Anda di halaman 1dari 4

VHANIA DHOMINICA BANI (01501190347)

“VERTIGO”

1. Patofisiologi mulai dari anatomi telinga, gangguan fisiologi hingga menimbulkan vertigo yang
melibatkan organ dalam telinga, ducts semicircularis.

Organ-organ yang berperan dalam proses orientasi arah antara lain organ penglihatan, propioseptif
dan vestibular. Proses yang panjang terjadi para organ-organ ini dan diteruskan ke sistem saraf
pusat. Pada fungsi sistem vestibular terletak pada kanalis semisirkularis yang berada dalam
apparatus vestibular, terdapat cairan endolimfe yang akan bergerak mengikuti pergerakkan tubuh
(terutama kepala). Pergerakan endolimfe ini kemudian menggerakkan stereosilia atau hair cell  yang
kemudian signalnya ditransmisikan melalui saraf dan diterjemahkan di otak sebagai sebuah gerakan.
Yang dimana organ keseimbangan tubuh yang melibatkan kanalis semisirkularis sebagai reseptor,
sistim vestibuler, dan serebelum sebagai pengolah informasinya. Selain itu fungsi penglihatan dan
proprioceptif juga berperan dalam memberikan informasi rasa sikap dan gerak anggota tubuh.
Sistem tersebut saling berhubungan dan mempengaruhi untuk selanjutnya diolah di susunan saraf
pusat. Dan jika dalam kondisi adanya gangguan pada organ-organ ini dapat menyebabkan vertigo

2. Bagaimana proses patofisiologi perpindahan otolith sehingga menimbulkan vertigo

Vestibulum memonitor pergerakan dan posisi kepala dengan mendeteksi akselerasi linier dan
angular. Bagian vestibular dari labirin terdiri dari tiga kanal semisirkular, ketiga kanal semisirkularis
ini mendeteksi akselerasi angular. Setiap kanal semisirkular terisi oleh endolimfe dan pada bagian
dasarnya terdapat penggelembungan yang disebut sebagai ampula, mengandung kupula, suatu
masa gelatin yang memiliki densitas yang sama dengan endolimfe, serta melekat pada sel rambut.
Labirin juga terdiri dari dua struktur otolit, yakni utrikulus dan sakulus yang mendeteksi akselerasi
linear, termasuk deteksi terhadap gravitasi. Organ reseptornya adalah makula. Makula utrikulus
terletak pada dasar utrikulus kira-kira di bidang kanalis semisirkularis horisontal. Makula sakulus
terletak pada dinding medial sakulus dan terutama terletak di bidang vertikal. Pada setiap makula
terdapat sel rambut yang mengandung endapan kalsium yang disebut otolith (otokonia). Makula
pada utrikulus diperkirakan sebagai sumber dari partikel kalsium yang menjadi penyebab
BPPV(merupakan penyebab utama vertigo)

3. Bagaimana proses dari saluran telinga menyampaikan informasi “kondisi vertigo” ke otak?

Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah susunan vestibuler atau keseimbangan,
yang secara terus menerus menyampaikan impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain yang
berperan ialah sistem optik dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang menghubungkan nuklei vestibularis
dengan nuklei N.III,IV dan VI, susunan vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis. Informasi yang
berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor vestibuler, visual, dan
proprioseptik kemudian reseptor visual dan yang paling kecil kontribusinya adalah proprioseptik dan
jika fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi tidak normal/ tidak
fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi
akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo

4. Apa yang dimaksud dengan Nistagmus?

Nistagmus adalah suatu gerakan oscilasi ritmik kedua mata di mana pada tiap fase.amplitudonya
sama atau hampir sama. Dikenal 2 tipe nistagmus yaitu “jerk nistagmus” (faselambat diikuti fase
cepat) dan “pendular nistagmus” (kecepatan gerak mata kesetiap arah sama/hampir sama) arah
gerakannya dapat horizontal, vertikal atau rotasi. Pada fase cepattermasuk sistem gerakan mata
lainnya. Nistagmus akan timbul bila ada ketidak seimbanganimpuls keinti N III, N IV dan N VI dari
mekanisme supranuklear terutama dari sistemvestibular

5. Apa yang dilakukan perawat pada saat pemeriksaan fisik pada pasien vertigo?

Perawat akan melakukan pemeriksaan fisik yang dilakukan yaitu: pengukuran tekanan darah dengan
berbagai posisi yang dimana pemeriksaan tekanan darah yang diukur dalam posisi berbaring, duduk,
dan berdiri, bising karotis, irama (denyut jantung), dan pulsasi nadi perifer.

6. Bagaimana manuever dilakukan?

pemberian terapi dengan manuver reposisi partikel / Particle Repositioning Maneuver (PRM) yang
dapat secara efektif menghilangkan vertigo pada BPPV, meningkatkan kualitas hidup, dan
mengurangi risiko jatuh pada pasien. Setelah melakukan manuver hendaknya pasien tetap berada
pada posisi duduk minimal 10 menit untuk menghindari risiko jatuh. Tujuan dari manuver yang
dilakukan adalah untuk mengembalikan partikel ke posisi awalnya yaitu pada makula utrikulus.

Ada lima manuver yang dapat dilakukan, antara lain:

(a) Manuver Epley

manuver Epley adalah yang paling sering digunakan pada kanal vertikal. Pasien diminta untuk
menolehkan kepala ke sisi yang sakit sebesar 45° lalu pasien berbaring dengan kepala tergantung
dan dipertahankan 1-2 menit. Lalu kepala ditolehkan 90° ke sisi sebaliknya, dan posisi supinasi
berubah menjadi lateral dekubitus dan dipertahan 30- 60 detik. Setelah itu pasien mengistirahatkan
dagu pada pundaknya dan kembali ke posisi duduk secara perlahan.

(b) Manuver Semont,

manuver ini diindikasikan untuk pengobatan cupulolithiasis kanan posterior. Jika kanal posterior
terkena, pasien diminta duduk tegak, lalu kepala dimiringkan 45° ke sisi yang sehat, lalu secara cepat
bergerak ke posisi berbaring dan dipertahankan selama 1-3 menit. Ada nistagmus dan vertigo dapat
diobservasi. Setelah itu pasien pindah ke posisi berbaring di sisi yang berlawanan tanpa kembali ke
posisi duduk lagi.

(c) Manuver Lempert,

manuver ini dapat digunakan pada pengobatan BPPV tipe kanal lateral. Pasien berguling 360° yang
dimulai dari posisi supinasi lalu pasien menolehkan kepala 90° ke sisi yang sehat, diikuti dengan
membalikkan tubuh ke posisi lateral dekubitus. Lalu kepala menoleh ke bawah dan tubuh mengikuti
ke posisi ventral dekubitus. Pasien kemudian menoleh lagi 90° dan tubuh kembali ke posisi lateral
dekubitus lalu kembali ke posisi supinasi. Masing-masing gerakan dipertahankan selama 15 detik
untuk migrasi lambat dari partikel-partikel sebagai respon terhadap gravitasi.

(d) Forced Prolonged Position

manuver ini digunakan pada BPPV tipe kanal lateral. Tujuannya adalah untuk mempertahankan
kekuatan dari posisi lateral dekubitus pada sisi telinga yang sakit dan dipertahankan selama 12 jam.

(e) BrandtDaroff exercise

manuver ini dikembangkan sebagai latihan untuk di rumah dan dapat dilakukan sendiri oleh pasien
sebagai terapi tambahan pada pasien yang tetap simptomatik setelah manuver Epley atau Semont.
Latihan ini juga dapat membantu pasien menerapkan beberapa posisi sehingga dapat menjadi
kebiasaan

7. Apa peran perawat ketika dokter melakukan maneuver-manuver (semomnt, brand-daroff


exercises)?
 Brandt-Daroff Exercise

Manuver ini dikembangkan sebagai latihan untuk di rumah dan dapat dilakukan sendiri oleh pasien
sebagai terapi tambahan pada pasien yang tetap simptomatik setelah manuver semont dan mauver
epley, peran perawat memandu bagaimana langkahnya sesuai prosedur dan memantau saat pasien
melakukan prosedur jenis manuver ini dan memantau ttv saat sebelum dan sesudah prosedur
dilakukan serta melihat apakah pasien merasa pusing atau hilang keseimbangan, serta melakukan
pengkajian sebelum dilakukan prosedur ini

Langkah :

1) Pasien duduk tegak ditepi tempat tidur dengan tungkai tergantung.

2) Tutup kedua mata.

3) Baringkan tubuh dengan cepat ke salah satu sisi tubuh, tahan selama 30 detik.

4) Duduk tegak kembali selama 30 detik

5) Baringkan tubuh dengan cara yang sama ke sisi yang lain, tahan selama 30 detik.

6) Duduk tegak kembali Latihan ini dilakukan berulang (3 x sehari) dan masing-masing dikerjakan 10
menit lamanya

 Semomnt

Setelah telinga yang terkena sudah diindetifikasi dengan pemeriksaan DixHallpike, pemeriksa
berdiri di hadapan pasien, yang duduk pada meja pemeriksaan. sebagai contoh, kepala pasien
dirotasikan 45 derajat ke arah kiri, kemudian pasien diposisikan berbaring dengan sisi sebelah
kanannya, dengan kepala belakang beristirahat di meja. Posisi ini juga dikenal dengan istilah
”side lying” atau posisi diagnostik Semont. Pasien dipertahankan dalam posisi ini selama 2 menit
dan dengan cepat berpindah 180 derajat pada sisi yang lain, mempertahankan kepala pada
posisi yang sama relatif terhadap bahu, peran perawat memandu bagaimana langkahnya sesuai
prosedur dan memantau saat pasien melakukan prosedur jenis manuver ini dan memantau ttv
saat sebelum dan sesudah prosedur dilakukan serta melihat apakah pasien merasa pusing atau
hilang keseimbangan, serta melakukan pengkajian sebelum dilakukan prosedur ini

 Epley Maneuver

Terapi ini terdiri dari 5 seri gerakan sampai posisi yang berbeda yang dimulai dengan pemeriksa
menghadap atau berdiri dibelakang pasien yang duduk di atas tempat tidur, peran perawat
memandu bagaimana langkahnya sesuai prosedur dan memantau saat pasien melakukan prosedur
jenis manuver ini dan memantau ttv saat sebelum dan sesudah prosedur dilakukan serta melihat
apakah pasien merasa pusing atau hilang keseimbangan, serta melakukan pengkajian sebelum
dilakukan prosedur ini
Langkah:

1. kepala diputar 45 derajat ke arah kanan dan tubuh bergerak dengan posisi supine dengan
kepala berada pada ujung tempat tidur (posisi 1 - mirip dengan manuver Dix-Hallpike). Posisi
ini akan membuat kanalit bergerak sesuai gravitasi ke bagian tengah dari kanalis posterior.
Kepala kemudian diputar 90 derajat ke arah kiri sambil mempertahankan hiperekstensi leher
sampai kepala mencapai 45 derajat posisi kiri (posisi
2. Dengan jalan ini, kanalit akan mendekati common crus. Kepala dan badan kemudian diputar
90 derajat ke arah kiri sehingga pasien berbaring dengan sisi kiri dengan posisi kepala pada
135 derajat (seperti melihat ke lantai) (posisi
3. Posisi 3 ini akan menyebabkan kanalit melewati common crus. Pasien kemudian dibuat
dalam posisi duduk di atas tempat tidur dengan kepala tetap menoleh ke arah kiri, sehingga
kanalit masuk ke dalam utrikulus (posisi
4. Kemudian, kepala ke depan dengan dagu turun 34 sampai 20% (posisi
5. Setiap posisi ditahan sampai nistagmus berubah, dimana biasanya diperlukan 6-13 detik
pada setiap posisi dan Siklus ini kemudian diulang sampai tidak ada nistagmus yang dapat
terlihat

Referensi

Setiawati M., Susianti. (2016). Diagnosis dan Tatalaksana Vertigo. MAJORITY JOURNAL. 5(4): 91 – 95.

Roman. (2020). NIstagmus Hudson. Idoc Pub. 1 – 10

Arianti M. (2020). TESIS AKHIR: PERBANDINGAN KARAKTERISTIK KLINIS DAN LUARAN KLINIS
POSTERIOR CANAL BENIGN PAROXYSMAL POSITIONAL VERTIGO DENGAN DAN TANPA HIPERTENSI.
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS DEPARTEMEN NEUROLOGI: FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN. 1 – 142.

Nandecya G. (2016). Laporan Kasus: Vertigo. Fakultas Kedokteran: Universitas Muhammadiyah


Jakarta Stase Neurologi RSIJ Pondok Kopi. 1 – 57.

Evi V. E. (2018). Asuhan Keperawatan Keluarga pada Ny M dengan Penyakit Vertigo di Wilayah Kerja
Puskesmas Ariodillah Palembang Tahun 2018. Program Studi Diploma III Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Siti Khadijah Palembang. 1 - 100

Anda mungkin juga menyukai