Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah perkembangan filsafat barat merupakan hal yang menarik untuk


dikaji. Terdapat banyak teori atau aliran filsafat yang mewarnai dunia
pengetahuan barat yang kini dikenal sebagai negara-negara maju. Kemajuan
perkembangan pengetahuan  mesyarakat negara-negara tersebut tidak sepenuhnya
lepas dari perkembangan filsafat yang melatarbelakanginya. Perkembangan
filsafat-filsafat yang ada dan terjadi memberikan corak warna pada kehidupan
masyarakat di dunia.

Dalam perkembangan filsafat abad pertengahan melahirkan filsuf-filsuf yang


mampu mendorong perkembangan ilmu filsafat pada masa itu. disamping itu pula
filsafat tidak hanya berkembang dikalangan Kristen saja, namun filsafat mampu
memunculkan tokoh-tokoh filsafat islam. Sebut saja seperti yaitu Al-Kindi, Al-
Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Rusjd, dan Al-Ghazali. Yang hasil pemikirannya dapat
kita rasa hingga saat ini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka penulis


merumuskan masalah yang hendak dibahas dalam makalah ini, yakni sebagai
berikut :

1. Bagaimana perkembangan filsafat abad pertengahan?

2. Siapa saja filosof pada masa abad pertengahan dan pemikirannya ?


C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui perkembangan filsafat pada abad pertengahan
2. Mampu mengenal filosof abad pertengahan

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Filsafat Abad Pertengahan

Filsafat barat Abad Pertengahan (479-1492 M) juga dapat dikatakan sebagai


“Abad Gelap”, karena pendapat ini didasarkan pada pendekatan sejarah gereja.
Memang saat itu, tindakan gereja sangat membelenggu kehidupan manusia. Para
ahli fikir saat itu tidak lagi memiliki kebebasan untuk berfikir. Apabila terdapat
pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan ajaran gereja orang yang
mengemukakannya akan mendapatkan hukuman berat. Pihak gereja melarang
diadakannya  penyelidikan berdasarkan rasio terhadap agama. Karena itu, kajian
terhadap agama/teologi yang tidak berdasarkan larangan yang ketat. Yang berhak
melaksanakan penyelidikan terhadap agama hanyalah pihak gereja. Walaupun
demikian, ada juga yang melanggar larangan tersebut dan mereka dianggap orang
murtad dan kemudian diadakan pengejaran (inkuisisi). Pengejaran terhadap
orang-orang murtad ini mencapai puncaknya pada saat Paus Innocentius III di
akhir XII, dan yang paling berhasil dalam pengajaran orang-orang murtad ini di
Spanyol.

Masa abad pertengahan in juga dapat dikatakan sebagai suatu masa yang
penuh dengan upaya menggiring manusia kedalam kehidupan atau sistem
kepercayaan yang fanatik, dengan menerima ajaran gereja secara membabi buta.
Karena itu perkembangan ilmu pengatahuan terhambat.

Dalam sejarah filsafat ada saat-saat yang dianggap penting sebagai patokan
suatu era (zaman),karena selain memiliki zaman atau khas, yaitu suatu aliran
filsafat bisa meniggalkan pengaruh yang sangat bersejarah pada peradaban
manusia. Pada awal abad ke-6 filsafat berhenti untuk waktu yang lama. Segala
perkembangan ilmu pada waktu itu terhambat. Hal ini disebabkan karena abad ke-
6 dan ke-7 adalah abad-abad yang kacau. Karena pada waktu itu
adanya perpindahan bangsa-bangsa yang masih belum beradab terhadap kerajaan

2
romawi, sampai kerajaan tersebut runtuh. Bersama kerajaan itu runtuh, runtuh
pula lah peradaban romawi, baik itu yang bukan umat kristiani maupun peradaban
kristiani yang di bangun pada abad ke-5 terakhir. Pada perkembangan peradaban
yang kacau ini, mungkin ada yang berkembang pada peradaban yang baru di
bawah pemerintahan Karel Agung (742 — 814), yang memerintah pada awal abad
pertengahan, di Eropa mungkin ada ketenangan di bidang politik. Pada waktu
itulah kebudayaan mulai bangkit, dan bangkitlah ilmu pengetahuan dan kesenian.
Juga filsafat mulai di perhatikan. Filsafat abad pertengahan adalah suatu arah
pemikiran yang berbeda sekali dengan pemikiran dunia kuno. Filsafat abad
pertengahan menggambarkan suatu zaman yang baru di tengah-tengah suatu
perkumpulan bangsa yang baru, yaitu bangsa Eropa Barat. Filsafat yang baru ini
disebut skolastik. Abad pertengahan selalu dibahas sebagai zaman yang khas akan
pemikiran eropa yang berkembang pada abad tersebut, dan menjadikan suatu
kendala yang disesuaikan dengan ajaran agama.

Menurut Herman (2007-27), pada zaman ini dikenal aliran filsafat patristik
dan skolastik berdasarkan Theos. Filsuf terkenal pada masa ini adalah Agustinus
(354-43 SM) dan Thomas Aquinas (1225-1275) yang memunculkan ajaran
Tomisme. Selain itu, dikenal juga filsuf-filsuf muslim pada zaman keemasan abad
pertengahan, yaitu Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Rusjd, dan Al-Ghazali
yang menunjukkan hubungan mata rantai dengan sejarah filsafat Yunani (adanya
semboyan mitos-logos-theos). Thomas Aquinas (1225-1227) merupakan murid
dari Albertus Agung yang mengembangkan pemikiran Aristoteles. Filsafatnya
adalah theologis yang memadukan pemikiran Agustinus dan Neo Platomisme
dengan mempergunakan pemikiran Arilstoteles.

Sejarah filsafat abad pertengahan dibagi menjadi dua zaman atau periode,
yakni periode pratistik dan periode skolastik.

1. Patristik (100-700)
Patristik berasal dari kata Latin Patres yang berarti bapa-bapa
gereja, adalah ahli agama Kristen pada abad permulaan agama kristen.

3
Di dunia barat agama katolik mulai tersebar dengan ajaranya tentang
Tuhan, manusia dan etikanya. Untuk mempertahankan dan
menyebarkanya maka mereka menggunakan filsafat yunani dan
memperkembangkanya lebih lanjut, khususnya menganai soal-soal 
tentang kebebasan manusia, kepribadian, kesusilaan, sifat tuhan. Yang
terkenal Tertulianus (160-222), Origenes (185-254), Agustinus (354-430), 
yang sangat besar pengaruhnya. Zaman ini muncul pada abad ke-2 sampai
abad ke-7, dicirikan dengan usaha keras para Bapa Gereja untuk
mengartikulasikan, menata, dan memperkuat isi ajaran Kristen serta
membelanya dari serangan kaum kafir dan bid’ah kaum Gnosis.

2. Skolastik 800-1500
Zaman Skolastik dimulai sejak abad ke-9. Kalau tokoh masa
Patristik adalah pribadi-pribadi yang lewat tulisannya memberikan bentuk
pada pemikiran filsafat dan teologi pada zamannya, para tokoh zaman
Skolastik adalah para pelajar dari lingkungan sekolah-kerajaan dan
sekolah-katedral yang didirikan oleh Raja Karel Agung (742-814) dan
kelak juga dari lingkungan universitas dan ordo-ordo biarawan. Dengan
demikian, kata “skolastik” menunjuk kepada suatu periode di Abad
Pertengahan ketika banyak sekolah didirikan dan banyak pengajar ulung
bermunculan. Namun, dalam arti yang lebih khusus, kata “skolastik”
menunjuk kepada suatu metode tertentu, yakni “metode skolastik”. Zaman
Skolastik memiliki tiga periode, yaitu :

a. Periode Skolstik awal (800-120)


Ditandai dengan pembentukan metode yang lahir karena hubungan
yang erat antara agama dan filsafat. Ditandai oleh pembentukan
metode yang lahir karena hubungan yang rapat antara agama dan
filsafat. Pada periode ini, diupayakan misalnya, pembuktian adanya
Tuhan berdasarkan rasio murni, jadi tanpa berdasarkan Kitab Suci
(Anselmus dan Canterbury). Selanjutnya, logika Aristoteles

4
diterapkan pada semua bidang pengkajian ilmu pengetahuan dan
“metode skolastik” dengan pro dan kontra mulai berkembang (Petrus
Abaelardus pada abad ke-11 atau ke-12).

b. Periode puncak perkembangan skolastik (abad ke-13)


Periode puncak perkembangan skolastik dipengaruhi oleh Aristoteles
akibat kedatangan ahli filsafat Arab dan yahudi. Filsafat Aristoteles
memberikan warna dominan pada alam pemikiran Abad Pertengahan.
Aristoteles diakui sebagai Sang Filsuf, gaya pemikiran Yunani
semakin diterima, keluasan cakrawala berpikir semakin ditantang
lewat perselisihan dengan filsafat Arab dan Yahudi.

B. Filosof Abad Pertengahan


1. AUGUSTINUS ( 354 – 430 )
a. Riwayat Hidup Augustinus
Augustinus lahir pada tanggal 13 november 354 di Tagaska, Numidia
(sekarang Algeria). Ayahnya Patricius adalah seorang pejabat pada
kekaisaran Romawi, yang tetap kafir sampai kematiannya pada tahun 370.
Ibunya Monica (Monnica), adalah penganut Kristen yang amat taat.
Pendidikan yang mula-mula diterimanya ialah dalam bidang Gramatika dan
Aritmatika. Tatkala berumur sebelas tahun, ia dikirim kesekolah Madaurus,
suatu tempat orang kafir (lingkungan kafir). Lingkungan itu telah
mempengaruhi perkembangan moral dan agamanya sementara ibunya selalu
mendo’akan agar  anaknya menerima ajaran Kristen.
Pada tahun 370, karena bantuan kawannya ( Romanius ), ia pergi ke Kartago.
Disana ia tinggal bersama guru wanita yang melahirkan anak untuknya yang
bernama Adeodatus pada tahun 371. Disana ia menjadi seorang manichean,
yaitu suatu ajaran agama yang mengajarkan bahwa Mani adalah Nabi yang
terakhir. Benar-banar yang di jadikan juru selamat yang di janjikan oleh yesus
Kristus.

5
Pada tahun 373-374 ia mengajar di Tagaska, dan sembilan tahun berikutnya
ia mengajar di Kartago. Kemudian ia pindah ke Roma, dan ia mendirikan
sekolah retorika, dan ia meninggalkan ajaran Mani lalu menjadi skeptis. Lalu
setahun kemudian ia mendirikan sekolah di Milan.
Ada beberapa pengaruh yang di terimanya, diantaranya ialah dari Saint
Ambrose, temannya Simplicianus, dan Neo-Platonisme. Dan semuanya itu
mengiringnya untuk menerima gereja kristen. Tobatlah ia pada hari Paskah
( 25 april 378 ) beserta anaknya ( adeodatus ) dibaptiskan. Segera setelah itu
ia dan keluarganya kembali ke Afrika. Dan di Ostia, pelabuhan Roma ibunya
meninggal dunia setalah terjadi pembicaraan indah dengannya.
Setelah Augustinus mengalami konversi, ia mengabdikan seluruh hidupnya
kepada Tuhan dan melayani pengikut-pengikutnya. Setelah kembali ke
Tagasta pada tahun 388, ia menjual seluruh harta warisannya dan hasil
penjualan itu di berikan semuanya kepada fakir miskin. Yang tertinggal
hanyalah sebuah rumah yang di ubahnya menjadi suatu tempat masyarakat
biarawan. Ia sebenarnya tidak berminat menjadi pendeta, tetapi pada tahun
391 ia di tahbiskan menjadi pendeta karena didesak oleh hampir semua orang
di tempat tinggalnya didekat kota Hippo ( sekarang masuk wilayah Aljazair ).
Pada tahun 395-396 ia ditahbiskan lagi menjadi uskup di Hippo. Dan di tahun
terakhir kehidupannya adalah tahun peperangan bagi Imperium Romawi. Di
tengah penyerbuan Vandal yang mengepung Hippo pada tanggal 28 agustus
430, Augustinus meninggal dalam kesucian dan kemiskinan yang sudah lama
dijalaninya. Setelah penaklukan itu orang Vandal menghancurkan semua
yang di jumpai mereka kecuali Gereja dan perpustakaan Augustinus yang di
biarkan tanpa di ganggu.
b. Tentang  Tuhan dan Manusia
Ajaran Augustinus dapat dikatakan berpusat pada dua pool, Tuhan dan
manusia. Akan tetapi dapat dikatakan bahwa seluruh ajaran Augustinus
berpusat pada Tuhan. Kesimpulan ini di ambil karena ia mengatakan bahwa
ia hanya ingin mengenal Tuhan dan Roh, tidak lebih dari itu (Encylopedia
Americana: 2: 686).

6
- Ia yakin benar bahwa pemikiran dapat mengenal kebenaran, karena itu ia
menolak skeptisisme. Ia mengatakan bahwa setiap pengertian tentang
kemungkinan pasti mengandung kesungguhan.
- Ia sependapat dengan Plotinus yang mengatakn bahwa Tuhan itu diatas
segala jenis (catagories). Sifat Tuhan yang paling penting ialah kekal,
bijaksana, maha kuasa, tidak terbatas, maha tahu, maha sempurna dan
tidak dapat diubah. Tuhan itu kuno tetapi selalu baru, Tuhan adalah suatu
kebenaran yang abadi.
c. Teori Pengetahuan
Agustinus menolak teori kemungkinan. Kita, katanya, tidak pernah dituntun
oleh ukuran relatif. Tentang penolakannya terhadap teori kemungkinan dari
septisisme, inilah argumennya. Saya tahu bahwa saya tahu dan mencinta.
Bagaimana jika Anda bersalah? Saya bersalah, jadi saya ada. Kesalahan saya
membuktikan adanya saya. Jika saya tahu bahwa saya tidak bersalah, saya
pun tahu bahwa saya ada. Saya mencintai diri saya, baik tatkala saya bersalah
maupun tatkala saya tidak bersalah, kedua-duanya tidaklah palsu. Bila kedua-
duanya palsu, berarti saya mencintai objek yang palsu, jadi saya mencintai
objek yang tidak ada. Akan tetapi, karena saya benar-benar ada, karena saya
bersalah atau tidak bersalah, maka saya mencintai objek yang benar-benar
ada, yaitu saya. Tidak ada orang yang tidak ingin bahagia; semua orang ingin
bahagia, jadi tidak ada orang yang ingin tidak ada sebab bagaimana mungkin
seseorang memiliki kebahagiaan sementara ia tidak ada (lihat Mayer: 358).
Teori pengetahuan pada Agustinus adalah dapat dikatakan teori pengetahuan
yang memerlukan pencerahan ilahiah. Tuhan mencurahkan caha-Nya pada
jiwa manusia menyebabkan jiwa itu mampu menangkap kebenaran terakhir,
tetap, dan tidak berubah. Jadi, bagi Agustinus, dalam mencari kebenaran,
Tuhan adalah guru.
d. Teori tentang Jiwa
Agustinus menentang ajaran yang mengatakan bahwa jiwa itu material.
Menurut pendapatnya jiwa atau roh itu imaterial. Agustinus membuktikan
imaterialnya jiwa dengan mengatakan bahwa jiwa itu di dalam badan, ada di

7
mana-mana dalam badan pada waktu yang sama. Bila jiwa itu material, ia
akan terikat pada tempat tertentu dalam badan. Hanya dengan mengatakan
bahwa jiwa itu imaterial kita dapat menjelaskan kegiatan jiwa di dalam badan
(Mayer: 359).
Menurut Agustinus, jiwa tidak mempunyai bagian karena ia imaterial. Akan
tetapi, jiwa mempunyai tiga kegiatan pokok: pertama; mengingat, kedua;
mengerti, ketiga; mau. Oleh karena itu, memiliki atau menggambarkan
ketritunggalan alam (the cosmic trinity).
e. Peran Penting Augustinus
Augustinus di anggap telah meletakan dasar-dasar pemikiran abad
pertengahan, mengadaptasikan platonisme ke dalam idea-idea kristen,
memberikan formulasi sistematis tentang filsafat kristen. filsafat Augustinus
merupakan sumber atau asal usul reformasi yang dilakukan oleh protestan,
khususnya pada Luther, Zwingli dan Calvin. Kutukannya kepada seks,
pujiannya kepada kehidupan petapa, pandangannya tentang dosa asal,
semuanya merupakan faktor yang memeberikan kondisi untuk wujud
pandangan-pandangan Abad pertengahan.
Paham teosentris Augustinus menghasilkan suatu revolusi dalam pemikiran
orang barat. Anggapanya yang meremehkan pengetahuan duniawi,
kebenciannya kepada teori-teori kealaman dan imannya kepada Tuhan tetap
merupakan bagian peradaban modern. Sejak zaman Augustinuslah  orang
barat lebih memiliki sifat instropektif. Karena Augustinuslah diri dalam
hubungannya dengan Tuhan menjadi penting dalam filsafat.
2. THOMAS AQUINAS (1225-1274)
Hanya ada dua kekuatan yang menggerakkan gemuruhnya dunia: agama dan
filsafat. Aquinas membicarakan kedua-duanya, hakikat masing-masing, serta
hubungan kedua-duanya. Ketertarikan pemikirannya dengan Agustinus yang
hidup hampir seribu tahun sebelumnya cukup jelas: Agustinus juga
membicarakan agama dan filsafat, hakikat serta hubungan kedua-duanya.
a. Kehidupan Thomas Aquinas

8
Ia lahir dari keluarga bangasawan, pada tahun 1225 Roccasecca, italia. Pada
masa mudanya dia hidup besama pamannya yang menjadi pimpinan ordo do
Monte Casino. Ia berda disana pada tahun 1230-1239. Pada tahun 1239-1244
ia belajar di Universitas Napoli, tahun 1245-1248 di Universitas Paris di
bawah bimbingan Albertus Magnus (St. Albert The Great). Sampai tahun
1252 ia dan Albertus tetap berada di cologne. Tahun 1256 ia di beri ijazah
(licentia Docendi) dalam bidang teologi, dan ia mengajar disana sampai tahun
1259. Tahun 1269-1272 ia kembali ke Universitas Paris untuk menyusun
tantangan kepada ibn Rusyd. Sejak tahun 1272 ia mulai mengajar di
Universitas Napoli. Ia meninggal pada tahun 1274 di Lyons. Dan karyanya
yang paling penting ialah Suma Contra Gentiles (1258-1264) dan Suma
Theologica (1266-1273) (lihat Avey: 99).
b. Pemikiran Aquinas tentang teologi
Berdasarkan filsafatnya pada kepastian adanya Tuhan. Aquinas mengatahui
banyak ahli teologi percaya pada adanya Tuhan hanya berdasarkan pendapat
umum. Menurut Aquinas, eksestensi Tuhan dapat diketahui dengan akal.
Untuk membuktikan. Ia mengajukan lima dalil (argumen) untuk
membuktikan bahwa eksistensi Tuhan dapat diketahui dengan akal, seperti
sebagai berikut ini :
1. Argumen Gerak
Diangkat dari sifat alam yang selalu bergerak. Setiap yang bergerak pasti
di gerakan oleh yang lain, sebab tidak mungkin suatu perubahan dari
potensialitas ke aktualitas bergerak tanpa ada penyebabnya, dari sini dapat
dibuktikan bahwa Tuhan itu ada.
2. Sebab yang Mencukupi (efficient cause)
Sebab pasti menghasilkan musabab, tidak ada sesuatu  yang mempunyai
sebab pada dirinya sendiri sebab. Itu berarti membuang sebab sama
dengan membuang musabab, olehkarena itu dapat disimpulkan bahwa
Tuhanlah yang menjadi penyebab dari semua musabab.
3. Kemunginan dan Keharusan (possibility and necessity)

9
Kita menyaksikan di dalam alam ini segala sesuatu bersifat mungkin ada
dan mungkin tidak ada. Adanya alam ini bersifat mungkin. Kesimpulan 
itu kita ambil karena kenyataannya isi alam ini dimulai tidak ada, lalu
muncul, lantas berkembang, akhirnya rusak atau menghilang. Kenyataan
itu, yaitu alam berkembang menuju hilang, membawa kita kepada
konsekuensi bahwa alam ini tidak mungkin selalu ada karena ada dan
tidak ada tidak mungkin menjadi sifat sesuatu sekaligus dalam waktu
yang sama. Bila sesuatu tidak mungkin ada, ia tidak akan ada. Nah,
semestinya sekarang ini tidak ada sesuatu. Ini berlawanan kenyataannya.
Kalau demikian, harus ada Sesuatu Yang ada sebab tidak mungkin
muncul yang ada bila ada Pertama itu tidak ada. Sebab, bila pada suatu
waktu tidak ada sesuatu, maka tidak mungkin muncul sesuatu yang lain.
Jadi, Ada Pertama itu harus ada karena adanya alam dan isinya ini. Akan
tetapi, Ada Pertama itu, Ada yang harus ada itu, dari mana? Terjadi lagi
rangkaian penyebab. Kita harus berhenti pada Penyebab yang harus ada;
itulah Tuhan.
4. Memperhatikan Tingkatan yang Terdapat pada Alam
Isi alam ini masing-masing berkelebihan dan berkekurangan, misalnya
ada yang indah, lebih indah dan terindah. Dengan demikian sebab
tertinggi menjadi sebab tingkatan di bawahnya. Maha sempurna, Maha
Benar adalah Tuhan sebagai tingkatan tertinggi.
5. Keteraturan Alam
Kita saksikan isi alam dari jenis yang tidak berakal  bergerak atau
bertindak menuju tujuan tertentu,dan pada umumnya berhasil menuju
tujuan itu, sedangkan ia tidak mempunyai pengetahuan tentang tujuan itu.
Dari situ kita mengetahui bahwa benda-benda itu diatur oleh sesuatu yang
berakal dan berpengetahuan dalam bertindak mencapai tujuannya, itulah
Tuhan.
c. Tentang Jiwa
Pandangan Aquinas tentang jiwa amat sederhana. Katanya, jiwa dan raga
mempunyai hubungan yang pasti: raga menghadirkan matter dan jiwa

10
menghadirkan form yaitu prinsip-prinsp hisup yang aktual. Kesatuan antara
jiwa dan raga bukanlah terjadi secara kebetulan. Kesatuan itu diperlukan
untuk terwujudnya kesempurnaan manusia. Yang dimaksud jia oleh Aquinas
ialah kapasitas intelektual dan kegiatan vital kejiwaan lainnya. Oleh karena
itu Aquinas mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang berakal.
d. Etika Aquinas
Menurut Aquinas etika adalah:
- Dasar kebaikan adalah kemurahan hati (charty) yang menurut Aquinas
lebih dari kedermawanan atau belas kasihan.
- Kehidupan petapa (ascetic) memainkan peranan yang kuat didalam
etikanya. Oleh karena itu ia setuju dengan pendapat St. Augustinus yang
mengajarkan bahwa kehidupan membujang (celebacy) lebih baik dari
pada kawin.
- Mengenai kebebasan kemauan (free will) ia menyatakan bahwa manusia
berada dalam kedudukan yang berbeda dari Tuhan. Tuhan selalu benar,
sedangkan manusia kadang-kadang salah.
e. Teori Pengetahuan
Bagi Aqinas, semua objek yang tidak dapat diindera tidak akan dapat
diketahui secara pasti oleh akal. Oleh karena itu, kebenaran ajaran Tuhan
tidak mungkin dapat diketahui dan diukur dengan akal. Kebenaran ajaran
Tuhan diterima dengan iman. Sesuatu yang tidak dapat diteliti dengan akal
adalah objek iman. Pengetahuan yang diterima atas landasan iman tidaklah
lebih rendah daripada pengetahuan yang diperoleh dengan akal. Paling tidak,
kebenaran yang diperoleh dengan akal tidak akan bertentangan dengan ajaran
wahyu (Randal: 236-276).
Berdasarkan uraian itu dapat diketahui dua jalur pengetahuan dalam filsafat
Aquinas. Jalur itu ialah jalur akal yang dimulai dari manusia dan berakhir
pada Tuhan, dan yang kedua ialah jalur iman yang dimulai dari Tuhan
(wahyu), didukung oleh akal.
f. Teori politik Aquinas
Menurut Aquinas hukuman itu ada empat :

11
- Hukman abadi yaitu suatu rencana (blue print) yang menatur penciptaan
dan pengaturaan alam semesta. Esensi hukum ini tidak dapat dipahami
oleh manusia.
- Hukum alam yaitu hukum yang menyebabkan semua makhluk
mendapatkan kesempurnaanya, mencari kebaikan dan menghindari
kejahatan. Juga menyediakan kehidupan bagi manusia dengan segala
haknya seperti hak untuk berketurunan dan hak untuk hidup didalam
masyarakat.
- Hukum Tuhan yaitu hukum Kristen yang mempunyai kedudukan hukum
yang istimewa. Hukum ini dikenal melalui wahyu Tuhan yang diberikan
karena kemurahan-Nya.
- Hukum manusia dibagi menjadi jus gentium dan jus civile. Di dalam
hukum manusia terdapat hukum alam dalam kasus-kasus tertentu.
Misalnya, menurut hukum alam membunuh adalah salah, tapi terserah
pada hukum manusia untuk menjatuhkan hukuman apa yang sesuai untuk
pelanggar.
g. Tentang gereja
Di dalam filsafat gereja, Aquinas mengatakan bahwa manusia tidak akan
selamat tanpa pelantara gereja. Sakramen-sakramen gereja itu perlu,
sakramen itu mempunyai dua tujuan yaitu : Pertama, menyempurnakan
manusia dalam penyembahan kepada Tuhan. Kedua, menjaga manusia dari
dosa. Aquinas juga mengatakan bahwa Baptis mengatur permulaan hidup,
penyesalan (confirmation) untuk keperluan pertumbuhan manusia dan
sakramen maha kudus (eucharist) untuk menguatkan jiwa.

12
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

 Definisi/karakteristik pemikiran masa abad pertengahan Menurut Herman


(2007-27), pada zaman ini dikenal aliran filsafat patristik dan skolastik
berdasarkan Theos. Filsuf terkenal pada masa ini adalah Agustinus (354-
43 SM) dan Thomas Aquinas (1225-1275) yang memunculkan ajaran
Tomisme.
 Zaman abad pertengahan sangatlah berarti bagi para filosof, khususnya
bagi pemikir eropa pada abad tersebut, memang dekat sekali dengan suatu
ajaran agama khususnya agama Kristen. Karena pada zaman abad
pertengahan dan menjadi tokoh utama Bapak gereja yang paling besar dari
zaman Patristik ini ialah Aurelius Agustinus(354-430) ia dilahirkan di
Thagaste, di Numedia, Afrika Utara. Dan setelah itu berkembang ke
zaman skolastik ialah Thomas Aquinas (1225-1274).
 Sejarah filsafat abad pertengahan dibagi menjadi dua zaman atau periode,
yakni periode pratistik dan periode skolastik.

Di masa abad pertengahan terdapat beberapa tokoh/filosof pada masa itu


diantaranya: Augustinus, dan Thomas Aquinas.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://khotimhanifudinnajib.blogspot.com/2011/07/sejarah-filsafat-masa-
pertengahan.html Di Akses pada tanggal 18 Oktober 2017; 22.06 WIB

http://www.nuryandi.com/2012/07/tokoh-tokoh-filsafat-abad-pertengahan.html Diakses
pada tanggal 17 Oktober 2017; 17.58 WIB

14

Anda mungkin juga menyukai