Anda di halaman 1dari 23

KISI-KISI UJIAN IKM

1. Definisi puskesmas
 Fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. (PERMENKES
75 th 2014)

2. Struktur organisasi puskesmas

Kepala Puskesmas

Kepala Tata

Perencanaan dan
Data dan informasi
Penilaian

Umum dan
Keuangan
pengawasan

Upaya Kesehatan Upaya Kesehatan Upaya Pendukung


R. Perawatan
Perseorangan Masyarakat fungsional

Poli Umum KIA UKBM Laboraturium Apotik

Poli Gigi KB Posyandu

Gizi Ponkesdes

Prog. Kes Prolanis

Kesling

Sumber buku dr slamet


3. Alur koordinasi puskesmas
4. Kekuatan & kelemahan struktur koordinasi
5. Upaya Puskesmas (slide dr lukas)
 Upaya kesehatan wajib (UKW)
a. adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional,
regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit untuk
peningkatan derajat kesehatan masyarakat
b. Wajib diselenggarakan oleh setiap Puskesmas
c. Meliputi :
1. Upaya promosi kesehatan
2. Upaya kesehatan lingkungan
3. Upaya perbaikan gizi masyarakat
4. Upaya pencegahan & pemberantasan penyakit menular
5. Upaya kesehatan ibu, anak & KB
6. Upaya pengobatan dasar
 Upaya kesehatan pengembangan (UKP)
a. Adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan yang
ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan
Puskesmas.
b. Bila ada masalah kesehatan, tetapi puskesmas tidak mampu
menangani, maka pelaksanaan dilakukan oleh dinkes kab/Kota
c. UKP dipilih dari upaya kesehatan pokok Puskesmas, yaitu:
a. Upaya Kesehatan Sekolah
b. Upaya Kesehatan Olah raga
c. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat (PHN)
d. Upaya Kesehatan Kerja
e. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
f. Upaya Kesehatan Jiwa
g. Upaya Kesehatan Mata
h. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
i. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional

6. MANAJEMEN PUSKESMAS (slide dr lukas)


 PENERAPAN FUNGSI MANAJEMEN PUSKESMAS :
o Planning
 Mikro planning (perencanaan tingkat Puskesmas ) penyususnan
rencana tingkat puskesmas untuk jangka waktu 5 tahun dengan segala
rincian tiap tahunnya
 Langah-langkah Perencanaan mikro :
a. Survei mawas diri
– Identifikasi keadaan dan masalah.
– kebijakan yang telah ditetapkan baik oleh pusat maupun daerah
b. Perumusan Masalah
c. Penentuan preoritas masalah
– Delbecq : secara musyawarah antar peserta / anggota
puskesmas dengan saran dan nara sumber
– Hanlon : semua anggota bisa menyampaikan pendapat dengan
cara memberikan nilai atau skor terhadap masalah
d. Penyusunan Rencana dan POA
o Organizing : struktur organisasi, pembagian tugas, pembagian wilayah
kerja, pengembangan program Puskesmas
o Actuating : Lokakarya Mini Puskesmas, kepemimpinan, motivasi kerja,
koordinasi, komunikasi melalui rapat rutin bulanan untuk membahas aktivitas
harian dan kegiatan program
o Contolling : Pemantauan wilayah setempat (PWS) / Local Area Monitoring
(LAM), supervisi, evaluasi, audit internal

7. Tahap pelaksanaan lokakarya mini (permenkes 39 th 2006)


Lokakarya Mini dilaksanakan sebulan sekali sebagai pertemuan internal Puskesmas (lokmin
bulanan). Peserta lokmin diperluas dengan mengundang pihak-pihak lintas sektor terkait
setiap tiga bulan (lokmin tribulanan).

 Lokakarya mini bulanan dimanfaatkan oleh Puskesmas untuk hal-hal berikut:


1. menyusun secara lebih terinci kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan
selama bulan berjalan, khususnya dalam hal target perorangan, target
Tim/unit kerja, dan target Puskesmas, serta dukungan (lintas program dan
sektor) yang diperlukan.
2. menggalang kerjasama dan koordinasi antar-petugas Puskesmas (lintas
program), termasuk yang bertugas di Pustu, di desa/kelurahan, dan UKBM.
3. meningkatkan motivasi petugas-petugas Puskesmas dalam pelaksanaan
kegiatan.
 Lokakarya mini tribulanan dimanfaatkan Puskesmas untuk hal-hal berikut:
1. menetapkan secara konkrit dukungan lintas sektor yang akan dilakukan
selama bulan berjalan, melalui sinkronisasi/harmonisasi RPK antar-sektor
(antar-instansi) dan kesatupaduan tujuan.
2. menggalang kerjasama, komitmen, dan koordinasi lintas sektor dalam
pelaksanaan kegiatan-kegiatan pembangunan di tingkat kecamatan.
3. meningkatkan motivasi dan rasa kebersamaan dalam melaksanakan
pembangunan masyarakat kecamatan.

Lokakarya mini juga dimanfaatkan untuk Pengawasan-Pengendalian (Wasdal) dan Penilaian


selain untuk Penggerakan-Pelaksanaan.

 Pengawasan Puskesmas dibedakan menjadi dua, yaitu pengawasan internal dan


eksternal. Pengawasan internal adalah pengawasan yang dilakukan oleh Puskesmas
sendiri, baik oleh Kepala Puskesmas, tim audit internal maupun setiap penanggung
jawab dan pengelola/pelaksana program. Adapun pengawasan eksternal dilakukan
oleh instansi dari luar Puskesmas antara lain dinas kesehatan kabupaten/kota,
institusi lain selain Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan/atau masyarakat.
1. Pengawasan dan pengendalian lintas program melalui lokmin bulanan pada
dasarnya dimaksudkan untuk: meninjau proses kegiatan yang sudah
berjalan serta hasil kegiatan dalam mengidentifikasi hambatan dan
penyimpangan dari yang sudah direncanakan. Hal-hal berikut perlu
mendapat perhatian saat kunjungan rumah, seperti:
 penerimaan keluarga, yakni apakah keluarga-keluarga yang
dikunjungi dapat menerima langsung (tanpa kesulitan) Pembina
Keluarga yang berkunjung dan dengan senang hati.
 kesadaran keluarga, yakni apakah keluarga-keluarga berhasil
mengenali masalah kesehatan yang dihadapinya (menyepakati
masalah yang diusulkan/disarankan Pembina Keluarga).
 perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) keluarga, yakni apakah
keluarga-keluarga menuruti/melaksanakan saran-saran Pembina
Keluarga, sehingga PHBS-nya berkembang.
2. menetapkan tindakan-tindakan koreksi yang akan diambil, jika ada
hambatan/kesulitan dan penyimpangan, guna menjamin berjalannya
kegiatan dan tercapainya target sesuai yang direncanakan.

 Pengawasan dan pengendalian lintas sektor melalui lokmin tribulanan dimaksudkan


untuk:
1. meninjau proses kerjasama lintas sektor yang sudah berjalan untuk
mengidentifikasi ada/tidaknya hambatan dan penyimpangan dari apa yang
telah menjadi kesepakatan.
2. memperbarui dan/atau memperkuat komitmen kerjasama lintas sektor,
guna menjamin terlaksananya dukungan lintas sektor untuk setiap indikator
keluarga sehat.

8. BPJS (Permenkes no 28 th 2014)


 Tujuan
Untuk memberikan perlindungan kesehatan dalam bentuk manfaat
pemeliharaan kesehatan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang
diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibaar
oleh pemerintah
 Prinsip penyelenggaraan (permenkes no 28 th 2014, UU no 40 th 2004)
a. Kegotongroyongan
Peserta yang mampu membantu peserta yang kurang mampu, yg sehat
membantu yang sakit
b. Nirlaba
Bukan utk mencari laba/profit
c. Keterbukaan, kehati-hatian, akutabilitas, efisiensi, dan efektivitas
d. Portabilitas
Memberikan jaminan yg berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka
berpindah kerja atau tempat tinggal dalam wilayah NKRI
e. Kepersertaan bersifat wajib
f. akuntabilitas
g. Dana amanah
h. Hasil pengelolaan dana jaminan sosial dipergunakan seluruhnya untuk
pengembangan program dan untuk sebesar besar kepentingan peserta
 Peserta
9. Proses pembayaran BPJS (perubahan Perpres 12/2013)
PESERTA BENTUK IURAN BESARAN IURAN KET
PBI NILAI NOMINAL Rp. 19.225,- Ranap kelas 3
(per jiwa) Pasal 16A, 23

PNS/TNI/POLRI/ 5% 2% dari pekerja Ranap kelas 1, kelas


PENSIUN (per keluarga ) 3% dari pemberi kerja 2
Pasal 16B, 23
PEKERJA 4,5 % (per keluarga) s/d 30 Juni 2015: Ranap kelas 1, kelas
PENERIMA UPAH dan 0,5% dari pekerja 2
SELAIN PNS DLL 5% (per keluarga) 4% dari pemberi kerja Pasal 16C, 23
mulai 1 Juli 2015:
1% dari pekerja
4% dari pemberi kerja

PEKERJA BUKAN NILAI NOMINAL 1. Rp 25,500,- 1. Ranap kelas 3


PENERIMA UPAH (per jiwa) 2. Rp 42,500,- 2. Ranap kelas 2
dan BUKAN 3. Rp 59,500,- 3. Ranap kelas 1
PEKERJA Pasal 16F, 23

 Tarf FKTP (Permenkes no 59 tahun 2014 ttg standar tarif JKN)


o Tarif kapitasi
 Utk pelayanan:
a. administrasi pelayanan;
b. pelayanan promotif dan preventif;
c. pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis;
d. tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif;
e. pelayanan obat dan bahan medis habis pakai, termasuk pil dan
kondom untuk pelayanan Keluarga Berencana;
f. pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pertama.
 Standar Tarif Kapitasi di FKTP ditetapkan sebagai berikut:
a. puskesmas atau fasilitas kesehatan yang setara sebesar Rp3.000,00
(tiga ribu rupiah) sampai dengan Rp6.000,00 (enam ribu rupiah);
b. rumah sakit Kelas D Pratama, klinik pratama, praktik dokter, atau
fasilitas kesehatan yang setara sebesar Rp8.000,00 (delapan ribu
rupiah) sampai dengan Rp10.000,00 (sepuluh ribu rupiah); dan
c. praktik perorangan dokter gigi sebesar Rp2.000,00 (dua ribu
rupiah).
o Tarif non kapitasi
 Utk pelayanan:
a. pelayanan ambulans;
b. pelayanan obat rujuk balik;
c. pemeriksaan penunjang pelayanan rujuk balik
d. pelayanan skrining kesehatan tertentu termasuk pelayanan terapi
krio untuk kanker leher rahim;
e. rawat inap tingkat pertama;
f. jasa pelayanan kebidanan dan neonatal yang dilakukan oleh bidan
atau dokter, sesuai kompetensi dan kewenangannya;
g. pelayanan Keluarga Berencana berupa MOP/vasektomi;
h. kompensasi pada daerah yang tidak terdapat fasilitas kesehatan
yang memenuhi syarat;
i. pelayanan darah; dan/atau
j. pelayanan gawat darurat di fasilitas kesehatan yang tidak bekerja
sama dengan BPJS Kesehatan.

 Tarif pada FKRTL mengacu pada standar tarif INA-CBG’s.

10. Asuransi kesehatan (slide dr sugiharto)


Berdasarkan Jenis Kepesertaannya
a. Asuransi sosial
Kepesertaan bersifat wajib
b. Asuransi komersial
Kepesertaan bersifat sukarela
Berdasarkan Jenis Manfaatnya (Benefit)
a. Jaminan Uang (indemnitas, reimbursement)
 Asuransi Kesehatan Tradisional
b. Jaminan Pelayanan
 Pelayanan terkendali (Managed Care)

Asuransi swasta Asuransi sosial


By private Government
Profit oriented Not for profit
Voluntary Compulsory
Premium : risk Premium : proporsi thdp
Benefit Package : sesuai kebutuhan penghasilan
& oleh Lembaga Asuransi Benefit Package : oleh UU (sama),
Kepuasan Peserta >>>> sesuai kebutuhan
Asymetris information >>>> Kepuasan peserta <<<<
Kurang menjamin equity Asymetris informasi <<<<
Equity lebih terjamin
Mekanisme pembayaran ke PPK
Fee for services : PPK dibayar secara langsung berdasarkan jenis dan jumlah
pelayanan yang diterima oleh peserta
Prospective Payment System :
– Capitation : PPK dibayar berdasarkan jumlah kapita tertentu yang terdaftar
yang menjadi tanggung jawab PPK, tanpa memperhatikan frekuensi / jumlah
pelayanan pada suatu waktu tertentu
– Package Tariff : berdasarkan suatu kelompok tindakan atau pelayanan
– DRG’s : berdasarkan pengelompokan diagnosis tanpa memperhatikan jumlah
tindakan/pelayanan yang diberikan
– Budget System : diberikan berdasarkan jumlah biaya yang tetap yang telah
disepakati bersama
Cost Sharing : pembayaran ke PPK, dimana sebagian biaya pelayanan kesehatan
dibayar oleh peserta

11. UKS (handout dr lukas)


 Pengertian
Upaya terpadu lintas program dan lintas sektoral daam rangka
meningkatkan derajat kesehatan serta membentuk perilaku hidup bersih sehat
anak usia sekolah
 Tujuan
o Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat sekolah
o Pencegahan dan pemberantasan P2m di kalangan masyrakat sekolah
o Memperbaiki dan memulihkan kesehatan masyarakat sekolah melalui
 Mengikutkan secara aktif guru, murid dan ortu murid dalam pendidikan
kesehatan, mengawasi kesehatan murid, melakukan P3K
 Imuisasi
 Usaha pengobatan gigi dan pencegahannya
 Usaha perbaikan gizi anak
 Usaha lingkungan sekolah yang sehat
 Pendekatan 5A
o Accessible : dapat dicapai
o Available : tersedia
o Acceptable : dapat diterima
o Affordable : terjangkau
o Approriate : layak, pantas
 Pelaksana
o Guru UKS, peserta didik (siswa), petugas puskesmas, masyarakat sekolah
 Trias UKS
o Pembinaan lingkungan sekolah yang sehat
o Pendidikan kesehatan
o Pelayanan kesehatan

12. Indikator KS
A. PROGRAM GIZI, KESEHATAN IBU DAN ANAK
1. Keluarga mengikuti program KB atau keluarga berencana
Yaitu apabila didalam keluarga baik suami atau istri atau bahkan keduanya terdaftar
sebagai peserta keluarga berencana (KB) atau memakai alat kontrasepsi.
Faktor pendukung :
 Adanya pelayanan KB sampai dengan tingkat desa atau kelurahan
 Adanya promosi atau penyuluhan KB oleh NAKES atau di fasilitas kesehatan
 Adanya promosi KB yang dilakukan oleh para pemuka agama
 Adanya pendidikan Kespro/KB di SMA dan juga perguruan tinggi
 Adanya contoh atau panutan ber-KB dari PNS, POLRI, TNI atau para pejabat
lainnya
 Adanya kampanye KB nasional
 Adanya pelayanan KB dan medis hingga ke puskesmas

2. Ibu melakukan proses persalinan di fasilitas kesehatan


Jika di keluarga ada seorang ibu pasca bersalin yaitu usia bayi 0 sampai 12 bulan,
maka persalinan ibu tersebut dilakukan di puskesmas, klinik atau rumah sakit.
Faktor pendukung :
 Adanya pelayanan bersalin yang berkualitas di puskesmas
 Adanya rumah tunggu kelahiran serta alat transportasi seperti ambulance
disemua tempat yang memerlukan
 Adanya senam bumil dan pelayanan ANC di puskesmas
 Adanya promosi dan penyuluhan oleh NAKES atau kader PKK mengenai
persalinan di faskes

3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap


Jika di keluarga terdapat anak (usia 1-2 tahun), telah mendapatkan imunisasi HB0,
BCG, DPT-HB1, DPT-HB2,DPT-HB3, Polio1, Polio2, Polio3, Polio4 dan Campak.
Faktor pendukung :
 Adanya pelayanan imunisasi dasar di pusat kesehatan masyarakat dan FKTP lain
 Adanya promosi dan pengenalan oleh NAKES atau di faskes mengenai imunisasi
dasar
 Adanya promosi yang dilakukan oleh para pemuka agama, kader PKK atau kader
imunisasi dasar
 Adanya kampanye nasional tentang imunisasi
4. Bayi diberi ASI eksklusif selama 6 bulan
Jika di keluarga terdapat bayi usia >6-18 bulan, bayi tersebut selama 6 bulan
pertama (usia 0-6 bulan) hanya diberi air susu ibu (ASI) saja atau ASI eksklusif.
Faktor pendukung :
 Adanya pelayanan konsultasi ASI di puskesmas atau FKTP
 Adanya ruang khusus menyusui ditempat-tempat umum
 Promosi yang dilakukan NAKES, kader PKK atau di faskes mengenai ASI eksklusif
 Adanya kampanye nasional tentang pemberian ASI eksklusif

5. Pertumbuhan balita dipantau tiap bulan


Jika di keluarga ada seorang balita, maka balita tersebut setiap dilakukan
penimbangan berat badan untuk dicatat di Posyandu.
Faktor pendukung :
 Posyandu yang dapat berfungsi secara baik minimal sebulan sekali
 Supervisi serta bimbingan dari puskesmas ke posyandu
 Adanya pemantauan pertumbuhan anak-anak playgroup dan TK
 Promosi yang dilakukan oleh NAKES dan kader PKK mengenai pemantauan
pertumbuhan balita

B. PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR DAN TIDAK MENULAR


6. Penderita tuberkulosis atau TB Paru berobat sesuai standar
Jika di keluarga terdapat anggota keluarga usia >15 tahun menderita batuk sudah 2
(dua) minggu berturut-turut belum sembuh atau didiagnogsis sebagai penderita
Tuberkulosis (TB) Paru, penderita tersebut berobat sesuai dengan petunjuk
dokter/petugas kesehatan.
Faktor pendukung :
 Adanya pelayanan terhadap TB paru baik di puskesmas atau rumah sakit
 Adanya PMO atau pengawas menelan obat di rumah atau tempat kerja
 Promosi oleh NAKES, kader PKK, di faskes atau di tempat-tempat umum
mengenai pengobatan TB paru

7. Penderita hipertensi berobat teratur


Jika di keluarga terdapat anggota keluarga usia >15 tahun yang berdasar pengukuran
adalah penderita tekanan darah tinggi (hipertensi), ia berobat sesuai dengan
petunjuk dokter/petugas kesehatan.
Faktor pendukung :
 Adanya pelayanan terpadu PTM di FKTP
 Adanya posbindu PTM di setiap desa atau kelurahan
 Ada sistem pengawasan menelan obat yang teratur dari kader kesehatan
 Adanya pelayanan konsultasi berhenti merokok baik di puskesmas atau rumah
sakit
 Adanya kegiatan aktivitas fisik seperti senam atau olahraga di masyarakat
 Adanya pembatasan bahan tambahan makanan dan kandungan garam dalam
makanan
 Adanya pengenalan atau promosi mengenai pengobatan hipertensi

C. PERILAKU SEHAT
8. Tidak ada anggota keluarga yang merokok
Jika tidak ada seorang pun anggota keluarga yang sering atau kadang-kadang
menghisap rokok atau produk lain dari tembakau. Atau bisa juga anggota keluarga
yang merokok sudah berhenti merokok.
Faktor pendukung :
 Adanya layanan konsultasi berhenti merokok baik di puskesmas atau rumah
sakit
 Adanya pembatasan iklan rokok dalam bentuk apapun
 Adanya larangan merokok di berbagai kawasan seperti perkantoran, sekolah dan
tempat-tempat umum
 Adanya batasan usia untuk pembeli rokok
 Dilakukan kenaikan cukai rokok
 Serta adanya kampanye nasional mengenai bahaya merokok

9. Sekeluarga menjadi anggota JKN (jaminan kesehatan nasional) atau asuransi


kesehatan
Yaitu apabila seluruh anggota keluarga sudah mempunyai kartu keanggotaan BPJS
(Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Kesehatan dan atau kartu anggota asuransi
kesehatan lainnya.
Faktor pendukung :
 Adanya kemudahan dalam mengurus JKN
 Adanya layanan JKN di FKTP atau rumah sakit yang bermutu
 Ada kampanye nasional tentang JKN

D. RUMAH ATAU LINGKUNGAN SEHAT


10. Keluarga mempunyai akses terhadap air bersih
Jika keluarga memiliki akses air leding PDAM atau sumur pompa, atau sumur gali,
atau mata air terlindung untuk keperluan sehari-hari.
Faktor pendukung :
 Adanya sarana air bersih di pedesaan dan sekolah
 Adanya promosi mengenai pentingnya air bersih yang dilakukan oleh NAKES,
kader PKK/kesehatan atau di faskes

11. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat


Jika keluarga memiliki atau menggunakan sarana untuk membuang air besar
(kakus) berupa kloset atau leher angsa atau plengsengan.
Faktor pendukung :
 Adanya jamban sehat di setiap rumah atau keluarga, sekolah dan perguruan
tinggi
 Adanya promosi dan pengenalan mengenai pentingnya jamban sehat yang
dilakukan oleh NAKES atau kader kesehatan/PKK atau di faskes

E. KESEHATAN JIWA
12. Gangguan jiwa berat tidak ditelantarkan
Jika di keluarga terdapat anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa berat,
penderita tersebut diobati, tidak ditelantarkan dan atau dipasung.
Faktor pendukung :
 Adanya pelayanan terpadu PTM di FKTP
 Adanya promosi yang dilakukan oleh NAKES mengenai pengobatan dan juga
bagaimana memperlakukan penderita gangguan jiwa, baik di faskes atau
tempat-tempat kerja

13. Posyandu lansia


10 program posyandu lansia
14. Penilaian status gizi (Slide dr liona)

NO Keterangan Keuntungan Kekurangan


langsung
1 Klinis  Dari medical history &  Cepat & mudah  Tidak bisa
pemfis utk melakukan mendeteksi kasus2
 Fokus pada kulit, mata,  Murah awal
rambut, mulut dan tulang  Non invasif  Butuh staf terlatih
 Untuk survey klinis scr cepat
2 Antropometrik  Mengukur dimensi dan  Obyektif  Kesalahan antar
komposisi tubuh dari  Murah dan pengamat dalam
berbagai tingkat umur dan mudah didapat pengukuran
tingkat gizi  Ambang batas  Diagnosis gizi
 TB, BB, LLA, Tinggi lutut, dan baku rujukan terbatas
ketebalan lipatan kulit, pasti
lingkar pinggang, panggul dll  Pelatihan minimal
 Kebenaran diakui
secara ilmiah
3 Biokimia  Diuji secara lab pada berbagai jaringan tubuh
Penilaian status besi, status protein, vitamin mineral
4 Biofisik  Melihat kemampuan fungi dan perubahan struktur dari jaringan
Melalui penilaian uji radiologi, ters fungsi fisik, sitologi
TIDAK LANGSUNG
1 Survei  Melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi
Konsumsi  Memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada
makanan masyarakat, keluarga dan individu
 Dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi
2 Statistik vital  Menganalisis dari data statistik kesehatan spt angka kematian berdasarkan
umur, angka kesakitan & kematian akibat penyebab tertentu, dan data
lainnya yang berhubungan dengan zat gizi
3 Faktor ekologi  Pengukuran faktor ekologi sangat penting utk mengetahui penyebab
malnutrisi di masyarakat dan untuk melakukan program intervensi gizi
 Melihat iklim, tanah, irigasi, yankes, sosioekonom, budaya, penyakit
infeksi, konsumsi makanan

Masalah GIZI
a. KEP (kurang energi protein)
 Penyebab : infeksi, defisiensi energi dan protein, tingkat pendidikan-
pengetahuan-pendapatan rendah, pola penyapihan, pola asuh, sosial budaya
 Gejala
o Kwasihorkor  edema, perubahan psikomotor, retardasi pertumbuhan,
muscle wasting, hepatomegali, moon face, perubahan warna rambut, crazy
pavement dermatosis
o Marasmus - wasting >>, retardasi parah, olf man fash, atrofi otot, lemak
tipis, lapar, diare, dan dehidrasi
 Pemeriksaan

 Terapi
 Komplikasi
o Hypoglycemia
o Hypothermia
o Hypokalemia
o Hyponatremia
o Heart failure
o Dehydration & shock
o Infections (bacterial, viral & thrush)

b. GAKY (Gangguan Akibat Kurang Yodium)


 Diagnosis GAKY harus lebih dilihat sebagai diagnosis kelompok, komunitas atau
populasi ketimbang sebagai penilaian pada tingkat perorangan
 Pemeriksaan
o TGR (Total Goiter Rate)
– Dengan cara palpasi
– Keuntungan : tidak membutuhkan biaya mahal, relatif mudah dilakukan
oleh orang yang sudah di training dan tidak invasif
– Klasifikasi grade palpasi gondok ada sebagai berikut :
Klasifikasi Gondok
Grade 0 Tidak teraba dan tidak terlihat
Grade 1 Tidak terlihat pada posisi leher normal tapi teraba
Grade 2 Terlihat apabila menelan dan ketika posisi leher normal

– kriteria epidemiologi prevalensi GAKY dengan TGR:


a. Ringan 5 % – 19,9 %
b. Sedang 20% - 29,9 %
c. Berat ≥ 30% (WHO, 2001)
o Yodium Urine pada populasi berdasarkan median kadar yodium dalam urin

Status yodium Median yodium urin µg/l

Defisiensi yodium berat <20


Defisiensi yodium sedang 20-49

Defisiensi yodium ringan 50-99


Asupan yodium ideal 100-200
Asupan lebih dari yang adekuat (meningkatkan resiko 201-299
IHH=iodine induced hyperthyroidism)
Asupan yodium berlebihan >300

o USG : lebih signifikan drpd TGR


o TSH
 FR gondok
o defisiensi yodium (yang paling umum),
o wilayah geografis dengan kadar yang yodium rendah
o malnutrisi
o bahan goitrogen:
– glikosida sianogenik : jagung, rebung, ketela rambat
– Substansi yang berasal dari bakteri koliformis
– Goitrin (5-vinil-2-tiooksazolidindion) : kubis, bit, mustard
o kemiskinan, kehamilan dan tingkat pendidikan yang rendah
o penyimpanan garam beryodium di wadah terbuka.
 Terapi
o Penggunaan garam beryodium
o Iodinisasi air minum
o Fortifikasi susu formula bayi
o Fortifikasi produk pangan lainnya
o Fortifikasi pakan ternak
o Penggunaan minyak beryodium
o Penggunaan larutan kalium yodida
o Untuk memberantas defisiensi yodium, kadar median yodium urin harus
≥100 µg/l dan ≤20% sampel yang kadar yodium urin <50µg/l
o Rekomendasi asupan yodium menurut WHO, UNICEF, ICCIDD
– 90 µg untuk anak-anak prasekolah (0 sampai 59 bulan);
– 120 µg untuk anak sekolah (6 sampai 12 tahun);
– 150 µg untuk orang dewasa (di atas 12 tahun), dan
– 200 µg untuk wanita hamil dan menyusui ( WHO, 2001)
 Penanggulangan GAKY dilakukan dalam dua jangka waktu, yaitu :
o Jangka Panjang: suplementasi tidak langsung melalui fortifikasi garam
konsumsi dengan yodium dimana program ini disebut garam yodium.
o Jangka pendek: suplementasi langsung dengan minyak iodium baik secara
oral maupun suntikan lipiodol. Upaya ini hanya ditunjukkan pada daerah
endemik berat dan telah dilaksanakan sejak tahun 1974

c. Anemia defisiensi besi


 Populasi berisiko
o Bayi
o Anak-anak dibawah usia 5 tahun
o Anak-anak usia sekolah
o Wanita usia subur
 Yg mempengaruhi
o Kandungan besi dalam makanan
– Ada 2 jenis besi dalam makanan; besi heme dan besi non-heme
– Besi heme pada makanan hewani seperti daging, hati & limpa
– Besi non-heme diperoleh dari sereal, sayuran & kacang
– Susu merupakan sumber miskin zat besi, maka bayi ASI membutuhkan
suplemen zat besi
– Absorbsi besi heme
 Besi heme tidak terpengaruh oleh konsumsi jenis makanan
lainnya.
 Tingkat penyerapan konstan yang sedikit dipengaruhi oleh
keseimbangan besi seseorang.
 Molekul heme diserap utuh dan besi dilepaskan dalam sel-sel
mukosa.
– Absorbsi besi non heme
 Penyerapan zat besi non-heme sangat bervariasi dari 2% sampai
100% karena sangat dipengaruhi oleh:
 Status besi tubuh
 Integritas usus mukosa
 Kehadiran inhibitor atau fasilitator penyerapan
o Inhibitor absorbsi besi
– Makanan dengan senyawa polifenol
– Sereal seperti sorgum & oats
– Sayuran seperti bayam dan rempah-rempah
– Minuman seperti teh, kopi, kakao dan anggur.
– Secangkir teh mengurangi penyerapan zat besi hingga 11%.
– Makanan yang mengandung asam fitat yaitu Bran, sereal seperti
gandum, beras, jagung, kacang-kacangan seperti kacang kedelai,
kacang hitam & kacang polong.
o Fasilitator absorbsi besi
– Makanan yang mengandung asam askorbat seperti buah jeruk, brokoli
dan sayuran hijau gelap lainnya merupakan fasilitator absorbsi besi
karena asam askorbat mereduksi zat besi dari ferri menjadi ferrous
yang meningkatkan penyerapan.
– Makanan yang mengandung protein otot meningkatkan penyerapan
zat besi karena efek dari sistein yang dilepaskan dari daging yang
dicerna, mereduksi zat besi dari ferri menjadi ferrous dan membentuk
kompleks besi larut.
o Transportasi besi
– Transferin adalah protein utama yang bertanggung jawab untuk
mengangkut zat besi dalam tubuh.
– Reseptor transferin, yang terletak di hampir semua sel tubuh, dapat
mengikat dua molekul transferin.
– Konsentrasi transferin & reseptor transferin penting dalam menilai
status zat besi.
 Diagnosis
o Klinis: Gejala (kelelahan, pusing, palpitasi.etc) & tanda-tanda (pucat, lidah
halus, Koilonikia, splenomegali & disfagia pada wanita lansia).
o Laboratorium (Microcytic hypochromic anaemia,Hb level (< 11.0 g/dl),
MCV, MCH, MCHC rendah, Serum ferritin rendah, iron binding capacity
tinggi, erythrocyte protoporphyrin tinggi
o Menunjukkan respon terhadap suplemen zat besi
 Pencegahan
o Modifikasi diet
– Edukasi gizi
– Makan lebih banyak buah dan sayuran
– Tidak ada kopi atau teh dengan makanan
– Program harus ditargetkan untuk kelompok berisiko
– Mengurangi kandungan fitat sereal dan kacang-kacangan dengan
fermentasi
o Fortifikasi makanan
o Suplementasi besi
 Terapi
o Transfusi darah jika gagal jantung
o Preparat besi IV atau IM pada wanita hamil
o Oral besi 3-5 mg Fe / kg / hari
o Mengobati penyebab yang mendasari
d. Kekurangan vitamin A
 FR
o Bayi yang lahir dengan Berat Badan Rendah
o (BBLR < 2,5 kg)
o Anak –anak tidak mendapat kapsul Vitamin A
o tidak mendapat Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) yang cukup
o kurang gizi
o menderita penyakit infeksi misalnya campak, ispa, diare dan lain-lain
o ekonomi rendah
o tinggal di pegunungan
o wanita hamil dan menyusui
 Gejala
o Tanda-tanda awal hilangnya selera makan
o Terhambatnya pertumbuhan
o Lemahnya kekebalan dan menurunnya ketahanan terhadap infeksi
o Lemahnya fungsi sel batang pada retina mata
o Keratinisasi jaringan epitel mata, paru - paru, kelenjar eksokrin, saluran
pencernaan, saluran urin
o Penurunan sel-sel yang memproduksi lendir
o Perubahan-perubahan lebih lanjut:
o Lemahnya pembentukan tulang
o Perubahan hematopoietik
o Kemandulan
o Cacat sejak lahir
o kematian dengan infeksi sekunder
 Kriteria KVA sebagai masalah kesehatan masyarakat
o Bercak bitot dengan konjungtiva mengering > 0.5%
o Kornea mongering/ulserasi kornea/keratomalasia >0.01%
o Parut kornea > 0.05%
Dari total yang diperiksa
 Terapi
 Terapi gizi

 Pencegahan

Anda mungkin juga menyukai