Dalam referensi lain disebutkan bahwa K.H Ahmad Dahlan telah berjasa dalam
membentuk dan mengembangkan pendidikan sekolah yang dapat diklasifikasikan ke dalam
dua macam yakni: sekolah sebelum merdeka dan sesudah Merdeka. Jenis-jenis sekolah yang
dikembangkan adalah sebagai berikut:
1. Sebelum Merdeka
a) Sekolah umum: TK, Vervolg School 2 tahun, Schakel School 4 tahun, HIS 7
tahun, MULO 3 tahun, AMS 3 tahun, dan HIK 3 tahun.
b) Seiolah Agama: Madrasah Ibtidaiyah 3 tahun, Tsanawiyah 3 tahun, Mu'allimin
atau muallimat 5 tahun, Kuliatul Muballighin (SPG Islam) 5 tahun.
2. Sesudah Merdeka
Setelah Indonesia merdeka, perkembangan pendidikan Muhammadiyah semakin
pesat. Pada dasarnya ada 4 jenis lembaga pendidikan yang dikembangkannya, yaitu:
a) Sekolah-sekolah umum yang bernaung di bawah Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, yaitu: SD, SMP, SMTA, SPG, SMEA, SMK, dan sebgainya.
b) Madrasah-madrasah yang bernaung dibawah departemen agama, yaitu:
Madrasah Ibtidaiyah, MTs, dan Madrasah Aliyah.
c) Jenis sekolah atau Madrasah khusus Muhammadiyah, yaitu: Mu'allimin,
muallimat, sekolah tabligh, dan Pondok Pesantren Muhammadiyah.
d) Perguruan tinggi Muhammadiyah, ada yang umum ada yang berciri khas
agama. Untuk perguruan tinggi umumnya di bawah pembinaan Kopertis
Depdikbud sedangkan perguruan tinggi agama dibawah pembinaan Kopertis
dapartemen agama.
Ada beberapa hal yang melatarbelakangi K.H. Ahmad Dahlan mendirikan
Muhammadiyah, diantaranya:
a. Umat Islam tidak memegang tuntunan Alquran Hadis Nabi sehingga perbuatan
Syirik, Bid'ah dan khurafat semakin merajalela serta mencemarkan kemurnian
ajarannya.
b. Keadaan umat Islam sangat menyedihkan akibat penjajahan.
c. Kegagalan institusi pendidikan Islam untuk memenuhi tuntutan kemajuan zaman
merupakan akibat dari mengisolasi diri.
d. Persatuan dan kesatuan umat Islam menurun sebagai akibat lemahnya organisasi
Islam yang ada.
e. Munculnya tantangan dari kegiatan misi zending yang dianggap mengancam masa
depan umat Islam.
Organisasi Muhammadiyah aktif menyelenggarakan lembaga pendidikan sekolah
pada semua jenjang pendidikan dan tersebar ke berbagai pelosok Tanah Air. Tujuan
pendidikannya adalah terwujudnya manusia muslim, berakhlak, cakap, percaya kepada diri
sendiri berguna bagi masyarakat dan negara.
C. Tujuan Pendidikan Menurut KH Ahmad Dahlan
Menurut KH. Ahmad Dahlan, pendidikan islam hendaknya diarahkan pada usaha
membentuk manusia muslim yang berbudi pekerti luhur, alim dalam agama, luas pandangan
dan paham masalah ilmu keduniaan, serta bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya
(Hery Sucipto, 2010: 123). Tujuan pendidikan tersebut merupakan pembaharuan dari tujuan
pendidikan yang saling bertentangan pada saat itu yaitu pendidikan pesantren dan pendidikan
sekolah model Belanda. Di satu sisi pendidikan pesantren hanya bertujuan utnuk menciptakan
individu yang shalih dan mendalami ilmu agama. Sebaliknya, pendidikan sekolah model
Belanda merupakan pendidikan sekuler yang didalamnya tidak diajarkan agma sama sekali.
Akibat dualisme pendidikan tersebut lahirlah dua kutub intelegensia: lulusan pesantren yang
menguasai agama tetapi tidak menguasai ilmu umum dan sekolah Belanda yang menguasai
ilmu umum tetapi tidak menguasai ilmu agama.
Melihat ketimpangan tersebut KH. Ahmad Dahlan berpendapat bahwa tujuan
pendidikan yang sempurna adalah melahirkan individu yang utuh menguasai ilmu agama dan
ilmu umum, material danspritual serta dunia dan akhirat. Sebagai usaha untuk mencapai cita-
cita tersebut K.H. Ahmad Dahlan menempuh cara dengan mendirikan lembaga-lembaga
pendidikan tempat ilmu-ilmu sekuler dan agama akan diberikan (Alwi Shihab, 1998: 205).
Bagi K.H. Ahmad Dahlan kedua hal tersebut (agama-umum, material-spritual dan dunia-
akhirat) merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Inilah yang menjadi alasan
mengapa KH. Ahmad Dahlan mengajarkan pelajaran agama mencoba menggugat praktik
pendidikan islam pada masanya. Pada waktu itu, pelaksanaan pendidikan hanya dipahami
sebagai proses pewarisan adat dan sosialisasi perilaku individu maupun sosial yang telah
menjadi model baku dalam masyarakat. Pendidikan tidak memberikan kebebasan kepada
peserta didik untuk berkreasi dan mengambil prakarsa. Kondisi yang demikian menyebabkan
pelaksanaan pendidikan berjalan searah dan tidak bersifat dialogis.
Padahal menurut Dahlan, pengembangan daya kritis, sikap dialogis, menghargai
potensi akal dan hati yang suci, merupakan strategi bagi peserta didik mencapai pengetahuan
tertinggi dan batasan ini terlihat bahwa dahlan ingin meletakkan visi dasar bagi reformasi
pendidikan islam melalui penggabungan sistem pendidikan modern dan tradisional secara
harmonis dan integral. hal senada diungkapkan oleh Abdul Mu’ti dalam tulisannya yang
berjudul “Kurikulum Qu’ani” (2012: 84), yaitu: “ Muhammadiyah mengembangkan metode
pembelajaran dialogis dan pendekatan rasional dalam pembelajaran agama”. Hal ini sesuai
dengan ciri sebagai gerakanmodern, yaitu semangat untuk membangun tatanan sosial
masyarakat yang lebih maju dan terdidik (Hery Sucipto, 2010: 172). Upaya untuk mencapai
tujuan ini proses pendidikan islam hendaknya mengakomodasi berbagai ilmu pengetahuan,
baik umum ataupun agama, untuk mempertajam daya intelektualitas dan memperkokoh
spiritualitas peserta didik upaya akan terealisasi manakala proses pendidikan bersifat integral
proses pendidikan yang demikian pada gilirannya akan mampu menghasilkan alumni
“intelektualisasi ulama” dan ilmu umum sekaligus di Madrasah Muhammadiyah.
1) Sehingga dalam hasil penelitian ini dapat digaris bawahi tujuan pendidikan islam
menurut K.H. Ahmad Dahhlan sebagaimana dipaparkan dalam deskripsi diatas, dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut: Pendidikan islam hendaknya diarahkan pada usaha
membentuk manusia muslim yang berbudi pekerti luhur, alim dalam agama, luas
pandangan dan paham masalah ilmu keduniaan, serta bersedia berjuang untuk
kemajuan masyarakatnya,
2) Tujuan pendidikan yang sempurna adalah melahirkan individu yang utuh menguasai
ilmu agama dan ilmu umum, material dan spritual serta dunia dan akhirat,
3) Mempertajam daya intelektualitas dan memperkokoh spiritualitas.
Ar-Rasyidin dkk,. (2005). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : PT. Ciputat Pers.
Fahmi, Asma Hasan, (1979). Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Bulan Bintang.
Sucipto, Hery. (2010). K.H. Ahmad Dahlan Sang Pencerah, Pendidik dan Pendiri Muhammadiyah.
Jakarta : Best Media Utama