Anda di halaman 1dari 8

Diskusi Kasus dgn dr. Didi Hertanto, MSi.Med, Sp.B, Sp.

OT

Ca mammae

- Kalau kemoterapi mesti ada tujuan jelasnya  mau terapeutik kah, paliatif kah, atau adjuvant
biar jelas nantinya mau diarahin terapinya ke mana.

Vulnus Laceratum

Urologi

Yang paling sering melibatkan urologi  ca serviks bisa menekan buli-buli sehingga terjadi hidronefrosis

Hipospadia kontraindikasi untuk sunat karena preputium dibutuhkan untuk membuat lubang saluran
kencing yang baru sampai ke ujung

Peyronie’s disease  yang bengkok, ada plak

Hipospadia  meatus tidak berada di posisi normal, angulasi, (?)

Pem penis  palpasi indurasi, batu (di korpus spongiosum), teraba jaringan fibrotic, angulasi oenis

Fimosis  berdasarkan ikiro’s grade berdasarkan beratnya krn tidak semua fimosis yang perlu di
sirkumsisi, yang perlu disrikumsisi adalah yang ada gangguan kencing (mis gembung dulu baru keluar air
kencingnya), umumnya pada anak baru lahir. Kalau ga ada gangguan kencing bisa ditunggu aja, gak perlu
langsung sirkumsisi

Testis normal  konsistensi kenyal

Fren test, angle sign, blablabla sign (ga denger cui mari kita nonton rekaman saja)

Kanalis inguinalis  menuju cavum peritoneum

ADT  umumnya umur 2 tahun sudah turun.

Pasien hidrocel  pada bayi baru lahir ditunggu dulu satu tahun kecuali ada tanda radang, inf, ada usus
masuk, ditunggu aja satu tahun siapa tahu obliterasi lalu hydrocele nya hilang sendiri

(selebihnya denger rekaman ya vyn pusink di bawah rusuh di dalem sinyalnya jelek)

Nyeri kolik  nyeri akibat spasme otot organ visceral akibat usaha untuk menghilangkan obstruksi,
sifatnya hilang timbul.

Kapasitas buli-buli  400-500 cc, lebih dari itu menyebabkan nyeri.

ISK  paling sering krn e.coli, dikasihnya ab fluoroquinolone e.g ciprofloxacin 2 x …. mg (?)
Satus urologi :

Flank kanan –kiri  buat ginjal, harus bimanual. Kalau normal sulit teraba

Suprapubik

Genitalia eksterna

RT

Prostat  tidak hanya bisa disimpulkan dari polus superior, liat juga sulcus medianus, lebar antero
lateral  cek lagi pakai USG prostat. DD nya adalah adanya sumbatan di intravesika

LUTS  lower urinary tracts symptom  voiding symptoms (pancaran lemah -> weak stream, terputus-
putus, resistensi, hesitancy, intermitancy, straining, midstream), storage (frequency (>8 kali sehari),
nocturia (>1 kali), dysuria, urgency), post micturition symptoms (netes di akhir kencing, tidak lampias ->
incomplete emptying)

Cedera Kepala = Brain Injury

 Ada fungsi otak yang terganggu


 Sebagian besar cedera kepala ringan -> bisa ditangani oleh dr umum
 Lk2 > pr
 Penyebabnya di antara lain : shaking (pada anak bayi, anak kecil, karena ukuran kepalanya lebih
besar dibanding leher yang menyangga sehingga lebih rentan terhadap guncangan dibandingkan
orang dewasa), blowing (traffic accident, sport accident, fall)
 Doktrin monro kellie -> mengenai tekanan intracranial. Bahwa rongga kranial adalah suatu
kompartemen yang incompressible. Volume intracranial mempengaruhi tekanan intracranial.
Awalnya masih bisa kompensasi dengan membuang LCS, tapi pada fase tertentu tidak bisa lalu
TIK nya naik.
 Bleeding/swelling bikin >>>TIK sehingga blood flow nya jadi kurang dan bisa menyebabkan
hipoksia dan cerebral ischemia. Kalau berlanjut terus bisa bikin hernia.
 CPP = MAP – ICP; MAP = S + 2D/3
 Mekanisme : linier (pukulan dari depan mengarah ke belakang atau sebaliknya)/rotasi
(terputar). Coup  tulangnya menghantam permukaan otak; counter coup  otaknya yang
menghantam tulang (?) atau arteri meningianya ketarik (?)
 Tipe cedera kepala :
o Fokal  hanya satu tempat saja, terlokalisir, umumnya kesadaran baik
o Difus  ada yang axonal (tractus diliat dari tractography) dan vascular (pblh darah kecil
pada pecah menimbulkan petechiae haemorrhage). Pasien umumnya koma, rotasi
umumnya lebih berat krn otaknya terputar 
 Grading based on CT scan (di RSDK):
 Based on clinic
 Based on …..
o Concussion  derajat lebih rendah dari difus; yaitu dalam 6 jam kembali sadar.
Gambaran CT scan tidak ada kelainan.

 Derajat Cedera Kepala (berdasarkan GCS, berkaitan dengan prognosis)

 Menentukan prognosis dari motorik. Dekortikasi  korteks otak sudah tidak berfungsi dgn baik,
hanya brainstem yang bekerja. Deserebrasi  thalamus ikut kena, cerebrum kena, berarti
kerusakannya udah sampai dalam. Kondisi motorik 3, 2, 1 merupakan kondisi yang prognosisnya
kurang bagus, hamper semua tidak bisa tertolong. Verbal dan mata tidak terlalu signifikan.
 Pengganggu interretasi GCS  intoksikasi alcohol/obat (untuk menilai pikirkan aja yang
terburuk), syok, hipoksia.
 Kalau ketemu pasien cedera kepala  perhatikan airway, breathing, circulation.
 Kerusakan akibat cedera kepala; primer -> fraktur tulang (hentikan perdarahan), hematom,
brain damage, diffuse injury; sekunder  edema otak, ggn metabolism, ggn CBF, pembentukan
radikal bebas. Tugas dr umum adalah mencegah yang sekunder!! Lakukan head up 30 derajat,
beri cairan isotonis, terus perhatikan ABC.
 Kl ga ada deep injury biasanya masih normal, masih sadar. Luka dibersihkan sebaik mungkin dan
jangan lupa di debridement.
 Fraktur basis cranii  perhatikan perdarahan telinga, otorrhea (LCS keluar), otorrhagia,
perhatikan nervus VII pokoknya kalau kondisi telinga (kalau dia gejala telinga berarti fraktur di
media), kalau raccoon eye berarti di frontal.
 CT scan kepala sekarang bila ada cedera kepala langsung di CT scan.
 Harus bisa bedain nyeri kepala intracranial atau nyeri kepala karena jejas eksternal.

 EDH  krn coup; pada usia muda; karena ada trauma linier pada os temporalis, tulangnya juga
tipis shg tjd perdarahan pada arteri meningea media; ada lucid interval yaitu jeda waktu sadar di
antara dua waktu ketidaksadaran, yang awal karena benturan lalu yang kedua karena
perdarahan yang perlahan menekan otak dan biasanya lebih jelek bisa sampai diintubasi; ada
herniasi uncal = yaitu herniasi dari bag medial lobus temporal kea rah medial sehingga menekan
brain stem, bisa menyebabkan pupil anisokor sesuai sisi yang tertekan krn parese N. III; tanpa
udem serebri; midline shift karena massa EDH
 EDH juga bisa berada di infratentorial; menekan cerebellum, menekan batang otak. Tidak
ditemukan hemiparese ataupun pupil anisokor. Di sini ditemukan penurunan kesadaran tiba-
tiba. Prognosis dubia ad malam; bisa ada herniasi tonsiler
 EDH frontal  kesadaran baik, tidak apneu, tidak ada anisokor, tapi pasiennya sakit kepala.

 SDH = subdural hematom, bentuknya memanjang, semua permukaan bisa terisi darah. Biasanya
midline shift hebat.
 Umumnya kontracoup; permukaan dalam tulang tidak rata; bisa terjadi bersama ICH.
*perifokal udem yang bag hiperdense nya

 Kalau lebih dari >3 cm, rata, itu berarti ICH. Kalau tidak berarti udem (?)
 Scan ulang  kalau ada perburukan, penuruan kesadaran 2 poin.
 Merawat pasien cedera kepala  head up 30 derajat (boleh pake bantal tapi hati hati kalau
lehernya gak keangkat nanti lehernya bisa ketekuk, nanti venous returnnya bukannya membaik
malah makin buruk); kasih infus RL gak boleh dextrose soalnya nanti malah bikin TIK naik; kasih
diuretic yaitu manitol karena ada penurunan kesadaran khawatir ada oedem 0,25 – 1 g/kgBB
tergantung beratnya oedem; kasih antikejang mis phenytoin 3-5 mg; kasih … antagonis untuk
mencegah stres ulcer (?) mis ranitidine, omeprazole; AB kalau tidak ada luka tdk perlu; kasih
analgetik juga.
 Sebelum dirujuk wajib distabilisasi

Anda mungkin juga menyukai