Anda di halaman 1dari 2

pengertian dan cara sujud syukur

Sujud syukur adalah sujud yang dilakukan oleh seseorang ketika mendapatkan nikmat atau
ketika selamat dari bencana.
Dalil Pensyari’atan Sujud Syukur
Sujud syukur ini disyari’atkan sebagaimana dalam pendapat Imam Asy Syafi’i, Imam
Ahmad, Ishaq, Abu Tsaur, Ibnul Mundzir, Abu Yusuf, fatwa dari Muhammad bin Al Hasan
Asy Syaibani, dan pendapat sebagian ulama Malikiyah.
Dalil disyari’atkannya sujud syukur adalah,
‫اجدًا شَا ِك ًرا‬
ِ ‫س‬َ ‫س ُرو ٍر أَ ْو بُش َِّر بِ ِه َخ َّر‬
ُ ‫ أَنَّهُ َكانَ إِ َذا َجا َءهُ أَ ْم ُر‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫عَنْ أَبِى بَ ْك َرةَ َع ِن النَّبِ ِّى‬
.ِ ‫هَّلِل‬
Dari Abu Bakroh, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu ketika beliau mendapati hal
yang menggembirakan atau dikabarkan berita gembira, beliau tersungkur untuk sujud pada
Allah Ta’ala. (HR. Abu Daud no. 2774. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini
shahih)
Juga dari hadits Ka’ab bin Malik radhiyallahu ‘anhu yang diriwayatkan oleh Imam Al
Bukhari di mana ketika diberitahu bahwa taubat Ka’ab diterima, beliau pun tersungkur untuk
bersujud (yaitu sujud syukur).

Hukum Sujud Syukur


Sujud syukur itu disunnahkan ketika ada sebabnya. Inilah pendapat ulama Syafi’iyah dan
Hambali.

Sebab Adanya Sujud Syukur


Sujud syukur itu ada ketika mendapatkan nikmat yang besar. Contohnya adalah ketika
seseorang baru dikarunia anak oleh Allah setelah dalam waktu yang lama menanti. Sujud
syukur juga disyariatkan ketika selamat dari musibah seperti ketika sembuh dari sakit,
menemukan barang yang hilang, atau diri dan hartanya selamat dari kebakaran atau dari
tenggelam. Atau boleh jadi pula sujud syukur itu ada ketika seseorang melihat orang yang
tertimpa musibah atau melihat ahli maksiat, ia bersyukur karena selamat dari hal-hal tersebut.
Ulama Syafi’iyah dan Hambali menegaskan bahwa sujud syukur disunnahkan ketika
mendapatkan nikmat dan selamat dari musibah yang sifatnya khusus pada individu atau
dialami oleh kebanyakan kaum muslimin seperti selamat dari musuh atau selamat dari wabah.

Bagaimana Jika Mendapatkan Nikmat yang Sifatnya Terus Menerus?


Nikmat yang dimaksudkan di sini adalah seperti nikmat nafas, nikmat hidup, dan bisa
merasakan nikmatnya shalat. Mungkin kita pernah melihat sebagian orang yang melakukan
sujud syukur karena sebab ini. Seringkali kita lihat, mereka sujud setelah selesai dzikir ketika
shalat lima waktu. Padahal nikmat-nikmat tadi sifatnya berulang.
Ulama Syafi’iyah dan ulama Hambali berpendapat,
‫سجود الستمرار النّعم ألنّها ال تنقطع‬
ّ ‫ال يشرع ال‬
“Tidak disyari’atkan (disunnahkan) untuk sujud syukur karena mendapatkan nikmat yang
sifatnya terus menerus yang tidak pernah terputus.”
Karena tentu saja orang yang sehat akan mendapatkan nikmat bernafas, maka tidak perlu ada
sujud syukur sehabis shalat. Nikmat tersebut didapati setiap saat selama nyawa masih
dikandung badan. Lebih pantasnya sujud syukur dilakukan setiap kali bernafas. Namun tidak
mungkin ada yang melakukannya.

Bagaimana Jika Luput dari Sujud Syukur?


Ar Romli rahimahullah mengatakan,
‫وتفوت سجدة الشّكر بطول الفصل بينها وبين سببها‬
“Sujud syukur itu jadi luput jika sudah berlalu waktu yang lama dengan waktu adanya sebab
sujud.”
Berarti sujud syukur dilakukan ketika mendapatkan nikmat atau selamat dari bencana
(musibah), jangan sampai ada selang waktu yang lama.

Syarat Sujud Syukur


Sujud syukur tidak disyaratkan menghadap kiblat, juga tidak disyaratkan dalam keadaan suci
karena sujud syukur bukanlah shalat. Namun hal-hal tadi hanyalah disunnahkan saja dan
bukan syarat. Demikian pendapat yang dianut oleh Ibnu Taimiyah rahimahullah yang
menyelisihi pendapat ulama madzhab.

Tata Cara Sujud Syukur


Tata caranya adalah seperti sujud tilawah. Yaitu dengan sekali sujud. Ketika akan sujud
hendaklah dalam keadaan suci, menghadap kiblat, lalu bertakbir, kemudian melakukan sekali
sujud. Saat sujud, bacaan yang dibaca adalah seperti bacaan ketika sujud dalam shalat.
Kemudian setelah itu bertakbir kembali dan mengangkat kepala. Setelah sujud tidak ada
salam dan tidak ada tasyahud.

Apakah Ada Sujud Syukur dalam Shalat?


Menurut ulama Syafi’iyah dan Hambali, tidak dibolehkan melakukan sujud syukur dalam
shalat. Karena sebab sujud syukur ditemukan di luar shalat. Jika seseorang melakukan sujud
syukur dalam shalat, batallah shalatnya. Kecuali jika ia tidak tahu atau lupa, maka shalatnya
tidak batal seperti ketika ia lupa dengan menambah sujud dalam shalat.

Sujud Syukur Ketika Waktu Terlarang untuk Shalat


Sujud syukur tidak dimakruhkan dilakukan di waktu terlarang untuk shalat sebagaimana
halnya sujud tilawah. Alasannya, karena sujud tilawah dan sujud syukur bukanlah shalat.
Sedangkan larangan shalat di waktu terlarang adalah larangan khusus untuk shalat.

Anda mungkin juga menyukai