Anda di halaman 1dari 28

BAB 1

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. AK
Usia : 46 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Padang
Pekerjaan : Wiraswasta
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Tanggal MRS : 29 Maret 2021
Tanggal Pemeriksaan : 29 Maret 2021
Tanggal KRS : 1 April 2021

II. SUBYEKTIF
a. Keluhan Utama
Muntah darah
b. Keluhan Tambahan
Lemas, mual dan BAB hitam
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RS Bhayangkara Lumajang pada tanggal 29 Maret 2021
dengan keluhan muntah darah. Muntah darah segar terjadi satu kali pada saat
kemarin sore dan sebelum pasien dibawa ke IGD. Volume darah yang
dimuntahkan kira-kira 1 gelas air mineral. Muntah darah didahului dengan rasa
mual. Lemas dirasakan pasien setelah muntah darah pada sore hari.
Pasien mengalami BAB hitam sejak 3 hari yang lalu. BAB dengan konsistensi
feses lembek dan berwarna kehitaman seperti petis. Frekuensi BAB hitam terjadi
1 kali sehari seperti BAB normal sehari-hari. Tidak ada nyeri perut. BAK tidak
ada perubahan warna. Nafsu makan baik.

1
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hipertensi, diabetes mellitus, asam urat, dislipidemia, dan sakit
kuning disangkal.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga tidak ada yang penyakit seperti ini. Riwayat penyakit diabetes,
hipertensi dan penyakit jantung pada keluarga disangkal
f. Riwayat Pengobatan
Riwayat pengobatan pada pasien disangkal
g. Riwayat Psikososial
Pendidikan : SMA
Kegiatan sehari-hari : Bekerja di kantor
Riwayat makanan : Baik, makan teratur, porsi cukup, 3 x sehari
Riwayat Kebiasaan : Pasien sering mengkonsumsi jamu,
tidak merokok, tidak minum alkohol atau
kopi, tidak makan makanan pedas.

h. Review of system
Sistem CNS Nyeri kepala (-)

Pusing (-)

Vertigo (-)

Lumpuh (-)

Kebas (-)

Kesemutan (-)

Kejang (-)

Gangguan daya ingat (-)

Gangguan bahasa (-)

Penurunan pendengaran (-)

Sistem Pernafasan Batuk (-)

2
Dahak (-)

Batuk darah (-)

Sesak nafas (-)

Mengi (-)

Nyeri (-)

Asma (-)

Sistem Nyeri dada (-)


Kardiovaskuler
Berdebar (-)

Orthopnea (-)

PND (-)

DOE (-)

Sistem Mual (+)


Gastrointestinal
Muntah (+)

Gangguan telan (-)

Nyeri perut (+)

Konstipasi (-)

Diare (-)

Nafsu makan berkurang (-)

Perut terasa penuh (-)

Hemoroid (-)

Sistem Hepatobilier Riwayat Penyakit kuning (-)

3
Muntah/Berak darah (+)

Berak berwarna hitam seperti petis (+)

Endokrin Banyak keringat (-)

Polidipsi (-)

Polifagi (-)

Poliuria (-)

BB menurun (-)

Nafsu makan menurun (-)

Sistem Urinari Sering kencing (-)

Jumlah kencing banyak (-)

kencing nyeri (-)

Tidak bisa kencing (-)

Kencing batu (-)

Kyeri pinggang (-)

Kencing darah (-)

Kencing malam hari (-)

Tidak dapat menahan kencing (-)

Sistem Hematologi Mimisan (-)

Perdarahan Gusi (-)

Luka berdarah sulit sembuh (-)

Pucat (+)

Lemah, letih, lesu (+)

Sistem Rematologi Kaku sendi (-)

4
dan Muskuloskeletal

Nyeri sendi (-)

Bengkak pada sendi (-)

ROM terbatas (-)

Lumpuh (-)

Akral dingin (-)

Bengkak pada kedua kaki (-)

Bengkak pada kedua tangan (-)

Sistem Imunologi Alergi makanan (-)

Alergi obat (-)

Infeksi dan Tropis Demam Berdarah (-)

Malaria (-)

Demam Tifoid (-)

Leptospirosis (-)

Psikiatri Cemas (-)

Tegang (-)

Depresi (-)

Gangguan memori (-)

Usaha bunuh diri (-)

III. OBYEKTIF
● Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Tampak lemah
Kesadaran : Compos mentis, GCS 456

5
Keadaan sakit : Sedang
Suara bicara : Normal
Ekspresi wajah : Normal
Status mentalis : Orientasi baik, daya ingat baik
Personal hygiene : Baik
● Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 70 x/menit
Suhu : 36,5 oC
RR : 20 x/menit
SpO2 : 98%
● Kepala/Leher
Inspeksi : Anemis (+), Ikterik (-), Sianosis (-), Dyspneu (-), Lidah kotor (-),
faring
hiperemis (-), Distensi JVP tidak dievaluasi
Palpasi : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)
Perkusi : Tiroid retrosternal (-)
Auskultasi: Bruit (-)
● Thorax
Bentuk : Normochest, simetris, spider nevi (-), kolateral (-)
Pulmo
Inspeksi : Bentuk dan gerak nafas simetris, retraksi (-)
Palpasi : Gerakan simetris, fremitus raba sama, nyeri tidak ada
Perkusi : Sonor +/+ di semua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler +/+, Ronkhi -/-, Wheezing -/-
Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak, Pulsasi jantung tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba, pulsasi jantung tidak teraba
Perkusi : Batas kanan di parasternal line dextra ICS III, IV, V
Batas kiri di ICS IV, V midclavicular line sinistra
Auskultasi : S1 S2 Tunggal, murmur (-), gallop (-)
● Abdomen

6
Inspeksi : Cembung, tidak ada caput medusa, tidak tampak massa,
tidak tampak vena kolateral, asites permagna (+)
Auskultasi : Bising usus normal
Palpasi : Hepar tidak teraba, lien dan renal tidak teraba, nyeri tekan
tidak ada, undulasi (+)
Perkusi : Shifting dullness (+)
● Genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan
● Ekstremitas
Edema : Tidak ditemukan edema pada keempat ekstremitas
Akral : Hangat, kering, pucat, eritema palmaris (-)
CRT : < 2 detik
● Kulit
Lembab, tidak mudah terkelupas dan tidak ada luka

● Pemeriksaan penunjang
o Laboratorium 29 Maret 2021

HEMATOLOGI - DARAH LENGKAP 8 PARAMETER 


Hemoglobin  3,5 gr%  13,5 - 18,5 
LED  - mm/Jam  15 
Leucosyt  10.200 /mm3  4000 - 11.000 
Erytrosyt  2,03 /mm3  3,9 - 6,5 
Gra%  67 %  43,0 - 76,0 
Lym%  23 %  17,0 - 48,0 % 
Mid%  10 %  4,0 - 10,0 
Trombosit  427.000 /mm3  150.000 - 450.000 
PCV  12,5 %  36 - 54 
KIMIA KLINIK - GULA DARAH
Glukosa Darah Sewaktu  122 mg/dl  N Puasa : 70 -140 
KIMIA KLINIK - FAAL HATI 
SGOT  32 ul  37 
SGPT  22 ul  40 
KIMIA KLINIK - FAAL GINJAL 
BUN  22 mg/dl  5-23 
Creatinin  1,19 mg/dl  0,6 - 1,1 
Uric Acid  4,2 mg/dl  3,4 - 7,0 
Swab Antigen SARS-CoV-2 

7
Antigen SARS-COV-2  Negatif  Negatif (-) 
URINE LENGKAP 
Warna  Kuning  - 
Kekeruhan  Agak keruh  - 
Albumin  (-)  (-) Negatif 
Urobilin  +1  (-) Negatif 
Bilirubin  (-)  (-) Negatif 
PH  6  - 
Kimia Reduksi  (-)  (-) Negatif 
Sedimen Leucosyt  1-2  (0-1 plp) 
Sedimen Erytrosyt  -  - 
Sedimen Ephythel Cell  2-3  (0-1 plp) 
Sedimen Kristal  Ca.Ox 1-2  (-) Negatif 
Sedimen Silinder  (-)  (-) Negatif 
Berat Jenis  (-)  (-) Negatif 
Nitrit  (-)  (-) Negatif 
Keton  (-)  (-) Negatif 
Gram Sedimen  -  - 
Lain - lain  Bakteri +  (-) Negatif 
HbsAg Stik 
HbsAg Stik  Positif  (-) Negatif 
Bilirubin D/I/TO 
Bilirubin Direk  0,37 mg /dl  0,21 - 0,52 
Bilirubin Total  1,20 mg /dl  0,35 - 0,96 
Anti HCV 
Anti HCV  Negatif  (-) Negatif 

RESUME
Pasien datang ke IGD RS Bhayangkara Lumajang pada tanggal 29 Maret
2021 dengan keluhan muntah darah. Muntah darah segar terjadi satu kali pada saat kemarin
sore dan sebelum pasien dibawa ke IGD. Volume darah yang dimuntahkan kira-kira 1 gelas
air mineral. Muntah darah didahului dengan rasa mual. Lemas dirasakan pasien setelah
muntah darah pada sore hari. Pasien mengalami BAB hitam sejak 3 hari yang lalu. BAB
dengan konsistensi feses lembek dan berwarna kehitaman seperti petis. Frekuensi BAB
hitam terjadi 1 kali sehari seperti BAB normal sehari-hari. Tidak ada nyeri perut. BAK tidak

8
ada perubahan warna. Nafsu makan baik. Riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit
keluarga dan riwayat pengobatan pada pasien disangkal.
Tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 70 x/menit, suhu 36,5 oC, RR 20 x/menit,
SpO2 98%. Pada pemeriksaan kepala dan leher ditemukan konjungtiva anemis (+),
pemeriksaan thorax dalam batas normal, pemeriksaan abdomen terdapat ascites permagna,
undulasi (+), shifting dullness (+), pada pemeriksaan. ekstremitas dalam batas normal.
Pemeriksaan laboratorium darah ditemukan hemoglobin rendah 3,5 gr%, eritrosit 2,03/mm3,
PCV 12,5, creatinin 1,19 mg/dl. Pada pemeriksaan urine ditemukan urobilin +1, sedimen
leukosit 1-2, sedimen epitel sel 2-3, sedimen kristal, dan bakteri. Pada pemeriksaan HbsAg
stik (+) dan pada pemeriksaan bilirubin total ditemukan peningkatan 1,20 mg/dl.

IV. ASSESSMENT
Hematemesis dan Melena et causa suspect Varises Esofagus

V. PLANNING
Diagnostik:
- Endoskopi
Terapi
- Inf. RL 20 tpm
- Inj. Pantoprazole 1 amp
- Inj. Kalnex 1 amp
- Inj. Ondancentron 1 amp
- Sucralfat syrup 4x1 cth
- Transfusi PRC 3 kolf
Monitoring:
- Tanda-tanda vital
- Warna dan jumlah urine pasien
- Warna dan konsistensi tinja pasien
Edukasi:
- Puasa untuk persiapan endoskopi
- Memisahkan alat makan pasien dengan keluarga pasien
- Menampung urine pasien untuk dievaluasi

9
- Penunggu pasien dihimbau menjaga kebersihan

10
VI. FOLLOW UP
Tanggal 30 Maret 2021
SUBYEKTIF:
Pasien tidak muntah darah dan rasa lemas sudah berkurang. Nafsu makan dan minum
baik, tidak mual maupun muntah. Pasien bisa tidur semalam. BAB masih hitam dengan
konsistensi feses lembek dan seperti petis.BAK lancar berwarna kuning dan tidak berdarah.
OBYEKTIF
Keadaan umum nampak membaik
● Tanda-Tanda Vital
○ Tekanan darah : 120/80 mmHg
○ Nadi : 86 x/menit
○ Suhu : 36,5 oC
○ RR : 20 x/menit
○ SpO2 : 98%
● Kepala/Leher
○ Inspeksi : Anemis (+)
○ Palpasi : dbn
○ Perkusi : dbn
○ Auskultasi : dbn
● Thorax
Bentuk : dbn
Pulmo : dbn
Cor
○ Inspeksi : dbn
○ Palpasi : dbn
○ Perkusi : dbn
○ Auskultasi : dbn
● Abdomen
○ Inspeksi : Cembung, ascites permagna (+)
○ Auskultasi : dbn
○ Palpasi : Undulasi (+)

11
○ Perkusi : Shifting dullness (+)
● Ekstremitas
○ Edema : Tidak ditemukan edema pada keempat
ekstremitas
○ Akral : Hangat, kering, pucat, eritema palmaris (-)
○ CRT : < 2 detik

● Pemeriksaan Penunjang
-
ASSESSMENT
Diagnosis Utama : Hematemesis dan Melena

PLANNING
Diagnostik:
- Endoskopi
Terapi
- Inf. RL 20 tpm
- Inj. Pantoprazole 1 amp
- Inj. Kalnex 1 amp
- Inj. Ondancentron 1 amp
- Sucralfat syrup 4x1 cth
- Transfusi PRC 3 kolf
Monitoring:
- Tanda-tanda vital
- Warna dan jumlah urine pasien
- Warna dan konsistensi tinja pasien
Edukasi:
- Puasa untuk persiapan endoskopi
- Memisahkan alat makan pasien dengan keluarga pasien
- Menampung urine pasien untuk dievaluasi
- Penunggu pasien dihimbau menjaga kebersihan

12
Tanggal 31 Maret 2021
SUBYEKTIF:
Pasien tidak muntah darah dan rasa lemas sudah berkurang. Nafsu makan dan minum
baik, tidak mual maupun muntah. Pasien bisa tidur semalam. BAB masih hitam dengan
konsistensi feses lembek dan seperti petis.BAK lancar berwarna kuning dan tidak berdarah.
OBYEKTIF
Keadaan umum nampak membaik
● Tanda-Tanda Vital
○ Tekanan darah : 110/70 mmHg
○ Nadi : 86 x/menit
○ Suhu : 36,5 oC
○ RR : 20 x/menit
○ SpO2 : 98%
● Kepala/Leher
○ Inspeksi : Anemis (+)
○ Palpasi : dbn
○ Perkusi : dbn
○ Auskultasi : dbn
● Thorax
Bentuk : dbn
Pulmo : dbn
Cor
○ Inspeksi : dbn
○ Palpasi : dbn
○ Perkusi : dbn
○ Auskultasi : dbn
● Abdomen
○ Inspeksi : Cembung, ascites permagna (+)
○ Auskultasi : dbn
○ Palpasi : Undulasi (+)

13
○ Perkusi : Shifting dullness (+)

● Ekstremitas
○ Edema : Tidak ditemukan edema pada keempat
ekstremitas
○ Akral : Hangat, kering, pucat, eritema palmaris (-)
○ CRT : < 2 detik

● Pemeriksaan Penunjang
Endoskopi

Hasil:
- Esophagus : Tampak Varicess Esophagus Gr. II-III, CRS+
- LES :Tampak Varicess Esophagus Gr. III-IV, CRS+
- Fundus : Mukosa edema
- Corpus : Mukosa edema, tampak Mozaic Skin
- Anthrum : Mukosa normal
- Pylorus : Mukosa normal
- Bulbus : Mukosa normal
- Duodenum : Mukosa normal
KESIMPULAN
- Varicess Esophagus Gr. II-IV, CRS+

14
- Gastrophaty Portal Hypertension

Laboratorium
HEMATOLOGI - DARAH LENGKAP 8 PARAMETER 
Detail Pemeriksaan  Hasil  Nilai Rujukan 
Hemoglobin  7,2 gr%  13,5 - 18,5 
LED  - mm/Jam  15 
Leucosyt  8.600 /mm3  4000 - 11.000 
Erytrosyt  3,2 /mm3  3,9 - 6,5 
Gra%  64 %  43,0 - 76,0 
Lym%  21 %  17,0 - 48,0 % 
Mid%  15 %  4,0 - 10,0 
Trombosit  249.000 /mm3  150.000 - 450.000 
PCV  23,6 %  36 - 54 

ASSESSMENT
Diagnosis Utama : Varises Esofagus + Gastropathy

PLANNING
Diagnostik:
- Laboratorium darah lengkap monitoring Hb
Terapi
- Transfusi PRC 1 kolf
- Inf. RL 20 tpm
- Inj. Pantoprazole 1 amp
- Inj. Kalnex 1 amp
- Inj. Ondancentron 1 amp
- Sucralfat syrup 4x1 cth
Monitoring:
- Tanda-tanda vital
- Warna dan jumlah urine pasien
- Warna dan konsistensi tinja pasien
Edukasi:
- Memisahkan alat makan pasien dengan keluarga pasien

15
- Menampung urine pasien untuk dievaluasi
- Penunggu pasien dihimbau menjaga kebersihan

Tanggal 1 April 2021


SUBYEKTIF:
Pasien tidak muntah darah dan rasa lemas sudah berkurang. Nafsu makan dan minum
baik, tidak mual maupun muntah. Pasien bisa tidur semalam. BAB tidak hitam. BAK lancar
berwarna kuning dan tidak berdarah. Rencana KRS sore.
OBYEKTIF
Keadaan umum nampak membaik
● Tanda-Tanda Vital
○ Tekanan darah : 100/70 mmHg
○ Nadi : 78 x/menit
○ Suhu : 36,5 oC
○ RR : 20 x/menit
○ SpO2 : 98%
● Kepala/Leher
○ Inspeksi : Anemis (+)
○ Palpasi : dbn
○ Perkusi : dbn
○ Auskultasi : dbn
● Thorax
Bentuk : dbn
Pulmo : dbn
Cor
○ Inspeksi : dbn
○ Palpasi : dbn
○ Perkusi : dbn
○ Auskultasi : dbn
● Abdomen
○ Inspeksi : Cembung, ascites permagna (+)

16
○ Auskultasi : dbn
○ Palpasi : Undulasi (+)
○ Perkusi : Shifting dullness (+)
● Ekstremitas
○ Edema : Tidak ditemukan edema pada keempat
ekstremitas
○ Akral : Hangat, kering, pucat, eritema palmaris (-)
○ CRT : < 2 detik

● Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
HEMATOLOGI - DARAH LENGKAP 8 PARAMETER 
Detail Pemeriksaan  Hasil  Nilai Rujukan 
Hemoglobin  9,0 gr%  13,5 - 18,5 
LED  - mm/Jam  15 
Leucosyt  6.900 /mm3  4000 - 11.000 
Erytrosyt  3,78 /mm3  3,9 - 6,5 
Gra%  62 %  43,0 - 76,0 
Lym%  24 %  17,0 - 48,0 % 
Mid%  14 %  4,0 - 10,0 
Trombosit  215.000 /mm3  150.000 - 450.000 
PCV  29,1 %  36 - 54 

-
ASSESSMENT
Diagnosis Utama : Varises Esofagus + Gastropathy

PLANNING
Diagnostik: -
Terapi
- Inf. RL 20 tpm
- Inj. Pantoprazole 1 amp
- Inj. Kalnex 1 amp
- Inj. Ondancentron 1 amp

17
- Sucralfat syrup 4x1 cth
Obat pulang:
- Furosemide 20mg 1x1
- Spironolacton 100 mg 1x1
- Heplav 1x1
- Propanolol 10 mg 3x1
Monitoring:
- Tanda-tanda vital
- Warna dan jumlah urine pasien
- Warna dan konsistensi tinja pasien
Edukasi:
- Memisahkan alat makan pasien dengan keluarga pasien
- Menampung urine pasien untuk dievaluasi
- Penunggu pasien dihimbau menjaga kebersihan

BAB 2

18
TINJAUAN PUSTAKA
Hematemesis Melena
Pendahuluan
Perdarahan akut saluran cerna bagian atas (SCBA) sering dijumpai di bagian gawat
darurat. Sebagian besar pasien dalam keadaan stabil, sebagian lainnya dalam keadaan gawat
darurat yang memerlukan tindakan cepat dan tepat. Meskipun tatalaksana optimal dengan
terapi endoskopi dan obat-obat penghambat sekresi asam lambung, angka kematian SCBA
tetap berkisar 6-14%. Konsensus terkini menempatkan endoskopi sebagai tulang punggung
terapi perdarahan SCBA nonvariseal. Di Indonesia, endoskopi tidak selalu tersedia,
sehingga penerapannya tergantung pada diagnosis dan fasilitas kesehatan yang dimiliki.
Definisi
Hematemesis adalah muntah darah kehitaman yang merupakan indikasi adanya
perdarahan saluran cerna bagian atas atau proximal ligamentum Treitz. Perdarahan SCBA,
terutama dari duodenum dapat pula bermanifestasi dalam bentuk keluarnya darah segar per
anum bia perdarahannya banyak. Melena (feses berwarna hitam) biasanya berasal dari
perdarahan SCBA, walaupun perdarahan usus halus dan bagian proximal kolon dapat juga
bermanifestasi dalam bentuk melena.
Epidemiologi dan Etiologi
Suatu studi endoskopik pada pasien-pasien dengan keluhan dispepsia, yang
dilakukan pada beberapa kota besar di Indonesia, menunjukkan ulkus peptkum, yakni ulkus
gaster dan duodenum, masuk dalam 5 besar penyebab dispepsia. Kejadian perdarahan
SCBA menunjukkan adanya variasi geografis yang besar mulai dari 48-160 kasus per
100.000 penduduk, dengan kejadian lebih tnggi pada pria dan usia lanjut. Hal ini dapat
dijelaskan oleh karena berbagai penyebab, mulai dari perbedaan definisi perdarahan SCBA,
karakteristik populasi, prevalensi obat-obatan penyebab ulkus dan Helicobacter pylori.
Walaupun dengan tatalaksana optimal menggunakan endoskopi terapeutk dan terapi
penekan asam lambung, mortalitas keseluruhan perdarahan SCBA tetap stabil dalam
dekade-dekade terkini, yakni berkisar antara 6-14%. Namun demikian sebagian besar
kematian bukan disebabkan secara langsung oleh kehilangan darah, namun lebih oleh karena
intoleransi terhadap kehilangan darah, syok, aspirasi dan prosedur terapeutik. Mortalitas
oleh karena perdarahan SCBA dikaitkan dengan usia lanjut dan adanya komorbiditas berat.
Risiko mortalitas juga meningkat dengan perdarahan berulang, yang merupakan parameter

19
luaran mayor. Kejadian perdarahan berulang pada pasien perdarahan SCBA menunjukkan
rentangan luas dari 5% sampai lebih dari 20%, tergantung beberapa faktor, yakni:
• Etiologi perdarahan, lebih sering pada perdarahan variseal dan jarang pada lesi
mukosal kecil sepert robekan Mallory Weiss.
• Waktu dan adekuasi terapi endoskopik, perdarahan berulang paling sering dalam
periode awal perawatan dan jangka waktu 24 jam dianggap sebagai yang paling
optmal untuk terapi endoskopi.
Perdarahan ulkus peptkum (PUP) merupakan penyebab tersering perdarahan SCBA,
berkisar antara 31% sampai 67% dari semua kasus, diikut oleh gastrits erosif, perdarahan
variceal, esofagitis, keganasan dan robekan Mallory-Weiss. Pada subgrup pasien dengan
PUP, perdarahan oleh karena ulkus duodenum sedikit lebih banyak dibandingkan ulkus
gaster.
Di Indonesia sendiri, terdapat perbedaan distribusi, data lama mendapatkan bahwa
lebih kurang 70% penyebab dari perdarahan SCBA adalah karena varises esofagus yang
pecah. Namun demikian, diperkirakan, oleh karena semakin meningkatnya pelayanan
terhadap penyakit hat kronis dan bertambahnya populasi pasien usia lanjut, maka proporsi
perdarahan oleh karena ulkus peptikum akan meningkat. Data dari salah satu RS di
Indonesia (RS Sanglah, Bali) didapatkan bahwa penyebab perdarahan saluran cerna
terbanyak yaitu ulkus peptikum, diikuti gastritis erosif. Berdasarkan studi retrospektif yang
dilakukan pada 4.154 pasien yang menjalani endoskopi selama tahun 2001-2005 di Pusat
Endoskopi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta, sebanyak 807 (20,15%) orang
mengalami perdarahan SCBA. Studi ini juga menunjukkan penyebab tersering dari
perdarahan SCBA adalah pecahnya varises esofagus (280 kasus, 33,4%) diikut dengan
perdarahan ulkus peptikum (225 kasus, 26,9%), dan gastritis erosif (219 kasus, 26,2%)
Tabel 1. Penyebab Tersering Perdarahan SCBA pada Pasien yang menjalani
Endoskopi di Pusat Endoskopi RSCM selama tahun 2001-2005
Penyebab Jumlah Kasus Persentase

Pecahnya Varises Esofagus 280 33,4%

Perdarahan Ulkus
225 26,9%
Peptikum

Gastritis Erosiva 219 26,2%

Tidak Ditemukan 38 4,5%

20
Lain-lain 45 9%

Total 807 100%

Faktor Resiko
Faktor resiko pada perdarahan SCBA terkait dengan prognosis yang buruk yang apabila
terjadi dapat membuat klinisi harus lebih agresif dalam melakukan tata laksana yang akan
diambil. Berikut merupakan faktor resiko yang menandakan prognosis buruk pada pasien
dengan perdarahan ulkus peptikum:
● Usia >60 tahun
● Awitan perdarahan di rumah sakit
● Terdapat penyakit medis komorbid
● Syok atau hipotensi ortostatik
● Darah segar di selang nasogastrik
● Koagulopati
● Dibutuhkan transfusi berulang
● Ulkus di kurvatura minor bagian atas (dekat dengan arteri gastrika sinistra)
● Ulkus bulbus duodeni posterior (dekat dengan arteri gastroduodenal)
● Temuan endoskopik berupa perdarahan arterial atau pembuluh darah visibel

Patogenesis
Ulkus peptikum merupakan hasil dari ketdakseimbangan antara faktor-faktor yang
menyebabkan kerusakan dengan sistem pertahanan mukosa. Beberapa mekanisme protektif
dapat mencegah kejadian ulkus peptkum pada keadaan sehat. Pada saat mekanisme-
mekanisme ini terganggu atau tidak berfungsi, maka mukosa menjadi rentan terhadap
berbagai serangan. Hal ini sering ditemukan pada berbagai keadaan penyakit, diantaranya
syok, penyakit kardiovaskular, hati atau gagal ginjal, yang merupakan kondisi predisposisi
terjadinya penyakit ulkus peptikum.

21
Gambar 1. Sistem pertahanan mukosa saluran cerna atas
PERTAHANAN LINI PERTAMA
Lapisan mukus/bikarbonat
PERTAHANAN LINI KEDUA
Mekanisme sel epitelial
Fungsi perlindungan apical plasma
membrane
Proses pengeluaran asam

PERTAHANAN LINI KETIGA


Pengeluaran asam terkait dengan aliran darah

Pendekatan Diagnosis
Anamnesis
1. Jumlah, warna, perdarahan
2. Riwayat konsumsi obat NSAID jangka panjang
3. Riwayat merokok, pecandu alcohol
4. Keluhan lain seperti mual, kembung, nyeri abdomen, dll
Pemeriksaan Fisik
Memeriksa status hemodinamik
1. Tekanan darah dan nadi pada saat posisi berbaring
2. Perubahan orthostatic tekanan darah dan nadi
3. Ada tidaknya vasokonstriksi perifer (akral dingin)
4. Kondisi pernapasan
5. Produksi urin
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium : Darah lengkap, elektrolit, fungsi hati, masa pembekuan dan
perdarahan, pertanda virus hepatitis, ratio BUN/Kreatinin
2. Radiologi : OMD (Oesophagus Maag Duodenum) jika ada indikasi
3. Endoskopi saluran cerna

22
Tabel 2. Keparahan perdarahan saluran cerna bagian atas berdasarkan skor Glasglow-
Blatchford (Modifikasi)
Penanda Risiko Nilai Skor

>6,5-7,9 2

8-9,9 3
Urea darah (mmol/L)
10-24,9 4

≥25 6

Hemoglobin (gr/dL)

≥ 12-13 1

Laki-laki 10-11,9 3

<10 6

≥10-12 1
Perempuan
<10 6

100-109 1

Tekanan darah sistolik 90-99 2

<90 3

Laju Nadi ≥ 100 1

Datang dengan melena - 1

Datang dengan sinkop - 2

Penyakit hati - 2

Gagal jantung - 2

Keterangan :
Skor 0 : risiko minimal akan membutuhkan intervensi seperti transfusi, endoskopi
atau pembedahan, dapat dipulangkan dini atau rawat jalan
Skor 1-5 : memiliki risiko yang meningkat membutuhkan intervensi
Skor ≥6 : memiliki risiko >50% akan membutuhkan intervensi
Tatalaksana

23
Stabilsasi hemodinamik:
1. Jaga patensi jalan napas
2. Suplementasi oksigen
3. Akses intravena 2 line dengan jarum besar, pemberian cairan Normal Saline atau
Ringer Laktat
4. Evaluasi laboratorium : waktu koagulasi, H, HCT, serum elektrolit, BUN, serum
kreatinin
5. Pertimbangkan transfusi Packed Red Cell (PRC) apabila kehilangan darah dalam
sirkulasi >30% atau HCT <18% atau menurun >6% sampai target HCT 20-25% pada
dewasa muda dan 30% pada dewasa tua
6. Pertimbangkan transfuse Fresh Frozen Plasma (FFP) atau trombosit apabila INR
>1,5 atau trombositopeni
7. Pertimbangkan Intensive Care Unit apabila:
a. Pasien dengan keadaan syok
b. Pasien dengan perdarahan aktif yang berlanjut
c. Pasien dengan penyakit komorbid serius yang membutuhkan transfusi darah
multiple, atau dengan akut abdomen
Non Farmakologis:
Balon tamponade untuk menghentikan perdarahan varises esofagus
Farmakologis:
1. Transfusi darah PRC (sesuai perdarahan yang terjadi dan Hb). Pada kasus varises
transfuse sampai dengan Hb 10 gr%, pada kasus non varises transfusi sampai dengan
Hb 12 gr%. Bila perdarahan berat (25-30%), boleh dipertimbangkan transfusi whole
blood.
2. Sementara menunggu darah dapat diberikan pengganti plasma (misalnya
dekstran/hemacel) atau NaCl 0,9% atau RL
3. Untuk penyebab non varises:
a. PPI dalam bentuk bolus maupun drip tergantung kondisi pasien jika tidak ada
dapat diberikan antagonis H2 reseptor.
b. Sitoprotektor: Sukralfat 3-4x1gram atau Teprenon 3x1 tab atau Rebamipide
3x100 mg

24
c. Injeksi vitamin K 3x1 ampul untuk pasien dengan penyakit hati kronis atau
sirosis hati.
4. Untuk penyebab varises:
a. Somatostatin bolus 250µg + drip 250 mcg/jam intravena atau okreode
(sandostatin) 0,1 mg/2jam. Pemberian diberikan sampai perdarahan berhenti
atau bila mampu diteruskan 3 hari setelah skleroterapi/ligasi varises esofagus.
b. Vasopressin: sediaan vasopressin 50 unit diencerkan dalam 100 ml dekstrosa
5%, diberikan 0,5-1mg/menit iv selama 20-60 menit dan dapat diulang tiap 3-
6 jam atau setelah pemberian pertama dilanjutkan per infuse 0,1-0,5 U/menit.
Pemberian vasopressin disarankan bersamaan dengan preparat nitrat
misalnya nitrogliserin iv dengan dosis awal 40 mcg/menit lalu titrasi
dinaikkan sampai maksimal 400 mcg/menit. Hal ini untuk mencegah
insufisiensi aorta mendadak.
c. Propanolol dimulai dosis 2x10mg dosis dapat ditingkatan hingga tekanan
diastolic turun 20 mmHg atau denyut nadi turun 20% (setelah keadaan stabil
hematemesis melena (-))
d. Isosorbid dinitrat/mononitrat 2x1 tablet /hari hingga keadaan umum stabil
e. Metoklorpramid 3x10 mg/hari
i. Bila ada gangguan hemostasis obati sesuai kelainan
ii. Pada pasien dengan pecah varises/penyakit hati kronik/sirosis hati
dapat ditambahkan:
1. Laktulosa 4x1 sdm
2. Antibiotika ciprofloksacin 2x500 mg atau sefalosporin
generasi ketiga. Obat ini diberikan sampai konsistensi dan
frekuensi tinja normal.
Hemostasis Endoskopi
1. Untuk pendarahan non varises: Penyuntikan mukosa disekitar titik perdarahan
menggunakan adrenalin 1: 10000 sebanyak 0,5-1 ml tiap kali suntik dengan batas
dosis 10 ml. Penyuntikan ini harus dikombinasi dengan terapi endoskopik lainnya
seperti klipping, termokoagulasi atau elektro koagulasi
2. Untuk perdarahan varises : dilakukan ligasi atau sklerosisng
Tatalaksana Radiologi

25
Terapi angiografi perlu dipertimbangkan bila perdarahan tetap berlangsung dan
belum bisa ditentukan asal perdarahan. Pada varises dapat dipertimbangkan TIPS
(Transjugular Intrahepatic Portosystemic Shunt). Pada keadaan sumber perdarahan yang
tidak jelas dapat digunakan tindakan arteriografi. Prosedur bedah dilakukan sebagai
tindakan emergensi atau elektif.

Komplikasi
Komplikasi dapat muncul berupa syok hipovolemik, pneumonia aspirasi, gagal
ginjal akut, sindrom hepatorenal, koma hepatikum, dan anemia karena perdarahan.
Prognosis
Pada umumnya penderita dengan perdarahan SCBA yang disebabkan pecahnya
varises esofagus mempunyai faal hati yang buruk/terganggu sehingga setiap perdarahan baik
besar maupun kecil mengakibatkan kegagalan hati yang berat.

26
BAB 3
DISKUSI KASUS

Laki-laki, 46 Tahun datang ke IGD RS Bhayangkara Lumajang pada tanggal 29


Maret 2021 dengan keluhan muntah darah. Muntah darah segar terjadi satu kali pada saat
kemarin sore dan sebelum pasien dibawa ke IGD. Volume darah yang dimuntahkan kira-
kira 1 gelas air mineral. Muntah darah didahului dengan rasa mual. Lemas dirasakan pasien
setelah muntah darah pada sore hari. Pasien mengalami BAB hitam sejak 3 hari yang lalu.
BAB dengan konsistensi feses lembek dan berwarna kehitaman seperti petis. Frekuensi
BAB hitam terjadi 1 kali sehari seperti BAB normal sehari-hari. Tidak ada nyeri perut. BAK
tidak ada perubahan warna. Nafsu makan baik. Riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit
keluarga dan riwayat pengobatan pada pasien disangkal.
Tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 70 x/menit, suhu 36,5 oC, RR 20 x/menit, SpO2
98%. Pada pemeriksaan kepala dan leher ditemukan konjungtiva anemis (+), pemeriksaan
thorax dalam batas normal, pemeriksaan abdomen terdapat ascites permagna, undulasi (+),
shifting dullness (+), pada pemeriksaan. ekstremitas dalam batas normal. Pemeriksaan
laboratorium darah ditemukan hemoglobin rendah 3,5 gr%, eritrosit 2,03/mm3, PCV 12,5,
creatinin 1,19 mg/dl. Pada pemeriksaan urine ditemukan urobilin +1, sedimen leukosit 1-2,
sedimen epitel sel 2-3, sedimen kristal, dan bakteri. Pada pemeriksaan HbsAg stik (+) dan
pada pemeriksaan bilirubin total ditemukan peningkatan 1,20 mg/dl.
Pada kasus ini pasien mengalami perdarahan akut saluran cerna bagian atas yang
merupakan suatu kondisi gawat darurat. Pasien membutuhkan tindakan cepat dan tepat
untuk mencapai kestabilan. Untuk mencari penyebab dari perdarahan pada pasien dilakukan
pemeriksaan endoskopi dan ditemukan varises esofagus dan gastropathy. Varises esofagus
sendiri merupakan penyebab nomor satu dari perdarahan saluran cerna atas.
Penatalaksanaan pada pasien sudah cukup komprehensif untuk mengatasi perdarahan
dan mengembalikan Hb. Monitoring pada pasien perlu ditekankan untuk mencegah kejadian
berulang yang dapat mengakibatkan penurunan Hb, karena penurunan Hb dapat
memberikan dampak penurunan perfusi darah pada otak sehingga dapat mengakibatkan
ensefalopathy. Prognosis pada pasien ini dubia ad bonam karena pasien segera mendapatkan
penanganan sehingga tidak memperpanjang masa perdarahan.

27
DAFTAR PUSTAKA
Adi P. Pengelolaan Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Dalam Alwi, I, dkk. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V. Jakarta: Interna Pubishing: 2010:447-452
Albeldawi M, Qadeer MA, Vargo JJ. Managing acute upper GI bleeding, preventing
recurrences. Cleve Clin J Med 2010;77:131-42.
El-Tawil AM. Trends on gastrointestinal bleeding and mortality: where are we standing?
World J Gastroenterol 2012;18:1154-8.
Holster IL, Kuipers EJ. Management of acute nonvariceal upper gastrointestinal bleeding:
current policies and future perspectves. World J Gastroenterol 2012;18:1202-7.
Holster IL, Kuipers EJ. Update on the endoscopic management of peptic ulcer bleeding.
Curr Gastroenterol Rep 2011;13:525-31.
Syam AF, Abdullah M, Rani AA, et al. Evaluaton of the use of rapid urease test: Pronto
Dry to detect H pylori in patents with dyspepsia in several cites in Indonesia.
World J Gastroenterol 2006;12:6216-8.

28

Anda mungkin juga menyukai