Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN KEGIATAN MANDIRI 3

TUGAS TIDAK TERSTRUKTUR

PERILAKU MENYIMPANG DAN PENANGANANNYA


(STUDI KASUS PERMASALAHAN DI SD/ MI)

Disusun sebagai salah satu Tugas Terstruktur yang diwajibkan dalam mengikuti Perkuliahan
Manajemen Kelas di SD pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

oleh
PUTRI AFIFAH RAHMA
NIM: 2086206090

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
PACITAN
2021
A. PENDAHULUAN
Menurut UU no.2 tahun 1989, Sekolah adalah satuan pendidikan yang berjenjang dan
berkesinambungan untuk menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar. Sekolah juga merupakan
lingkungan kedua anak untuk berlatih dan menumbuhkan kepribadiaanya. (Arby, 1997). Erat
kaitannya antara perilaku siswa untuk mewujudkan negara berakhlak mulia. Sekolah dasar
merupakan pondasi awal dalam pembentukan kepribadaian siswa. Jenjang sekolah dasar ialah
jenjang yang banyak permasalahannya. Pada jenjang ini , siswa mengalami perubahan tingkah laku
dan anak mulai belajar banyak hal di sekolah. (Kholifah, Fajriyah, & Cahyadi,2019).
Tujuan pendidikan ialah mengembangkan potensi siswa untuk menjadi manusia yang
berilmu, sehat, berakhlak mulia,beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Jadiguru dituntut meningkatkan
kompetensi siswanya dalam setiap proses pembelajaran. (Utami,D.R, 2015).
Setiap individu atau siswa memiliki sifat, watak, karakter dan kepribadian yang berbeda –
beda. Faktor bawaan dan faktor pengaruh lingkungan dapat mempengaruhi karateristik
siswa(Marsudi, 2003). Siswa yang memiliki pendidikan karakter yang kurang susah membedakan
mana yang baik dan buruk. Dalam membentuk karakter bangsa lewat jalur pendidikan harus
dengan program yangsistematis dan berkesinambungan. Karena pendidikan karakter mencakup
semua hal, mulai dari pengenalan nilai secara kognitifsampai pada pengalaman nilai yang nyata.
Karena pendidikan yang berkualitas tidak terwujud secara instan melainkan secara bertahap.
(Minsih,2015).
Fhilip Graham berpendapat faktor penyebab perilaku ada dua, yaitu faktor
pribadi yaitu faktor dalam diri seseorang yang merupakan bawaan lahir. (Widodo, 2017)
Faktor pribadi misalnya bakat mempengaruhi tempramen, emosi dan kemampuan
menyesuaikan diri. Sedangkan faktor lingkungan adalah pengaruh keluarga, pergaulan
dengan teman, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan kemiskinan.(Asiyai,I.R,
2019)
Berdasarkan pengamatan terdapat berbagai perilaku menyimpang siswa di MI
Sudirman Pojok. Perilaku menyimpang siswa ditemukan saat peneliti mengajar di ruang
kelas dan saat peneliti mendampingi guru mengajar. Ada beberapa siswa melakukan
perbuatan yang tidak tertib. Masalah ini timbul karena kurangnya perhatian orang tua
terhadap siswa serta pengaruh lingkungan sekitar, sehingga siswa berperilaku
menyimpang. Maka dari itu guru harus menangani perilaku menyimpang siswa sehingga
siswa tidak lagi berbuat tidak baik. (Chikwature,w,2016)
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian, jenis-jenis, penyebab perilaku menyimpang siswa usia SD/MI berlandaskan
teori?
2. Apa perilaku bermasalah yang pernah dilakukan siswa SD/MI? (yang dijadikan subjek
penelitian), alasan/ penyebab siswa melakukannya siswa usia SD/MI
3. Apa pendekatan yang dilakukan guru, siswa, dan orang tua untuk mengatasinya berdasarkan
jenis perilaku siswa SD/MI?
4. Bagaimana dampak atau hasil setelah dilakukan upaya atau pendekatan untuk mengatasi
perilaku menyimpang siswa usia SD/MI?

C. TUJUAN
Tujuan pelaksanaan kegiatan ini sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan pengertian, jenis-jenis, penyebab perilaku menyimpang siswa usia SD/MI
berlandaskan teori.
2. Mendeskripsikan perilaku bermasalah yang pernah dilakukan siswa SD/MI (yang dijadikan
subjek penelitian), alasan/ penyebab siswa melakukannya siswa usia SD/MI.
3. Mendeskripsikan pendekatan yang dilakukan guru, siswa, dan orang tua untuk mengatasinya
berdasarkan jenis perilaku siswa SD/MI.
4. Mendeskripsikan bagaimana dampak atau hasil setelah dilakukan upaya atau pendekatan untuk
mengatasi perilaku menyimpang siswa usia SD/MI.

D. TEMPAT DAN WAKTU


Studi kasus ini dilakukan di lingkungan desa Ketro, kecamatan Kebonagung Kabupaten
Pacitan. Pertimbangan pemilihan lokasi ini adalah: 1) adanya permasalahan yang dialami guru,
orang tua dan siswa berkaitan dengan perilaku menyimpang anak, 2) keterjangkauan dan
kemudahan peneliti menggali informasi, 3) sudah terjalin komunikasi antara peneliti dengan calon
narasumber.
Waktu penelitian adalah satu minggu, yaitu 25-31 Mei 2021.

E. METODE
Penelitian ini menggunkan metode pengumpuln data berupa wawancara dan dokumentasi.
Jenis wawancara yang digunakan adalah semistructure interview atau wawancara semistruktur
dengan tujuan dapat menemukan masalah lebih terbuka karena pihak yang diajak wawancara dapat
dimintai pendapat dan ide-idenya, sesuai dengan pendapat Sugiyono (2011:318) bahwa jenis
wawancara semistruktur termasuk kategori in-dept interview yang mana dalam pelaksanaannya
lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Disamping itu, wawancara dilakukan
dengan pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara yang memungkinkan peneliti telah
menyusun kerangka pertanyaan atau garis besar pertanyaan yang akan ditanyakan. Uraian tersebut
mengacu pada pendapat Moleong (2017:187) bahwa petunjuk wawancara berisi garis besar
tentang proses dan isi wawancara untuk menjaga agar pokok-pokok yang direncanakan dapat
semuanya tercakup. Kisi-kisi wawancara antara lain: 1) perilaku bermasalah yang pernah
dilakukan siswa SD/MI (yang dijadikan subjek penelitian), 2) alasan/ penyebab siswa
melakukannya siswa usia SD/MI, 3) pendekatan yang dilakukan guru, siswa, dan orang tua untuk
mengatasinya berdasarkan jenis perilaku siswa SD/MI serta 4) bagaimana dampak atau hasil
setelah dilakukan upaya atau pendekatan untuk mengatasi perilaku menyimpang siswa usia
SD/MI. Penelitian ini, wawancara dilakukan antara peneliti sendiri dengan semua pihak yang dapat
memberikan data.
Selanjutnya peneliti juga menggunakan dokumentasi. Menurut Riduwan (2012:77)
dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian meliputi
buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, data
yang relevan dengan penelitian. Jadi dokumentasi adalah teknik untuk menghimpun data dalam
penelitian yang bersifat tulisan, gambar, video yang relevan dengan penelitian. Data dokumen
yang digunakan adalah foto-foto selama kegiatan penelitian berlangsung, dan rekaman proses
wawancara yang selanjutnya menjadi data yang akan dianalisis lebih lanjut oleh peneliti.

F. SUBJEK DAN OBJEK


Menurut Sugiyono (2011:298), sampel penelitian kualitatif bukan sebagai responden seperti
pada penelitian kuantitatif, tetapi sebagai narasumber, partisipan, informan, teman, dan guru dalam
penelitian. Mengacu pada pendapat tersebut, subjek penelitian dalam penelitian kualitatif adalah
orang-orang yang dapat memberikan informasi dan data penelitian. Ini berarti subjek penelitian
adalah sumber penelitian yang dapat memberikan informasi atau data. Berikut ini disajikan
narasumber atau responden sebagai subjek penelitian ini.
Tabel 1 Subjek Penelitian
No Inisial/ Nama P/L Alamat Kategori *)
1. PE Dusun Miri DesaWonokarto. Guru SD 2 Ketro
2. SA Dusun Gawang Desa Ketro Orangtua/Wali
3. BKP Dusun Gawang Desa Ketro Siswa SD 2 Ketro
Keterangan: *) Guru/ siswa/ orang tua/ wali
Objek penelitian adalah apa fokus masalah yang hendak dikaji, yaitu perilaku menyimpang
dan penanganannya pada siswa usia SD/ MI.
G. HASIL
1. Hasil
Temuan di lapangan menjawab tujuan penelitian. Biasanya dapat disajikan dalam bentuk
tabel, gambar, bagan, uraian, dll. Hasil ini menjawab atau mendeskripsikan sesuai tujuan
penelitian. Perhatikan contoh.
a. Kajian teori perilaku bermasalah pada anak
1) Perilaku peserta didik bermasalah ditunjukkan masih seringnya ditemukan peserta
didik terlibat kasus video porno dan tawuran, 6 keluyuran pada jam-jam sekolah,7
serta tertangkap melakukan tindak kriminal seperti pencurian.8 Kasus-kasus
tersebut menunjukkan bahwa aspek keyakinan, nilainilai, sikap dan perilaku peserta
didik sebagai bagian dari perkembangan peserta didik belum banyak mendapat
perhatian dalam proses pendidikan. Kondisi memunculkan kekhawatiran pada
banyak pihak dikarenakan proses pendidikan gagal menanamkan aspek-aspek
keyakinan, nilai-nilai dan sikap kepada peserta didik. Menurut Azra, jika sekolah
tidak lagi mampu menyentuh ranah nilai-nilai tersebut, maka pendidikan telah gagal
membentuk karakter, moral dan akhlak peserta didik.

2) Beberapa Jenis Gangguan Perilaku pada Anak


Ada beberapa jenis gangguan perilaku yang cukup sering terjadi pada anak, di
antaranya:
1. Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD)
ADHD merupakan gangguan perilaku yang paling sering ditemui pada anak-anak.
ADHD ditandai dengan gejala sulit fokus dalam mengerjakan sesuatu, ceroboh,
banyak bicara, dan tidak bisa diam (hiperaktif). Selain itu, anak dengan ADHD juga
sering kali berbuat usil, jahil, atau mengganggu aktivitas yang dilakukan oleh orang
lain.
2. Autisme
Autisme merupakan gangguan perilaku pada anak yang membuat anak sulit
berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Anak yang memiliki gangguan
autisme sering kali mengalami perubahan atau perilaku yang berbeda dari anak-anak
lain, misalnya:

 Marah, menangis, atau tertawa tanpa alasan yang jelas


 Cenderung bertindak atau melakukan gerakan tertentu secara
berulang, seperti mengayun tangan atau memutar-mutarkan badan
 Rutin menjalani aktivitas tertentu dan marah jika rutinitasnya
terganggu
 Bahasa atau gerakan tubuh yang cenderung kaku
 Hanya menyukai atau mengonsumsi makanan tertentu
3. Oppositional defiant disorder (ODD)
ODD biasanya mulai muncul pada anak yang berusia 8–12 tahun. Selain mudah
marah, anak dengan ODD biasanya berperilaku menentang atau tidak patuh pada
aturan, baik di rumah maupun sekolah.
4. Conduct disorder (CD)
Conduct disorder adalah gangguan perilaku dan emosi serius yang membuat
anak menunjukkan perilaku kekerasan, suka merusak benda tertentu, dan cenderung
sulit mengikuti aturan di sekolah maupun di rumah.
3) Bukan karena nakal atau tidak bisa diatur, penyebab masalah perilaku pada anak
ternyata lebih sering dilandasi oleh berbagai faktor seperti kendala komunikasi,
kondisi psikologis, dan pengaruh lingkungan terdekat.
4) Pertama dengan melakukan pendekatan pada siswa, seperti mengajak berbincang
siswa diwaktu luang, memberi peringatan jika siswa melanggar peraturan dan
mengajak siswa untuk terlibat dalam pembelajaran. Guru juga berkomunikasi dengan
sesama guru yang mengajar siswa berkebutuhan khusus, orang tua dan shadow
teacher. Kedua, guru menggunakan alat bantu berupa achievement chart, character
chart dan poin happy face dan sad face di kelas sebagai motivasi bagi siswa. Strategi
penggunaan chart yang digunakan oleh guru di sekolah nasional berbahasa Inggris
mungkin berhasil dilakukan karena guru juga memberikan hadiah selain pemberian
Ini dari hasil wawancara per
stiker.
kategori

b. Perilaku bermasalah yang pernah dilakukan siswa SD/MI


Perilaku bermasalah yang pernah dilakukan siswa SD/MI yaitu telat mengumpulkan
tugas dan rendahnya self control dalam penggunaan handphone
c. Penyebab siswa memiliki perilaku bermasalah
• Bisa jadi signal karena rumahnya pelosok
• Bisa jadi karena memang malas anaknya karena tidak merasa ada yang mengawasi
• Lebih suka main game dari pada mengerjakan tugas dari guru
d. Pendekatan untuk mengatasi perilaku bermasalah pada anak
1) Guru : Memanggil orang tua kesekolah, home visit, mengadakan evaluasi
terkait metode pembelajaran yang digunakan, merubah metode dan media
pembelajaran yang digunakan agar pembelajar lebih menarik (inovasi.efektif).
2) Siswa : Mengurangi penggunaan handphone dan lebih fast respon tehadap
tugas kelas.
3) Orang tua : Memotivasi anak agar anak mengetahui jika itu tidak baik untuknya
dan menghindari perilaku tersebut.
e. Dampak setelah dilakukan upaya atau pendekatan untuk mengatasi perilaku menyimpang
siswa usia SD/MI
Dampaknya setelah dilakukan upaya pendekatan untuk mengatasi perilaku
menyimpang yaitu Ada peningkatan terkait keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran dan mengumpulkan tugas. Serta anak tersebut sudah tidak mengulangi
kesalahan yang sama lagi.

5) Analisis
Berdasarkan uraian hasil kajian teori dan temuan di lapangan berkaitan dengan perilaku
bermasalah pada anak usia SD/ MI maka dilakukan analisis sebagai berikut:
a. Perilaku bermasalah yang pernah dilakukan siswa SD/MI antara lain adalah
rendahnya self control dalam penggunaan handphone
b. Penyebab siswa memiliki perilaku bermasalah adalah Bisa jadi karena memang
malas anaknya karena tidak merasa ada yang mengawasi dan Lebih suka main
game dari pada mengerjakan tugas dari guru.
c. Pendekatan yang dilakukan guru untuk mengatasi perilaku bermasalah pada anak
adalah mengadakan evaluasi terkait metode pembelajaran yang digunakan dan
merubah metode dan media pembelajaran yang digunakan agar pembelajar lebih
menarik (inovasi.efektif).
d. Pendekatan yang dilakukan orang tua untuk mengatasi perilaku bermasalah pada
anak adalah Memotivasi anak agar anak mengetahui jika itu tidak baik untuknya
dan menghindari perilaku tersebut.
e. Pendekatan yang dilakukan siswa untuk mengatasi perilaku bermasalah pada
mereka adalah mengurangi penggunaan handphone dan lebih fast respon tehadap
tugas kelas.
f. Hasil dan hambatan setelah dilakukan upaya atau pendekatan untuk mengatasi
perilaku menyimpang siswa usia SD/MI sebagai berikut Adanya peningkatan
terkait keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan mengumpulkan
tugas.
H. SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data maka simpulan dari penelitian melalui studi kasus ini adalah:
Siswa usia SD/ MI cenderung menunjukkan perilaku menyimpang dalam bentuk rendahnya self
control dalam penggunaan handphone. Penyebabnya adalah Bisa jadi karena memang malas
anaknya karena tidak merasa ada yang mengawasi dan Lebih suka main game dari pada
mengerjakan tugas dari guru. Pendekatan guru untuk mengatasinya adalah mengadakan evaluasi
terkait metode pembelajaran yang digunakan dan merubah metode dan media pembelajaran yang
digunakan agar pembelajar lebih menarik (inovasi.efektif). sedangkan orang tua adalah melalui
cara Memotivasi anak agar anak mengetahui jika itu tidak baik untuknya dan menghindari perilaku
tersebut. selanjutnya siswa sendiri juga menunjukkan upaya mengurangi atau memperbaiki
perilakunya dengan cara mengurangi penggunaan handphone dan lebih fast respon terhadap tugas
kelas.
Untuk menghindari atau mengurangi diri dari kecanduan smartphone maka penting untuk
meningkatkan self-control. Bagi individu yang telah mengalami kecanduan smartphone sebaiknya
melakukan beberapa teknik, seperti berlatih dalam mengurangi penggunaan smartphone yang
berlebihan, mengatur tujuan ketika menggunakan smartphone, dan meminta bantuan teman atau
keluarga untuk mengingatkan ketika berlebihan dalam menggunakan smartphone.
I. DAFTAR PUSTAKA

Sylviana, Mega. 2016. “STUDI KASUS PENANGANAN PERILAKU BERMASALAH PADA


SISWA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN MIJEN KOTA SEMARANG”.
http://lib.unnes.ac.id/29245/1/1401412184.pdf (SUMBER SKRIPSI UNNES) (Online)
Andria,Wina. 27 Mei 2020. 5 Jenis Masalah Perilaku Anak Dan Cara Mengatasinya.
https://www.orami.co.id/magazine/5-jenis-masalah-perilaku-anak-dan-cara-mengatasinya/ (SUMBER
WEBSITE)

T. N. Nugraheni, S. Hartati, and J. Ariati, "STRATEGI GURU MENANGANI PERILAKU


BERMASALAH SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI KELAS REGULER," Jurnal EMPATI,
vol. 3, no. 1, pp. 182-191, Jan. 2015. [Online].

Khimas, Nur. 2019. Pengaruh Self-Control, Leisure Boredom dan Smartphone Usage terhadap
kecanduan Smartphone pada remaja.
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47080/1/NUR%20KHIMAS
%20VIVIYANTI-FPSI.pdf (SUMBER WEBSITE)

LAMPIRAN

1. Wawancara dengan Guru SDN 2 KETRO

2. Wawancara dengan Orangtua/Wali

3. Wawancara dengan siswa SDN 2 KETRO

Anda mungkin juga menyukai