Anda di halaman 1dari 25

PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI

LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL HEXAGONAL DAN
ORTHOROMBIK

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Didalam kehidupan sehari-hari, dimanapun, kapanpun kita selalu melihat batu
apakah yang menjadi penyusundari batuan tersebut, itulah yang selalu menjadi
pertanyaan, batuan adalah benda padat yang tersusun dari mineral-mineral, dan didalam
mineral tersebut ada yang dinamakan dengan sistem kristal.

Adapun yang di maksud dengan kristal ialah bahan padat homogen yang biasanya
anisotrop dan tembus cahaya serta mengikuti hukum-hukum ilmu pasti sehingga
susunan bidang-bidangnya memenuhi hukum geometri, jumlah dan kedudukan bidang
kristalnya selalu tertentu dan teratur. Kristal-kristal tersebut selalu dibatasi oleh beberapa
bidang datar yang jumlah dan kedudukannya tertentu.

Kristalografi adalah suatu ilmu pengetahuan kristal yang dikembangkan untuk


mempelajari perkembangan dan pertumbuhan kristal, termasuk bentuk, struktur dalam
dan sifat-sifat fisiknya. Dahulu kristalografi merupakan bagian dari mineralogi,
tetapikarena bentuk-bentuk kristal cukup rumit dan bentuk tersebut merefleksikan
susunan unsur-unsur penyusunnya dan bersifat tetap untuk tiap mineral yang
dibentuknya, maka pada akhir abad ke XIX dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan
tersendiri.

Metode kristalografis saat ini tergantung kepada analisis pola hamburan yang
muncul dari sampel yang di bidik oleh berkas sinar tertentu. Berkas tersebut tidak selalu
radiasi elektromagnetik, meskipun sinar X merupakan pilihan yang umum. Untuk
beberapa keperluan elektron dan juga neutron digunakan, yang dimungkinkan karena
sifat gelombang partikel tersebut para ahli kristalografi sering menyatakan dengan
eksplisit jenis berkas yang digunakan.

Ketiga jenis radiasi ini berinteraksi dengan spesimen dengan cara yang berbeda.
Sinar X berinteraksi dengan Agihan distribusi spesial elektron valensi, sementara
elektron adalah partikel bermuatan. Neutron dihamburkan oleh inti atom oleh gaya
nuklir kuat dan tambahan lagi momen magnetik neutron tidak sama dengan nol. Karena
itu neutron juga dihamburkan oleh medan magnet. Bila neutron dihamburkan oleh bahan
yang mengandung hidrogen. Berkas tersebut menghasilkan pola difraksi dengan tingkat
derau tinggi.Dalam sebuah kristal, sumbu kristal merupakan sebuah garis bayangan yang

SAFAR
ADI SURYANTO, S.T
09320150147
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL HEXAGONAL DAN
ORTHOROMBIK

lurus yang menembus kristal melalui pusat kristal. Sumbu kristal tersebut mempunyai
satuan panjang yang disebut dengan parameter.

1.2. Maksud dan tujuan


1.2.1. Maksud
1. Menentukansistem kristal berdasarkan atas panjang sumbu, posisi sumbu, jumlah
sumbu serta besar dri sudut yang dibentuk antar sudut pada bentuk krista.
2. Mendeskripskan bentuk kristal berdarkan parameter dari penggambaran, jumlah dan
posisi sumbu kristal serta bidang kristal yang dimiliki oleh bentuk kristal.
3. Menentukan golongan sistem kristal.
1.2.2. Tujuan
1. Dapat menentukan sistem kristal berdasarkan atas panjang sumbu, posis sumbu, serta
besar sudut yang dibentuk antara sumbu pada bentuk kristal.
2. Dapat mendeskripsikan bentuk kristal berdasarkan atas parameter penggambaran,
jumlah dan posisi sumbu pada kristal dan bidang kristal yang dibentuk oleh setiap
bentuk kristal.
3. Dapat menentukan golongan sistem kristal.

1.3. ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan saat praktikum yaitu:
a) Alat tulis menulis( pensil, penggaris,pulpen,dll)
b) Papan standar
c) Jangka
d) Busur derajat 360°
e) Lap kasar dan lap halus
f) Pensil warna

SAFAR
ADI SURYANTO, S.T
09320150147
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL HEXAGONAL DAN
ORTHOROMBIK

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KRISTAL
Kristal adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion penyusunnya terkemas
secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi.Secara umum, zat cair
membentuk kristal ketika mengalami proses pemadatan. Pada kondisi ideal, hasilnya
bisa berupa kristal tunggal, yang semua atom-atom dalam padatannya "terpasang" pada
kisi atau struktur kristal yang sama, tapi, secara umum, kebanyakan kristal terbentuk
secara simultan sehingga menghasilkan padatan polikristalin. Misalnya, kebanyakan
logam yang kita temui sehari-hari merupakan polikristal.
Kristal adalah salah satu bagian dari kristalografi dan mineralogy yang merupakan
cabang ilmu yang mempelajari tentang kristal dan mineral-mineral penyusun
pembentuknya, serta dasar disiplin ilmu kristalografi. Bidang ini terkait dalam ilmu
geologi tentang kimia dan fisika. Secara mendalam pokok bahasan yang dikaji meliputi
sifat-sifat geometri Kristal serta fisis kristal.
Struktur kristal mana yang akan terbentuk dari suatu cairan tergantung pada kimia
cairannya sendiri, kondisi ketika terjadi pemadatan, dan tekanan ambien. Proses
terbentuknya struktur kristalin dikenal sebagai kristalisasi.
Meski proses pendinginan sering menghasilkan bahan kristalin, dalam keadaan
tertentu cairannya bisa membeku dalam bentuk non-kristalin. Dalam banyak kasus, ini
terjadi karena pendinginan yang terlalu cepat sehingga atom-atomnya tidak dapat
mencapai lokasi kisinya.Suatu bahan non-kristalin biasa disebut bahan amorf atau
seperti gelas.Terkadang bahan seperti ini juga disebut sebagai padatan amorf, meskipun
ada perbedaan jelas antara padatan dan gelas. Proses pembentukan gelas tidak
melepaskan kalor lebur jenis (Bahasa Inggris: latent heat of fusion). Karena alasan ini
banyak ilmuwan yang menganggap bahan gelas sebagai cairan, bukan padatan.Topik ini
kontroversial, silakan lihat gelas untuk pembahasan lebih lanjut.Meskipun istilah
"kristal" memiliki makna yang sudah ditentukan dalam ilmu material dan fisika zat
padat, dalam kehidupan sehari-hari "kristal" merujuk pada benda padat yang
menunjukkan bentuk geometri tertentu, dan kerap kali sedap di mata. Berbagai bentuk
kristal tersebut dapat ditemukan di alam. Bentuk-bentuk kristal ini bergantung pada jenis
ikatan molekuler antara atom-atom untuk menentukan strukturnya, dan juga keadaan

SAFAR
ADI SURYANTO, S.T
09320150147
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL HEXAGONAL DAN
ORTHOROMBIK

terciptanya kristal tersebut. Bunga salju, intan, dan garam dapur adalah contoh-contoh
Kristal.
Kristalografi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat geometri dari kristal
terutama perkembangan, pertumbuhan, kenampakan bentuk luar, struktur dalam (internal)
dan sifat-sifat fisis lainnya.
1. Sifat Geometri, memberikan pengertian letak, panjang dan jumlah sumbu kristal yang
menyusun suatu bentuk kristal tertentu dan jumlah serta bentuk luar yang membatasinya.
2. Perkembangan dan pertumbuhan kenampakkan luar, bahwa disamping
mempelajaribentuk-bentuk dasar yaitu suatu bidang pada situasi permukaan, juga
mempelajari kombinasi antara satu bentuk kristal dengan bentuk kristal lainnya yang masih
dalam satu sistem kristalografi, ataupun dalam arti kembaran dari kristal yang terbentuk
kemudian.
3. Struktur dalam, membicarakan susunan dan jumlah sumbu-sumbu kristal juga
menghitung parameter dan parameter rasio.
4. Sifat fisis kristal,sangat tergantung pada struktur (susunan atom-atomnya). Besar
kecilnya kristal tidak mempengaruhi, yang penting bentuk dibatasi oleh bidang-bidang
kristal: sehingga akan dikenal 2 zat yaitu kristalin dan non kristalin.
Kristal merupakan susunan kimia antara dua atom akan terbentuk bilamana terjadi
penurunan suatu energi potensial dari sistem ion atau molekul yang akan dihasilkan dengan
penyusunan ulang elektron pada tingkat yang lebih rendah.
Komposisi kimia suatu mineral merupakan hal yang sangat mendasar, beberapa sifat-
sifat mineral / kristal tergantung kepadanya. Sifat-sifat mineral/kristal tidak hanya
tergantung kepada komposisi tetapi juga kepada susunan meruang dari atom-atom
penyusun dan ikatan antar atom-atom penyusun kristal / mineral.
Bila ditinjau dan di telaah lebih dalam mengenai pengertian kristal, mengandung
pengertian sebagai berikut :
1. Bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus cahaya :
a. Tidak termasuk didalamnya cair dan gas
b. Tidak dapat diuraikan kesenyawa lain yang lebih sederhana oleh proses fisika
c. Terbentuknya oleh proses alam
2. Mengikuti hukum-hukum ilmu pasti sehingga susunan bidang-bidangnya mengikuti
hukum geometri :
a. Jumlah bidang suatu kristal selalu tetap
b. Macam atau model bentuk dari suatu bidang kristal selalu tetap
c. Sifat keteraturannya tercermin pada bentuk luar dari kristal yang tetap.

SAFAR
ADI SURYANTO, S.T
09320150147
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL HEXAGONAL DAN
ORTHOROMBIK

Mineral dengan sedikit kekecualian ,dimana suatu proses penempatan atom-atom dalam
keadaan padat. Serta bilamana kondisi memungkinkan, mereka dapat membentuk
permukaan yang halus dan dalam bentuk beraturan geometri dikenal sebagai Kristal.
Proses tersebut terdiri dari proses buatan manusia di dalam laboratorium atau proses
alami seperti proses dingin atau pendinginan, magma, proses evaporit, proses
hidrotermal dll. Bentuk kesempurnaan dari Kristal itu dapat kita bagi menjadi antara
lain: Bila bentuknya sempurna disebutkan euhedral, masih terdapat bidang Kristal kita
sebut dengan subhedral. Dan sudah tidak terdapat sama sekali jejak bidang Kristal
disebut Anhedral. (Doddy Setia Graha. 1987)
Dari Beberapa sistem kristal dapat dibagi lebih lanjut menjadi kelas-kelas kristal yang
jumlahnya 32 klas,Tapi untuk Sementara kita Mempelajari 7 Sistem Kristal yang utama.
Penentuan klasikasi kristal tergantung dari banyaknya unsur-unsur simetri yang
terkandung di dalamnya. Unsur-unsur simetri tersebut meliputi:
1. bidang simetri
2. sumbu simetri
3. pusat simetri
Unsur-unsur simetri tersebut yang meliputi bidang simetri, sumbu simetri, pusat simetri
akan di jelaskan lebih lanjut di bwah ini :
1. Bidang simetri
Bidang simetri adalah bidang yang dapat membelah kristal menjadi 2 bagian yang sama,
dimana bagian yang satu merupakan bayangan dari yang lain. Bidang simetri ini dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu bidang simetri aksial dan bidang simetri menengah.
Bidang simetri dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Bidang Simetri Aksial, merupakan suatu bidang simetri yang melewati 2 sumbu
Kristal.
b. Jika bidang tersebut terbentuk tegak lurus dengan sumbu c, maka disebut dengan
Bidang Simetri Horizontal.n Jjika bidang tersebut terbentuk sejajar dengan sumbuu
c, maka disebut dengan Bidang Simetri Vertikal.
c. Bidang Simetri Intermediet, apabila bidang simetri tersebut hanya melewati 1
sumbu saja (Bidang Simetri Diagonal)
2. Sumbu simetri
Sumbu simetri adalah garis bayangan yang dibuat melewati/menembus pusat kristal, dan
bila kristal diputar dengan poros sumbu tersebut sejauh satu putaran penuh akan
didapatkan beberapa kali kenampakan yang sama. Sumbu simetri

SAFAR
ADI SURYANTO, S.T
09320150147
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL HEXAGONAL DAN
ORTHOROMBIK

a. Gire, atau sumbu simetri biasa,cara mendapatkan nilai simetrinya adalah dengan
memutar Kristal pada porosnya dalam satu putaran penuh. Bila terdapat dua kali
kenampakan yang sama dinamakan digire, bila tiga trigire (3),dst..
b. Giroide adalah sumbu simetri yang cara mendapatkan nilai simetrinya dengan
memutar kristal pada porosnya dan memproyeksikannya pada bidang horisontal.
c. Sumbu inversi putar adalah sumbu simetri yang cara mendapatkan nilai simetrinya
dengan memutar kristal pada porosnya dan mencerminkannya melalui pusat kristal.
Penulisan nilai simetrinya dengan cara menambahkan bar pada angka simetri itu. Bila
tiga tribar (3), empat tetrabar (4),dst
3 Suatu kristal dikatakan mempunyai pusat simetri bila kita dapat membuat garis
bayangan tiap-tiap titik pada permukaan kristal menembus pusat kristal dan akan
menjumpai titik yang lain pada permukaan di sisi yang lain dengan jarak yang sama
terhadap pusat kristal pada garis bayangan tersebut. Atau dengan kata lain, kristal
mempunyai pusat simetri bila tiap bidang muka kristal tersebut mempunyai pasangan
dengan kriteria bahwa bidang yang berpasangan tersebut berjarak sama dari pusat
kristal, dan bidang yang satu merupakan hasil inversi melalui pusat kristal dari bidang
pasangannya.

2.2 BENTUK KRISTAL


Secara umum bentuk Kristal dinyatakan dengan kenampakan luar suatu benda.Di
dalam kristalografi, bentuk erat berhubungan dengan sumbu simetri.Bentuk-bentuk
kristalnya dilihat dari bidang muka dibagi menjadi bentuk sederhana dan dimana ada
pula bentuk kombinasi, serta bentuk kembar.
Bentuk Kristal sederhana dinyatakan dengan kenampakan luar suatu benda.
Bentuk Kristal sederhana didalamnya mempunyai bentuk Kristal yang sama bidang
mukanya.Kristal yang mempunyai bidang muka tidak sama bentuk atau mempunyai dua
atau lebih bidang muka yang tidak sama.
Kristal dengan bentuk kembar merupakan bentuk dari suatu Kristal , yang terdiri
dari dua atau tiga bentuk-bentuk sederhana yang sama atau dapat juga terdiri dua atau
lebih bentuk kombinasi yang sama.

2.3 SIFAT KRISTAL


Kristal mempunyai sifat dasar yang diutarakan oleh Steno yaitu dua bidang muka
kristal yang berimpit selalu membentuk sudut yang besarnya tetap pada suatu
kristal. Hukum ini kemudian dikenal dengan Hukum Ketetapan Sudut bidang dua atau
Hukum Steno).

SAFAR
ADI SURYANTO, S.T
09320150147
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL HEXAGONAL DAN
ORTHOROMBIK

Bidang muka kristal adalah bidang-bidang datar yang membentuk permukaan


kristal. Masing-masing kristal akan mempunyai letak dan arah bidang muka kristal
tertentu dan berbeda-beda, Contoh: Kristal tawas [(NH4)2Al2(SO4)4.24H20]
Pada system Kristal atau kristalilsasi juga mempunyai beberapa sifat-sifat kimia
yang sangat mempengaruhi Kristal dalam proses pembentukannya. Suatu kristal dapat
didefinisikan sebagai padatan yang secara esensial mempunyai pola difraksi tertentu
(Senechal, 1995 dalam Hibbard,2002). Jadi, suatu kristal adalah suatu padatan dengan
susunan atom yang berulang secara tiga dimensional yang dapat mendifraksi sinar X.
Kristal secara sederhana dapat didefinisikan sebagai zat padat yang mempunyai susunan
atom atau molekul yang teratur. Keteraturannya tercermin dalam permukaan kristal yang
berupa bidang-bidang datar dan rata yang mengikuti pola-pola tertentu. Bidang-bidang
datar ini disebut sebagai bidang muka kristal. Sudut antara bidang-bidang muka kristal
yang saling berpotongan besarnya selalu tetap pada suatu kristal. Bidang muka kristal itu
baik letak maupun arahnya ditentukan oleh perpotongannya dengan sumbu-sumbu
kristal. Dalam sebuah kristal, sumbu kristal berupa garis bayangan yang lurus yang
menembus kristal melalui pusat kristal. Sumbu kristal tersebut mempunyai satuan
panjang yang disebut sebagai parameter.
Kristal merupakan susunan kimia antara dua atom akan terbentuk bilamana terjadi
penurunan suatu energi potensial dari sistem ion atau molekul yang akan dihasilkan dengan
penyusunan ulang elektron pada tingkat yang lebih rendah. Kristalografi dapat diartikan
sebagai cabang dari ilmu geologi, kimia, fisika yang mempelajari bentuk luar kristal serta
cara penggambarannya.
Komposisi-komposisi kimia pada suatu mineral merupakan hal yang sangat
mendasar, beberapa sifat-sifat mineral / kristal tergantung kepadanya. Sifat-sifat
mineral/kristal tidak hanya tergantung kepada komposisi tetapi juga kepada susunan
meruang dari atom-atom penyusun dan ikatan antar atom-atom penyusun kristal /
mineral.

2.4 SISTEM KRISTAL


Sistem kristal adalah cara untuk mengklasifikasikan bentuk kristal berdasarkan
geometri sel unit yaitu berdasarkan letak atom dalam sumbu xyz. Geometri sel unit
didefinisikan sebagai analisis terhadap 6 parameter yaitu : panjang tepi a,b,c dan tiga
sudut interaksial α,β, γ.

SAFAR
ADI SURYANTO, S.T
09320150147
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL HEXAGONAL DAN
ORTHOROMBIK

Gambar 2.1  Sebuah sel satuan dengan sumbu koordinat x, y, z


,menunjukkan panjang aksial (a, b, dan c) dan sudut
interaxial (α,β, γ)

A. SISTEM KRISTAL TETRAGONAL


Sistem Tetragonal sama dengan sistem Isometrik, karena sistem kristal ini
mempunyai tiga sumbu kristal yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a1 dan a2
mempunyai satuan panjang sama, sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang
atau lebih pendek. Tapi pada umumnya lebih panjang.
Pada kondisi sebenarnya, Tetragonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu)
a1 = a2 ≠ c , yang artinya panjang sumbu a1 sama dengan sumbu a2 tapi tidak sama
dengan sumbu c, dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti,
pada sistem ini, semua sudut kristalografinya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain
(90˚).
Sistem kristal Tetragonal memiliki perbandingan sumbu a1 : a2 : c = 1 : 3 : 6.
Artinya, pada sumbu a1 ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu a2 ditarik garis dengan
nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya
perbandingan), Sudut antara a1 dengan a2 = 90 o, sudut antara a2 dengan a3 = 90 o, sudut
antara a3 dengan a1 = 90o, sedangan sudut antara a1 dengan –a2 = 30 o. Hal ini
menjelaskan bahwa antara sumbu a1 memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu –a2. Perhatikan
gambar sistem kristal Tetragonal dibawah ini :

SAFAR
ADI SURYANTO, S.T
09320150147
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL HEXAGONAL DAN
ORTHOROMBIK

Gambar 2.2Sistem Tetragonal

Kristal  ini memiliki dua sumbu yang sama, sumbu horisontal yang bersudut 90
derajat dan satu sumbu (yang lebih panjang dibandingkan dengan dua lainnya) tegak
lurus terhadap bidang antara dua sumbu yang sama tadi. Dengan kata lain, semua sumbu
membentuk sudut siku-siku atau 90o terhadap satu sama lain, dan dua sumbu adalah
sama panjang. Kalkopirit (atau tembaga-besi sulfida) adalah contoh
dari sistem Tetragonal, contoh lain dari sistem kristal Tetragonal adalah seperti;
Anatase, Zircon, Leucite, Rutile, Cristobalite, Wulfenite, Scapolite, Cassiterite, Stannite,
Cahnite,

B. SISTEM KRISTAL HEXAGONAL


Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap
ketiga sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk sudut 120˚
terhadap satu sama lain. Sambu a, b, dan d memiliki panjang sama. Sedangkan panjang c
berbeda, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang).
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Hexagonal memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu
b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut
kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut α dan β saling
tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ.

SAFAR
ADI SURYANTO, S.T
09320150147
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL HEXAGONAL DAN
ORTHOROMBIK

Gambar 2.3 Sistem Kristal Hexagonal

Sistem hexagonal dan trigonal merupakan sistem kristal yang sama, yang
membedakan dari kedua sistem kristal ini adalah jumlah sisinya. Jumlah sisi sistem
hexagonal berjumlah 6 buah, sedangkan jumlah sisi sistem trigonal hanya 3.
Dalam pembagian Sistem kristal, ada 2 simbolisasi yang sering digunakan. Yaitu
Herman-Mauguin dan Schoenflish. Simbolisasi tersebut adalah simbolisasi yang dikenal
secara umum (simbol Internasional).
Simbol Herman-Mauguin adalah simbol yang menerangkan ada atau tidaknya bidang
simetri dalam suatu kristal yang tegak lurus terhadap sumbu-sumbu utama dalam kristal
tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan mengamati sumbu dan bidang yang ada pada
kristal tersebut.
Pemberian simbol Herman-Mauguin ini akan berbeda pada masing-masing kristal. Dan
cara penentuannya pun berbeda pada tiap Sistem Kristal
Dalam sistem kristal ini yang membedakan dari sistem-sistem kristal lain yaitu sistem
ini memiliki empat buah sumbu. Dimana terdapat sumbu tambahan sebagai sumbu
utama yaitu sumbu d. Sumbu c tegak lurus terhadap ketiga sumbu lainnya.Sumbu a,
sumbu b, dan sumbu d masing-masing membentuk sudut 120o satu terhadap yang
lainnya. Dalam sebenarnya, axial ratio dari sistem hexagonal dan trigonal ini yaitu
sumbu sama dengan sumbu b sama dengan sumbu d, tetapi tidak sama dengan sumbu c.

Sudut kristalografi sistem hexagonal dan trigonal ini yaitu sudut α (sudut antara
sumbu b dan c) sama dengan sudut β (sudut antara sumbu a dan sumbu c) sama dengan
90o. Sedangkan sudut γ (sudut antara sumbu a dan sumbu b) sebesar 120o.
Dalam hal penggambarannya, sistem hexagonal dan trigonal ini memiliki
perbandingan sumbu yaitu sumbu a berbanding dengan sumbu b berbanding dengan
sumbu c yaitu 1 berbanding 3 berbanding 6.
Dalam hal cara penggambaran ini juga terdapat sudut antar sumbu yang
terbentuk yaitu antara sumbu a+ dan b- membentuk sudut sebesar 20o. Selain itu juga
terdapat sudut yang terbentuk antara sumbu d- dan b+ sebesar 40o.
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem
Hexagonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a
ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c
ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut antar
sumbunya a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+
memiliki nilai 20˚ terhadap sumbu bˉ dan sumbu dˉ membentuk sudut 40˚ terhadap
sumbu b+.

SAFAR
ADI SURYANTO, S.T
09320150147
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL HEXAGONAL DAN
ORTHOROMBIK

Sistem  ini dibagi menjadi 7:


1. Hexagonal Piramid
         Kelas : ke-14
         Simetri : 6
         Elemen Simetri : hanya terdapat 1 sumbu putar enam.
2. Hexagonal Bipramid
         Kelas : ke-16
         Simetri : 6/m
         Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 1 bidang simetri
3. Dihexagonal Piramid
         Kelas : ke-18
        Simetri : 6 m m
        Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 6 bidang simetri
4. Dihexagonal Bipiramid
        Kelas : ke-20
         Simetri : 6/m 2/m 2/m
  Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 6 sumbu putar dua, 7 bidang
simetrimasing-masing berpotongan tegak lurus terhadap salah satu sumbu rotasi dan
satu pusat
5. Trigonal Bipiramid
         Kelas : ke-1
        Simetri : 6bar (ekuivalen dengan 6/m)
         Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 1 bidang simetri
6. Ditrigonal Bipiramid
         Kelas : ke-17
         Simetri : 6bar 2m
         Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 3 sumbu putar dua, dan 4 bidang
simetri
7. Hexagonal Trapezohedral
        Kelas : ke-19
        Simetri : 6 2 2
  Elemen Simetri : terdapat 1 sumbu putar enam, 6 sumbu  putar dua
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Hexagonal ini adalah quartz,
corundum, hematite, calcite, dolomite, apatite. (Mondadori, Arlondo. 1977).

C. SISTEM KRISTAL ORTHOROMBIK

SAFAR
ADI SURYANTO, S.T
09320150147
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL HEXAGONAL DAN
ORTHOROMBIK

Sistem kristal ortorombik terdiri atas 4 bentuk, yaitu : ortorombik sederhana,


body center (berpusat badan) (yang ditunjukkan atom dengan warna merah), berpusat
muka (yang ditunjukkan atom dengan warna biru), dan berpusat muka pada dua sisi
ortorombik (yang ditunjukkan atom dengan warna hijau). Panjang rusuk dari sistem
kristal ortorombik ini berbeda-beda (a ≠ b≠ c), dan memiliki sudut yang sama (α = β = γ)
yaitu sebesar 90°. Dikatakan ortorombik karena sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri
yang saling tegak lurus satu sama lain. Tetapi ketiga sumbu ini mempunyai panjag yang
berbeda-beda. Sumbu-sumbu simetri ini diberi tanda huruf a, b, dan c denga parameter
sumbu a<b<c. Sumbu a disebut sumbu brakia, sumbu b disebut sumbu makro, dan
sumbu c disebut sumbu vertikal. Sistem kristal ini memiliki pusat simetri yang
merupakan titik pertemuanantara bidang dan sumbu simetri yang ada pada sistem kristal
tersebut.Sistem kristal ini juga mempunyai 3 bidang simetri karena jika banguntersebut
dibagi oleh sumbu simetri akan menghasilkan 2 bagian yang sama besarnya.
Sistem ini disebut juga sistem Rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri kristal
yang saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut mempunyai
panjang yang berbeda.

Gambar 2.4 Sistem Kristal Orthorombik

Sistem kristal ini mempunyai 1 simetri putar 2-fold pada ketiga sumbunya yaitu
apabila diputar berdasar sumbu a, b, c akan menunjukkan 2 kenampakanyang sama.
Berdasar contoh di atas, maka sistem kristal ini digolongkan dalam kelasdypiramidal
dengan Herman maugin Symbol 2/m 2/m 2/m. Beberapa contohmineral yang
mempunyai sistem kristal ortorombik kelas dypiramidal adalah phurcalite, chesterite,
epsomite.Sistem ini disebut juga sistem Rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri

SAFAR
ADI SURYANTO, S.T
09320150147
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL HEXAGONAL DAN
ORTHOROMBIK

kristal yang saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut
mempunyai panjang yang berbeda.
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem
Orthorhombik memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada
patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan
sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+
memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu bˉ.
Sistem ini disebut juga sistem Rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri kristal
yang saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut mempunyai
panjang yang berbeda.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Orthorhombik memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , sehingga panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang
sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β =
γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, ketiga sudutnya saling tegak lurus (90˚).

2.5 PROSES KRISTALISASI


karena magma merupakan cairan yang sangat panas, maka ion-ion yang
menyusun magma dapat bergerak bebas tak beraturan sebaliknya pada saat magma
mengalami pendinginan, pergerakan ion-ion tersebut akan menurun serta ion-ion akan
mulai bisa mengatur dirinya dan menyusun bentuk yang teratur. Proses yang ini disebut
kristalisasi. Pada umumnya material yang menyusun magma tidak membeku pada waktu
yang bersama.
Kecepatan pendinginan magma sangat berpengaruh terhadap ukuran Kristal yang
terbentuk.Apabila pendinginan magma ini berlansung dengan lambat., ion-ion memiliki
berukuran besar. Apabila pendinginan berlansung dengan cepat maka tidak
adakesempatan bagi ion untuk membentuk Kristal baru sehingga hasil pembentukannya
akan menghasilkan bentuk yang tidak beraturan yang dinamakan dengan suatu mineral
gelas (glass).
Pada erupsi gunung api tersembur keudara maka akan mengalami pendinginan
yang sangat cepat. Hasilnya adalah batua apung atau pumice batuan yang amorf, dan
berongga-rongga hal ini karna tekanan jauh lebih rendah dari gas-gas yang terlarut
keluar dengan cepat. Pertumbuhan Kristal tidak hanya tergantung pada kecepatan
pendinginan saja melainkan pada ruang yang ada pula. (Geologi Fisik ITB,2001)
Tempat pembekuan letaknya relief lebih dangkal dikulit bumi.Dikenal sebagai
batuan ekstrusif.Sedangkan apabila itu tempat pembentukannya dalam, dikenal sebagai
batuan ekstrusif.Sedangkan apabila tempat pembentukannya dalam, dikenal juga batuan

SAFAR
ADI SURYANTO, S.T
09320150147
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL HEXAGONAL DAN
ORTHOROMBIK

intrusive bentuk mineral yang ideal adalah dengan ukuran mineral yang ideal dengan
ukuran mineral yang besarnya disebut sebagai bentuk yang idiomorf.
Beberapa terminology yang menujukkan hubungan Kristal dalam batuan.Dikenal
dengan istilah struktur Kristal. Oleh karena itu, struktur Kristal itu digolongkan sebagai
berikut :
1. Sistem holokristalin
Apabila seluruh batuan tersebut tersusun dari Kristal yang susunan Kristalnya
atau susunan mineralnya dapat dikenali secara baik dan mineralnya dapat ditemukan
dengan mudah.
2. Struktur hipokristalin
Apabila sebagian kristalnya nampoak Nampak Kristal yang bagus dan dapat
diidentifikasi
3. Struktur holohyalin
Apabila seluruh Kristal dalam batuan memperlihatkan hyaline struktur atau
struktur hyaline (gelas). Demikian kecil ukuran sehi gga nama – nama mineralnya tidak
dapat diketahui secara mudah.

2.6 PROSES PEMBENTUKAN KRISTAL

Pada kristal ada beberapa proses atau tahapan dalam pembentukan kristal. Proses
yang di alami oleh suatu kristal akan mempengaruhi sifat-sifat dari kristal tersebut.
Proses ini juga bergantung pada bahan dasar serta kondisi lingkungan tempat dimana
kristal tersebut terbentuk.Berikut ini adalah fase-fase pembentukan kristal yang
umumnya terjadi pada pembentukan kristal :
1. Fase cair ke padat : kristalisasi suatu lelehan atau cairan sering terjadi pada skala
luas dibawah kondisi alam maupun industri. Pada fase ini cairan atau lelehan dasar
pembentuk kristal akan membeku atau memadat dan membentuk kristal. Biasanya
dipengaruhi oleh perubahan suhu lingkungan.
2. Fase gas ke padat (sublimasi) : kristal dibentuk langsung dari uap tanpa melalui
fase cair. Bentuk kristal biasanya berukuran kecil dan kadang-kadang berbentuk rangka
(skeletal form). Pada fase ini, kristal yang terbentuk adalah hasil sublimasi gas-gas yang
memadat karena perubahan lingkungan. Umumnya gas-gas tersebut adalah hasil dari
aktifitas vulkanis atau dari gunung api dan membeku karena perubahan temperature.

3. Fase padat ke padat : proses ini dapat terjadi pada agregat kristal dibawah
pengaruh tekanan dan temperatur (deformasi). Yang berubah adalah struktur kristalnya,
sedangkan susunan unsur kimia tetap (rekristalisasi). Fase ini hanya mengubah kristal
yang sudah terbentuk sebelumnya karena terkena tekanan dan temperatur yang berubah

SAFAR
ADI SURYANTO, S.T
09320150147
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL HEXAGONAL DAN
ORTHOROMBIK

secara signifikan. Sehingga kristal tersebut akan berubah bentuk dan unsur-unsur
fisiknya. Namun, komposisi dan unsur kimianya tidak berubah karena tidak adanya
faktor lain yang terlibat kecuali tekanan dan temperatur.

2.7 DAYA IKAT KRISTAL


Daya yang mengikat atom (atau ion, atau grup ion) dari zat-zat yang terdapat
pada kristal bersifat elektrostatis secara alami..Tipe dan intensitasnya sangat berkaitan
dengan sifat-sifat fisik dan kimia dari mineral.Kekerasan, belahan, daya lebur,
kelistrikan dan konduktivitas termal, dan koefisien ekspansi termal berhubungan secara
langsung terhadap daya ikat.Secara umum, ikatan kuat memiliki kekerasan yang lebih
tinggi, titik leleh yang lebih tinggi dan koefisien ekspansi termal yang lebih rendah.
Ikatan kimia dari suatu kristal dapat dibagi menjadi 4 macam, yaitu: ionik, kovalen,
logam dan van der Waals.

BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 HEKSAGONAL
Sistem kristal Hexagonal memiliki perbandingan sumbu a = b = d ≠ c , yang
artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak
sama dengan sumbu c. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 17˚ ; dˉ^b+= 39˚.Dan juga
memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ = γ = 120˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut
α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ.
Cara penggambaran :
1.. Menggambar sumbu utama dengan perbandingana = b = d ≠ c yaitu 1 = 3 = 1 ≠ 6
dengan skala yang di perbesar menjadi 3 = 9 = 3≠18
2. Membuat sudut antar sumbu yaitu a+^bˉ = 17˚ ; dˉ^b+= 39˚
3. Menggambar garis bantu atau garis khayal
4. Menghubungkan garis khayal sehingga membentuk suatu bidang (hexagonal).

3.2 ORTHOROMBIK

SAFAR
ADI SURYANTO, S.T
09320150147
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL HEXAGONAL DAN
ORTHOROMBIK

sistem Orthorhombik memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak


ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini.
Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+
memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu bˉ.
Cara penggambaran:
1. Menggambar sumbu utama dengan perbandingan a : b : c = 3 : 12 : 18
2. Membuat sudut antar sumbu yaitu a+^bˉ = 30˚.
3. Menggambar garis bantu ataugaris khayal
4. Menghubungkan garis khayal sehingga membentuk suatu bidang (orthorombik).

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1. Sistem Kristal Hexagonal

No. Urut : 1

Sistem Kristal : Hexagonal

Sifat Kristal : a = b = d ≠ c ,α:β= 90˚ ; γ = 120˚

Cara Penggambaran : a:b:c:d = 1: 3:6:1 , Sudut a+ /b- = 17˚ ,Sudut a+ /b- = 39˚

Elemen Kristal : A6 6A2 7P C,

Nilai Kristal : A. Herman Mauguin : 6/m, 2/m, 2/m

B. Schonflish : D6h

SAFAR
ADI SURYANTO, S.T
09320150147
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL HEXAGONAL DAN
ORTHOROMBIK

Indeks Bidang Warna : Warna (a,b,c,d)

(0,0,1,0)

(0,1,0,0)

(0,0,0,1)

(1,0,0,0)

Nama Kristal : Prisma

Kelas Kristal : Dihexagonal dypiramidal

Contoh Mineral : GRAFIT (C)

BERYL (Be3Al2Si6O18)

KALSIT (CaCO3)

DOLOMIT (CaMg(CO3)2)

APATIT (Ca5(PO4)3)

4.1.2 Sistem kristal Orthorombik

No. Urut : 2

Sistem Kristal : Orhorombik

Sifat Kristal : a ≠ b≠ c ,α≠ β≠ γ = 90˚

Cara Penggambaran : a:b:c: = 1: 4:6, Sudut a+ /b- = 30˚

Elemen Kristal : 3A2, 3PC

Nilai Kristal : A. Herman Mauguin : 2/m, 2/m, 2/m

B. Schonflish :C

Indeks Bidang Warna : Warna (a,b,c)

(0,0,1)

(1,1,1)

SAFAR
ADI SURYANTO, S.T
09320150147
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL HEXAGONAL DAN
ORTHOROMBIK

(1,0,1)

(0,1,1)

Nama Kristal : Rhombik Dipiramid

Kelas Kristal : Ortorhombik Dipiramidal

Contoh Mineral : ARAGONIT (Mg3SiO5(OH)4)

TOPAZ (Al2SiO4)

BELERANG (S)

ANDALUSIT(AlAlO(SiO4))

OLIVIN(Mg,Fe)2

4.2 PEMBAHASAN
4.2.1 Hexagonal
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Hexagonal memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu
b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut
kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut α dan β saling
tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ, sudut antar sumbunya a+/bˉ =
19˚ ; dˉ/b+= 39˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 17˚ terhadap
sumbu bˉ dan sumbu dˉ membentuk sudut 39˚ terhadap sumbu b+. Sistem Hexagonal
memiliki elemen Kristal A6 6A2 7PC, dan nilai Herman Mauguin 6/m, 2/m,2/m dan
Sconflish D6h.
Contoh sistem Hexagonal yaitu:
1. Beryl

SAFAR
ADI SURYANTO, S.T
09320150147
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL HEXAGONAL DAN
ORTHOROMBIK

Gambar 4.2.1 Beryl

Memiliki warna Hijau, Biru, Kuning, Tak Berwarna ataupun merah muda.
Cerat Putih, kilap kaca dan belahan tidak Sempurna serta pecahan tidak rata.memiliki
ekerasan 7,5-8, tenacity britle dengan berat Jenis 2.76. Berasosiasi dengan kuarsa,
Spodumene, Casserite dan Columbite.
Beryl Dari bahasa Yunani masa lampau, beryllos, yang dipakai untuk
menyebut batu " warna hijau-biru air laut", tetapi sampai sekarang hanya digunakan
untuk menyebut batu yang berwarnahijau muda. Lingkungan mineral beryl sebagian
besar seperti granit Pegmatites. Terbentuk melalu proses Metamorphic yaitu
metamorfisme regional menyebabkan batuan menuju fase granitization. Magma tidak
terbentuk sehingga granite dan pegmatite merupakan produk akhir dari metamorfisme
regional ini.Penambangan Beryl dilakukan dengan metode tambang terbuka.

2. Grafit

SAFAR
ADI SURYANTO, S.T
09320150147
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL HEXAGONAL DAN
ORTHOROMBIK

Gambar 4.2.2 Grafit

Memilki warna hitam, Abu-abu tembaga, Cerat hitam, kilap kaca,belahannya


tidak Sempurna dan memilki pecahan tidak rata. Kekerasan 1-2 dan berat Jenis 2,1 - 2,3.
Berasosiasi dengan Garnet, kalsit, muskovit dan biotit.Terbentuk melalui endapan
pegmatite berebentuk metamorphic.
Grafit terbentuk pada lingkungan batuan metamorf, baik pada metamorfisme
regional, atau kontak.Dapat dijumpai pada batu gamping kristalin, genes, sekis, kuarsit,
dan lapisan batubara termetamorf.Menurut Kuzvart (1984) grafit dapat terjadi secara
proses magnetik awal, kontak magmatik, hidrotermal, metamorfogenik, dan residual.
Grafit terjadi pada batuan metamorf sebagai akibat dari pengurangan dari sedimen
senyawa karbon selama metamorfisme . Hal ini juga terjadi pada batuan beku dan di
meteorit . Mineral terkait dengan grafit termasuk kuarsa , kalsit , mika dan turmalin .
Pada meteorit itu terjadi dengan troilite dan mineral silikat.Grafit ditambang di seluruh
dunia oleh kedua metode tambang terbuka seperti pertambangan di Kab.Sijunjung yaitu
di kelola oleh pemerintah setempat.

3. Dolomit

SAFAR
ADI SURYANTO, S.T
09320150147
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL HEXAGONAL DAN
ORTHOROMBIK

Gambar 4.2.3 Dolomit


Dolomit memiliki warna putih dan rumus kimia CaMg(CO3)2., dengan
berat jenis 2,85 g/cm3kekerasan 3,5-4 skala mohs. Terbentuk di lingkungan laut dan
diendapkan oleh bangkai plankton, dan terbentuk pada daerah evaporitic dan pada
daerah karst.Dolomit biasa ditemukan bersama dengan flourit, barit, kalsit, siderite,
kuarsa dan lain-lain.Banyak digunakan sebagai sumber logammagnesium dan senyawa
magnesium oksida  yang digunakan untuk membuat batu bara tahan api, berguna juga
untuk pembuatan pupuk dan kertas.

4.2.2 Orthorombik
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Orthorhombik memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang
sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β =
γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, ketiga sudutnya saling tegak lurus (90˚).
   Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem
Orthorhombik memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada
patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan
sudut antar sumbunya a+/bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki
nilai 30˚ terhadap sumbu bˉ. Sistem Kristal Orthorombik memiliki Elemen Kristal 3A2,
3PC, nilai Herman Mauguin 2/m, 2/m,2/m dan schonflish C.

Contoh mineral system orthorombik :


1. TOPAZ

SAFAR
ADI SURYANTO, S.T
09320150147
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL HEXAGONAL DAN
ORTHOROMBIK

Gambar 4.2.4 Topaz

Topaz memiliki warna kuning, Biru, Hijau Violet, cerat hitam, kilap kaca
memiliki belahan sempurna. Pecahannya rata dan memiliki ekerasan 8, berat Jenis 3,53
berasosiasi dengan Granit dan Rhyolit. Terbentuk melalui endapan pegmatite berbentuk
Igneous Activity
Topaz adalah batu mulia yang terbentuk dari silikat mineral alumunium dan
fluorine.Topaz alami sebenarnya tidak berwarna dan jernih, namun umumnya selalu
ternoda oleh beragam zat saat pembentukannya.Sehingga di alam ditemukan Topaz
dalam warna yang beragam.Topaz termasuk dalam batuan pegmatit, yang juga
memproduksi Chrysoberil.

2. Belerang

SAFAR
ADI SURYANTO, S.T
09320150147
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL HEXAGONAL DAN
ORTHOROMBIK

Gambar 4.2.5 Belerang/sulfur

Belerang kristal berdasarkan penyelidikan dengan mata menunjukkan


kenampakan warna kuning dengan kekerasan berkisar antara 1,5 – 2,5 dan mempunyai
berat jenis 2,05. apabila dibakar memberikannyala warna biru dan menghasilkan gas
SO2 yang berbau tidak enak. Titik leleh pada suhu 234 – 248 0F dan mempunyai daya
hantar listrik yang jelek serta tidak larut pada air (bisulfida, tetra cloridaDi Indonesia
semua endapan belerang mempunyai hubungan erat dengan kegiatan gunung berapi.
Endapan tersebut dapat merupakan endapan sedimen, kerak belerang, atau
endapan hidrothermal-metasomatik. Mengenai asal mula belerang ada beberapa
pendapat yang membahasnya, belerang atau sulfur dibentuk oleh bakteri de sulpho
vibrio desulfuricans umpamanya sulfat oleh bakteri diubah menjadi sulfit. Selanjutnya
sulfid diubah lagi menjadi belerang contohnya seperti yang terdapat di Gulf-Coast di
Amerika Serikat.

BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Dengan melakukan kegiatan praktikum ini,kami dapat mengetahui sistem Kristal
Orthorombik dan Hexagonal. Setiap sistem Kristal memilki perbedaan cara
penggambarannya. Memilki elemen-elemen serta nilai Kristal yang berbeda pula.
Kemudian mengetahui mineral apa saja yang tergolong dalam sistem Orthorombik dan
Hexagonal. Sehingga kami dapat membayangkan dan membedakan yang tergolong
kedalam sistem Orthorombik dan Hexagonal. Dan mengetahui bahwa Kristalografi
adalah ilmu yang mempelajari tentang Kristal suatu mineral,Kristal adalah suatu bangun
polider atau bidang banyak yang teratur dan di batasi oleh bidang-bidang datar dengan

SAFAR
ADI SURYANTO, S.T
09320150147
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL HEXAGONAL DAN
ORTHOROMBIK

jumlah tertentu.dan juga Mineral adalah suatu zat padat dari unsur kimia atau
persenyawaan (kimia) yang dibentuk oleh proses-proses anorganik dan mempunyai
susunan kimiawi tertentu dan suatu penempatan atom-atom secara beraturan
didalamnya,

5.2 SARAN
5.2.1 SARAN UNTUK LABORATORIUM
Saran saya untuk laboratoriumadalah Sebaiknya peralatan – peralatan di dalam
laboratorium lebih ditata dengan baik agar kelihatan rapi sehingga asisten dan praktikan
lebih nyaman dalam melakukan praktikum.

5.2.2 SARAN UNTUK ASISTEN


Saran saya untuk asisten agarmendampingi praktikan pada saat praktikum
sehingga praktikan lebih memahami apa yang akan di lakukan

DAFTAR PUSTAKA

Graha, Doddy setia. 1987 . Batuan mineral. Penerbit Nova, Bandung.


Magetsari, Noer Aziz. 2001. Geologi Fisik . Penerbit ITB bandung.
http://zonageologi.blogspot.co.id/2012/03/buku-panduan-kristalografi.html
http://radarjuve.blogspot.co.id/2013/07/kristalografi-dan-mineralogi.html
Jumat, 21 Oktober 2016, jam 20.00

SAFAR
ADI SURYANTO, S.T
09320150147
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM DINAMIS
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL HEXAGONAL DAN
ORTHOROMBIK

SAFAR
ADI SURYANTO, S.T
09320150147

Anda mungkin juga menyukai