Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KELOMPOK

AQIDAH AKHLAK

“IMAN KEPADA ALLAH SWT”

Dosen Pengampu Matakuliah:

Dr. Hervrizal, MA

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 2

M Owais Farouqi (12020315004)

Panguhalan Hrp (12020314642)

KELAS : PMH 1 B

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2020

1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, puji
syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, dan karunia-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah Filsafat Aqidah Akhlak tentang “Iman kepada Allah SWT”.
Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak dan sumber buku sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini. Pemakalah tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada
beberapa pihak, yang telah terlibat dalam proses pembuatan makalah ini terutama kepada bapak
Dr. Hervrizal, MA selaku dosen pembimbing mata kuliah Aqidah Akhlak.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentan “Iman kepada Allah SWT” ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Pekanbaru, 19 Oktober 2020

Penyusun

2
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
Latar Belakang........................................................................................................................................4
Rumusan Masalah...................................................................................................................................4
Tujuan Penulisan.....................................................................................................................................4
Manfaat Penulisan...................................................................................................................................5
BAB II.........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5
Beriman Kepada Allah SWT...................................................................................................................5
Beriman Terhadap Rububiyyah Allah SWT............................................................................................6
Beriman Terhadap Uluhiyyah Allah SWT...............................................................................................7
Pembagian sifat-sifat wajib bagi Allah SWT...........................................................................................8
Melihat Allah SWT.................................................................................................................................9
Mengenal Asmaul Husna.......................................................................................................................10
Manfaat Beriman Kepada Allah SWT...................................................................................................15
.BAB III.....................................................................................................................................................16
PENUTUP.................................................................................................................................................16
BAB IV.....................................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................16

3
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam agama Islam, seorang muslim diwajibkan untuk mengimani 6 hal yang tercantum
dalam rukun iman. Karna tanpa iman belum sempurna akidah seorang muslim. Seseorang
dikatakan beriman apabila mereka meyakini dalam hati mereka dan membenarkan
adanya Allah SWT, adanya malaikat, adanya kitabullah, adanya Rasul, adanya hari
kiamat dan adanya Qada dan Qadr.

Salah satu hal yang peling penting dalam rukun iman, adalah beriman kepada Allah
SWT. Bagaimana bisa dikatakan beriman seorang muslim, kalau percaya kepada Sang
Khaliq saja masih ia ragukan.

Oleh karna itu, mengingat betapa pentingnya topik pembahasan ini, makalah ini dibuat
untuk khalayak umum agar bisa lebih dekat dalam mengenal Allah SWT agar tidak ada
lagi keraguan dalam hatinya. Di dalam makalah inipenulis akan membahas tentang iman
terhadap Allah SWT, mengenal sifat-sifatnya, asmaul husnanya, dan segala hal yang
berkaitan dengan itu.

Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah terhadap penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut :

1) Beriman Kepada Allah SWT


2) Beriman terhadap Rububiyyah Allah SWT
3) Beriman terhadap Uluhiyyah Allah SWT
4) Pembahagian sifat-sifat yang wajib bagi Allah SWT
5) Melihat Allah SWT
6) Asma’ul Husna
7) Manfaat beriman kepada Allah SWT

Tujuan Penulisan

1) Memahami konsep iman kepada Allah yang benar


2) Mengenal sifat-sifat Allah dan Asma’ul Husna

4
Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan dari makalah ini adalah


1) Bagi Penulis
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
penulis tentang iman kepada Allah SWT
2) Bagi Umum
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat menjadi media rujukan bagi umum atau
untuk menambah wawasan dan ilmu untuk khalayak umum tentang iman kepada
Allah SWT

BAB II

PEMBAHASAN

Beriman Kepada Allah SWT

Iman menurut bahasa adalah percaya atau yakin terhadap sesuatu. Sedangkan menurut
istilah iman adalah pengakuan didalam hati diucapkan dengan lisan dan dikerjakan
dengan perbuatan. Hal ini sesuai dengan hadist nabi Muhammad SAW yang berbunyi :

‫االيمان معرفة بالقلب و قول باللسا ن و عمل باالركان (رواه الطبران‬

Artinya : “Iman adalah pengakuan dengan hati, pengucapan dengan lisan, dan
pengamalan dengan anggota badan.”(HR Thabrani)

Dari hadist diatas dapat disimpulkan bahwa iman kepada Allah swt membutuhkan tiga
unsur yang tak dapat dipisahkan yaitu hati, lisan dan anggota badan. Oleh karena itu,
apabila ada seseorang yang mengaku beriman, tapi tiga unsur tersebut kurang atau tidak
ada maka belum sempurna iman seseorang tersebut

Iman kepada Allah SWT merupakan asas paling dasar dalam agama islam, tanpa adanya
iman kepada Allah SWT maka seseorang tidak akan beriman terhadap rukun yang
selanjutnya, seperti beriman kepada malaikat, kitabullah, Rasul dan seterusnya

Oleh karna itu hendaklah seorang muslim mempelajari sifat-sifat Allah dan nama-
namanya agar semakin tebal keimanannya dan agar tidak ada lagi keraguan dalam
hatinya. Iman kepada Allah berarti yakin bahwa Allah SWT adalah rabb dan pemilik
segala sesuatu, dan hanya dialah satu-satunya yang berhak disembah, tidak ada sekutu

5
baginya. Semua sesembahan selainnya adalah sesembahan yang batil dan menyembah
kepada selainnya adalah kebatilan.1

Beriman Terhadap Rububiyyah Allah SWT

Sebelum membahas tentang iman terhadap Rububiyyah dan Uluhiyyah Allah SWT, harus
dipahami dahulu apa itu tauhid

Kata at-tauhid berasal dari kata wahhada, yuwahhidu, tauhidan. Kata wahhada meliputi
makna kesendirian sesuatu dengan dzat, sifat atau af’alnya (perbuatannya), dan tidak
adanya sesuatu yang menyerupainya dan menyertainya dalam hal kesendiriannya.2

Secara bahasa rububiyah berasal dari kata Rabb. Kata Rabb digunakan dengan
penggunaan yang haqiqi dan juga digunakan untuk yang lain secara majazi atau idhafi,
dan tidak untuk yang lain. Rububiyah adalah kata yang dinisbatkan kepada salah satu
nama Allah SWT, yaitu “Rabb”. Nama ini mempunyai beberapa arti, antara lain: al-
Murabbi (pemelihara), al-Nashir (penolong), al-Malik (pemilik), al-Muslih (yang
memperbaiki), al-Sayyid (tuan), dan al-Wali (wali). Sedangkan menurut istilah tauhid
rububiyah berarti “percaya bahwa hanya Allah-lah satu-satunya pencipta, pemilik,
pengendali alam raya yang dengan takdirnya Ia menghidupkan dan mematikan serta
mengendalikan alam dengan sunnah-sunnah-Nya. Dan karena Allah adalah Rabb yang
hak bagi semesta alam, maka Dia sajalah yang khusus dengan ketuhanan tanpa yang lain,
wajib mengesakan-Nya dalam ketuhanan, dan tidak menerima adanya sekutu bagi-Nya
dalam ketuhanan, yaitu sifat ketuhanan tidak mungkin ada pada yang lain dari makhluk-
Nya.

Sebagaimana telah dikatahui bahwa iman kepada wujud Allah, ke-Esaan, serta
rububiyyah-Nya atas seluruh mahluknya merupakan perkara yang memang hati telah
tercipta dan jiwa telah terbentuk untuknya, juga telah sepakat atasnya seluruh umat, sebab
Allah sangat jelas dan sangat nyata sehingga tidak memerlukan dalil untuk membuktikan
wujudnya. Firman Allah SWT:

‫قا لت رسلهم افى ا هلل شك فا طر ا لسموات وا الرض‬


“Berkata para rasul mereka: ‘Apakah ada keraguan-keraguan terhadap Allah, pencipta
langit dan bumi…?”. (QS. Ibrahim: 10).

Jadi dapat disimpulkan bahwasanya kata rububiyah meyakini bahwa Allah SWT sebagai
tuhan satu-satunya yang menguasai dan mengurus serta mengatur alam semesta. Tauhid

1
Dinul Islam (Istarani & M Siddik) LARISPA, 2015, hal 4
2
Muhammad bin A.W. Al-‘Aqil, Manhaj ‘Aqiqah Imam Asy-Syafi’I, Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’I, 2009, hal.
279.

6
rububiyah akan rusak apabila kita mengakui bahwa yang mengurus alam ini ada dua
tuhan ataupun lebih. Seperti dipercayai oleh bangsa persi pada zaman dahulu. Adapun
Al-Qur’an menetapkan ke-Esaan Allah dalam menjadikan alam (tauhid rububiyah)
dengan berbagai dalil dan akal yang logis. Memang Al-Qur’an mengokohkan ke-Esaan
Allah sebagaimana Al-Qur’an mengokohkan adanya Allah

Beriman Terhadap Uluhiyyah Allah SWT

Kata Uluhiyah berasal dari kata alaha – ya’lahu – ilahan – uluhah yang bermakna
menyembah dengan disertai rasa cinta dan pengagungan. Sehingga ta’alluh diartikan
sebagai penyembahan yang disertai rasa kecintaan dan pengagungan. Tauhid uluhiyah
adalah keyakinan yang teguh bahwa hanya Allah yang berhak disembah disertai dengan
pelaksanaan pengabdian atau penyembahan kepadanya saja dan tidak mengalihkannya
kepada yang selainnya. Ungkapan yang paling detail tentang makna ini adalah ucapan
syahadat yaitu Laa Ilaaha Illallaah yang maknanya tidak ada Tuhan yang berhak
disembah selain Allah.

Dengan kata lain tauhid uluhiyah adalah mengiktikadkan bahwa Allah sendirilah yang
berhak disembah dan berhak dituju oleh semua hamba-Nya, atau dengan kata lain tauhid
uluhiyah adalah percaya sepenuhnya bahwa Allah berhak menerima semua peribadatan
mahluk, dan hanya Allah sajalah yang sebenarnya yang harus disembah.

Manusia bersujud kepada Allah. Allah tempat meminta, Allah tempat mengadu nasibnya,
manusia wajib mentaati perintah dan menjauhi larangan-Nya. Semua yang bersifat
kebaktian kepada Allah tanpa perantara (wasilah). Allah melarang kita menyembah
selainnya, seperti menyembah batu, menyembah matahari dan lain sebagainya. Dan itu
semua adalah perbuatan syirik yang sangat besar dosanya dan sangat dibenci Allah,
bahkan Allah tidak akan mengampuni dosa musyrik itu.
Dengan kata lain yang dimaksud tauhid uluhiyah adalah meyakini bahwa tidak ada tuhan
selain Allah SWT. firman Allah SWT:

‫وا لهكم ا له واحد الا له االهوا لرحمن ا لرحيم‬


“Dan tuhanmu adalah tuhan yang maha esa, tidak ada tuhan selain dia, yang maha
pemurah lagi maha penyayang”. (QS. Al-Baqoroh: 163)

Tauhid uluhiyah merupakan konsekuensi tauhid rububiyah. Syaikh Abdurrazzaq bin


Abdul Muhsin al-Badr hafizhahullah menjelaskan, “Kemudian, sesungguhnya keimanan
seorang hamba kepada Allah sebagai Rabb memiliki konsekuensi mengikhlaskan ibadah
kepada-Nya serta kesempurnaan perendahan diri di hadapan-Nya. Allah ta’ala berfirman
(yang artinya), “Dan Aku adalah Rabb kalian, maka sembahlah Aku.” (QS. al-Anbiya’:

7
92). Allah ta’ala juga berfirman (yang artinya), “Wahai umat manusia, sembahlah Rabb
kalian.” (QS. Al-Baqarah: 21)”.3

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


“Iman itu terdiri dari tujuh puluh lebih atau enam puluh lebih cabang. Yang paling utama
adalah ucapan laa ilaha illallah, yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari
jalan, dan rasa malu adalah salah satu cabang keimanan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Karena tauhid uluhiyah adalah cabang keimanan yang tertinggi maka mendakwahkannya
merupakan dakwah yang paling utama. Syaikh Abdul Malik Ramadhani hafizhahullah
berkata, “Oleh sebab itu para da’i yang menyerukan tauhid adalah da’i-da’i yang paling
utama dan paling mulia. Sebab dakwah kepada tauhid merupakan dakwah kepada derajat
keimanan yang tertinggi.” 4

Pembagian sifat-sifat wajib bagi Allah SWT

a. Nafsiyah
Sifat Nafsiyah berkaitan dengan diri (Zat) Allah Swt semata. Sifat Nafsiyah Allah Swt
hanya satu, yaitu Wujud (ada).
b. Salbiyah
Sifat salbiyah adalah sifat yang menolak segala sifat-sifat yang tidak layak (tidak patut)
bagi Allah Swt, sebab Allah Swt Maha Sempurna dan tidak memiliki kekurangan. Sifat
salbiyah ini hanya dimilki oleh Allah dan tidak dimiliki oleh makhluk-Nya. Sifat salbiyah
ada lima, yaitu: Qidaâm, Baqa', Mukhalafatu Lil-Hawâditsi, Qiyâmuhu bi-Nafsihi, dan
Wahdâniyah.
c. Ma‘ani
Sifat Ma'âni, yaitu sifat yang terdapat dalam zat Allah Swt sesuai dengan kesempurnaan-
Nya. Sifat-sifat Allah yang masuk dalam kategori sifat Ma'âni ada tujuh, yaitu: Qudrat,
Irâdah, 'Ilmun, Hayât, Sama‘, Bashar, dan Kalâm. Sifat-sifat Ma'âni juga dimiliki oleh
makhluk- Nya. Bedanya, jika sifat ini melekat dalam diri Allah Swt maka maknanya
tidak tebatas, sedangkan jika yang memiliki makhluk, maka maknanya terbatas.
Contohnya: Allah Swt Maha Hidup artinya selamanya dan tidak akan mati. Sedangkan
makhluk-Nya juga hidup, tapi suatu saat akan mati5

d. Ma‘nawiyah
Sifat Ma‟nawiyah merupakan sifat yang selalu tetap ada pada zat Allah Swt dan tidak
mungkin pada suatu ketika Allah tidak bersifat demikian. Jumlah sifat ma‟nawiyah sama
dengan jumlah sifat ma'âni, yaitu: Qâdiran, Murîdan, „Aâliman, Hayyan, Samî'an,
Bashîran, dan Mutakalliman.

3
Fiqh al-Asma’ al-Husna, hal. 97
4
Sittu Durar min Ushul Ahli al-Atsar, hal. 16
5
Kitab ad dasuqi (ibrahim ad dasuqi)

8
Sifat-sifat ini sebagai penguat dari sifat-sifat Ma'âni Allah Swt. Sifat Ma'âni Allah dan
Ma'nawiyah-Nya tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain, sebab setiap ada sifat
Ma'âni tentu ada sifat Ma'nawiyah. Sifat Ma'nawiyah Allah Swt menggambarkan keber-
Ada-an dan

Zat Allah Swt yang terus menerus memiliki sifat Ma'âni. Jika Allah Swt bersifat Qudrah
(Kuasa), maka secara otomatis Allah Swt adalah Zat yang Maha Kuasa dan akan tetap
seperti itu tanpa ada batasnya.

Melihat Allah SWT

Ru’yah menurut bahasa berarti,‫(ﺍﻭﺑﺎﻟﻘﻠﺐ ﺍﻟﻨﻈﺮﺑﺎﻟﻌﻴﻦ‬melihat dengan mata atau dengan


hati).Ru’yatullah berarti melihat Allah dengan penglihatan mata atau penglihatan hati.
Apakah Allah bisa dilihat?, bisakah itu terjadi? dan di manakah Ia bisa dilihat? Semua ini
merupakan perbincangan antara ulama ulama kebanyakan ulama Allah tidak bisa dilihat
didunia namun jumhur ulama mengatakan allah bisa dilihat diakherat6

Diantara dalil-dalil yang menguatkan tentang yang demikaian adalah sebagai berikut:
Firman Allah. Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang
telah Kami tentukan, dan Rabb telah berfirman (langsung kepadanya), berkatalah
Musa:”Ya Rabbku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku, agar aku dapat melihat
kepada Engkau”. Rabb berfirman:”Kamu sekali-kali tak sanggup untuk melihat-Ku, tapi
lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap ditempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu
dapat melihat-Ku”. Tatkala Rabbnya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya
gunung itu hancur luluh dan Musapun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali,
dia berkata:”Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang pertama-
tama beriman”. [Al A’raf :143]
• Allah mengatakan, ”lan tarani” (Kamu sekali-kali tak sanggup untuk melihat-Ku),
bukan menunjukkan Allah tidak bisa dilihat, justru sebaliknya. Sebab kalau ru’yatullah
suatu yang tidak mungkin, terjadi niscaya Allah akan memakai lafaz nafi yaitu,”La
tarani” (Kamu sekali-kali tidak akan melihat-Ku). Pingsannya Nabi Musa disebabkan
karena ketidakmampuannya melihat Allah, dan ini bukan berarti Allahtidak bisa dilihat
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala : ‫ﻭ‬
ٌُ‫ﺟُﻩ ُﻮ ﻳَﻮْ ﺌ َﻣ ِ ٍﺬ ﻧَّﺿﺎِﺓ َﺮ ٌ ﺇِﻟَﻰ َﺭﺑِّﻬَﺎ ﻧَﻇﺎ ِ َﺮﺓ‬
Wajah-wajah (orang-orang mu’min) pada hari itu berseri-seri. Kepada Rabb-nya mereka
melihat.. [Al Qiyamah : 22-23]. 

Imam Nawawi mengatakan, artinya kalian akan melihat Allah secara nyata, tidak ada
keraguan dalam melihatNya, dan tidak pula ada kesulitan padanya. Seperti halnya kalian
6
Sirajut tholibin syarah minhajul abidin(imam gojali)

9
melihat bulan (purnama) ini secara nyata, tidak ada kesulitan dalam melihatnya. Yang
diserupakan disini adalah cara melihatnya, bukan Allah diserupakan dengan bulan7

Mengenal Asmaul Husna

Di dalam Islam, kita mengenal yang namanya Asma'ul Husna. Lantas, apa pengertian
Asma'ul Husna itu sendiri? Istilah ‫ﺍﺳﻤﺎﺀ‬adalah jamak dari kalimat ‫ﺍﺳﻢ‬yang makna nya
nama nama
Sedang kan ‫ﺍﻟﺤﺴﻨﯽ‬yng bermaksud bagus,‫ﺍﺳﻤﺎﺀﺍﻟﺤﺴﻨﯽ‬،nama nama yang bagus Jadi, bias
dikatakan jika Asma'ul Husna merupakan nama-nama yang baik nan indah, yang hanya
dimiliki oleh Allah SWT, sebagai salah satu bukti keagungan-Nya.Sedangkan kata
Asma'ul Husna itu sendiri diambil dari ayat Al Quran, QS Taha ayat 8, yang berbunyi :
‫ﺍﺳﻤﺎﺀﺍﻟﺤﺴﻨﯽ ﻟﻪ ﺍﻻﻫﻮ ﻻﺍﻟﻪ ﷲ‬
Quran Surat Taha, ayat 8,
Yang berarti, "Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Dia
mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang baik), "Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda :
“Sesungguhnya Allah memiliki sembilan puluh sembilan [ 99 ] Nama, siapa yang
menghafal nya masuk surga. Bahwasanya Allah itu Maha Ganjil dan menyenangi kepada
yang ganjil”. [HR. Ibnu Majah]

Asmaul Husna adalah nama-nama baik yang dimiliki Allah SWT. Mari kita belajar
memahami tulisan Latin Asmaul H Nama-nama Asmaul Husna memiliki khasiat yang
dapat dirasakan. Umat Islam dianjurkan berdoa menggunakan nama-nama Allah karena
setiap Asmaul Husna itu memiliki arti dari sifat Allah. Dengan secara tidak langsung
membaca, menghafal, dan mengetahui artinya8

Di bawah ini terdapat 99 bacaan Asmaul Husna tulisan Latin yang dilengkapi dengan
artinya:
1. ‫ = ﻦﻤﺣﺮﻟﺍ‬Ar Rahman
Artinya: Yang Maha Pengasih
2. ‫ = ﻢﻴﺣﺮﻟﺍ‬Ar Rahiim
Artinya: Yang Maha Penyayang
3. ‫ = ﻚﻠﻤﻟﺍ‬Al Malik
Artinya: Yang Maha Merajai (bisa diartikan Raja dari semua Raja)
4. ‫ = ﺱﻭﺪﻘﻟﺍ‬Al Quddus
Artinya: Yang Maha Suci
5. ‫ = ﻡﻼﺴﻟﺍ‬As Salaam
Artinya: Yang Maha Memberi Kesejahteraan
6. ‫ = ﻦﻣﺆﻤﻟﺍ‬Al Mu'min

7
Syarah shahih muslim(abu zakariyah mahyudin an nawawi)
8
Syarah shahih muslim(abu zakariyah mahyudin an nawawi)

10
Artinya: Yang Maha Memberi Keamanan
7. ‫ = ﻦﻤﻴﻬﻤﻟﺍ‬Al Muhaimin
Artinya: Yang Maha Mengatur
8. ‫ = ﺰﻳﺰﻌﻟﺍ‬Al 'Aziiz
Artinya: Yang Maha Perkasa
9. ‫ = ﺭﺎﺒﺠﻟﺍ‬Al Jabbar
Artinya: Yang Memiliki (Mutlak) Kegagahan
10. ‫ = ﺮﺒﻜﺘﻤﻟﺍ‬Al Mutakabbir
Artinya: Yang Maha Megah, yang memiliki kebesaran
11. ‫ = ﻖﺎﻟﺨﻟﺍ‬Al Khaliq
Artinya: Yang Maha Pencipta
12. ‫ = ﺉﺭﺎﺒﻟﺍ‬Al Baari'
Artinya: Yang Maha Melepaskan (membuat, membentuk, menyeimbangkan)
13. ‫ = ﺭﻮﺼﻤﻟﺍ‬Al Mushawwir
Artinya: Yang Maha Membentuk Rupa (makhluk-Nya)
14. ‫ = ﺭﺎﻔﻐﻟﺍ‬Al Ghaffaar
Artinya: Yang Maha Pengampun
15. ‫ = ﺭﺎﻬﻘﻟﺍ‬Al Qahhaar
Artinya: Yang Maha Menundukkan/Menaklukkan Segala Sesuatu
16. ‫ = ﺏﺎﻫﻮﻟﺍ‬Al Wahhaab
Artinya: Yang Maha Pemberi Karunia
17. ‫ = ﻕﺍﺯﺮﻟﺍ‬Ar Razzaaq
Artinya: Yang Maha Pemberi Rezeki
18. ‫ = ﺡﺎﺘﻔﻟﺍ‬Al Fattaah
Artinya: Yang Maha Pembuka Rahmat
19. ‫ = ﻢﻴﻠﻌﻟﺍ‬Al 'Aliim
Artinya: Yang Maha Mengetahui
20. ‫ = ﺾﺑﺎﻘﻟﺍ‬Al Qaabidh
Artinya: Yang Maha Menyempitkan
21. ‫ = ﻂﺳﺎﺒﻟﺍ‬Al Baasith
Artinya: Yang Maha Melapangkan
22. ‫ = ﺾﻓﺎﺨﻟﺍ‬Al Khaafidh
Artinya: Yang Maha Merendahkan
23. ‫ = ﻊﻓﺍﺮﻟﺍ‬Ar Raafi'
Artinya: Yang Maha Meninggikan
24. ‫ = ﺰﻌﻤﻟﺍ‬Al Mu'izz
Artinya: Yang Maha Memuliakan
25. ‫ = ﻝﺬﻤﻟﺍ‬Al Mudzil
Artinya: Yang Maha Menghinakan
26. ‫ = ﻊﻴﻤﺴﻟﺍ‬Al Samii'
Artinya: Yang Maha Mendengar
27. ‫ = ﺮﻴﺼﺒﻟﺍ‬Al Bashiir

11
Artinya: Yang Maha Melihat
28. ‫ = ﻢﻜﺤﻟﺍ‬Al Hakam
Artinya: Yang Maha Menetapkan
29. ‫ = ﻝﺪﻌﻟﺍ‬Al 'Adl
Artinya: Yang Maha Adil
30. ‫ = ﻒﻴﻄﻠﻟﺍ‬Al Lathiif
Artinya: Yang Maha Lembut
31. ‫ = ﺮﻴﺒﺨﻟﺍ‬Al Khabiir
Artinya: Yang Maha Mengenal
32. ‫ = ﻢﻴﻠﺤﻟﺍ‬Al Haliim
Artinya: Yang Maha Penyantun
33. ‫ = ﻢﻴﻈﻌﻟﺍ‬Al 'Azhiim
Artinya: Yang Maha Agung
34. ‫ = ﺭﻮﻔﻐﻟﺍ‬Al Ghafuur
Artinya: Yang Maha Memberi Pengampunan
35. ‫ = ﺭﻮﻜﺸﻟﺍ‬As Syakuur
Artinya: Yang Maha Pembalas Budi (menghargai)
36. ‫ = ﻰﻠﻌﻟﺍ‬Al 'Aliy
Artinya: Yang Maha Tinggi
37. ‫ = ﺮﻴﺒﻜﻟﺍ‬Al Kabiir
Artinya: Yang Maha Besar
38. ‫ = ﻆﻴﻔﺤﻟﺍ‬Al Hafizh
Artinya: Yang Maha Memelihara
39. ‫ = ﺖﻴﻘﻤﻟﺍ‬Al Muqiit
Artinya: Yang Maha Pemberi Kecukupan
40. ‫ = ﺐﻴﺴﺤﻟﺍ‬Al Hasiib
Artinya: Yang Maha Membuat Perhitungan
41. ‫ = ﻞﻴﻠﺠﻟﺍ‬Al Jaliil
Artinya: Yang Maha Luhur
42. ‫ = ﻢﻳﺮﻜﻟﺍ‬Al Kariim
Artinya: Yang Maha Pemurah
43. ‫ = ﺐﻴﻗﺮﻟﺍ‬Ar Raqiib
Artinya: Yang Maha Mengawasi
44. ‫ = ﺐﻴﺠﻤﻟﺍ‬Al Mujiib
Artinya: Yang Maha Mengabulkan
45. ‫ = ﻊﺳﺍﻮﻟﺍ‬Al Waasi'
Artinya: Yang Maha Luas
46. ‫ = ﻢﻴﻜﺤﻟﺍ‬Al Hakim
Artinya: Yang Maha Bijaksana
47. ‫ = ﺩﻭﺩﻮﻟﺍ‬Al Waduud
Artinya: Yang Maha Mengasihi
48. ‫ = ﺪﻴﺠﻤﻟﺍ‬Al Majiid

12
Artinya: Yang Maha Mulia
49. ‫ = ﺚﻋﺎﺒﻟﺍ‬Al Baa'its
Artinya: Yang Maha Membangkitkan
50. ‫ = ﺪﻴﻬﺸﻟﺍ‬As Syahiid
Artinya: Yang Maha Menyaksikan
51. ‫ = ﻖﺤﻟﺍ‬Al Haqq
Artinya: Yang Maha Benar
52. ‫ = ﻞﻴﻛﻮﻟﺍ‬Al Wakiil
Artinya: Yang Maha Memelihara
53. ‫ = ﻯﻮﻘﻟﺍ‬Al Qawiyyu
Artinya: Yang Maha Kuat
54. ‫ = ﻦﻴﺘﻤﻟﺍ‬Al Matiin
Artinya: Yang Maha Kokoh
55. ‫ = ﻰﻟﻮﻟﺍ‬Al Waliyy
Artinya: Yang Maha Melindungi
56. ‫ = ﺪﻴﻤﺤﻟﺍ‬Al Hamiid
Artinya: Yang Maha Terpuji
57. ‫ = ﻰﺼﺤﻤﻟﺍ‬Al Muhshii
Artinya: Yang Maha Mengalkulasi (menghitung segala sesuatu)
58. ‫ = ﺉﺪﺒﻤﻟﺍ‬Al Mubdi'
Artinya: Yang Maha Memulai
59. ‫ = ﺪﻴﻌﻤﻟﺍ‬Al Mu'iid
Artinya: Yang Maha Mengembalikan Kehidupan
60. ‫ = ﻰﻴﺤﻤﻟﺍ‬Al Muhyii
Artinya: Yang Maha Menghidupkan
61. ‫ = ﺖﻴﻤﻤﻟﺍ‬Al Mumiitu
Artinya: Yang Maha Mematikan
62. ‫ = ﻲﺤﻟﺍ‬Al Hayyu
Artinya: Yang Maha Hidup
63. ‫ = ﻡﻮﻴﻘﻟﺍ‬Al Qayyuum
Artinya: Yang Maha Mandiri
64. ‫ = ﺪﺟﺍﻮﻟﺍ‬Al Waajid
Artinya: Yang Maha Penemu
65. ‫ = ﺪﺟﺎﻤﻟﺍ‬Al Maajid
Artinya: Yang Maha Mulia
66. ‫ = ﺪﺣﺍﻮﻟﺍ‬Al Wahid
Artinya: Yang Maha Tunggal
67. ‫ = ﺪﺣﻻﺍ‬Al Ahad
Artinya: Yang Maha Esa
68. ‫ = ﺪﻤﺼﻟﺍ‬As Shamad
Artinya: Yang Maha Dibutuhkan (tempat meminta)
69. ‫ = ﺭﺩﺎﻘﻟﺍ‬Al Qaadir

13
Artinya: Yang Maha Menentukan, Maha Menyeimbangkan
70. ‫ = ﺭﺪﺘﻘﻤﻟﺍ‬Al Muqtadir
Artinya: Yang Maha Berkuasa
71. ‫ = ﻡﺪﻘﻤﻟﺍ‬Al Muqaddim
Artinya: Yang Maha Mendahulukan
72. ‫ = ﺮﺧﺆﻤﻟﺍ‬Al Mu'akkhir
Artinya: Yang Maha Mengakhirkan
73. ‫ = ﻝﻭﻷﺍ‬Al Awwal
Artinya: Yang Maha Awal
74. ‫ = ﺮﺧﻷﺍ‬Al Aakhir
Artinya: Yang Maha Akhir
75. ‫ = ﺮﻫﺎﻈﻟﺍ‬Az Zhaahir
Artinya: Yang Maha Nyata
76. ‫ = ﻦﻃﺎﺒﻟﺍ‬Al Baathin
Artinya: Yang Maha Ghaib
77. ‫ = ﻲﻟﺍﻮﻟﺍ‬Al Waali
Artinya: Yang Maha Memerintah
78. ‫ = ﻲﺎﻟﻌﺘﻤﻟﺍ‬Al Muta'aalii
Artinya: Yang Maha Tinggi
79. ‫ = ﺮﺒﻟﺍ‬Al Barru
Artinya: Yang Maha Penderma (maha pemberi kebajikan)
80. ‫ = ﺏﺍﻮﺘﻟﺍ‬At Tawwaab
Artinya: Yang Maha Penerima Taubat
81. ‫ = ﻢﻘﺘﻨﻤﻟﺍ‬Al Muntaqim
Artinya: Yang Maha Pemberi Balasan
82. ‫ = ﻮﻔﻌﻟﺍ‬Al Afuww
Artinya: Yang Maha Pemaaf
83. ‫ = ﻑﻭﺅﺮﻟﺍ‬Ar Ra'uuf
Artinya: Yang Maha Pengasuh
84. ‫ = ﻚﺎﻟﻣ ﻚﻠﻤﻟﺍ‬Malikul Mulk
Artinya: Yang Maha Penguasa Kerajaan (semesta)
85. ‫ = ﻭﺫ ﻝﻼﺠﻟﺍ ﻭ ﻡﺍﺮﻛﻹﺍ‬Dzul Jalaali WalIkraam
Artinya: Yang Maha Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan
86. ‫ = ﻂﺴﻘﻤﻟﺍ‬Al Muqsith
Artinya: Yang Maha Pemberi Keadilan
87. ‫ = ﻊﻣﺎﺠﻟﺍ‬Al Jamii'
Artinya: Yang Maha Mengumpulkan
88. ‫ = ﻰﻨﻐﻟﺍ‬Al Ghaniyy
Artinya: Yang Maha Kaya
89. ‫ = ﻰﻨﻐﻤﻟﺍ‬Al Mughnii
Artinya: Yang Maha Pemberi Kekayaan
90. ‫ = ﻊﻧﺎﻤﻟﺍ‬Al Maani

14
Artinya: Yang Maha Mencegah
91. ‫ = ﺭﺎﻀﻟﺍ‬Ad Dhaar
Artinya: Yang Maha Penimpa Kemudharatan
92. ‫ = ﻊﻓﺎﻨﻟﺍ‬An Nafii'
Artinya: Yang Maha Memberi Manfaat
93. ‫ = ﺭﻮﻨﻟﺍ‬An Nuur
Artinya: Yang Maha Bercahaya (menerangi, memberi cahaya) 
94. ‫ = ﺉﺩﺎﻬﻟﺍ‬Al Haadii
Artinya: Yang Maha Pemberi Petunjuk
95. ‫ = ﻊﻳﺪﺒﻟﺍ‬Al Badii'
Artinya: Yang Maha Pencipta Tiada Bandingannya
96. ‫ = ﻲﻗﺎﺒﻟﺍ‬Al Baaqii
Artinya: Yang Maha Kekal
97. ‫ = ﺙﺭﺍﻮﻟﺍ‬Al Waarits
Artinya: Yang Maha Pewaris
98. ‫ = ﺪﻴﺷﺮﻟﺍ‬Ar Rasyiid
Artinya: Yang Maha Pandai
99. ‫ = ﺭﻮﺒﺼﻟﺍ‬As Shabuur
Artinya: Yang Maha Sabar.

Manfaat Beriman Kepada Allah SWT

Ada beberapa manfaat yang bisa didapat, namum bukan hanya sekedar dalam perkataan
dalam menyatakan iman, juga harus didasari dalam hati, dan diwujudkan dalam
perbuatan.

Berikut manfaat-manfaat yang didapat antara lain adalah:


1. Mendapat Bimbingan dari Allah SWT
Orang yang beriman dengan keyakinan yang benar kepada Allah SWT kelak akan
mendapatkan bimbingan langsung dari-Nya, sehingga dalam melakukan segala
sesuatunya tidak akan salah jalan.
2. Terhindar dari sifat Musyrik
Dengan mengetahui kebesaran dan keesaan Allah SWT, maka tidak mungkin seorang
yang beriman itu akan berubah menjadi musyrik, karena ia yakin segala perbuatan dan
apaun segala sesuatunya semuanya atas berkehendak Allah.
3. Membuat Hati Menjadi Tenang
Salah satu manfaatnya juga adalah hati akan merasa tenang, hati tidak mudah goyah oleh
ajakan nafsu syahwat jahat yang ingin menhajak pada kesesatan.
4. Menumbukan Rasa Kasih Sayang Yang Tinggi
Manfaat ini maksudnya dapat memjadikan diri kita peduli terhadap orang lain dan akan
menumbuhkan jiwa sosial yang tinggi tentunya juga dengan mengharap ridha Allah.

15
5. Diampuni Dosanya
Orang-orang yang beriman sudah pasti menjalankan semua ketaatan dan sebab taatnya itu
Allah memberikan ganjaran pahala kepadanya, dan yang pasti dosa-dosa akan diampuni.
6. Diberi Kemudahan Hidup
Bagi orang yang beriman akan diberi kemudahan dalam mencapai tujuan hidup karena
hidup selalu mengandalkan Allah dzat yang maka memberi jalan kemudahan.
7. Bertambahnya Rasa Syukur
Bagi orang yang beriman ia sadar bahwa sekecil apaun pemeberian dari Allah SWT
merupakan rezeki yang besar dan dengan demikian akan terus bertambah rasa syukurnya.

8. Mendapat Kebahagiaan Yang Hakiki


Beriman dengan keimanan yang benar dan sungguh-sungguh kepada Sang Pencipta akan
menumbuhkan rasa tenang, bahagia dan damai karena dalam keyakinannya pasti Allah
yang menolong dan semua yang terjadi karena atas kehendak-Nya pula

.BAB III

PENUTUP
A.Kesimpulan
Beriman kepada allah adalah mengimani sepenuh hati bahwa Allah SWT yang telah
menciptakan makhluk hidup, alam semesta dan isinya juga Allah SWT satu-satunya yang
kita sembah(tidak ada tuhan selain Allah(‫)ﷲ ﺍﻻﷲﻣﺤﻤﺪﺭﺳﻮﻝ ﻻﺍﻟﻪ‬.
B.Saran
Mari sama sama kita memperdalam keimanan kita terhadap adanya allah,dengan cara
mengetahui dalil dalil naqli maupun dalail aqli.

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA
(1)kitab ad dasuki
(2)kitab sirajut tholibin
(3)syarah shahih muslim
(4)Sittu Durar min Ushul Ahli al-Atsar
(5)Fiqh al-Asma’ al-Husna
(6)Dinul Islam (Istarani & M Siddik)

16

Anda mungkin juga menyukai