Perolehan Aktiva Tetap
Perolehan Aktiva Tetap
Konsep dasarnya :
Nilai Beli + Pengeluaran yang timbul dari proses pembelian hingga aktiva tersebut siap
operasi
Seperti sudah saya sampaikan pada artikel-artikel sebelumnya, aktiva tetap dapat
diperoleh dengan berbagai macam cara, diantaranya (yang paling sering terjadi) :
Contoh kasus :
Pada tanggal 1 Desember 2007, PT. XYZ (PMA) yang berdomisili di Bekasi, membeli 10
unit mesin dari Jepang dengan harga (FOB) JPY 150,000,000.00 yang setara dengan Rp
12,779,711,574,- dengan biaya angkut dari Tokyo hingga Tanjung periok sebesar USD
1,800.00 yang setara dengan Rp 16,883,995,- Tariff bea masuk untuk mesin tersebut
adalah 15%, karena PT. XYZ (PMA) menggunakan fasilitas penanaman modal asing,
atas import barang modal dikenakan bea masuk hanya setengahnya. Untuk menjamin
keselamatan barang dalam perjalanan, pengangkutan mesin tersebut dilindungi
dengan asuransi ber premi USD 1,500.00 setara dengan Rp 14,069,995,- . Biaya angkut
dari tanjung periok hingga ke bekasi sebesar Rp 1,500,000,-. Untuk instalasi
pemasangan PT. XYZ membayar konsultan sebesar Rp 15,000,000,-
Pencatatan-1 : Wajar
Pencatatan-2 : Tidak wajar
Mengapa pencatatan yang pertama dikatakan wajar dan pencatatan yang dibawahnya
dikatakan tidak wajar ?.
Perolehan aktiva dengan pembayaran dicicil, tentu pengeluaran kas tidak akan terjadi
sekaligus, melainkan bertahap sesuai dengan kesepakatan dengan kreditur (Bank).
Lain daripada itu, tentu akan ada bunga yang harus ditanggung.
Contoh Kasus :
PT. XYZ membeli sebidang tanah untuk tempat usaha seluas 1 Ha seharga Rp
1,900,000,000,-, dengan sistem pembayaran sebagai berikut :
Pembayaran pertama adalah sebesar Rp 900,000,000,- sedangkan sisanya dicicil
sebanyak 10 kali selama 10 Tahun. Atas Pokok cicilan dikenakan BUNGA TETAP 18%
pertahun.
Maka Transaksi ini, dicatat (dijurnal) sebagai berikut :
Konsep dasarnya :
(-). Perolehan aktiva tetap diakui sebesar HARGA PASAR saham yang dikeluarkan pada
saat pembelian aktiva terjadi.
(-). Jika harga pasar lebih tinggi dari harga nominal saham, maka harus diakui
adanya AGIO SAHAM (premium) sebesar selisihnya.
(-). Jika harga pasar lebih rendah dari harga nominal nya, maka diakui adanya
DISAGIO SAHAM (discount).
Contoh Kasus :
PT. XYZ, membeli sebuah truck dengan cara mengeluarkan saham sebanyak 1000
lembar @ Rp 100,000,-
Jika harga pasar saham PT. XYZ saat itu adalah @ Rp 95,000, maka transaksi dicatat
dengan jurnal :
Jika harga pasar saham PT. XYZ saat itu adalah @ Rp 110,000, maka transaksi dicatat
dengan jurnal :
Dalam banyak kejadian, untuk aktiva bangunan lebih sering diperoleh dengan
dibangun terlebih dahulu (tidak membeli bangunan siap pakai).
Konsep dasarnya :
Sengaja saya tidak membahas kasus untuk 2 jenis pembangunan yang di atas, karena
terlalu sederhana, biasa-biasa saja. Saya akan konsentrasikan pembahasan pada kasus
pembangunan yang dilakukan pada saat perusahaan telah beroperasi, akan lebih
menarik :-)
Okay…..
Pengeluaran kelompok c & d ini yang rada susah untuk dipisahkan. Sudah pasti
perusahaan akan banyak memakai sources yang sama untuk post pengeluaran ini.
Misalnya : Air, Listrik, telepon, peralatan tertentu,
transportasi, gaji satpam, bahkan tidak jarang perusahaan menugaskan staff atau
karyawan tertentu yang disamping bekerja untuk perusahaan yang telah berjalan juga
ditugaskan untuk mengawasi proyek pembangunan yang sedang berlangsung.
Termasuk staff accounting, disamping ngurusin keuangan dan pembukuan kantor yang
telah beroperasi, juga harus mencatat (membukukan) segala transaksi yang timbul
dari proses pembangunan juga :-). Well, tidak apa-apa, hitung-hitung sekalian belajar
struktur pengeluaran dalam proses konstruksi… menarik kan ? dapat ilmu kan ?.
Walaupun sejak awal perusahaan sudah aware dan care untuk memisahkan setiap nota
(bukti transaksi), akan tetapi ada certain pengeluaran yang memang sulit dan memang
tidak mungkin bisa dipisahkan dengan mudah.
Contoh Kasus :
PT. XYZ melakukan perluasan pabrik sejak 22 Oktober 2007, dengan mebangun satu
tambahan gedung. Di sisi lain PT. XYZ telah beropersi dan berproduksi sejak 2 tahun
yang lalu. Dari Laporan Laba-Rugi PT. XYZ diperoleh data-data sebagai berikut :
Dengan melihat perbandingan data di atas, maka porsi yang perlu dikapitalisasi dapat
kita tentukan, lihat kolom terakhir pada table dibawah ini :
Pertukaran aktiva tetap disini maksudnya adalah aktiva yang telah dimiliki ditukarkan
dengan aktiva yang dimiliki oleh pihak (perusahaan/orang) lain.
Pada kasus pertukaran yang menjadi persoalan utama adalah penentuan nilainya. Hal
ini disebabkan oleh karena adanya berbagai kondisi atas pertukaran yang terjadi.
Yang menjadi patokan dasar adalah :
Berikut adalah berbagai kemungkinan kombinasi atas kondisi pertukaran aktiva tetap
dan perlakuan akuntansinya :
Contoh kasus :
PT. XYZ menukarkan peralatannya dengan sebuah mesin dari pihak lain, Harga
perolehan perlatan yang diserahkan adalah sebesar Rp 1,500,000,- dan nilai bukunya
saat ditukarkan adalah Rp 1,000,000,- sementara Harga Perolehan mesin yang
diterima dari pihak lain adalah Rp 1,700,000 sedangkan nilai bukunya adalah Rp
1,200,000,- HARGA PASAR TIDAK DIKETAHUI.
Maka jurnalnya adalah :
(c). Aktiva Beda Jenis, Harga Pasar Diketahui, Disertai Arus Kas.
-Disertai arus kas keluar, berarti ada rugi pertukaran, maka rugi diakui
-Disertai arus kas masuk, berarti ada laba pertukaran, maka laba diakui