Anda di halaman 1dari 1

Assalamualaikum WR.

WB

Ada hadis mengatakan jika kita berpuasa tapi kita tidak shalat maka tidak diterima puasanya, Apakah ketika
kewajiban Dalam rukum islam salah satu tidak dilakukan maka ibadah lain tidak diterima? Bgaimana status
hadist diatas?

Itu jelas sekali, jangankan sholat, masalah perilaku juga dinilai.hati hati! Nabi pernah menyampaikan
peringatan keras! Hadistnya bahkan hadist yang sangat luarbiasa, mendekati hadist tingkat tinggi derajatnya
maka barang siapa orang2 yang puasa “yakhrukuta’alahuwasyaraba” meninggalkan makan dan minumnya
tapi dia mohon maaf tidak terputus dengan “Kaulazhur” kata2 yang kotor, yang jorok, perbuatan yang tercela
“falayahtajulillahiilasyimahi” maka Allah tidak butuh dengan puasanya.

Kata Allah saya tidak butuh, mengapa kamu puasa saya tidak butuh kau puasa saja saya tidak terima, kenapa
kamu puasa?. Yah jadi kalau masih ada orang puasa senang mencuri, ada orang puasa senang mencela, kata
nabi, Allah tidak butuh pada puasanya. Yang seperti itu Allah tidak butuh puasanya. Ini bahasa, bahasa yang
sangat tegas sekali, bahasa yang sangat tinggi sekali. Artinya, jangan coba2 menyandingkan puasa dengan
maksiat, anda puasa itu fungsinya untuk menutupi maksiat, Awas puasa fungsinya untuk menutup maksiat,
jadi kalau ada orang puasa masih melakukan maksiat, Ada yang salah dengan puasanya.

Kala Rasulullah SAW hadist riwayat sahabat Abu hurairah semoga Allah meridhai kita dan beliau, dia
menyampaikan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda “Assiyamujunnatun” puasa yang benar itu akan
memberikan perisai dari kemaksiatan. Jadi kalau orang benar puasanya maka dia punya perisai dari yang
buruk , yang kotor yang tidak baik dibuang. “falayarfuhz” maka orang puasa tidak boleh mengerjakan yang
kotor, kata2 kotor, jorok, tindakankotor, tidakbaik, celaka. Hatihati! Begitu dikerjakan hilang pahalanya.

Ini bahaya! Yang mengurangi pahala puasa itu ada 2, ada yang membatalkan langsung dan ada yang merusak,
kadang2 orang sangat peduli dengan yang membatalkan langsung, tapi abai dengan yang merusak, tapi yang
merusak paling bahaya. Yang membatalkan misalnya Makan dan minum. Pasti batalkan, tapi kalau yang
merusak, kadang2 tidak disadari, merusak : ghibah, mencela, ini merusak mengurangi peluang pahala puasa.

Jika membatalkan misalnya pahalanya hilang 100%, Misalnya anda makan, batalpuasanya, jelas hilang 100.
Tapi yang merusak bahaya. Misalnya ghibah 50% hilang, mencela 50% hilang, menuduh 50% hilang, setelah
itu berdusta hilang 25% missal. Jadi total -75, anda bukan hanya menhilangkan pahala puasa tapi
menghadirkan dosa sebesar 75%.

“Walayajhall” jangan melakukan tindakan yang sia2, “yajhall” itu bisa maksiat dari kata “jahala”. Jahala itu
ada 2, yang pertama karena tidak tau, dia tidak tau kalau menikmati gossip itu dosa, tidak tau diberitau kamu
tinggalkan. Yang kedua sudah tau salah dikerjakan, dia sudah tau gossip dikerjakan itusalah, dia sudah tau
tapi dinikmati, itu “jahala”. Itu yang dimaksud dengan “Jahala”. Kata nabi “falayarfuhztwalayajhall” Orang
yang berbuat jahala, mohon maaf Allah tidak butuh pada puasanya. Apalagi meninggalkan Sholat.

Kesimpulannya begini, missal ada ember yang diisi air dari kran air tetapi ember itu ternyata bagian
bawahnya bocor, coba bayangkan anda susah payah mengisi ember tapi airnya terbuang begitu saja. Begitu
juga dengan yang berpuasa tapi tidak shalat. Anggap ember itu sebagai diri kita sendiri, lalu air itu kita
anggap sebagai pahala, kran air kita anggap sebagai pahala puasa, dan bagian bawah ember yang bocoritu
anggap saja diri kita yang tidak sholat, sama sepertitadi : kita susah payah mengisi pahala diri kita dari puasa
tapi pahala tersebut terbuang begitu saja akibat tidakshalat , sperti air yang terbuangtadi.

Anda mungkin juga menyukai