JURNAL
OLEH MUHAMMAD
RIDWAN
010111a076
Muhammad Ridwan
Program Studi Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRAK
Masalah gizi yang terjadi pada lansia dapat berupa gizi kurang atau gizi lebih. Lansia di
Indonesia yang tinggal di daerah perkotaan dalam keadaan kurang gizi adalah 3,4%, berat badan
kurang 28,3%,berat badan lebih 6,7%, obesitas 3,4 % dan berat badan ideal 42,4%. Berdasarkan
data tersebut, masalah gizi yang sering terjadi pada lansia adalah kurang gizi dan berat badan
kurang. Kehilangan gigi merupakan masalah kesehatan mulut yang umum terjadi pada manula, hal
ini menimbulkan dampak yang buruk terhadap kualitas hidup seseorang. Pada manula dengan
hilang gigi sebagian, asupan nutrisi akan berkurang seiring berkurangnya gigi.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional dengan Pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan cross sectional. Pendekatan cross sectional. Populasi lansia di Panti
Werdha Salib Putih Salatiga bulan Agustus 2015 sebanyak 48 lansia. Metode pengambilan sampel
dengan cara purposive sampling. Sampel penelitian 42 responden. Alat yang digunakan data primer
yaitu lembar observasi kehilangan gigi dan IMT uji statistik menggunakan korelasi Kendall Tau.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata responden kehilangan 15,76 gigi dimana paling
sedikit kehilangan 2 gigi dan paling banyak kehilangan 32 gigi. Sebagian besar lansia status gizinya
kurang sebanyak 24 responden (57,1%), normal sebanyak 8 responden (19,0%), lebih sebanyak 2
responden (4,8%), obesitas I sebanyak 7 responden (16,7%) dan obesitas II sebanyak 1 responden
(2,4%).Tidak ada hubungan antara kehilangan gigi dengan status gizi pada lansia di Panti Werdha
Salib Putih Salatiga dengan nilai p 0,135.
Responden yang gizinya masih kurang diharapkan tetap menjaga kesehatannya dengan cara
memenuhi gizinya dengan makan makanan yang beraneka ragam agar status gizinya menjadi
normal
Tabel 4.1. menunjukkan bahwa rata-rata responden kehilangan 15,76 gigi dimana
paling sedikit kehilangan 2 gigi dan paling banyak kehilangan 32 gigi.
2. Status gizi pada lansia di Panti Werdha Salib Putih Salatiga
Tabel 4.2. Distribusi frekuensi status gizi pada lansia di Panti Werdha Salib Putih Salatiga
Status Gizi Frekuensi Persentase (%)
Kurang 24 57,1
Normal 8 19,0
Lebih 2 4,8
Obesitas I 7 16,7
Obesitas II 1 2,4
Total 42 100,0
Tabel 4.2. menunjukkan bahwa sebagian besar lansia status gizinya kurang sebanyak
24 responden (57,1%), normal sebanyak 8 responden (19,0%), lebih sebanyak 2 responden
(4,8%), obesitas I sebanyak 7 responden (16,7%) dan obesitas II sebanyak 1 responden
(2,4%).
.
B. Analisis Bivariat
Tabel 4.3. Hubungan antara kehilangan gigi dengan status gizi pada lansia di Panti Werdha
Salib Putih Salatiga
Berdasarkan uji regresi linier sederhana dapat dilihat bahwa nilai p 0,135 >
=0,05 yang artinya Ha ditolak sehingga tidak ada hubungan antara kehilangan gigi
dengan status gizi pada lansia di Panti Werdha Salib Putih Salatiga
dimana paling sedikit kehilangan 2
PEMBAHASAN gigi
A. Analisis Univariat
1. Kehilangan gigi pada lansia di Panti
Werdha Salib Putih Salatiga
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
rata-rata responden kehilangan 15,76 gigi
dan paling banyak kehilangan 32 gigi. Lansia kunyahnya. Dalam penelitian ini
kehilangan gigi dalam jumlah yang responden kehilangan gigi sebagian
bervariasi. Kehilangan gigi dapat sampai kehilangan semuanya.
mempengaruhi lansia dalam efisiensi
Kehilangan gigi sebagian Pada usia lanjut terjadi perubahan fisik
merupakan suatu keadaan dimana hilangnya pada system gastrointestinal yaitu kehilangan
satu atau lebih gigi dari jumlah seluruhnya. gigi akibat periodontal disease yang
Kehilangan gigi memiliki prevalensi yang biasanya terjadi setelah
tinggi pada manula di seluruh dunia dan
berkaitan erat dengan status sosial
ekonomi. Studi epidemologis menunjukkan
bahwa individu dengan status sosial
ekonomi bawah dan individu dengan
tingkat pendidikan rendah lebih sering
mengalami kehilangan gigi daripada
individu status ekonomi lebih tinggi.
Berbagai laporan memperlihatkan bahwa
kehilangan gigi pada manula cukup
besar, seperti yang dilaporkan oleh
WHO, prevalensi kehilangan gigi pada
populasi usia 65-75 tahun di Negara
Perancis 16,9%, Jerman 24,8%, dan 31%
untuk Amerika Serikat.7 Indonesia
memiliki angka hilangnya gigi yang
tergolong tinggi yaitu 24% penduduk
dengan kondisi tak bergigi pada masyarakat
yang berumur di atas 65 tahun
(Amuwarningsih, 2013).
Menurut Darmojo (2011) dengan
makin lanjutnya usia seseorang maka
kemungkinan terjadinya penurunan
anatomik dan fungsional atas organ
organnya makin besar. Penurunan anatomik
dan fungsional dari organ- organ terebut
akan menyebabkan lebih mudah timbulnya
penyakit pada organ tersebut (predileksi).
Mulai dari gigi sampai anus terjadi
perubahan morfologik degeneratif, antara
lain perubahan atrofik pada rahang,
sehingga gigi lebih mudah tanggal.
Perubahan atrofik juga terjadi pada
mukosa, kelenjar, otot-otot pencernaan.
Berbagai perubahan morfologik akan
menyebabkan perubahan fungsional sampai
perubahan patologik, diantaranya gangguan
mengunyah dan menelan, perubahan nafsu
makan sampai pada berbagai penyakit yang
timbul.
umur 30 tahun, bisa juga disebabkan kehilangan gigi terbesar (21-31) yaitu
oleh kesehatan gigi yang buruk dan gizi sebanyak 71 sampel (48%) sedangkan yang
yang buruk, indera pengecap menurun terendah berada pada kategori usia very old
karena adanya iritasi yang kronis, atropi (> 90 tahun) dengan jumlah kehilangan gigi
indera pengecap, serta sensifitas lapar pada kelompok terkecil (1-10) yaitu
menurun, hal ini mengakibatkan usia hanya 1 sampel. Untuk kategori pendidikan,
lanjut memiliki status gizi yang kurang. responden terbanyak berada pada tingkat
Hasil penelitian berbeda dengan pendidikan sekolah Dasar dengan kondisi
penelitian yang dilakukan oleh Andi kehilangan gigi terbesar (21-31) yaitu
Ariaty Bertha tahun 2014 dengan judul sebanyak 39 sampel (41.9%). Perbedaan
gambaran kehilangan gigi sebagian pada penelitian yang peneliti lakukan lebih
pada manula di Kota Makassar yang banyak lansia yang hanya kehilangan
hasilnya menunjukkan jumlah sedikit gigi.
kehilangan gigi responden berdasarkan 2. Status gizi pada lansia di Panti Werdha
karakteristik jenis kelamin. Secara Salib Putih Salatiga
keseluruhan dari 176 sampel, untuk Hasil penelitian menunjukkan
jenis kelamin laki-laki kondisi sebagian besar lansia status gizinya kurang
kehilangan gigi pada kelompok terbesar sebanyak 24 responden (57,1%), normal
(21-31) yaitu sebanyak 23 sampel sebanyak 8 responden (19,0%), lebih
(47.9%), sedangkan untuk jenis sebanyak 2 responden (4,8%), obesitas I
kelamin perempuan kondisi kehilangan sebanyak 7 responden (16,7%) dan obesitas
gigi terbesar (21-31) yaitu sebanyak 52 II sebanyak 1 responden (2,4%). Hasil
sampel (40.6%). Kondisi kehilagan gigi penelitian banyak responden yang masih
berdasarkan kategori usia, responden kurang gizinya tetapi ada yang normal
terbanyak berada di kategori usia sampai obesitas.
elderly (60-74 tahun) pada kelompok
Sebagian besar gizi kurang disebabkan gizi yang diperoleh dari pangan dan makanan
asupan yang masih kurang bagi lansia yang dampak fisiknya dapat diukur.
karena makanan yang diberikan diatur oleh Menurut Darmojo (2011)
panti. kehilangan berat badan pada lansia dapat
Lansia memerlukan asupan dikelompokkan menjadi tiga bagian besar
makanan yang cukup agar status gizinya yaitu perubahan komposisi tubuh yang terjadi
baik. Gizi didapatkan dari suatu proses pada manula memberikan konstribusi terjadinya
organisme menggunakan makanan yang obesitas terutama obesitas sentral. Proporsi
dikonsumsi secara normal melalui proses lemak intra abdominal meningkat progresif
digesti, absorpsi, transportasi, dengan meningkatnya usia. Penurunan asupan
penyimpanan, metabolisme dan energi dan Total Energy Expenditure (TEE)
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan juga menurun kerena penurunan aktifitas fisik
untk mempertahankan kehidupan, terutama pada manula yang sakit.
pertumbuhan dan fungsi normal dari organ- Laporan FAO/WHO/UNU tahun
organ, serta menghasilkan energi
1985 menyatakan bahwa batasan berat badan
(Supariasa, 2013). Ekspresi dari keadaan
keseimbangan dalam bentuk variabel normal orang dewasa ditentukan berdasarkan
tertentu, atau perwujudan dari nutriture nilai Body Mass Index (BMI). Di Indonesia
dalam bentuk variabel tertentu (Gunadi, istilah Body Mass Index diterjemahkan menjadi
2012). Status gizi merupakan derajat Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT merupakan
kebutuhan fisik terhadap energi dan zat- zat alat yang sederhana untuk memantau status gizi
orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan
kekurangan dan kelebihan berat badan.
Penggunaan IMT hanya berlaku untuk diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu
orang dewasa berumur diatas 18 tahun. IMT hamil dan olahragawan. Disamping itu pula
tidak dapat IMT tidak bisa diterapkan pada keadaan
khusus (penyakit) lainnya seperti adanya
edema, asites, dan hepatomegali.
Hasil penelitian ini berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Oktariyani tahun 2014 dengan judul
gambaran status gizi pada lanjut usia di
Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW)
Budi Mulya 01 dan 03 Jakarta Timur
dengan penelitian status gizi lansia
berdasarkan Indeks Massa Tubuh adalah
50,3% status gizi normal, 33,6% gizi
kurang, 16,1% gizi lebih. Sementara 47,6
% lansia normal dan tidak membutuhkan
pengkajian lebih lanjut sedangkan 52,4%
lansia mungkin malnutrisi dan
membutuhkan pengkajian lebih lanjut
berdasarkan The Mini Nutritional
Assessment. IMT dapat lebih dipilih
untuk menentukan status gizi pada lansia di
panti karena lebih mudah digunakan dan
bersifat objektif. Hasil penelitian ini
berbeda karena dalam penelitian masih
banyak yang status gizinya kurang.
B. Analisis Bivariat
1. Hubungan kehilangan gigi dengan status
gizi pada lansia di Panti Werdha Salib
Putih Salatiga
Hasil penelitian didapatkan tidak ada
hubungan antara kehilangan gigi dengan
status gizi pada lansia di Panti Werdha
Salib Putih Salatiga. Tidak adanya
hubungan disebabkan antara responden
yang kehilangan gigi sedikit dan banyak
tetap ditemukan responden yang status
gizinya kurang, normal, lebih, obesitas I
maupun obesitas II. Dari hal ini dapat
dilihat bahwa lansia yang hanya kehilangan
sedikit giginya dapat memenuhi gizinya
disebabkan fungsi mengunyahnya masih
baik sehingga dapat mencerna berbagai
makanan yang disediakan, sedangkan yang
kehilangan gigi banyak juga ada yang dapat
memenuhi gizinya dengan baik namun lebih
banyak ditemukan yang status
gizinya kurang walaupun ada yang terkena penyakit infeksi. Penyakit infeksi
obesitas. yang paling sering menyebabkan gangguan
Namun walaupun begitu di Panti gizi pada lansia terutama tuberculosis dan
biasanya telah disiapkan menu yang penyakit lain sehingga disini terlihat
dikhususkan untuk lansia sehingga dapat interaksi antara konsumsi makanan yang
memenuhi kebutuhan nutrisinya dan lansia kurang dan infeksi merupakan dua hal yang
tidak kesulitan makan karena dipilihkan saling mempengaruhi. Dalam penelitian ini
makanan bertekstur lunak. Meskipun penyakit yang mempengaruhi
demikian masih banyak yang kehilangan dieksklusikan.
gigi sedikit sampai banyak tetapi kurang Selain faktor-faktor tersebut,
gizinya disebabkan nafsu makan dan lingkungan mempengaruhi status gizi
fungsi percernaan metabolisme yang terlihat dari perbedaan hasil yang ditemukan
berbeda-beda. pada penelitian terkait status gizi pada
Faktor yang mempengaruhi status lansia di panti sosial dan panti milik swasta
gizi adalah asupan makanan dimana ataupun lansia yang tidak tinggal di panti
penyebab gizi kurang tidak hanya dan memiliki perekonomian yang cukup.
disebabkan makanan yang kurang tetapi Pada penelitian yang dilakukan Sukesi
juga karena penyakit. Lansia yang (2002) pada lansia di Sasana Tresna Werdha
mendapat makanan yang baik tetapi karena Karya Bakti Ria Pembangunan
adanya penyakit dapat menderita kurang mendapatkan data bahwa dari 66 responden
gizi. Demikian pada lansia yang makannya 37,9% memiliki status gizi lebih, 51,5%
tidak cukup baik maka daya tahan tubuh memiliki status gizi normal sementara
akan melemah dan mudah terserang lansia yang memiliki status gizi kurang
penyakit. Makanan maupun penyakit secara hanya 10,6%. Perbedaan terlihat bahwa
bersama – sama merupakan penyebab masalah status gizi pada lansia yang tinggal
kurang gizi (Soekirman, 2000). di panti milik swasta adalah masalah gizi
Konsumsi makanan dipengaruhi lebih. Hal ini dapat terjadi karena adanya
jumlah dan jenis pangan yang dibeli, perbedaan pemenuhan dan pengawasan
pemasakan, distribusi dan kebiasaan makan pada lansia saat makan di panti sosial
secara perorangan. Konsumsi juga dan panti miliki swasta. Pada penelitian
tergantung pada pendapatan, agama, adat ini tidak ada hubungan disebabkan
istiadat, dan pendidikan keluarga yang responden dengan kehilangan gigi lebih
bersangkutan (Almatsier, 2001). Sedangkan sedikit atau banyak sama sama masih
di Panti lansia terjamin dalam asupan ditemukan lansia yang status gizinya
makanannya tetapi karena faktor lansia kurang.
sendiri dapat mempengaruhi komsumsi C. Keaslian Penelitian
makanan yang diterima lansia seperti Keterbatasan penelitian ini adalah
kesulitan mengunyah dan lansia yang masing-masing lansia jumlah makanan dan
malas makan, menu yang tidak banyak nafsu makan berbeda, aktifitas masing-
berubah membuat nafsu makan kurang. masing lansia berbeda dan pada penyakit
Pada penelitian ini faktor lain absorbsi atau infeksi saluran cerna tidak
yang mempengaruhi gizi lansia di diperiksa.
eksklusikan seperti penyakit infeksi karena
dapat menyebabkan gizi kurang dan
sebaliknya yaitu gizi kurang akan semakin
memperberat sistem pertahanan tubuh yang
selanjutnya dapat menyebabkan seorang
ebih rentan
KESIMPULAN DAN SARAN Analisis hubungan kualitas hidup yang
A. Kesimpulan berhubungan dengan kesehatan mulut
1. Rata-rata responden kehilangan (OHRQol) dan status kecemasan
15,76 gigi dimana paling sedikit
kehilangan 2 gigi dan paling banyak
kehilangan 32 gigi.
2. Sebagian besar lansia status gizinya
kurang sebanyak 24 responden
(57,1%), normal sebanyak 8
responden (19,0%), lebih sebanyak 2
responden (4,8%), obesitas I
sebanyak 7 responden (16,7%) dan
obesitas II sebanyak 1 responden
(2,4%).
3. Tidak ada hubungan antara
kehilangan gigi dengan status gizi
pada lansia di Panti Werdha Salib
Putih Salatiga dengan nilai p 0,135
B. Saran
1. Bagi Responden
Responden yang gizinya masih
kurang diharapkan tetep menjaga
kesehatannya dengan cara memenuhi
gizinya dengan makan makanan yang
beraneka ragam agar status gizinya
menjadi normal.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan yang datang
sebulan sekali pada minggu pertama
diharapkan melakukan pelayanan
komprehensif termasuk memeriksa
kesehatan gigi dan nutrisi lansia.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan
meneliti faktor yang mempengaruhi
status gizi pada lansia selain
kehilangan gigi, contohnya penyakit
mulut dan gigi.
DAFTAR PUSTAKA