Anda di halaman 1dari 5

BAB I.

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Dalam rangka mewujudkan suatu pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,
efektif dan menyenangkan, seorang guru harus mampu untuk mengembangkan
potensi dan profesionalismenya  dalam pembelajaran. Karena diharapkan siswanya
dapat mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotornya. Untuk menunjang
pembelajaran tersebut, seorang guru memerlukan suatu sarana dan prasarana
penunjang mutu pembelajarannya di kelas. Salah satu dari unsur penunjang
pembelajaran dikelas tersebut seorang guru memerlukan alat peraga yang dapat
memahamkan siswanya mengenai suatu materi pelajaran yang diajarkannya.
Alat peraga matematika dapat diartikan sebagai seperangkat benda yang
dirancang, dibuat, dihimpun atau disusun secara sengaja yang  digunakan untuk
membantu menanamkan prinsip dan konsep matematika secara efektif. Selain itu alat
peraga juga merupakan media pembelajaran yang berfungsi membawakan ciri-ciri
dari konsep yang dipelajari.

Dengan penggunaan alat peraga diharapkan dapat meningkatkan minat dan


motivasi siswa dalam mempelajari matematika sehingga prestasi matematika siswa
dapat lebih baik. Pokok bahasan matematika khususnya untuk anak SD sebagai
penerapan konsep dasar tentang FPB, KPK, mean, dan median. Dengan alat peraga
ini, siswa dapat memahami konsep dari FPB, KPK, mean, dan median agar para
siswa tidak hanya menghafal rumus tetapi mengerti konsepnya.
Materi aljabar di SMP meliputi bentuk aljabar, operasi pada bentuk aljabar,
pecahan aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel, SPLDV serta
persamaan kuadrat. Hasil belajar siswa pada bentuk aljabar ini umumnya kurang
memuaskan. Banyak faktor yang menyebabkan mengapa hasil belajar siswa belum
memuaskan, antara lain faktor guru, faktor siswa, faktor materi pelajaran, faktor
pembelajaran, faktor sarana, faktor lingkungan dan sebagainya. Faktor-faktor tersebut
tidak berdiri sendiri melainkan saling mempengaruhi.

Prinsip – prinsip pengajaran yang dilakukan seorang guru seperti inilah yang
merupakan pengembangan dari teori konstruktivisme Jean Piaget. Dalam hal ini
penekanan dan pemberian pengalaman secara langsung untuk dapat mengembangkan
kompetensi siswa dengan cara penjelajahan dan pemahaman secara ilmiah dan logis
dapat berlangsung dengan baik (Dharma Bhakti, 2004 : 3). Karena menurut D. Elkind
(1967) dalam Singgih D. Gunarsa (1997 :159), ada hal lain yang dapat membatasi
kemampuan berfikir konkrit anak yaitu disebut dengan egosentrisme (ketidak
mampuan anak dalam membedakan antara perbuatan dengan obyek – obyek yang
secara langsung dialaminya). Hal ini terlihat jelas bahwa apabila seorang diberi soal
untuk dikerjakan, maka ia tidak akan memulai dari sudut pandang obyeknya
melainkan ia akan mulai dari dirinya sendiri. Sehingga anak tersebut akan selalu
bertitik tolak dari dirinya sendiri untuk menghadapi segala sesuatu yang akan terjadi
diluar dirinya. Menurut Ginsburg dan Opper (1969) dalam Linda S. Siegel (1978 :
175), bahwa anak kecil akan lebih mudah belajar dari pengalaman – pengalaman
yang nyata (konkrit) dan pemberian tugas akan mengakibatkan anak selalu
membacanya, memperhatikannya, dan mempelajarinya.
Dalam hal ini saya selaku mahasiswa pendidikan matematika ingin mencoba
untuk menciptakan suatu alat peraga yang dapat dimanfaatkan oleh siswa dalam
pembelajaran mata pelajaran Matematika Sekolah Dasar, yaitu alat peraga yang
benama “Puzzle Math Nine”. Dan diberi nama tersebut karena mengadopsi dari
permainan anak yaiu puzzle dan diinovasi dengan menambahkan pelajaran matemtika
didalamnya yaitu operasi hitung.

Matematika adalah salah satu pelajaran yang terkesan sulit dan menakutkan bagi
sebagian siswa. Anggapan tersebut mengakibatkan turunnya minat dan motivasi
siswa dalam mempelajari matematika. Hal ini dapat mempengaruhi prestasi
matematika siswa di sekolah.
Menurut Ratini, Rumgayatri dan Siti mustaqimah (2001) dalam penelitiannya
mengatakan kesulitan belajar matematika umumnya disebabkan karena sifat dari
matematika yang memiliki obyek abstrak yang boleh dikata “berseberangan” dengan
perkembangan anak.
Pelajaran matematika yang terkesan rumit dan menjadi momok ini bagi sebagian
siswa merupakan salah satu kendala bagi siswa untuk menyelesaikan permasalahan-
permasalahan yang berhubungan dengan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian diperlukan adanya kreativitas untuk menunjang minat dan motivasi
siswa dalam belajar matematika.Salah satunya adalah dari sektor guru yang mana
guru dituntut lebih kreatif dan aktif untuk membantu siswa dalam menanamkan
konsep dan prinsip-prinsip matematika. Kreativitas ini dapat berupa penggunaan alat
peraga untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan pembelajaran matematika.
Alat peraga matematika dapat diartikan sebagai seperangkat benda yang dirancang,
dibuat, dihimpun atau disusun secara sengaja yang  digunakan untuk membantu
menanamkan prinsip dan konsep matematika secara efektif. Selain itu alat peraga
juga merupakan media pembelajaran yang berfungsi membawakan ciri-ciri dari
konsep yang dipelajari.
Dengan penggunaan alat peraga diharapkan dapat meningkatkan minat dan motivasi
siswa dalam mempelajari matematika sehingga prestasi matematika siswa dapat lebih
baik. Pokok bahasan matematika khususnya materi tentang dimensi tiga dirasakan
perlu penggunaan alat peraga. Alat peraga ini penting karena dapat membantu guru
dalam penyampaian materi dan juga dapat menghilangkan asumsi pada anak sehingga
siswa menggemari matematika.
Berdasarkan hal yang telah dijelaskan diatas maka dibutuhkan suatu alat peraga
sederhana salah satunya yaitu kotak pelangi dimensi tiga. Dengan alat peraga ini
siswa diajak bermain sambil belajar sehingga siswa akan lebih mudah mengingat dan
memahami materi yang disampaikan. Siswa diberikan kotak berbentuk kubus, dari
kotak kubus tersebut kita akan menyebutkan unsur-unsur dari kubus, yaitu rusuk,
diagonal sisi dan diagonal ruang.

Alat peraga adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga dengan
tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif dan efisien
(Sudjana,2002:59). Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai
alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Proses belajar
mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsur, antara lain : tujuan, bahan, metode
dan alat, serta evaluasi. Unsur metode dan alat merupakan unsur yang tidak bisa
dilepaskan dari unsur lainnya yang berfungsi sebagai cara atau teknik untuk
mengantarkan bahan pelajaran agar sampai pada tujuan yang diinginkan.
Tujuan digunakannya alat peraga pada proses belajar mengajar antara lain :
memperkenalkan, membentuk, memperkaya, serta memperjelas materi pembelajaran.
Selain itu juga dapat digunakan untuk mengembangkan sikap siswa yang dikehendaki
oleh guru serta mendorong kegiatan siswa lebih lanjut. Ada berbagai macam jenis alat
peraga, diantaranya : gambar, peta, papan tulis, boks pasir dan lain-lain. Khusus
untuk pelajaran Matematika, alat peraga yang biasa digunakan berupa bentuk-bentuk
bangun datar, neraca bilangan, papan bilangan dan papan berpaku.
Selain alat peraga yang sudah umum digunakan, banyak lagi pengembangan serta
penemuan baru alat peraga matematika lainnya. Salah satunya adalah alat peraga
matematika “Segitiga Bergerak” yang dapat memudahkan siswa mencari ukuran
sudut, menghitung panjang sisi segitiga tanpa harus menggunakan rumus terlebih
dahulu.

Anda mungkin juga menyukai