tubuh tetap dalam keadaan homeostatis adalah dengan mematikan sel sendiri
secara otomatis yang disebut sebagai apoptosis. Mekanisme ini berbeda
dengan kematian sel nekrosis. Defisiensi vitamin C akibat kurangnya asupan
makanan sering terjadi pada penderita kanker. Penelitian yang pernah
dilakukan adalah rendahnya kadar vitamin C penderita keganasan di dalam
serum (<11µmol/L) dan rendahnya angka survival pada penderita tersebut
(Kusumawardani,N.1996).
3) Vitamin E
Vitamin E merupakan antioksidan yang paling banyak di alam, zat penyapu
radikal bebas dan bersifat lipofilik. Vitamin E berfungsi sebagai pelindung
terhadap peroksida lipid dengan menyumbangkan hidrogen ke dalam reaksi,
menyekat aktivitas tambahan yang dilakukan oleh peroksida, memutus reaksi
berantai dan membatasi kerusakan. Kebutuhan vitamin E berdasarkan
Recommended Dietary Allowance (RDA) laki-laki dan perempuan rata-rata
membutuhkan vitamin E sebanyak 15 mg (22,4 IU). Pasien kanker membutuhkan
vitamin E hingga 400 mg/hari untuk meningkatkan imunitas tubuh dalam
melawan radikal bebas. Dosisi maksimal yang bisa ditoleransi adalah 1000
mg/hari (Kusumawardani,N.1996).
4) Mineral
Mineral yang berhubungan dengan sel imun adalah zinc. Zinc dapat
membantu tubuh menghasilkan antibodi dan menstabilkan membran sel. Selain
itu mineral-mineral lain yang tidak kalah penting dalam membangun sistem imun
adalah selenium yang berperan dalam proses detoksifikasi (pengeluaran racun
dari dalam tubuh) (Mardiah, dkk. 2008).
5) Serat
Serat yang terdapat dalam pangan dapat mengurangi resiko kanker. Sayuran
dan buah-buahan merupakan sumber serat yang baik. Serat menyerap cairan dan
tidak dapat dicerna oleh enzim-enzim pencernaan, karena itu serat menyebabkan
volum tinja besar dan mudah dikeluarkan. Volum tinja yang besar ini
mempermudah gerak peristaltik usus besar, sehingga kotoran tidak lama berada
dalam perut melainkan cepat dikeluarkan. Karena tinja cepat dikeluarkan maka
zat-zat karsinogenik yang mungkin terbawa bersama makanan tidak mempunyai
cukup waktu untuk bekerja dalam tubuh kita. Sebaliknya pada orang yang
mengkonsumsi sedikit serat, volum tinja akan kecil dan mengeras sulit didorong
oleh gerak peristaltik usus sehingga waktu berada dalam perut lebih lama dan zat-
zat karsinogenik mempunyai cukup waktu untuk menetrasi tubuh kita. Peran serat
makanan atau dietary fiber secara umum dalam memacu pertumbuhan bakteri
asam laktat (lactobacillus) yang mempunyai sifat metabolik seperti bifidobakteria
dalam menghasilkan asam lemak rantai pendek dan perbaikan imun (Mardiah,
dkk. 2008).

Sumber: dikutip dari jurnal https://gizimu.wordpress.com/2011/11/01/gizi-dan-


penyakit-kanker/pdf
D. Penatalaksanaan Penyakit kanker dengan Zat Gizi
Ada tiga tujuan utama dilakukannya terapi nutrisi bagi pasien kanker, yaitu
memberikan nutrien yang kurang, menjaga kesehatan nutrisi, dan mencegah masalah
lebih lanjut. Terapi nutrisi akan mencegah penurunan massa otot dan tulang,
mengurangi efek samping terapi kanker, menjaga kekuatan dan sistem imun, serta
membantu proses penyembuhan dan pemulihan.
Pengobatan kanker dengan kemoterapi, efeknya tidak hanya berdampak pada
tubuh yang terkena kanker saja tetapi dapat mempengaruhi kondisi tubuh secara
keseluruhan. Sel-sel tubuh yang semula normal dapat menjadi rusak. Apabila
kerusakan telah mencapai saluran gastrointestinal maka akan terjadi diare, konstipasi,
dan malabsorbsi. Meskipun demikian efek pada saluran gastrointestinal ini hanya
berlangsung sementara. Setelah beberapa hari akan tumbuh sel-sel baru dan
selanjutnya fungsi saluran gastrointestinalpun dapat normal kembali.
Gangguan lain yang dapat timbul adalah ganguan indra perasa, nausea,
vomiting, water retention, clan pembengkakan (Foltz et al, 1987). Setelah ,
kemoterapi selesai maka gangguan tersebut akan hilang dan status gizi dapat menjadi
lebih baik. Steroid yang digunakan saat kemoterapi memerlukan pembatasan dalam
intake natrium dan karbohidrat karena adanya penimbunan cairan dan meningkatnya
kadar glukosa serum. Efek samping yang terjadi selama kemoterapi ini membuat
pasien kanker sulit untuk mengkonsumi zat gizi secara optimal. Dengan demikian
perlu penanganan lebih lanjut pada pasien kemoterapi 1n1 agar pasien dapat
memperbaiki status gizinya secara optimal.
Pengobatan kanker dengan operasi dilakukan untuk rnenghilangkan tumor
atau meringankan gangguan yang menyertainya. Masalah gizi yang mungkin timbul
bergantung dari bagian tubuh mana yang dioperasi dan prosedur operasi
pengangkatan tumor yang dilakukan. Agar dapat memenuhi kebutuhan gizi secara
optimal maka diet yang diberikan harus selalu dimodifikasi sesuai dengan kondisi
dan kemampuan pasien.
Berikut ini langkah-langkah yang dapat dilakukan, dalam manajemen nutrisi
pada pasien kanker:
1) Skrining dan penilaian status nutrisi dan penilaian status klinis.
Hal ini dilakukan bahkan sebelum terapi kanker dimulai, berlangsung secara
kontinyu selama terapi. Skrining dilakukan untuk mencari pasien yang mungkin
akan mengalami malnutrisi, sehingga dapat dilakukan pencegahan sejak dini.
Sedangkan penilaian status nutrisi akan membantu menentukan, perlu tidaknya
terapi nutrisi dan jenis yang tepat jika terdapat masalah nutrisi.
Hal-hal yang dinilai dalam skrining dan pemeriksaan status nutrisi, antara
lain:
 Perubahan berat badan, lemak, dan cairan dalam tubuh
 Perubahan jenis dan jumlah makanan, dibanding yang biasa dikonsumsi 
pasien.
 Gangguan yang mempengaruhi asupan seperti nafsu makan, mual, muntah,
diare, konstipasi, sariawan, mulut kering, perubahan pengecap dan penghidu,
atau adanya nyeri.
 Mobilitas pasien dan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
2) Menentukan kebutuhan nutrisi.
Dr. Irani mengatakan, kebutuhan dan peresepan nutrisi harus dikaji secara
rutin, agar tetap sesuai dengan berubahnya tingkat aktivitas, tujuan terapi, kondisi
klinis dan setting perawatan. Kebutuhan energi harus balans dengan energi yang
dikeluarkan. Kebutuhan nutrisi meliputi makronutrien (karbohidrat, protein,
lemak), mikronutrien (vitamin, antioksidan, trace elements), serta cairan dan
elektrolit.
3) Menentukan komposisi nutrisi.
Kebutuhan energi pasien yang masih bisa beraktivitas adalah 30-35
kkal/kgBB/hari. Sedangkan bagi pasien yang tidak dapat bangun dari tempat
tidur, kebutuhan energinya 20-25 kkal/kgBB/hari. Dari kebutuhan energi ini, 45-
55%-nya harus dipenuhi dari karbohidrat, 30% dari lemak, sisanya dari protein.
Jumlah kebutuhan protein ditentukan berdasarkan ada tidaknya stress,
misalnya pada masa perioperatif, transplantasi stem cell, dan lain-lain. Pada
pasien yang non-stress, komposisi protein adalah 1-1,2 gram/kgBB/hari. Pada
pasien yang hiperkatabolik, kebutuhan proteinnya adalah 1,2–1,6
gram/kgBB/hari. Sedangkan pada pasien dengan stress berat, perlu protein 1,5 –
2 gram/kgBB/hari.
Vitamin dibutuhkan, sebagai antioksidan (vitamin A, C, dan E) mau pun
untuk membantu metabolisme dan hemopoiesis (vitamin K, B1, B6, asam folat).
Demikian juga dengan trace element, terutama antioksidan seperti Zn dan Se.
4) Menentukan cara pemberian nutrisi.
Cara pemberian nutrisi pada penderita kanker, sangat bergantung pada fungsi
saluran cerna. Pada pasien yang masih bisa makan, diberikan nutrisi oral dalam
bentuk diet khusus. Ini karena biasanya penderita kanker memiliki gangguan
pada saluran cerna (porsi kecil dan sering, rendah monokarbohidrat, cairan tinggi
kalori, dll). Kendalanya, pasien seringkali tidak nafsu makan atau terlalu lemah
untuk bisa makan. Nutrisi enteral juga dapat diberikan melalui nasogastric tube
atau gastrostomy tube. Dengan demikian, pasien yang asupannya hanya sedikit,
tetap dapat memperoleh nutrisi yang cukup.
Pada nutrisi parenteral, nutrisi diberikan melalui aliran darah. Ini merupakan
cara pemberian nutrisi bagi pasien yang tidak dapat menerima nutrisi enteral atau
oral. Untuk menghantarkan nutrisi parenteral total (TPN) yang hiperosmolar,
memerlukan kateterisasi vena sentral. Pemasangan vena sentral berisiko
menimbulkan komplikasi berupa pneumothoraks, trombosis vena, dan sepsis.
Banyak studi yang menunjukkan bahwa pemberian TPN hanya sedikit, bahkan
tidak memberikan manfaat bagi pasien.
5) Pengawasan terhadap efek samping/komplikasi dari terapi nutrisi.
a) Brain chain amino acid (BCAA)
Penting dalam keadaan katabolik. Oksidasi BCAA meningkat 6-7%
energi, 20% pada keadaan katabolik. Kapasitas penyerapan BCAA di usus
meningkat pesat pada keadaan stress. Oksidasi BCAA memberikan energi
bagi otot dan organ lain, serta menjadi prekursor untuk sintesis asam amino,
menggantikan alanin dan glutamin yang hilang pada keadaan katabolik. 
Yang termasuk BCAA antara lain valin, isoleucin, dan leucin. “Ini
merupakan asam amino esensial yang diperlukan bagi sel, agar dapat
berfungsi dengan normal dan memiliki peran vital dalam pengaturan
metabolisme protein,” jelasnya. BCAA memperbaiki morbiditas dan kualitas
hidup, meningkatkan sistem imun, memperbaiki keseimbangan nitrogen dan
sintesis protein, dan meningkatkan nafsu makan.
b) Antioksidan dan mikronutrien
Selenium melindungi kerusakan oksidatif jaringan, mencetuskan
kematian sel melalui COX2/PGE2, menurunkan mortalitas. Zinc dapat
membantu memperbaiki survival. Vitamin C dan E merupakan antioksidan,
dan membantu mengembalikan berat badan yang turun. Fe, vitamin B12,
asam folat merupakan nutrisi yang diperlukan dalam hematopoiesis. Selain
itu, vitamin B kompleks berperan dalam banyak proses metabolisme.
c) Omega 3
Suplemen protein yang kaya akan omega 3 PUFA dan vitamin
antioksidan dengan kadar tinggi, dapat memulihkan penurunan berat badan
yang berat.
d) Fructooligosaccharida (FOS)
Merupakan prebiotik berupa karbohidrat yang tidak dapat dicerna
(indigestible). Prebiotik meningkatkan jumlah bakteri menguntungkan di usus
besar (probiotik), meningkatkan pencernaan dan absorpsi nutrien, serta
mengurangi gangguan saluran cerna.
e) Glutamin
Mendukung fungsi imun, otot, dan usus. Menurunkan komplikasi
infeksi, meningkatkan toleransi terhadap terapi adjuvan, memperkuat
aktivitas limfosit NK, membantu potensiasi sitotoksisitas tumor yang
dicetuskan oleh TNF. Glutamin dianjurkan diberikan sedini mungkin, pada
pasien yang mengalami mukositis akibat kemoterapi atau radioterapi. Dosis
yang dianjurkan adalah 20-30 g/hari.

Sumber: dikutip dari artikel http:// litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/view/940


2. MASALAH GIZI, TANDA KLINIS DAN PENATALAKSANAANNYA PADA
PENDERITA HIV-AIDS

Anda mungkin juga menyukai