Artinya: Ali Zainal Abidin radhiallahu anhuma berkata, “Allah SWT menyembunyikan tiga perkara dalam
tiga perkara. Allah menyembunyikan ridha-Nya dalam amal ketaatan kepada-Nya, maka jangan remehkan sesuatu
pun dari ketaatan kepada-Nya, mungkin di situlah letak ridha-Nya. Allah menyembunyikan murka-Nya dalam
perbuatan maksiat, maka jangan meremehkan sesuatu dari maksiat kepada-Nya, mungkin di situlah letak murka-
Nya. Allah menyembunyikan para wali-Nya di antara makhluk-Nya, maka jangan meremehkan siapa pun dari
hamba-hamba-Nya, mungkan ia adalah wali-Nya.” (lihat Al-Fushul al-‘Ilmiyyah wal Ushul al-Hikamiyyah, Dar
Al-Hawi, Cet. II, 1998, hal. 153).
Artinya: Dalam mimpi itu Imam al-Ghazali ditanya seseorang, “Bagaimana perlakukan Allah terhadap
engkau? Beliau menjawab, “Allah SWT membawaku ke hadapan-Nya, lalu Allah berfirman kepadaku, “Lantaran
apa Aku membawamu ke sisi-Ku? Aku pun menyebutkan berbagai perbuatanku. Dia berfirman, “Kami tidak
menerimanya, sesungguhnya yang Kami terima darimu adalah pada suatu hari ada seekor lalat hinggap pada
wadah tintamu untuk meminumnya, padahal kamu sedang menulis, lalu kamu menghentikan tulisanmu hingga
seekor lalat itu itu selesai meminumnya, kamu lakukan hal itu karena kasihan terhadap lalat tersebut. Kemudian
Allah memerintahkan, “Bawalah hamba-Ku ini ke surga.” (lihat Muhammad Nawawi bin Umar al-Jawi,
Nashaihul ‘Ibad [Surabaya: Nurul Huda, tanpa tahun], hal. 3).
Jadi kisah di atas menceritakan bahwa Hujjatul Islam Imam al-Ghazali masuk surga bukan karena kitab-kitab
yang beliau tulis dalam jumlah sangat banyak, tetapi karena membiarkan seekor lalat masuk ke wadah tinta yang
beliau gunakan untuk menulis kitab. Nyamuk itu bermaksud minum karena haus hingga ia puas dan terbang
meninggalkan Imam al-Ghazali.
Artinya: “Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di
laut, dan Kami beri mereka rejeki dari yang baik-baik, dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang
Kami ciptakan, dengan kelebihan yang sempurna.” (QS. Al-Isra’: 70)
Selain itu, agar kita tidak gampang meremehkan orang lain dan justru terdorong untuk menghormatinya, kita
perlu meyakini bahwa setiap orang memiliki kelebihan masing-masing. Cara ini lebih menjamin keselamatan kita
dari meremehkan orang lain.
Sebuah pepatah bahasa Arab menyatakan:
Artinya: “Janganlah engkau meremehkan orang lain sebab segala sesuatu (atau setiap orang) memiliki
kelebihannya sendiri (yang kita mungkin tidak memilikinya).
Pepatah tersebut sejalan dengan firman Allah subhanahu wata'ala di dalam Al-Qur’an sebagai berikut
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan
yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan
merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik.” (QS. Al Hujurat: 11)
KHUTBAH 2