Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

PENGARUH LUMPUR LAPINDO TERHADAP


MASYARAKAT SIDOARJO

“Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Ujian Semester Dua
Mata Kuliah
Ilmu Alamiah Dasar Kelas 1A Ilmu Komunikasi”
Dosen Pengampu : Drs. H. Moh Sutarjo, A.Md., M.Si.

Disusun Oleh :
1.Lia Oktoviani (120100001)
2.Saiful Anwar
3.Rifal ramadhan
4.M. Najib

PRODI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN


ILMU POLITIK UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan
perlindungannya telah memberikan daya dan kekuatan sehingga penulisan makalah ini
dapat diselesaikan.
Makalah ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dalam khasanah dunia
pendidikan perguruan tinggi bagi mahasiswa-mahasiswi khususnya perguruan tinggi yang
dalam hal ini penulis tujukkan hasil dari penulisan makalah ini diajukan untuk memenuhi
tugas kelompok di semester dua prodi Ilmu Komunikasi kelas 1A dengan judul ”
PENGARUH LUMPUR LAPINDO TERHADAP MASYARAKAT SIDOARJO.”
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari pada kata sempurna
baik dalam penulisan, isi, maupun tata bahasa. Oleh karena itu, penulis sangat terbuka
dalam menerima kritik dan saran kedepan yang bertujuan untuk membangun.
Akhirnya, penulis ucapkan banyak terimakasih pada semua pihak yang telah membantu
dan mendukung penyusunan makalah ini. Semoga Tuhan YME membalas semua
kebaikan kita dengan segala kebaikan di dunia dan akhirat.

Cirebon, 23 April 2021


TTD

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan Makalah....................................................................3
BAB II.....................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................4
2.1 Lapindo Brantas Inc...............................................................................4
2.2 Kronologis Terjadinya Bencana Lumpur Lapindo.............................6
BAB III....................................................................................................................7
PEMBAHASAN.....................................................................................................7
3.1 Penyebab Bencana Lumpur Lapindo....................................................7
3.2 Dampak Bencana Lumpur Lapindo......................................................9
3.2.1 bidang SOSIAL DAN EKONOMi................................................11
3.2.2 bidang KESEHATAN dan lingkungAN......................................13
3.2.3 MANFAAT.....................................................................................15
3.3 Tindakan pemerintah dan Lapindo Brantas Inc...............................16
BAB IV..................................................................................................................22
PENUTUP.............................................................................................................22
4.1 Kesimpulan............................................................................................22
4.2 Saran.......................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................25
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bencana Lumpur Lapindo merupakan fenomena meluapnya semburan
lumpur dari perut bumi yang terjadi di Sidoarjo. Davies (2008, dikutip dari
journal Anton Novenanto 2010) sejak 26 Mei 2006, lumpur panas menyembur
ke permukaan bumi di Porong, Sidoarjo. Ada geolog yang menyatakan
semburan itu merupakan hasil dari aktifitas sebuah perusahaan minyak yang
sedang melakukan eksplorasi di situ, Lapindo Brantas Inc. Semburan air dan
lumpur yang terjadi menjadi polemik yang cukup kompleks hingga saat ini.
Terlepas dari penyebabnya yang menjadi kontroversi, Lumpur Lapindo
menghadirkan impact yang cukup komplit. Sampai saat ini usaha pemerintah
dan Lapindo belum menunjukkan keberhasilan untuk menghentikan semburan
atau mengelola dampak sosial dan lingkungan dari luberan lumpur itu. Dalam
perkembangannya, titik-titik semburan lumpur semakin banyak. Sampai saat
ini tak kurang 60 ribu warga di kecamatan Tanggulangin, Porong, dan Jabon
tercerabut dari akar tanah kelahiran merekan. Perut bumi desa Siring masih
mengeluarkan lumpur dengan intensitas rendah (Mamuk Ismuntoro, 2014:4).
Sebelum lumpur menyembur, kabupaten Sidoarjo merupakan wilayah
yang relatif stabil, ditunjukkan dengan minimnya gerakan sosial 2 politik atau
konflik skala besar di wilayah ini. Sidoarjo yang terletak diantara Surabaya
dan Gempol, menjadi tulang punggung transportasi Jawa Timur, yang
kemudian dipatahkan oleh luberan lumpur sehingga dampaknya sangat besar
bagi perekonomian Jawa Timur karena menghambat laju distribusi logistik
dan barang ekspor-impor yang melalui ruas Porong-Gempol. Secara
sederhana, tenggelamnya lahan-lahan produktif (banguan, pekarangan,tambak
dan sawah) telah mematikan mematikan produktifitas dari lahan-lahan
tersebut. Jika melihat secara luas, terganggunya tulang punggung sistem
transportasi berdampak pada kerugian ekonomi pada sektor makro maupun

1
mikro. Karakter unik tanah di Sidoarjo adalah tambak untuk
pengembangbiakan segala jenis udang dan ikan (Bandeng, Kakap, Gurami dan
Patin). Kerusakan ekologis yang terjadi berdampak pada tengelamnya pabrik-
pabrik dan industri kecil menengah berkaitan dengan hasil tambak seperti
kerupuk dan terasi sebagai produk unggulan Sidoarjo.
Masalah lainnya juga berkenaan dengan usaha pemulihan ekologis
wilayah yang terendam lumpur. Lumpur yang mengandung logam berat
dialirkan begitu saja ke sungai Porong. Kandungan unsur logam dalam
laporan Pusat Sumber Daya Geologi (2007) menyebutkan, rata-rata
kandungan unsur agak tinggi terdiri dari Pb, Zn, Mn, Ag, Cd, Sb, Au, Se dan
Hg. Dalam jangka panjang, logam berat tersebut dapat memicu berbagai
gangguan kesehatan.
Bencana lumpur lapindo adalah peristiwa menyemburnya lumpur
panas di lokasi pengeboran Lapindo Brantas Inc. Sampai saat ini bencana
lumpur lapindo masih terus berlangsung. Berdasarkan data Badan
Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS), pada 2007 area terdampak lumpur
Lapindo meliputi 12 desa di tiga kecamatan seluas 640 hektar. Saat ini
wilayah itu sudah berubah menjadi kolam lumpur. Pada 2008, luas area
terdampak bertambah menjadi 728 hektar.Pada 2011, luasnya bertambah
dengan dimasukkannya wilayah 9 rukun tetangga baru dalam peta area
terdampak. Dan pada awal 2012, ada 65 RT baru masuk peta area terdampak.
Sehingga selama enam tahun semburan lumpur Lapindo terjadi, ada sebanyak
11.881 keluarga yang rumah ataupun tanahnya berada di area terdampak.
Dengan demikian dapat dilihat bahwa bencana lumpur lapindo ini telah
memberikan dampak yang luar biasa bagi masyarakat, bukan hanya
masyarakat sekitar lokasi terjadinya bencana lumpur lapindo namun juga bagi
aktivitas perekonomian di Jawa Timur.

2
1.2 Rumusan Masalah
Adapun di dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis menemukan
beberapa masalah, yaitu:
1. Apa yang menjadi penyebab terjadinya bencana lumpur lapindo?
2. Apa dampak yang diakibatkan oleh bencana lumpur lapindo pada
masyarakat dan aktivitas perekonomian di Jawa Timur?
3. Apa yang dilakukan pemerintah dan Lapindo Brantas Inc untuk
menyelesaikan permasalahan bencana lumpur lapindo?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah


Adapun tujuan dari adanya penulisan karya ilmiah ini, yaitu:

1. Mengetahui apa yang menjadi penyebab terjadinya bencana lumpur


lapindo.
2. Mengetahui dampak yang diakibatkan oleh bencana lumpur lapindo
pada masyarakat dan aktivitas perekonomian di Jawa Timur
3. Mengetahui tindakan pemerintah dan Lapindo Brantas Inc untuk
menyelesaikan permasalahan bencana lumpur lapindo

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lapindo Brantas Inc

Lapindo Brantas Inc. pertama didirikan pada tahun 1996, setelah


proses kepemilikan sahamnya diambil alih dari perusahaan yang berbasis
di Amerika Serikat, Huffington Corporation, yang saat itu telah
menandatangani perjanjian Production Sharing Contract (PSC) dengan
Blok Brantas di Jawa Timur untuk jangka waktu 30 tahun.

Dari tahun 1991 hingga 1996, LBI (Lapindo Brantas Inc.)


melakukan survei seismik dan kegiatan pemboran eksplorasi yang fokus
pada pengembangan Lapangan Gas Wunut, yang kemudian mulai
berproduksi pada 25 Januari 1999. LBI merupakan perusahaan swasta
pertama di Indonesia yang memproduksi gas di Lapangan Wunut. LBI
kemudian bergabung dengan PT Energi Mega Persada (EMP) di tahun
2004 sebelum diambil alih oleh Minarak Labuan Co. Ltd. (MLC).

Lapindo Brantas, Inc (LBI) bergerak di bidang usaha eksplorasi


dan produksi migas di Indonesia yang beroperasi melalui skema
Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) di blok Brantas, Jawa Timur.
LBI melakukan eksplorasi secara komersil di 2 wilayah kerja (WK) di
darat dan 3 WK lepas pantai dan saat ini total luas WK Blok Brantas
secara keseluruhan adalah 3.042km2

Lapindo Brantas Inc. memproduksi gas alam mulai dari sumur-


sumur produksi, mengalir menuju pusat pengolahan (gas plant) melalui
sistim pipa penyaluran, hingga akhirnya gas alam tersebut siap dijual.
Sesuai dengan karateristik dan sifat komoditi yang diolah yaitu gas, maka

4
dapat dipahami bahwa fasilitas produksi yang dikelola oleh perusahaan ini
memiliki potensi yang relatif besar terhadap timbulnya bahaya kebakaran
dan peledakan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kebijakan
manajemen Lapindo Brantas Inc, dan pelaksanaan program pengendalian
risiko sebagai bagian dari pelaksanaan sistim manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja.

Selain itu penelitian inipun mencoba untuk memetakan tingkat


risiko pada fasilitas pengolahan gas alam Wunut dengan metoda RBI.
Berdasarkan pada tempatnya, penelitian ini dikategorikan sebagai
observasional lapangan dengan pendekatan semi-quantitatif. Hasil dari
penelitian ini diharapkan akan memberikan penjelasan (deskripsi)
mengenai tingkat risiko pada sistim perpipaan fasilitas pengolahan gas
(gas plant) Wunut. Tidak ada perlakuan objek pada penelitian ini (expost
facto), pengumpulan data dilakukan secara cross-sectional. Objek
penelitian adalah sistim perpipaan pada fasilitas pengolahan gas ('Gas
dehydration Plant' ) di lapangan Wunut.

Sistim tersebut meliputi unit pemisahan gas (separator), unit kolom


kontak (contactor unit), unit meter (metering unit), dan sistim perpipaan
utama yang menghubungkan masing-masing peralatan tersebut. Data
teknis yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada dokumen
engineering yang tersedia. Data operasi diambil dari pemantauan atau
pembacaan peralatan instrumentasi di lapangan. Penilaian risiko mengacu
pada petunjuk API RP-581 dengan menggunakan analisis semi-kuantitatif.
Hasil analisis RBI pada fasilitas utama pengolahan gas alam Wunut
(Wunut Gas Plant) dengan metode analisis semikuantitatif dan
menggunakan alat bantu komputer untuk melakukan perhitungan
menunjukkan bahwa 7 item peralatan memiliki risiko tinggi dan 14 item
peralatan memiliki risiko menengah-tinggi. Ketujuh item peralatan yang
termasuk kategori tinggi semuanya terletak pada bagian awal pengolahan
gas yaitu saluran header sampai masuk ke `separator'.

5
Penyebab utama yang mempengaruhinya adalah adanya
mekanisme penipisan pipa yang lebih besar dibandingkan dengan
peralatan lain. Penipisan terjadi akibat dari proses korosi. Kecepatan
korosi sangat tergantung kepada jumlah air yang terdapat di dalam aliran
gas. Pada bagian ini kandungan air berada pada jumlah yang paling besar,
dikarenakan belum terjadi pemisahan antara air dan gas. Hasil penilaian
terhadap sistim manajemen di lapangan adalah 66.3%. Dengan hasil
penilaian tersebut terdapat peluang yang cukup lebar untuk melakukan
perbaikan.

Terdapat beberapa elemen yang memiliki nilai dibawah 60% antara


lain; mechanical integrity (51.67%), operating procedure (55%) dan
management of change (52.5%). Skore yang rendah lebih banyak
diakibatkan oleh sistim dokumentasi yang kurang baik. Untuk itu
disarankan melakukan perbaikan pada sistim pengelolaan dokumen.
Mengacu pada hasil penilaian risiko maka disarankan kepada pengelola
fasilitas pengolahan gas alam Wunut untuk menyusun program inspeksi
dengan memberikan prioritas pada peralatan dengan tingkat risiko yang
lebih tinggi.

2.2 Kronologis Terjadinya Bencana Lumpur Lapindo

Semburan lumpur panas itu muncul pertama kalinya pada 29 Mei


sekitar pukul 05.00. Semburan ini terjadinya di areal persawahan Desa
Siring, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo sekitar 150 meter barat
daya sumur Banjar Panji 1 yang dikerjakan oleh Lapindo Brantas Inc.

Selama tiga bulan Lapindo Brantas Inc, melakukan pengeboran


vertikal untuk mencapai formasi geologi yang disebut Kujung pada
kedalaman 10.300 kaki. Sampai semburan lumpur pertama itu, yang dalam
dunia perminyakan dan gas disebut blow out, telah dicapai kedalaman

6
9.297 kaki (sekitar 3,5 kilometer). Kedalaman ini dicapai pukul 13.00 dua
hari sebelum blow out.

Pada pengeboran di kedalaman tersebut, lumpur berat masuk pada


lapisan, disebut loss, yang memungkinkan terjadinya tekanan tinggi dari
dalam sumur ke atas atau kick, antisipasinya adalah menarik pipa untuk
memasukkan casing yang merupakan pengaman sumur. Ketika penarikan
pipa hingga 4.241 kaki, pada 28 Mei, terjadi kick.

Penanggulangan ini adalah dengan penyuntikan lumpur ke dalam


sumur. Ternyata bor macet pada 3.580 kaki, dan upaya pengamanan lain
dengan disuntikan semen. Bahkan pada hari itu dilakukan fish, yakni
pemutusan mata bor dari pipa dengan diledakan. Namun kemudian yang
terjadi adalah munculnya semburan gas dan lumpur pada subuh esok
harinya.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Penyebab Bencana Lumpur Lapindo

Pada awalnya bencana lumpur lapindo diperkirakan diakibatkan


oleh adanya bencana gempa yang terjadi di Indonesia. Hal ini didapat
berdasarkan laporan yang ditulis oleh dua orang insinyur petroleum

7
terkemuka. Mereka adalah Maurice Dusseault PhD dari Universitas
Waterloo, Kanada dan Baldeo Singh, insinyur S3 dari Massachusetts
Institute of Technology, AS. Menurut mereka gempa dan gempa-gempa
susulan di Yogyakarta serta dampak yang ditimbulkannya merupakan
kunci penyebab kejadian bencana lumpur lapindo yang terjadi.

Selain itu juga terdapat laporan dari Ralph Adams, insinyur asal
Kanada yang sudah berpengalaman 29 tahun dalam pengeboran minyak
dan gas di Indonesia. Adams menulis laporan Banjar Panji-1 Well Control
Incident Report. “Program pengeboran dan perubahan rangka sumur
pengeboran bukan menjadi penyebab letusan. (Semburan) dibuka oleh
gempa besar kurang dari 24 jam sebelum kena sumur,” tulisnya.

Namun dalam AAPG 2008 International Conference & Exhibition


yang dilaksanakan di Cape Town International Conference Center, Afrika
Selatan, tanggal 26-29 Oktober 2008 yang dihadiri oleh ahli geologi
seluruh dunia, menghasilan pendapat ahli: 3 (tiga) ahli dari Indonesia
mendukung GEMPA YOGYA sebagai penyebab, 42 (empat puluh dua)
suara ahli menyatakan PENGEBORAN sebagai penyebab, 13 (tiga belas)
suara ahli menyatakan KOMBINASI Gempa dan Pemboran sebagai
penyebab, dan 16 (enam belas suara) ahli menyatakan belum bisa
mengambil opini. Dengan demikian suara terbanyak untuk penyebab
terjadinya bencana lumbur lapindo adalah pengeboran yang salah.

Diperkirakan bahwa Lapindo, sejak awal merencanakan kegiatan


pengeboran ini dengan membuat prognosis pengeboran yang salah.
Mereka membuat prognosis dengan mengasumsikan zona pengeboran di
zona Rembang dengan target pemborannya adalah formasi Kujung.
Padahal mereka mengebor di zona Kendeng yang tidak memiliki formasi
Kujung-nya. Dengan demikian mereka merencanakan akan melakukan
pemasang casing setelah menyentuh target, yaitu batu gamping formasi
Kujung yang sebenarnya tidak ada. Selama pengeboran mereka tidak

8
meng-casing lubang karena kegiatan pengeboran masih berlangsung.
Selama pengeboran, lumpur yang overpressure (bertekanan tinggi) dari
formasi Pucangan sudah berusaha menerobos tetapi dapat di atasi dengan
pompa lumpurnya Lapindo.

Setelah kedalaman 9297 kaki, akhirnya mata bor menyentuh batu


gamping. Lapindo mengira target formasi Kujung sudah tercapai, padahal
yang dicapai hanya menyentuh formasi Klitik saja. Batu gamping pada
formasi Klitik sangat porous (bolong-bolong). Akibatnya lumpur yang
tadinya digunakan untuk melawan lumpur formasi Pucangan hilang masuk
ke lubang di batu gamping formasi Klitik atau circulation loss sehingga
Lapindo kehilangan/kehabisan lumpur di permukaan.

Akibat dari habisnya lumpur Lapindo, maka lumpur formasi


Pucangan berusaha menerobos ke luar. Mata bor berusaha ditarik tetapi
terjepit sehingga dipotong. Sesuai prosedur standard, operasi pemboran
dihentikan, perangkap Blow Out Preventer (BOP) di rig segera ditutup &
segera dipompakan lumpur pemboran berdensitas berat ke dalam sumur
dengan tujuan mematikan kick. Kemungkinan yang terjadi, fluida formasi
bertekanan tinggi sudah terlanjur naik ke atas sampai ke batas antara open-
hole dengan selubung di permukaan (surface casing) 13 3/8 inchi. Di
kedalaman tersebut, diperkirakan kondisi geologis tanah tidak stabil &
kemungkinan banyak terdapat rekahan alami (natural fissures) yang bisa
sampai ke permukaan. Karena tidak dapat melanjutkan perjalanannya terus
ke atas melalui lubang sumur disebabkan BOP sudah ditutup, maka fluida
formasi bertekanan tadi akan berusaha mencari jalan lain yang lebih
mudah yaitu melewati rekahan alami tadi & berhasil. Inilah mengapa
surface blowout terjadi di berbagai tempat di sekitar area sumur, bukan di
sumur itu sendiri.

3.2 Dampak Bencana Lumpur Lapindo

9
Bencana lumpur lapindo telah memberi banyak dampak pada
masyarakat sekitar dan aktivitas perekonomian di Jawa Timur. Dampak –
dampak yang didapat bukan hanya dampak negatif, namun juga ada
dampak positif yang didapatkan dari terjadinya bencana ini. Adapun
dampak negatif yang didapat yaitu :

1. Bencana lumpur lapindo yang tadinya hanya menggenangi 4 desa


sekarang telah meluas menjadi 16 desa, hal ini berarti lebih dari 728
hektar telah tergenangi. Dalam area yang tergenangi ini tidak hanya
terdapat rumah penduduk saja, namun ada sarana pendidikan, pabrik,
dan kantor pemerintahan yang juga ikut tergenang. Dengan keadaan
ini secara otomatis akan banyak penduduk yang bukan hanya
kehilangan tempat tinggalnya namun juga kehilangan mata
pencahariannya dan akan ada banyak anak yang kehilangan tempat
mereka untuk menuntut ilmu.
2. Bencana lumpur lapindo juga telah mencemari lingkungi sekitar dari
wilayah yang digenangi, seperti areal persawahan dan ladang milik
warga. Banyak ternak milik warga yang ikut mati dalam bencana ini.
Menurut Wahana Lingkungan Hidup (Walhi), secara umum pada area
luberan lumpur dan sungai Porong telah tercemar oleh logam
kadmium (Cd) dan timbal (Pb) yang cukup berbahaya bagi manusia
apalagi dengan kadar yang jauh di atas ambang batas. Lumpur lapindo
juga memiliki kadar PAH (Chrysene dan Benz(a)anthracene) dalam
lumpur Lapindo yang mencapai 2000 kali di atas ambang batas
bahkan ada yang lebih dari itu. Kandungan PAH sangat berbahaya
bagi manusia dan lingkungan. Berikut akibat yang dapat diakibatkan
oleh zat PAH bagi manusia da lingkungan ,yaitu:
- Biokumulasi dalam jaringan lemak manusia dan hewan
- Kulit merah, iritasi, melepuh, dan kanker kulit, jika terjadi kontak
langsung dengan zat PAH
- Terjadi permasalahan reproduksi

10
- Memperbesar kemungkinan terkena kanker

Dampak PAH yang ada dalam lumpur lapindo terhadap


masyarakat dan lingkungan sekitar mungkin tidak akan dirasakan
sekarang, namun akan dapat dirasakan pada jangka waktu lima sampai
sepuluh tahun mendatang. Selain itu perlu juga diwaspadai bahwa
ternyata lumpur Lapindo dan sedimen Sungai Porong kadar timbal-
nya sangat besar yaitu mencapai 146 kali dari ambang batas yang
telah ditentukan.

3. Terjadinya bencana lumpur lapindo ini juga telah menggangu aktivitas


perekonomian di Jawa Timur. Hal ini dikarenakan ditutupnya ruas
jalan tol Surabaya-Gempol hingga waktu yang tidak ditentukan.
Seperti yang kita tahu, kota Surabaya merupakan ibukota dari Jawa
Timur, sehingga banyak sekali aktivitas perekonomian yang berjalan
disana. Dengan ditutupnya jalan tol Surabaya-Gempol, secara
otomatis mengakibatkan banyak kemacetan yang terjadi, terutama di
jalan alternatif menuju Surabaya. Penutupan jalan tol ini juga
berdampak pada aktivitas produksi di kawasan Mojokerto dan
Pasuruan yang merupakan salah satu kawasan industri utama yang ada
di Jawa Timur. Bencana lumpur lapindo ini juga telah membuat tanah
di wilayah yang tergenangi menjadi ambles dan merusak beberapa
pipa air milik PDAM. Sebuah sutet milik PLN juga ikut terendam
dalam bencana ini. Hal ini mengakibatkan warga di sekitar jalan raya
porong kesulitan dalam mendapatkan air bersih, listrik, dan jaringan
telepon.

Dapat dilihat bahwa bencana lumpur lapindo telah memberikan


banyak dampak negatif bagi masyarakat sekitar dan aktivitas
perekonomian Jawa Timur. Namun seperti pepatah yang mengatakan
bahwa dibalik kesulitan pasti ada kemudahan, bencana lumpur lapindo
juga memiliki beberapa dampak positif, yaitu :

11
1. Mineral Lumpur lapindo tersebut dapat digunakan untuk pembuatan
bodi keramik dengan pembakaran antara suhu 800-900oC dan untuk
pembuatan keramik hias dengan pembakaran suhu 1400oC serta
pembuatan batu bata, batako dan genteng.
2. Mineral lumpur lapindo dapat dikembangkan untuk dijadikan sumber
daya energi non konvensional,yaitu dalam pembuatan baterai seperti
baterai yang diciptakan oleh Aji Christian Bani Adam, Oki Prisnawan,
Yoga Pratama dan Umarudin. Baterai ini telah menjadi juara kedua
dari kompetisi Technopreneurship Pemuda 2012. Baterai tersebut
memanfaatkan pasta yang telah mereka hasilkan dari lumpur lapindo.
Baterai ini akan bertahan hidup selama pasta itu kering dan kemudian
baterai akan mati. Baterai ini dapat menyala selama 5 jam non stop.

3.2.1 Bidang Sosial Dan Ekonomi

Bencana banjir lumpur panas Lapindo Brantas Sidoarjo Jawa


Timur yang menyembur sejak 29 mei 2006 lalu, belum benar-benar bisa
diatasi sampai saat ini. Berdasarkan data infokom jatim 2007 tercatat
2.095KK/8.388 penduduk harus mengungsi di tempat pengungsian, yang
berpusat di Pasar baru Porong (PBP).Sedangkan kerugian fisik akibat
lumpur panas tersebut tercatat 12 desa yang tergenang, sehingga
mengakibatkan sekitar 10.426 unit rumah dan 77 tempat ibadah serta 600
hektar lahan tidak berfungsi karena terendam lumpur, 18 unit
sekolahsehingga menghambat proses belajar para siswa, 4 unit kantor
pemerintahan mengakibatkan para pegawainya terancam tidak bekerja
serta berbagai kerusakan lingkungan yang lain. Selain itu kawasan tersebut
merupakan kawasan utama di jawa timur dibuktikan dengan terendamnya
30 unit pabrik sehingga sekitar 1.873 orang tenaga kerja yang
menganngur, serta tidak jauh dari lokaswi tersebut terdapat jalan tol

12
Surabaya-Gempol, jalan raya Surabaya- Malang dan Surabaya -Pasuruan-
Banyuwangi (Jalur pantura Timur).

Oleh karena itu penulis bertujuan untuk mengetahui dampak


bencana Lumpur lapindo terhadap faktor sosial ekonomi masyarakat desa
Renokenongo sehingga menambah pengetahuan bagi penulis terkait
dengan bencana Lumpur ini yang bekl;um terselesaikan hingga sekarang
dan sebagai masukan bagi pihak lapindo agar segera menyelesaikan
permasalahan yang ada dan memberikan kontribusi yang sesuai kepada
para warga yang terkena bencana ini.

Dari hasil pembahasan diketahui bahwa telah terjadi penurunan


pendapatan yang sangat drastis dimana sebelum adanya bencana Lumpur
lapindo ini pendapataqn rata-rata mereka sekitar Rp. 750.000-
Rp.1000.000 saebesar 53,33% menjadi ≤ Rp. 500.000 sebesar Rp.83,33%
begitu juga dengan pekerjaan mereka, bagi yang tidak dapat
mempertahankan pekerjaannya mereka beralih profesi sebagai ojek
sebesar 33,33% karyawan pabrik di luar kota, penjahit di suatu konveksi
masing-masinh sebesar 3,33% dan bagi yang tidak mampu untuk beralih
profesi maka tidak ada pilihan lain selain menjadi pengangguran sebesar
33,33%. Namun bencana ini tidak berdampak pada pendidikan putra-putri
mereka, hal ini dibuktikan dengan tidak adanya satupun dari mereka yang
putus sekolah.

Akhirnya bencana Lumpur ini bukan hanya masalah korban


dengan pihak Lapindo, tetapi sudah menjadi masalah kita bersama untuk
peduli terhadap mereka sehingga dukungan dari pemerintah, masyarakat
dan pihak lapindo sangat dibutuhkan. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi
semua pihak, dan diharapkan permasalahan ini dapat diselesaikan dengan
baik.

13
3.2.2 Bidang Kesehatan Dan Lingkungan

Warga penyintas lumpur Lapindo, sampai saat ini tidak hanya


masih berjuang memperoleh pembayaran ganti rugi dari pemerintah
maupun Lapindo Brantas atas rumah dan lahannya yang tenggelam oleh
lumpur, tapi juga berjuang untuk tetap hidup di tengah ancaman masalah
kesehatan akibat dampak lumpur Lapindo.

Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) menjadi


gangguan kesehatan yang sering dialami warga, yang masih tinggal di
sekitar tanggul kolam penampungan lumpur Lapindo. Harwati
mengatakan, terdapat peningkatan jumlah pasien ISPA di beberapa
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) di sekitar tanggul kolam
penampungan lumpur, sejak lumpur Lapindo meluap hingga saat ini.
Namun sangat disayangkan, tidak semua warga penyintas maupun warga
yang tinggal di sekitar Porong memperoleh jaminan kesehatan dari
pemerintah.

Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia


(WALHI) Jawa Timur, Rere Christanto mengungkapkan, penanganan
terhadap penyintas lumpur Lapindo selama ini masih terbatas pada
pembayaran ganti rugi. Menurutnya, hilangnya hak-hak warga di bidang
kesehatan, sosial serta lingkungan, belum mendapat perhatian dari
pemerintah.

Hasil riset WALHI Jawa Timur tahun 2016 menyebutkan,


kandungan logam berat berupa timbal dan kadmium berada di atas level
yang diperbolehkan di dalam lingkungan, khususnya di dalam air dan
tubuh ikan. Hal ini terjadi akibat lumpur Lapindo selama ini dibuang ke
sungai menuju ke laut, untuk mengurangi beban di dalam kolam
penampungan lumpur.

14
WALHI Jawa Timur mendorong pemerintah serta instansi terkait,
melakukan riset secara berkala di wilayah Porong, untuk mengetahui
tingkat ancaman dari dampak lumpur Lapindo. Organisasi itu mengatakan,
tidak hanya pencemaran air sungai dan sumur yang dimanfaatkan oleh
warga, pencemaran udara akibat gas yang keluar dari semburan lumpur
Lapindo juga perlu diteliti untuk mengetahui tingkat ancamannya.

Rere Christanto menyebut pemerintah belum melakukan tindakan


apa pun untuk melakukan pemulihan atau penanganan, terhadap dampak
lumpur Lapindo bagi kesehatan masyarakat di sekitar Porong yang setiap
hari terancam.

29 Mei 2006, 14 tahun lalu semburan lumpur keluar dari


pengeboran minyak PT Lapindo Brantas, di Desa Ronokenongo,
Kecamatan Porong, Sidoarjo. Muncul asap putih dari tanah yang pecah.
Bersamaan dengan itu, muncul semburan lumpur. Lumpur meluber,
mengenai perumahan warga, yang akhirnya merendam desa-desa sekitar
tempat itu. Lumpur panas keluar tak terhenti. Kini, tanggul pun dibuat
setinggi belasan meter, dan lumpur dialirkan ke sungai.

- Masalah kesehatan bagi korban lumpur Lapindo jadi satu aspek yang
disorot Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) dan Walhi Jawa Timur.
Kedua organisasi lingkungan ini menemukan ada gangguan kesehatan
berupa infeksi saluran pernapasan dan infeksi saluran kemih (ISK).
- Jatam memandang, masalah lingkungan dan kesehatan merupakan hal
yang terabaikan oleh pemerintah dan Lapindo sebagai pihak yang
bertanggung jawab. Jaminan kesehatan, sama sekali belum tersentuh
selama 14 tahun.
- Jatam dan Walhi menilai, lumpur Lapindo ini seharusnya bisa sebagai
bencana industri mengacu pada Undang-undang Nomor 24/2007 tentang
Penanggulangan Bencana.

15
3.2.3 Manfaat

kawasan Lumpur Sidoarjo juga dimanfaatkan sebagai kawasan


tujuan geowisata dengan memperhatikan lingkungan sekitar, dimana
beberapa sisi areanya bisa dikunjungi oleh masyarakat umum. Selain
dimanfaatkan untuk tujuan geowisata, lumpur Sidoarjo berpotensi
dimanfaatkan untuk bahan konstruksi seperti bata merah,genteng, agregat
dan beton ringan.Selain itu lumpur Sidoarjo mengandung potensi bakteri
yang toleran dengan suhu tinggi dalam industri enzim dan antibiotik serta
bakteri toleran salinitas tinggi sebagai pupuk hayati.

Kementerian PUPR melalui Pusat Pengendalian Lumpur Sidoarjo


(PPLS) terus melakukan penanganan infrastruktur dan sosial di daerah
terdampak semburan lumpur Sidoarjo.Pada Tahun Anggaran 2020,
Kementerian PUPR mengalokasikan Rp 239,7 miliar untuk penanganan
lumpur Sidoarjo dalam rangka meningkatkan pengaliran lumpur ke Kali
Porong dan menjaga keandalan tanggul dan infrastruktur lainnya

“Perhatian Pemerintah tidak berkurang untuk pengendalian lumpur


Sidoarjo. Kementerian PUPR akan terus melanjutkan tugas dan fungsi
yang prinsipnya tidak ada perbedaan dan memastikan penanganan kepada
masyarakat yang terkena dampak dan masyarakat sekitar tetap menjadi
prioritas,” kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono.PPLS kata Basuki
dibentuk dengan Permen PUPR No. 5 tahun 2017 pasca pembubaran
Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) berdasarkan Perpres
No.21 Tahun 2017.

Tugas dan fungsinya berada di bawah Direktorat Jenderal Sumber


Daya Air Kementerian PUPR, yaitu pertama, penanganan masalah sosial
kemasyarakatan (pembelian tanah dan bangunan sesuai PAT 22 Maret
2007). Kedua, pembelian tanah dan bangunan di luar PAT 22 Maret 2007
melalui APBN. Ketiga, penanggulangan semburan lumpur, pengaliran

16
lumpur ke Kali Porong, penanganan infrastruktur, dan mitigasi untuk
melindungi keselamatan masyarakat.

3.3 Tindakan pemerintah dan Lapindo Brantas Inc.

Pihak Lapindo telah menyediakan dana sebesar US$ 70 juta atau


sekitar 665 milyar untuk dana darurat penanggulangan lumpur. Dana ini
digunakan untuk salah satunya adalah membuat tanggul untuk
membendung area genangan lumpur. Namun dengan terus bertambahnya
volume semburan lumpur lapindo, pembuatan tanggul dirasa tidak
menyelesaikan masalah.

Ditambah lagi dengan datangnya musim hujan, volume yang


tertampung dalam tanggul akan menjadi besar dan dapat mengakibatkan
jebolnya tanggul. Hal ini sangat bebahaya jika terjadi dalam jangka waktu
yang pendek, karena kawasan sekitar tanggul adalah jalan raya, rel kereta
api, dan rumah penduduk.

Ada tiga tim ahli yang dibentuk untuk menyelesaikan masalah


bencana lumpur lapindo. Tiap tim terdiri dari perwakilan Lapindo Brantas
Inc., pemerintah dan sejumlah ahli dari beberapa universitas terkemuka.
Tim ini dibentuk untuk menyelamatkan penduduk sekitar, menjaga
infrastuktur, dan menangai semburan lumpur dengan resiko lingkungan
terkecil. Seluruh biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas tiap tim
akan ditanggung oleh Lapindo Brantas Inc.

Selain itu Lapindo Brantas Inc. juga harus memberikan ganti rugi
bagi para korban. Lapindo Brantas Inc berkewajiban untuk membayar
sebanyak 13.237 berkas. Saat ini masih ada 3.348 berkas dengan total
pembayaran 786 milyar yang masih belum tertangani. Dengan kata lain
sebanyak 75 persen dari berkas yang ada telah dilunasi. Lapindo Brantas

17
Inc telah mengeluarkan dana sebanyak 8 triliun, dimana 5 triliun
digunakan untuk penanganan semburan lumpur lapindo dan triliun
digunakan untuk pembayaran aset warga.

Luapan Lumpur Lapindo Sidoarjo menghasilkan beberapa


peraturan presiden (Perpres) yaitu: Perpres No 14 Tahun 2007, Perpres No
48 Tahun 2008,Perpres No 40 Tahun 2009, Perpres No 68 Tahun 2011,
Perpres No 37 Tahun2012, dimana implementasinya dilakukan oleh badan
yang secara khusus dibentukuntuk menangani serta mengatasi dampak
yang ditimbulkan lumpur lapindo yaituBPLS. Bencana Lumpur Lapindo
merupakan satu fenomena yang banyakmendapat perhatian masyarakat
nasional maupun internasional. Sudah enamsetengah tahun Semburan
Lumpur Lapindo menenggelamkan ribuan rumah dan bangunan industri
serta ratusan hektar areal pertanian di belasan desa di Porong,Kabupaten
Sidoarjo, Jatim.

Areal semburan berubah menjadi genangan lumpur.Kini, yang


tampak hanyalah danau lumpur seluas 650 hektare yang dikelilingitanggul
setinggi sebelas meter.Implementasi distribusi kebijakan dalam rangka
penanggulangan lumpurlapindo, BPLS membagi tugasnya menjadi tiga
bidang yang meliputi bidangoperasi, bidang sosial, dan bidang
infrastruktur. Dalam perpres No. 14/2007disebutkan bahwa pembiayaan
ganti rugi unutk korban lapindo dibagi menjadidua, dalam Peta Area
Terdampak (PAT) di bebankan pada pihak lapindo,sedangkan yang di luar
PAT akan ditanggung oleh BPLS dengan dana APBN.

Dalam bidang operasi BPLS mengalirkan lumpur sebanyak 41,969


juta m3 lebihlumpur cair/basah, yang lebih kurang ekuivalen dengan 13,1
juta m3 lumpur padu/padat ke Kali Porong dengan menggunakan 6 (enam)
buah kapal keruk.Penyelesaian proses jual beli tanah dan bangunan di 3
Desa (berdasarkan Perpres48/2008) telah mampu membayar secara
kumulatif sampai dengan 75% dari nilaikeseluruhan yang harus dibayar,

18
dan untuk wilayah di 9 RT baru membayar uangmuka sebesar 20 % sesuai
dengan Perpres Nomor 68 Tahun 2011.

Pada dasarnya pada tahun anggaran 2011 BPLS telah menyiapkan


anggaran untuk pembayarantahapan angsuran sebesar 15 % dari total
harga tanah dan bangunan yang telahdisepakati, sesuai dengan tahapan
pembayaran tanah dan bangunan oleh PT.Minarak Lapindo Jaya (PT.
MLJ) untuk para warga terdampak di PAT.

22 Maret2007. Namun karena PT. MLJ hanya mampu membayar


angsuran sebesar 5 % bagi warga terdampak di PAT - 22 Maret 2007,
maka sesuai Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2008 yang antara lain
menyebutkan bahwa penyelesaian proses jual beli tanah dan bangunan di 3
Desa mengikuti tahapan proses pembayaran jual beli tanah dan bangunan
di dalam wilayah Peta Area Terdampak (PAT) tanggal22 Maret 2007 yang
dilakukan oleh PT. Lapindo Brantas (PT. Minarak LapindoJaya), maka
Bapel-BPLS pada tahun anggaran 2011 juga hanya membayartahapan
angsuran sebesar 5 % untuk pembayaran proses jual beli tanah dan
bangunan di 3 Desa. Jual Beli Tanah dan Bangunan oleh PT. MLJ sesuai
Perpres14/2007 (status Oktober 2011) telah terealisasi dengan presentase
75,17% danSisa pembayaran Rp. 951.405.366.667.

Jual Beli Tanah dan Bangunan olehBPLS sesuai Perpres 48/2008


(status Oktober 2011) terealisasi dengan presentase68,4%, dan Sisa
pembayaran Rp. 167.836.802.626.Belum selesainya semburan lumpur itu
juga dibarengi dengan belumselesainya pelunasan jual beli kepada korban
lumpur.

Minarak Lapindo Jayaselaku juru bayar dari Lapindo Brantas Inc


berdalih, kondisi keuangan keluargaBakrie masih belum cukup untuk
melunasi pembayaran warga korban lumpur danakan berusaha untuk
melunasi tanggungan yang tersisa dengan cara diangsurmulai tanggal 5
Desember sampai dengan 23 Desember 2012. Namun, haltersebut

19
berbanding terbalik dengan salah satu perwakilan dari warga (Wiwik
Nurmala) yang menyatakan bahwa ia belum menerima pembayaran ganti
rugi 80 persen selama hampir tujuh tahun bersama ribuan korban lumpur
lainnya belumlunas ganti ruginya sejak peristiwa semburan lumpur
Lapindo terjadi. Selamahampir tujuh tahun, sekitar tiga ribuan berkas
milik korban lumpur dalam petaarea terdampak yang ganti ruginya
menjadi tanggung jawab PT.

MLJ belum lunasganti ruginya karena tidak adanya dana di PT.


MLJ. Sementara ribuan berkaskorban lumpur lain di luar peta area
terdampak yang ganti ruginya menjaditanggung jawab pemerintah sudah
lunas ganti ruginya. Realisasi Pembayaran 20%Jual Beli Tanah dan
Bangunan di 65 RT status 11 Desember 2012adalah Rp.128.272.175.000.
Dalam penanganan lumpur lapindo, pihak yang diuntungkanadalah pihak
lapindo, mengingat semburan lumpur berasal dari lokasi
pengeboranlapindo, namun pemerintah ikut serta dalam proses pemberian
ganti rugi. Selainitu warga dalam PAT juga merasa dirugikan karena tidak
mendapatkan ganti rugiharga yang sesuai bahkan ada yang belum
mendapatkan biaya ganti rugi samasekali.

Dilihat dari konten implementasi kebijakan, kebijakan terkait


lumpurlapindo menghendaki adanya perubahan terhadap warga yang
secara langsungmenjadi korban dari adanya peristiwa tersebut. Baik dari
segi sosial, infrastruktur,maupun lingkungannya yang dapat memberikan
manfaat serta derajat perubahanyang lebih baik lagi ke depannya pasca
terjadinya semburan.

Kepentingan yangterpengaruh oleh kebijakan menyangkut sejauh


mana kepentingan kelompoksasaran atau korban bencana termuat dalam
isi kebijakan. Dalam hal ini pemerintah membuat lembaga BPLS yang
secara khusus menangani lumpurlapindo. Dimana kemudian lahirlah
kebijakan yang berupa perpres dengan tujuanmenangani pihak-pihak yang

20
menjadi korban. Karena masyarakat (warga) korbanyang menjadi sasaran,
maka dalam pelaksanaannya BPLS melakukan apa yangmenjadi
kewenangannya yang tercantum dalam kebijakan, mulai dari
pemberianganti rugi, jual beli aset atau tanah dan bangunan. Agar
masyarakat yang terkenadampak lumpur lapindo segera terselesaikan
dengan baik sebagaimana mestinya.

Kepentingan bagi pihak masyarakat yang terkena dampak dari


lumpur lapindosidoarjo yaitu kepentingan sebagai pemenuhan kebutuhan
akan kepastian gantirugi dan aset tanah bangunan mereka. Jenis manfaat
yang akan dihasilkanmenyangkut jenis manfaat apa yang diterima oleh
masyarakat yaitu upaya penanggulangan semburan lumpur, penanganan
luapan lumpur, penangananmasalah social dan infrastruktur akibat luapan
lumpur di Sidoarjo.

Memberikan bantuan sosial bagi masyarakat yang terkena dampak


semburan lumpur lapindosidoarjo dalam hal ini adalah supaya dapat
mengurangi dampak sosial padakondisi darurat, baik yang terjadi karena
dampak semburan maupun penurunantanah, serta melaksanakan tindakan
berjaga-jaga sebagai bentuk kesiapsiagaanapabila terjadi bencana.

Sehingga kebijakan ini mampu memberikan manfaatkolektif pada


banyak orang yang menjadi korban sebagai kelompok sasaran kebijakan.
Derajat Perubahan yang diinginkan dari adanya kebijakan tersebutadalah
dengan menjalankan prosedur serta ketentuan yang ada dengan konsisten.

Perlindungan dan pemulihan sosial, serta fasilitasi dan mediasi atas


permasalahansosial yang dihadapi masyarakat terdampak serta
penyelamatan penduduk, penanganan masalah sosial dan infrastruktur
disekitar bencana akibat luapanlumpur di sidoarjo perlu ditingkatkan
dalam penanganan masalah tersebut dalamrangka melakukan pemulihan
kembali kehidupan warga masyarakat korbanlumpur panas Sidoarjo.

21
Kemudian kedudukan pembuat kebijakan, apakah letaksebuah
program/ kebijakan sudah tepat, dalam hal ini BPLS sebagai lembaga
yangsengaja dibentuk untuk menangani secara khusus akibat munculnya
semburanlumpur lapindo. Karena merupakan satu-satunya lembaga, maka
BPLS mampusecara konsisten mengimplementasikan tanpa melibatkan
banyak instansi,sehingga tidak terjadi tumpang tindih.

Siapa pelaksana program disini tentunyaadalah BPLS yang mana


didukung dengan adanya sumber daya yang memadaidari intern
BPLS.Dilihat dari segi konteks implementasi kebijakan, kebijakan
lumpurlapindo ditentukan oleh pihak-pihak yang secara langsung ditunjuk
sebagaiimplementornya, yakni BPLS. Pertama dalam konteks kebijakan
adalahkekuasaan, kepentingan dan strategi yang dimiliki oleh para aktor
yang terlibatdalam implementasi kebijakan.

Disini kebijakan merupakan strategi dalam penanggulangan


lumpur lapindo, strategi atau cara implementasi untukmendapatkan output
yaitu pemulihan korban pasca bencana. Kekuasaan diartikandengan
mempunyai kewenangan penuh, kepentingan untuk menyelesaikan
gantirugi yang kemudian strategi caranya tercantum dalam perpres. Kedua
dalamkonteks kebijakan yaitu karakteristik lembaga dan penguasa.
Karakteristik BPLSterdiri dari Dewan Pengarah dan Badan Pelaksana,
dimana masing-masingmempunyai peran dan fungsi yang berbeda.
Kebijakan merupakan hasil dari produk politik yang harus
diimplementasikan.

Dalam proses implementasinyakemudian muncul konflik siapa


mendapatkan apa. Konflik tersebut akanmenunjukkan gaya penguasa,
dalam hal ini BPLS. Karena merupakan strategi penyelesaian dari suatu
problema, kebijakan harus didukung dengan sumber dayamanusia yang
kompeten dan komprhensif sebagai implementornya. Dengandemikian
dalam realisasinya BPLS mampu menangani korban lapindo.

22
DewanPengarah bertugas memberikan arahan, pembinaan dan
pengawasan pelaksanaanatas upaya penanggulangan semburan lumpur,
penanganan luapan lumpur, penanganan masalah sosial dan infrastruktur
akibat luapan lumpur di Sidoarjo.Badan Pelaksana bertugas menangani
upaya penanggulangan semburan lumpur,menangani luapan lumpur,
menangani masalah sosial dan infrastruktur akibatluapan lumpur di
Sidoarjo, dengan memperhatikan dampak dan risiko lingkunganyang
terkecil.

Sedangkan yang terakhir dalam konteks kebijakan yaitu


tingkatkepatuhan dan responsivitas. Dalam upaya pelaksanaan kebijakan
ini tentunyaBPLS dihadapkan pada dua hal yakni lingkungan (respon
masyarakat) danadministrasi atau kepatuhan implementor. Disini pihak
BPLS dituntut untukmempunyai kepekaan terhadap kelompok sasaran
agar dalam proses implementasi berhasi dan mendapatkan dukungan.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari banyak pendapat ahli diketahui bahwa bencana lumpur


lapindo ini disebabkan oleh kelalaian yang dilakukan oleh Lapindo
Brantas Inc. Pihak Lapindo Brantas Inc tidak melakukan pemasangan
casing sesuai dengan spesifikasi standar teknis pengeboran, sehingga
mengakibatkan terjadinya blow out atau semburan lumpur.

23
Bencana lumpur lapindo ini juga memberikan banyak dampak,
tidak hanya pada masyarakat sekitar namun juga pada aktivitas
perekonomian di Jawa Timur. Hal ini dilihat dari banyaknya warga yang
kehilangan tempat tinggal, lapangan pekerjaan, dan sarana pendidikan.
Bukan hanya itu, warga sekitar juga kesulitan untuk mendapatkan air
bersih, listrik, dan jaringan telepon. Selain itu juga masih ada pula
pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh bencana ini. Namun dibalik
semua dampak negatif tersebut masih ada pula dampak positif yang bisa
didapat dari terjadinya bencana ini. Dampak positif itu yaitu pembuatan
batu bata dan genteng dari lumpur lapindo serta pembuatan baterai dengan
lumpur lapindo yang telah memenangkan juara juara kedua dari kompetisi
Technopreneurship Pemuda 2012.

Pemerintah dan Lapindo Brantas Inc bekerjasama dalam


melakukan upaya penyelesaian lumpur lapindo ini, tiga tim telah dibentuk
untuk menyelesaikan masalah ini. Lapindo Brantas Inc juga telah
melakukan 75% pembayaran ganti rugi terhadap warga.

Dari hasil temuan dan analisis data dalam penelitian ini, maka
dapatditarik kesimpulan dalam penanggulangan lumpur sidoarjo
pemerintahmenghasilkan beberapa peraturan presiden yaitu : Perpres No
14 Tahun 2007,Perpres No 48 Tahun 2008, Perpres No 40 Tahun 2009,
Perpres No 68 Tahun2011, Perpres No 37 Tahun 2012.Implementasi
kebijakan pemerintah dalam penanggulangan lumpurlapindo Sidoarjo,
dalam hal ini yang dilakukan oleh BPLS dibagi menjadi 3 bagian yakni
Bidang Operasi, Bidang Sosial dan Bidang Infrastruktur. Berkaitandengan
pembayaran ganti rugi, dari PT Lapindo pelunasan jual beli kepada
korbanlumpur belum selesai karena kondisi keuangan Bakrie yang belum
mencukupi.

Dalam penanganan masalah lumpur lapindo, implementasi


kebijakan dapatmenimbulkan keuntungan dan kerugian. Menurut peneliti,

24
dalam hal finansiallapindo hanya menangani pembiayaan yang di dalam
PAT, disni pihak lapindodiuntungkan dengan adanya kebijakan tersebut
karena masalah yang diluar PATdibebankan pada APBN. Sedangkan
pihak yang dirugikan adalah korban lumpurlapindo karena harga ganti rugi
tanah yang diberikan tidak sesuai dengan kondisi bangunan yang
sekarang.Kebijakan lumpur lapindo dilihat dari segi konten kebijakan
menghendakiadanya perubahan terhadap korban dari adanya peristiwa
semburan lumpurtersebut. Baik dari sisi sosial, infrastruktur, maupun
lingkungannya yang dapatmemberikan manfaat serta derajat perubahan
yang lebih baik lagi ke depannya pasca terjadinya semburan.

Kepentingan yang terpengaruh oleh kebijakanmenyangkut sejauh


mana kepentingan kelompok sasaran atau korban bencanatermuat dalam
isi kebijakan. Kepentingan bagi pihak masyarakat yang terkenadampak
dari lumpur lapindo sidoarjo yaitu kepentingan sebagai
pemenuhankebutuhan akan kepastian ganti rugi dan aset tanah bangunan
mereka.

Derajat perubahan dari kebijakan tersebut yaitu untuk mengatasi


permasalahan yangdihadapi korban, baik perlindungan maupun pemulihan
sosial. Karena merupakanlembaga yang dibentuk untuk menangani lumpur
lapindo, maka BPLS mampusecara konsisten mengimplementasikan tanpa
melibatkan banyak instansi,sehingga tidak terjadi tumpang tindih. Siapa
pelaksana program disini tentunyaadalah BPLS yang mana didukung
dengan adanya sumber daya yang memadaidari intern BPLS.

Sedangkan kebijakan lumpur lapindo dilihat dari segi


konteksimplementasi, kebijakan lumpur lapindo ditentukan oleh pihak-
pihak yang secaralangsung ditunjuk sebagai implementornya, yaitu BPLS.
Kebijakan merupakanstrategi dalam penanggulangan lumpur lapindo,
strategi atau cara implementasiuntuk mendapatkan output yaitu pemulihan
korban pasca bencana.

25
KarakteristikBPLS terdiri dari Dewan Pengarah dan Badan
Pelaksana, dimana masing-masingmempunyai peran dan fungsi yang
berbeda, dengan didukung sumber dayamanusia yang kompeten dan
komprehensif. BPLS dalam tingkat kepatuhan danresponsivitas, menurut
peneliti BPLS telah melakukan fungsinya dengan baik, halitu terlihat dari
upaya realisasi BPLS dalam menangani dan melunasi pembayaranganti
rugi terhadap korban. Sehingga proses implementasi kebijakan ini
dapatdikatakan berhasil dan mendapat dukungan dari masyarakat.

4.2 Saran

Diharapkan pemerintah dan Lapindo Brantas Inc akan dapat


dengan segera memberikan penyelesaian dari bencana lumpur lapindo ini,
sehingga dampak yang ditimbulkan oleh bencana ini tidak meluas. Selain
itu Lapindo Brantas Inc diharapkan juga dapat segera melakukan
pelunasan pembayaran ganti rugi kepada masyarakat korban lumpur
lapindo. Sehingga mereka dapat memulai hidup mereka dengan lebih baik
lagi.

26
DAFTAR PUSTAKA

KAJIAN DAMPAK BENCANA LUMPUR LAPINDO TERHADAPFAKTOR SOSIAL


EKONOMI MASYARAKAT DESA RENOKENONGOKECAMATAN PORONG
SIDOARJO Oleh: NUGRAHAINI NATALISA ( 03630043 ) Development Economic
Study Dibuat: 2008-04-15 , dengan 3 file(s).

(DOC) IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM


PENANGGULANGAN LUMPUR LAPINDO SIDOARJO | jihan marasabessy -
Academia.edu

PENILAIAN RISIKO (RISK ASSESSMENT) DI LAPINDO BRANTAS INC. (Studi


Kasus pada Sistim Perpipaan Utama Pengolahan Gas Alam Wunut ) Repository - UNAIR
REPOSITORY

https://sekarayuaulia.wordpress.com/2013/09/01/makalah-dampak-lumpur-lapindo-pada-
masyarakat-dan-lingkungan/

http://eprints.umm.ac.id/9399/1/KAJIAN_DAMPAK_BENCANA_LUMPUR_LAPIND
O_TERHADAPFAKTOR_SOSIAL_EKONOMI_MASYARAKAT_DESA_RENOKEN
ONGOKECAMATAN_PORONG_SIDOARJO.pdf

https://majalahintrust.com/inilah-manfaat-lumpur-sidoarjo-bagi-masyarakat-sekitar/

https://www.voaindonesia.com/a/lumpur-lapindo-11-tahun-masalah-lingkungan-dan-
kesehatan-masih-ancam-warga/3875373.html

27
https://www.mongabay.co.id/2020/05/29/kehidupan-warga-korban-lumpur-lapindo/

https://travelingyuk.com/lumpur-lapindo/30895/

28

Anda mungkin juga menyukai