Anda di halaman 1dari 10

Pengantar

Membangun pelajar Indonesia yang memiliki jiwa Pancasila dan memiliki


keterampilan abad 21 adalah salah satu tujuan utama pendidikan Indonesia. Untuk
mencapainya, maka orang tua, guru, siswa, dan semua pemangku kepentingan perlu
mendapatkan pemahaman yang sama tentang pengetahuan, sikap dan keterampilan
yang hendaknya dicapai oleh anak dalam setiap tahapan perkembangan usianya. 

Capaian Pembelajaran (CP)  merupakan satu alternatif dalam mendeskripsikan


kompetensi yang digunakan untuk mengukur pencapaian siswa. Penggunaan CP ini
diharapkan sejalan dengan semangat merdeka belajar. Tulisan ini menjabarkan
tentang mengapa capaian pembelajaran merupakan hal utama dalam suatu kurikulum
dan kriteria suatu capaian pembelajaran yang baik. Melalui studi literatur dikaji pula
bagaimana konsep capaian pembelajaran dikembangkan dan dilaksanakan di berbagai
negara, dan bagaimana perbandingannya dengan kurikulum Indonesia saat ini serta
kebijakan yang menyertainya. Perbandingan terhadap kurikulum Indonesia difokuskan
pada analisa standar isi dan relevansinya dengan capaian pembelajaran dan
kebutuhan pembangunan manusia Indonesia. 

Hasil kajian tersebut kemudian dipakai untuk membangun rekomendasi terhadap


pengembangan kurikulum di Indonesia. Termasuk didalamnya adalah rekomendasi
terhadap proses penyusunan capaian pembelajaran dan gambaran implementasinya.

Apa itu capaian pembelajaran?


Capaian pembelajaran (CP) bukanlah istilah asing di dunia pendidikan. Di Indonesia
sendiri, istilah CP lebih sering digunakan di dunia pendidikan tinggi.  Meski demikian
istilah CP sendiri sebenarnya tidak merujuk pada satuan pendidikan tertentu. CP
dikenal juga dengan istilah learning achievement, achievement standard atau  learning
outcomes. 
Capaian pembelajaran adalah suatu ungkapan tujuan pendidikan, yang merupakan
suatu pernyataan tentang apa yang diharapkan diketahui, dipahami, dan dapat
dikerjakan oleh peserta didik setelah menyelesaikan suatu periode belajar (Dikti, 2015:
1). Kondisi ini juga dijalankan oleh sebagian besar negara di Eropa saat ini yang saat
ini menggunakan CP untuk mengungkapkan apa yang mereka harapkan agar
diketahui dan dapat dilakukan oleh peserta didik dan memahami di akhir program
atau urutan pembelajaran. 

Capaian pembelajaran biasanya digunakan untuk menentukan tingkat kerangka


kualifikasi, menetapkan standar kualifikasi, menjelaskan program dan kursus,
mengarahkan kurikulum, dan menentukan spesifikasi penilaian. Selain itu capaian
pembelajaran secara tak langsung akan mempengaruhi metode pengajaran,
pembelajaran lingkungan dan praktik penilaian (ECFOP, 2017:14). 

CP berfokus apa yang diharapkan pada siswa di akhir pembelajaran, hal ini sejalan
dengan pendekatan student centered dalam dunia pendidikan. Kondisi ini juga
ditegaskan oleh Kennedy et.al (2014:3) yang menyatakan bahwa trend internasional
dalam pendidikan menunjukkan pergeseran dari tradisional pendekatan "berpusat
pada guru" ke pendekatan "berpusat pada siswa". Model alternatif ini berfokus pada
apa yang diharapkan dari siswa yang harus dilakukan di akhir modul atau program.
Oleh karena itu, pendekatan ini biasa disebut sebagai pendekatan berbasis hasil. 

Sejalan dengan hal tersebut menurut Gosling dan Moon (2001) dalam  Mahajan dan
Singh (2017: 65)  disebutkan bahwa pendekatan berbasis hasil untuk mengajar
menjadi semakin populer di tingkat internasional, bahkan sejumlah negara pun telah
mengadopsinya secara progresif dalam kerangka kualifikasi nasional  seperti QAA
(Quality Assurance Agency for Higher Education) di Inggris, Australia, Selandia Baru dan
Afrika Selatan.

Apa itu capaian pembelajaran?


Dalam Keputusan Menteri Republik
Indonesia Nomor 958 tahun 2020 Tentang Capaian Pembelajaran Pada Pendidikan
Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, Dan Pendidikan Menengah dinyatakan bahwa
Capaian Pembelajaran merupakan bentuk pengintegrasian kompetensi inti dan
kompetensi dasar yang disusun secara komprehensif dalam bentuk narasi yang
meliputi: sekumpulan kompetensi dan lingkup materi. Sehingga CP memungkinkan
setiap anak mendapatkankan pengalaman belajar sesuai dengan tingkat
kompetensinya.

Menurut Mahajan dan Singh (2017: 65) CP diibaratkan sebagai alat navigasi atau
GPS. Setelah tujuan diumpankan ke perangkat GPS, selanjutnya pengemudi akan
dipandu  sepanjang perjalanan dan membawa pengemudi ke tujuan yang disebutkan
dengan benar tanpa rasa takut kehilangan arah atau salah tujuan. 

Ketika pengemudi mengambil rute yang salah, GPS akan memandu pengemudi dan
membantu untuk Kembali pada rute semula yang mengarah ke tujuan yang hendak
dituju. Sehingga CP adalah acuan yang membimbing siswa untuk hasil yang diinginkan
dari kegiatan pembelajaran yang direncanakan. CP juga menunjukkan dan
mengarahkan para guru jalan yang harus diikuti dan menyadarkan siswa tentang apa
yang akan mereka capai di akhir pembelajaran.

Dalam Keputusan Menteri Republik Indonesia Nomor 958 tahun 2020 Tentang
Capaian Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, Dan
Pendidikan Menengah dinyatakan bahwa capaian pembelajaran juga menjadi
kompetensi pembelajaran minimal yang harus dicapai peserta didik untuk setiap mata
pelajaran pada satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Capaian Pembelajaran memuat sekumpulan kompetensi dan lingkup yang
disusun secara komprehensif dalam bentuk narasi. Pada satuan PAUD disebut dengan
Capaian Perkembangan PAUD (CP PAUD).

Tujuan capaian pembelajaran


 

 Tujuan Capaian Pembelajaran PAUD

Pembelajaran di PAUD adalah pembelajaran yang mengintegrasikan semua aspek


perkembangan anak dengan penekanan pada kesejahteraannya. Tujuan Capaian Pembelajaran
di PAUD adalah memberikan arah yang sesuai dengan usia perkembangan anak (nilai agama,
fisik-motorik, emosional, bahasa, dan kognitif) agar anak siap mengikuti jenjang pendidikan
selanjutnya. 

 Tujuan Capaian Pembelajaran Tingkat SD-SMA

Capaian pembelajaran menunjukkan kemajuan belajar yang digambarkan secara vertikal dari
satu tingkat ke tingkat yang lain serta didokumentasikan dalam suatu kerangka kualifikasi.
Selain itu, capaian pembelajaran juga harus disertai dengan kriteria penilaian yang tepat yang
dapat digunakan untuk menilai bahwa hasil pembelajaran yang diharapkan telah dicapai. 
Capaian pembelajaran –bersama dengan kriteria penilaian– hal tersebut mengidentifikasi
capaian pembelajaran sebagai tujuan belajar yang terukur. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
capaian pembelajaran kedudukannya sangat penting dalam pelaksanaan dan penilaian. 
Pencapaian CP hanya dapat diidentifikasi setelah siswa mengikuti proses pembelajaran melalui
penilaian dan harus dapat didemonstrasikan dalam kehidupan nyata.

Prinsip Pembelajaran
Dalam perumusannya, CP memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Terukur dan spesifik
CP harus dapat diukur dan spesifik, berdasarkan hierarki tahapan konseptual proses
pembelajaran yang hasil belajarnya dapat digunakan untuk mendeskripsikan
kemampuan siswa, seperti yang dinyatakan oleh European Commission (2011) dalam
(ECFOP, 2017:33), bahkan secara spesifik Mahajan (2017:65) menyebutkan bahwa CP
harus ditulis berdasarkan Taksonomi Bloom karena telah terbukti relevan untuk untuk
membantu mengembangkan hasil belajar. Konsep taksonomi Bloom sangat sederhana,
yaitu:

a. Sebelum memahami konsepnya, ingatlah dengan baik,


b. Pahami sebelum anda menerapkannya,
c. Analisis proses sebelum anda mengevaluasinya. 

Dalam proses menerapkan prinsip terukur dan spesifik tersebut ada beberapa aspek
yang yang diperhatikan, yaitu :

1. Pemahaman dan pengetahuan 


Kata pemahaman sering digunakan sebagai salah satu luaran yang diharapkan
dari suatu pembelajaran tetapi maknanya seringkali kurang dipahami. John
Dewey (1933) merangkum ‘Pemahaman’  dalam  How We Think Understanding
dengan menyampaikan bahwa (Pemahaman) adalah makna yang
dikembangkan atau diproses dari fakta-fakta. Secara umum, pemahaman
seringkali diidentikkan dengan pengetahuan. Padahal keduanya adalah dua hal
yang sangat berbeda. Perbedaan kedua hal tersebut bisa dilihat dalam tabel
berikut ini :

2. Praktis
Bagaimana merancang dan melaksanakan eksperimen? Kata-kata yang umum
digunakan adalah menunjukkan, menerapkan dll.
3. Keterampilan Generik
Keterampilan umum mencakup teknik pemecahan masalah, inti pembelajaran.
Yang biasa digunakan kata-kata  menganalisis, membandingkan, dll.

2. Fleksibel (sesuai proses dan tahap belajar siswa)


Fleksibel ( sesuai proses dan tahap belajar siswa) Seringkali belajar dirasa sebagai
sebuah perlombaan dan bukan proses. Kurikulum disusun sedemikian rupa sehingga
siswa dijejali dengan berbagai materi yang hasil akhirnya berorientasi pada “sekadar
tahu” dan bukan pemahaman atau penguasaan sedangkan siswa memerlukan waktu
dan tahapan untuk mengupas konsep. 
Capaian pembelajaran membawa perubahan dalam pendekatan pembelajaran di kelas
dari yang berfokus kepada guru menjadi fokus kepada siswa. Menurut Harden
karakteristik CP sebagai berikut: 
 Pengembangan CP jelas mendefinisikan hasil yang harus dicapai siswa pada
akhir program pembelajaran 

 Desain kurikulum, strategi belajar, dan kesempatan belajar dilakukan untuk


menjamin tercapainya CP 
 Proses penilaian disesuaikan dengan CP dan penilaian setiap individu siswa
dilakukan untuk memastikan bahwa siswa mencapai target pembelajaran.

Format CP ditulis dalam bentuk paragraf, sehingga keterkaitan antara pengetahuan,


keterampilan, dan kompetensi umum terlihat jelas dan utuh sebagai satu kesatuan yang
tak terpisahkan dalam pembelajaran dan menggambarkan apa yang akan dicapai
peserta didik di akhir pembelajaran.

Hal ini berfungsi untuk memberikan kesempatan mengeksplorasi materi pelajaran lebih
mendalam, tidak terburu-buru, dan cukup waktu untuk menguatkan kompetensi,
mengingat tahap perkembangan dan kecepatan anak untuk memahami sesuatu belum
tentu sama untuk setiap anak. Kondisi ini juga memungkinkan seorang anak dengan
kondisi berkebutuhan khusus dapat menggunakan CP yang sama dengan anak pada
umumnya (anak di sekolah reguler). 

Hal ini secara tidak langsung juga akan memudahkan guru mengajar pada level yang
seharusnya (teaching at the right level). Hal ini tentunya impian setiap guru untuk dapat
mengajar anak sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Impian anak pula
memperoleh layanan pendidikan sesuai haknya.

Capaian Pembelajaran yang disesuaikan dengan tujuan untuk mengembangakan dan


menguatkan kompetensi dan karakter yang sesuai dengan Profil Pelajar
Pancasila adalah salah satu komponen penting dalam pelaksanaan pembelajaran
dengan paradigma baru. Capaian pembelajaran yang digunakan di Sekolah Penggerak
merupakan hal utama dalam suatu kurikulum dan kriteria suatu capaian pembelajaran
yang baik yang dikembangkan oleh satuan pendidikan yang telah ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat.
Capaian Pembelajaran merupakan hasil peleburan kompetensi inti dan kompetensi dasar. Hasil
peleburan ini menjadi satu kesatuan penjabaran kemampuan yang diharapkan dapat dikuasai
anak di akhir pembelajaran. Tidak lagi terpisah antara komponen sikap, pengetahuan dan
keterampilan. Capaian Pembelajaran akan menjadi acuan deskripsi keberhasilan anak dalam
mempelajari sesuatu hal. Pengintegrasian tersebut juga disesuaikan dengan tujuan
untuk mengembangakan dan menguatkan kompetensi dan karakter yang sesuai dengan
Profil Pelajar Pancasila, yang merupakan salah satu komponen penting dalam pelaksanaan
pembelajaran dengan paradigma baru.

Capaian Pembelajaran dirumuskan dalam bentuk fase-fase yang menyatakan target


capaian untuk rentang waktu yang lebih panjang (bukannya per tahun seperti kurikulum
terdahulu). Durasi setiap fase dapat berbeda untuk setiap jenjang pendidikan.
Penggunaan istilah “fase” dilakukan untuk membedakannya dengan kelas karena
peserta didik di satu kelas yang sama bisa jadi belajar dalam fase pembelajaran yang
berbeda. Ini merupakan penerapan dari prinsip pembelajaran sesuai tahap capaian
belajar atau yang dikenal juga dengan istilah teaching at the right level (mengajar pada
tahapan/tingkat yang sesuai). Apabila peserta didik kelas 5 masih harus belajar materi
Fase B (fase untuk kelas 3-4), misalnya, maka guru dapat menggunakan materi
pelajaran fase tersebut.

Di PAUD terdapat fase awal yang disebut fase pondasi (TK B). Fase fondasi ini
mencakup capaian perkembangan yang diharapkan dikuasai oleh anak jenjang PAUD
hingga SD kelas awal sehingga terlihat adanya transisi kemampuan dari PAUD ke SD
termasuk di dalamnya kesiapan bersekolah. Pembelajaran di SD berbeda dengan
pembelajaran di PAUD termasuk kompetensi yang diharapkan di dalamnya.
Pembelajaran di PAUD tidak menggunakan mata pelajaran tetapi muatan pembelajaran
yang didalamnya mengintegrasikan keenam aspek perkembangan sedangkan di SD
pembelajaran mengacu pada mata pelajaran meski disajikan secara tematik.

Untuk satuan pendidikan SD-SMA/SMK capaian pembelajaran dibuat untuk setiap mata
pelajaran. Terdapat 5 fase untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah, yang terdiri
atas:

1. Di jenjang SD terdapat tiga fase yaitu fase A (Kelas 1 – 2 ), fase B (Kelas 3 –


4) dan fase C (Kelas 5 – 6).
2. Di jenjang SMP terdapat satu fase yaitu fase D, dengan durasi 3 tahun, untuk
Kelas 1 – 3 SMP.
3. Terdapat dua fase di SMA,  yaitu fase E ( Kelas 10)  dan fase F (Kelas 11 –
12). Pada SMK, pase E mencakup landasan mata pelajaran umum yang
bertujuan untuk memperkuat dasar yang didapatkan di SMP. Selain itu fase E
juga menyampaikan mata pelajaran dasar-dasar program keahlian yang
menekankan pada softskill. Siswa juga diberikan pemahaman yang holistik
tentang
karir, tantangan, serta peluang yang dapat muncul di masa depan terkait
dengan program keahlian yang dipilihnya. Selain itu, pada fase E juga
memuat dasar-dasar keterampilan teknis yang mendukung siswa saat
mereka mengambil konsentrasi pada fase F nanti.

Perbedaan durasi fase ini lebih didasari oleh alasan praktikal dan bukan teoritis. Durasi
2 tahun di SD disebabkan banyaknya sekolah yang menggunakan kelas multi usia
(multi aging class) dengan mengakomodir dua kelas. Sedangkan durasi fase di SMP
didasari oleh alasan tahap perkembangan dan di SMA didasari oleh kebutuhan siswa
SMA untuk memperkuat materi dan keterampilan di SMP dan peminatan.

Dengan fase diharapkan pelajar akan dapat memiliki banyak waktu untuk menjalani
proses belajar sehingga dapat mengupas konsep-konsep dan mempelajari
keterampilan kunci, sehingga materi dapat dihantarkan dengan eksploratif dan
pendalaman, bukan sekadar transfer pengetahuan semata.

Komponen Capaian Pembelajaran

Dalam dokumen Capaian Pembelajaran terdapat empat komponen, diantaranya

1. Rasional Mata Pelajaran: Memuat alasan pentingnya mempelajari mata


pelajaran tersebut dan keterkaitan antara mata pelajaran dengan salah satu
(atau lebih) Profil Pelajar Pancasila.
2. Tujuan Mata Pelajaran: Kemampuan atau kompetensi yang perlu dicapai
peserta didik setelah mempelajari mata pelajaran tersebut.
3. Karakteristik Mata Pelajaran: Deskripsi umum tentang apa yang dipelajari
dalam mata pelajaran serta elemen-elemen mata pelajaran, yang didalamnya
terdapat kompetensi-kompetensi yang ingin dicapai .
4. Capaian Pembelajaran Setiap Fase: Deskripsi yang mencakup pengetahuan,
keterampilan, serta kompetensi umum. Selanjutnya diturunkan menjadi
capaian pembelajaran menurut elemen yang dipetakan menurut
perkembangan siswa. Pembagian fase dalam Capaian Pembelajaran dapat
digambarkan sebagai berikut:

Fase A : Pada umumnya SD Kelas 1-2


Fase B : Pada umumnya SD Kelas 3-4
Fase C : Pada umumnya SD Kelas 5-6
Fase D : Pada umumnya SMP Kelas 7-9
Fase E : Pada umumnya SMA/SMK Kelas 10
Fase F : Pada umumnya SMA/SMK Kelas 11-12

Untuk SLB Capaian Pembelajaran didasarkan pada usía mental yang ditetapkan
berdasarkan hasil asesmen. Pembagian fase dapat digambarkan sebagai berikut:

Fase A : Pada umumnya usía mental (≤7 tahun)


Fase B : Pada umumnya usía mental (±8 tahun)
Fase C : Pada umumnya usia mental (±8 tahun)
Fase D : Pada umumnya usía mental (±9 tahun)
Fase E : Pada umumnya usía mental (±10 tahun)
Fase F : Pada umumnya usía mental (±10 tahun)

https://drive.google.com/drive/folders/1fy78oRui2XAXxOkctP37UeKIxbDAjzqi

https://drive.google.com/drive/folders/1tq_B8nDKm6giORPusIlh8ASMfwmLvnrz

Anda mungkin juga menyukai