Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Latar Belakang :
Keberhasilan rombongan Van Neck dalam perdagangan rempah-rempah, mendorong orang-
orang Belanda yang lain untuk datang ke Indonesia. Akibatnya terjadi persaingan di antara
pedagang-pedagang Belanda sendiri. Di samping itu, mereka juga harus menghadapi
persaingan dengan Portugis, Spanyol, dan Inggris. Melihat gelagat yang demikian, Olden
Barneveld menyarankan untuk membentuk perserikatan dagang yang mengurusi
perdagangan di Hindia Timur.
Waktu dan tempat : tahun 1602 dengan pusat diBanten
Pimpinan VOC: 1. Francois Wittert
2. Gubjen Pieter Both (1610-1614)
3. Gubjen J.P. Coen (1619 -1623 & 1627-1629)
Di bawah pimpinan J.P. Coen pada tahun 1619, VOC berhasil merebut Jayakarta dan
dijadikan sebagai Markas Besar VOC. J.P. Coen kemudian mengganti nama Jayakarta
menjadi Batavia.
Pemerintah Kerajaan Belanda memberikan VOC Hak Octrooi (hak istimewa) sebagai
berikut:
1. Hak monopoli perdagangan.
2. Hak untuk memiliki tentara.
3. Hak untuk melakukan ekspansi ke Asia, Afrika dan Australia.
4. Hak untuk melakukan peperangan, membuat perdamaian, dan mengadakanperjanjian dengan
raja-raja yang dikuasainya.
5. Hak untuk mencetak uang.
6. Hak untuk mendirikan benteng.
Peraturan-peraturan Monopoli VOC
1. Verplichte Leverantie yaitu penyerahan wajib hasil bumi dengan harga yang telah
ditetapkan oleh VOC.
2. Hak Ekstirpasi yaitu hak membisakan tanaman rempah-rempah yang melanggar
ketentuan VOC.
3. Contingenten yaitu kewajiban bagi rakyat untuk membayar pajak berupa hasil bumi.
4. Pelayaran Hongi adalah pelayaran dengan perahu kora-kora (perahu perang) yang
bertujuan untuk mengawasi pelaksanaan monopoli perdagangan.
RUNTUHNYA VOC
Bersamaan dengan makin meluasnya kekuasaan VOC, di pihak VOC sebenarnya mendekati
keruntuhannya karena beberapa faktor, antara lain sebagai berikut.
1. VOC banyak mengeluarkan biaya baik untuk operasi-operasi militer (menghadapi
perlawanan rakyat) maupun untuk penyelenggaraan pemerintahan sehingga hutangnya
menumpuk.
2. Banyak pegawai VOC yang mencari keuntungan pribadi dengan malakukan korupsi.
Pihak pemerintah Belanda sendiri menilai bahwa VOC yang makin merosot kekuatannya
tidak akan mampu lagi menguasai daerah yang luas seperti Indonesia. Oleh karena itu,
pada tanggal 31 Desember 1799 VOC dibubarkan. Dengan demikian, secara politik sejak 1
Januari 1800 Indonesia berada di bawah kekuasaan pemerintah kolonial Hindia Belanda.