Bab 1 Kti
Bab 1 Kti
PENDAHULUAN
utama didunia adalah sekitar 450 juta jiwa termasuk skizofrenia (WHO,
seseorang dalam keadaan sehat secara kognitif, afektif,, fisiologi, perilaku, dan
sosial sehingga dan puas dengan perannya sebagai individu maupun dalam
(Nasir & Muhith, 2011). Menurut Kementrian Kesehatan RI, (2019) kelompok
keluarga yang tidak harmonis, orang tua ODGJ, atau saudara kembar ODGJ,
korban kekerasan, pekerjaan yang memiliki tingkat stres paling tinggi dan
1
2
seluruh aspek tingkah laku mulai dari kecerdasan sampai daya tahan terhadap
adanya trauma psikis pada masa kanak-kanak atau pola asuh yang salah.
tujuh masalah gangguan jiwa yang paling sering terjadi yaitu perilaku
kekerasan, halusinasi, menarik diri, waham, defisit perawatan diri, dan harga
2017 ada sekitar ( 97,3%) atau (95%) orang memiliki gangguan jiwa di India,
sebagai posisi ke dua, dan Nusa Tenggara Timur (9,7%) menempati posisi ke
gejala gangguan jiwa. Hal ini didukung data dari Depkes RI yang melaporkan
merupakan salah satu penyakit jiwa yang ada di Indonesia, dan hingga saat ini
jiwa. Ditemukan pada urutan pertama berada di wilayah Kota Batam dengan
jumlah 1.239 jiwa, urutan kedua terdapat di wilayah Kota Karimun dengan
jumlah 210 jiwa. Dan wilayah ketiga terdapat di Kota Tanjung Pinang dengan
Berdasarkan data yang didapat dari Dinas Kesehatan Kota Batam (2020),
penderita orang dengan gangguan jiwa berat berjumlah 1219 orang. Jika
dihitung menurut jenis kelamin, penderita orang dengan gangguan jiwa berat
dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah 651 orang dan perempuan berjumlah
4
568 orang. Jumlah penderita skizofrenia dan gangguan psikotik kronik lainnya
Berdasarkan data yang didapat dari Dinas Sosial Kota Batam tahun 2017,
diketahui jumlah penderita gangguan jiwa yang berada di Dinas Sosial dengan
halusinasi 10 orang, isolasi sosial 7 orang, harga diri rendah 3 orang, perilaku
kekerasan 2 orang.
Berdasarkan data yang didapat dari Rumah Sakit Umum Daerah Embung
Fatimah Kota Batam di Poli Jiwa tahun 2020, penderita gangguan jiwa
sebanyak 3.075 orang. Dengan kasus jiwa terbanyak pada bulan Februari
adalah suatu bentuk tindakan yang bertujuan untuk melukai dirinya dan
dilakukan secara verbal, untuk mencederai diri sendiri, orang lain, dan
lingkungannya, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tidak terkontrol
(Dermawan, 2018).
mengobservasi tanda dan gejala perilaku kekerasan seperti muka merah dan
mengatupkan rahang dengan kuat, bicara kasar, suara tinggi, menjerit atau
5
berteriak, mengancam secara verbal dan fisik, melempar atau memukul benda
atau orang lain, merusak barang atau benda, tidak mempunyai kemampuan
ketegangan jiwa (Keliat, 2012). Terapi relaksasi nafas dalam tidak hanya
menyebabkan efek yang menenangkan fisik tetapi juga pikiran. Oleh karena
itu, beberapa terapi relaksasi seperti nafas dalam dapat membantu untuk
Perilaku Kekerasan Sebelum dan Sesudah Terapi Relaksasi Nafas Dalam Pada
relaksasi nafas dalam di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi dengan
pasien (90%), cukup mampu 3 pasien (10%) dan mampu 0 pasien (0%)
obat anti psikotik baik typical, atypical, maupun kombinasi typical dan
sosial atau verbal, spiritual dan pemanfaatan obat. Berdasarkan latar belakang
diatas maka peneliti tertarik mengambil judul Asuhan Keperawatan Jiwa Pada
Pasien Perilaku Kekerasan Pada Tn.X Dan Ny.Y Dengan Teknik Relaksasi
Nafas Dalam Di Rumah Sakit Umum Daerah Embung Fatimah Kota Batam
Tahun 2021.
Pada Tn.X Dan Ny.Y Dengan Teknik Relaksasi Nafas Dalam Di Rumah Sakit
2021”.
Tahun 2021”.
Tahun 2021”.
kekerasan.
selanjutnya.
Tahun 2021”.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
tidak hanya terletak didalam hubungan antara orang tua itu tetapi juga
2.1.3.1 Skizofrenia
2.1.3.2 Depresi
putus asa.
2.1.3.3 Cemas
luar.
suatu rangsangan.
kesadaran.
b. Gangguan Perhatian
c. Gangguan Ingatan
d. Gagguan Pikiran
dan asosiasi yang terarah pada tujuan dan tugas yang dapat
e. Gangguan Kemauan
f. Gangguan Emosi
mengakhiri hidupnya.
g. Gangguan psikomotor
aneh.
2.2.1 Pengertian
(Tumanggor, 2018).
2011).
2.2.2 Etiologi
halusinasi pendengaran.
a) Delusi
b) Halusinasi
avolisi.
21
pervasif lainnya.
2.2.4 Penatalaksanaan
2.3.1 Pengertian
kepada diri sendiri maupun orang lain. Sering juga disebut gaduh
(Damaiyanti, 2014).
(Sutejo, 2018).
2.3.2 Etiologi
kekerasan meliputi:
orang lain.
23
tersinggung.
perilaku kekerasan :
c. Tangan mengepal
d. Rahang mengatup
adanya:
Data subyektif :
Data obyektif:
a. Muka merah
b. Mata melotot
j. Nafas pendek
Kekerasan
Keterangan :
alternatifnya.
ancaman.
lingkungan.
2.3.7 Penatalaksanaan
2.4.1 Pengkajian
a) Aspek biologis
bertambah.
b) Aspek emosional
28
dan menuntut.
c) Aspek intelektual
d) Aspek sosial
e) Aspek spiritual
29
jiwa meliputi :
PERILAKU KEKERASAN
(2014)
lingkungannya
TUK 3 : 3. Kriteria evaluasi : 3. Membantu klien
Klien dapat setelah 3x mengungkapkan tanda-
mengidentifikiasi intervensi, klien tanda perilaku
tanda-tanda dapat kekerasan yang
perilaku menceritakan dialaminya :
kekerasan tanda-tanda Diskusikan
perilaku kekerasan motifasi klien
secara : untuk menceritakan
Fisik : mata kondisi fisik saat
merah, tangan perilaku kekerasan
mengepal, terjadi
ekspresi Diskusikan dan
tegang, dan motivasi klien
lain-lain untuk menceritakan
Emosional : kondisi fisik saat
perasaan perilaku kekerasan
marah, terjadi
jengkel, bicara Diskusikan dan
kasar motivasi klien
Sosial : untuk menceritakan
bermusuhan kondisi emosinya
yang dialami saat terjadi perilaku
saat terjadi kekerasan
perilaku Diskusikan dan
kekerasan motivasi klien
untuk menceritakan
kondisi psikologis
saat terjadi perilaku
kekerasan
Diskusikan dan
motivasi klien
untuk menceritakan
kondisi hubungan
dengan orang lain
saat terjadi perilaku
kekerasan
klien
c. Diskusikan dengan
klien cara lain yang
sehat:
Secara fisik:
tarik nafas
dalam jika
sedang
kesal/memukul
bantal/kasur
atau olahraga
atau pekerjaan
yang
memerlukan
tenaga
Secara verbal:
katakan bahwa
anda sedang
kesal/tersinggu
ng/jengkel
(saya kesal
anda berkata
seperti itu; saya
marah karena
mama tidak
memenuhi
keinginan saya
Secara sosial:
lakukan dalam
kelompok cara-
cara marah
yang sehat;
latihan asentif.
Latihan
manajemen
perilaku
kekerasan
Secara
spiritual:
anjurkan klien
sembahyang,
berdo’a/ibadah
lain; meminta
pada tuhan
untuk diberi
kesabaran,
mengadu pada
tuhan
kekerasan/keje
ngkelan.
35
memperagakan ulang
cara perawatan
terhadap klien
f. Beri pujian kepada
keluarga setelah
peragaan
g. Tanyakan perasaan
keluarga setelah
mencoba cara yang
dilatihkan
Klien Keluarga
SP1P SP1K
1. Mengidentifikasi penyebab 1. Mendiskusikan masalah
perilaku kekerasan dirasakan keluarga dalam
2. Mengidentifikasi tanda dan merawat klien
gejala perilaku kekerasan 2. Menjelaskan pengertian perilaku
3. Mengidentifikasi perilaku kekerasan, tanda dan gejala
kekerasan yng dilakukan perilaku kekerasan, serta proses
4. Mengidentifikasi akibat terjadinya perilaku kekerasan
perilaku kekerasan
5. Menyebutkan cara mengontrol
perilaku kekerasan
6. Membantu klien mempraktikan
latihan cara mengontrol
perilaku kekerasan secara fisik
1: latihan nafas dalam
7. Menganjurkan klien
memasukkan kedalam kegiatan
harian
SP2P SP2K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan 1. Melatih keluarga mempraktikan
harian klien cara merawat klien dengan
2. Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan
perilaku kekerasan dengan cara 2. Melatih keluarga melakukan cara
fisik 2: pukul kasur dan bantal merawat langsung kepada klien
3. Menganjurkan klien perilaku kekerasan
memasukkan kedalam kegiatan
harian
SP3P SP3K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan 1. Membantu keluarga membuat
harian klien jadwal aktivitas dirumah
2. Melatih klien mengontrol termasuk minum obat (discharge
perilaku kekerasan dengan cara planning)
sosial atau verbal 2. Menjelaskan follow up klien
3. Menganjurkan klien setelah pulang
memasukkan kedalam kegiatan
harian
SP4P
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian klien
2. Melatih klien mengontrol
perilaku kekerasan dengan cara
38
spiritual
3. Menganjurkan klien
memasukkan ke dalam kegiatan
harian
SP5P
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian klien
2. Melatih klien mengontrol
perilaku kekerasan dengan
minum obat
3. Menganjurkan klien
memasukkan kedalam kegiatan
harian
Sumber : Damayanti, (2014)
i. Implementasi
ii. Evaluasi
39
keperawatan.
PERILAKU KEKERASAN
40
Jenis-Jenis
Gangguan Jiwa Diagnosa Keperawatan
2.3 Skema Modifikasi Kerangka Konseptual Teori Nasir & Muhith 2011, Teori
Damayanti 2014, Teori Wijayaningsih 2015
BAB III
41
METODOLOGI PENELITIAN
pada pasien perilaku kekerasan pada tn.x dan ny.y dengan teknik relaksasi
nafas dalam di Rumah Sakit Umum Daerah Embung Fatimah Kota Batam
Untuk studi kasus tidak dikenal populasi dan sampel, namun lebih
mengarah kepada istilah subyek studi kasus oleh karena yang menjadi
subyek studi kasus sekurang-kurang nya satu klien (individu, keluarga atau
dan ekslusi.
Fatimah Batam
42
Fokus studi adalah kajian utama dari masalah yang akan dijadikan titik
acuan studi kasus. Fokus studi dari kasus perilaku kekerasan yaitu: masalah
3.4.1 Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk tindakan yang bertujuan untuk
tangan.
Tehnik pengumpulan data adalah suatu cara atau metode yang digunakan
untuk mengumpulkan data. Tehnik pengumpulan data dalam studi kasus ini
sebagai berikut :
1) Wawancara mendalam
a) Autoanamnesa
b) Alloanamnesa
c) Observasi
meliputi:
1. Studi Pustaka
45
2. Studi Dokumentasi
pemeriksaan diagnostik.
Sakit Umum Daerah Embung Fatimah Kota Batam. Jl. Letjen R. Suprapto
No.9, Bukit Tempayan, Kec. Batu Aji, Kota Batam, Kepulauan Riau.
dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan.
digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang
tersebut.
dipilih. Untuk studi kasus, data disajikan secara tekstular/ narasi dan dapat
disertai dengan cuplikan ungkapan verbal dari subyek studi kasus yang
Institut Kesehatan Mitra Bunda Batam dan permintaan izin kepada kepala
ruangan Rumah Sakit Umum Daerah Embung Fatimah Kota Batam. Setelah
seperti Tn.X.