Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BAYI


NY. S USIA 0 HARI DENGAN PATOLOGI
DI RUANG NICU RSUD DELI SERDANG

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Asuhan Kebidanan Kolaborasi

Pada Kasus Patologi dan Komplikasi

Oleh :
WAN MARDHATILLAH ANWAR
P07524720042

PEMBIMBING INSTITUSI
Yusniar Siregar, SST, M.Kes

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES
MEDAN
2021

i
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR


DI RSUD DELI SERDANG

Oleh :
WAN MARDHATILLAH ANWAR
P07524720042

Menyetujui,

No Nama Pembimbing Tanda Tangan


1 Dewi Sartika Tarigan,S.Kep,Ns
NIP : 198008172007012026
(Pembimbing Lahan Praktik)

2 Yusniar Siregar, SST, M.Kes


NIP :196707081990032001
(Pembimbing Institusi)

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi

Ardiana Batubara SST,M.Keb


NIP. 196605231986012001

KATA PENGANTAR

ii
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan
Komprehensif dalam Asuhan Kebidanan Kolaborasi Pada Kasus Patologi dan
Komplikasi ini dengan baik. Dalam kesempatan ini penulis menghanturkan rasa
hormat dan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada dosen pengampu Ibu
Yusniar Siregar, SST,M.Kes yang telah membimbing selama ini. Penulis juga
mengakui bahwa dalam proses penulisan laporan Komprehensif ini, masih jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian
penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang
dimiliki.
Dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan
terbuka menerima masukan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan
dan penyempurnaan Laporan Komprehensif ini dikemudian hari.
Akhirnya penulis berharap, Laporan Komprehensif ini dapat bermanfaat
bagi seluruh pembaca. Dan dapat memberikan kontribusi yang positif serta
bermakna dalam proses perkuliahan Profesi bidan.

Medan, 2021

Wan Mardhatillah Anwar

DAFTAR ISI

iii
Halaman

Halaman Judul.............................................................................................................. i
Halaman Pengesahan....................................................................................................ii
Kata Pengantar.............................................................................................................iii
Daftar Isi......................................................................................................................iv

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................1
B. Tujuan...............................................................................................................2
C. Ruang Lingkup..................................................................................................3
D. Manfaat.............................................................................................................3

BAB II : TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN


A. Kajian Masalah Kasus.......................................................................................5
B. Kajian Teori......................................................................................................9

BAB III : PEMBAHASAN


A. Pengkajian.......................................................................................................12
B. Analisis............................................................................................................15
C. Penatalaksanaan..............................................................................................15

BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................................17
B. Saran...............................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO) kematian bayi yang baru lahir atau
neonatal mencakup 45% kematian diantara anak-anak dibawah umur 5 tahun. Mayoritas
dari semua kematian neonatal, 75% terjadi pada minggu pertama kehidupan dan diantara
25% sampai 45% terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utama kematian bayi baru
lahir adalah prematuritas 28% dari berat lahir rendah, infeksi 36%, asfiksia 23% dan
trauma kelahiran. Penyebab ini menyebabkan hampir 80% kematian pada kelompok usia
ini (Fani and Yuliana 2017)
Menurut World Health Organization definisi kelahiran bayi prematur (preterm)

adalah kelahiran bayi kurang dari 37 minggu gestasi. Bila kelahiran kurang dari 32

minggu dikategorikan sebagai very preterm, dan kurang dari 28 minggu disebut

extremely preterm. Bayi dikategorikan sebagai bayi berberat badan lahir rendah atau

BBLR (low birth weight) bila berat < 2500 gram, very low bila < 1500 gram, dan

extremely low < 1000 gram. (Suwandi 2019)

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram

tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam

setelah lahir. Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh

kelahiran didunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi dinegara-negara

berkembang atau sosioekonomi rendah. Secara statistic menunjukkan 90% kejadian

BBLR didapatkan dinegara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi

dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. BBLR termasuk faktor

utama dalam peningkatan mortalitas, morbilitas dan disabilitas neonates, bayi dan anak

serta memberi dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan. (Sembiring

2019)

5
Asfiksia neonatorum merupakan kegagalan bernafas secara spontan, Tidak

teratur dan tidak adekuat segera setelah lahir atau beberapa saat setelah lahir. Keadaa ini

disertai hipoksia, hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis. Asfiksia terjadi karena

terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari ibu ke janin.

Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir.

Mempengaruhi organ vital lainnya dan dapat mendorong terjadinya infeksi, kerusakan

otak atau kematian. Faktor-faktor yang menyebabkan asfiksia diantaranya adalah faktor

ibu, faktor plasenta, faktor persalinan dan faktor neonatus. Faktor risiko ibu terdiri dari

usia <20 tahun atau >35 tahun, paritas, riwayat obstetri jelek, penyakit ibu seperti

hipertensi, preeklamsi, anemia, ketuban pecah dini, panggul sempit, dan infeksi

intrauterin. Faktor risiko plasenta yaitu plasenta previa dan solusio plasenta. Faktor

risiko persalinan yaitu persalinan buatan/anjuran dan partus lama. Faktor risiko

neonatus yaitu masa gestasi, berat badan lahir, kehamilan ganda, malpresentasi, serta

gawat janin. (Fajarwati, Andayani, and Rosida 2015)

AKB di Provinsi Sumatera Utara terlihat mengalami penurunan yang cukup

signifikan. AKB di Sumatera Utara hasil SP 2000 adalah 44/1.000 KH, dan turun

menjadi 25,7 (atau dibulatkan menjadi 26) per 1.000 KH pada hasil SP 2010. Melihat

trend AKB kurun waktu 2001-2010 maka dapat diperhitungkan telah terjadi penurunan

AKB setiap tahunnya dengan rata-rata perkiraan 1,8 per 1.000 KH. Bila trend penurunan

AKB dapat dipertahankan, maka diperkirakan AKB Sumatera Utara tahun 2017 menjadi

sebesar 13,4/1.000 KH.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan komprehensif pada bayi baru lahir dengan pendekatan

6
manajemen kebidanan dan di dokumentasikan dalam bentuk SOAP.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui asuhan kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan di RSUD DELI
SERDANG dengan manajemen kebidanan dan pendokumentasian SOAP.
C. Ruang Lingkup
1. Lokasi dan Waktu
Lokasi yang dilakukan oleh penulis dalam pembuatan Laporan Komprehensif ini adalah
di RSUD Deli Serdang, sedangkan waktu dan penyususnan Laporan Komprehensif di
mulai pada tanggal 21 Juni s/d 17 Juli 2021.
2. Subjek Laporan Kasus
Subjek yang diambil untuk penyusunan Laporan Komprehensif ini adalah Bayi Baru
Lahir
3. Teknik/ Cara Pengumpulan Data :
Penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara teknik wawancara dan
observasi
a. Wawancara : Teknik ini dilakukan melalui auto anamnesis dan allow anamnesis
dengan pasien, keluarga dan kesehatan lainnya dilibatkan untuk memperoleh data
yang berhubungan dengan permasalahan pasien yang akan dijadikan sebagai bahan
laporan,sehingga diperoleh data yang akurat.
b. Observasi : melaksanakan observasi langsung pada ibu hamil dengan cara memeriksa
fisik
c. Studi Kepustakaan : Membaca dan mempelajari buku-buku sumber, makalah
ataupun jurnal yang dapat dijadikan dasar teoritis yang berhubungan dengan kasus
yang diambil

D. Manfaat
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Dapat meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan khususnya BBL dengan Asfiksia
Neonaturum
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil laporan komprehensif ini dapat digunakan sebagai bahan kepustakaan untuk

7
menambah pengetahuan khususnya untuk program study Profesi Kebidanan di
Politeknik Kebidanan Poltekkes Kemenkes Medan.
3. Bagi Lahan Praktik
Sebagai acuan dalam meningkatkan mutu pelayanan asuhan kebidanan dalam mengatasi
Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia Neonaturum

8
BAB II
TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN

A. Kajian Masalah Kasus

1. Bayi Prematur

Bayi premature adalah bayi yang dilahirkan dalam usia gestasi kurang

dari 36 minggu. Secara fisiologis, kondisi bayi premature adalah sebagian

masih sebagian janin dan sebagain bayi baru lahir. Bayi prematur yang

dialihkan dalam usia gestasi <37 minggu mempunyai resiko tinggi terhadap

penyaki-penyakit yang berhubungan dengan prematuritas, antara lain

sindroma gangguan pernafasan idiopatik (penyakit membran hialin), aspirasi

pneumonia karena refleksi menelan dan batuk belum sempurna, perdarahan

spontan dan vertikel otak lateral, akibat anoksia otak (erat kaitannya dengan

gangguan pernafasan, hiperbilirubinemia, karena fungsi hati belum matang),

hipotermia. (Darma 2017)

Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu .

Terdapat 4 sub kategori usia kelahiran prematur , (Sembiring 2019) yaitu :

1. Ekstrem prematur ialah bayi yang lahir dengan umur kehamilan < 28 minggu

2. Sangat prematur ialah bayi yang lahir dengan umur kehamilan< 32 minggu

3. Moderat prematur ialah bayi yang lahir antara umur kehamilan 32 - < 34

minggu

4. Late prematur ialah bayi yang lahir antara umur kehamilan 34 – 36 minggu

2. Etiologi

Ada banyak faktor yang menyebabkan bayi lahir prematur (Sembiring 2019), yaitu:

1) Faktor Ibu

9
 Ibu yang mengalami malnutrisi (kekurangan nutrisi) pada saat hamil

 Riwayat kelahiran prematur sebelumnya

 Hipertensi

 Infeksi

 Trauma

 Diabetes

 Penyakit kronik

 Umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih 35 tahun

 Jarak kehamilan dan persalinan yang terlalu dekat

 Pre-eklampsia berat

 Eklampsia

2) Faktor Janin

 Infeksi

 Kelainan bawaan janin

 Kelainan kromosom

3) Faktor Plasenta atau Rahim

 Pembukaan leher rahim yang lebih awal

 Kelainan bentuk rahim

 Kelainan plasenta

 Terlepasnya plasenta dari dalam rahim yang lebih awal

3. Patofisiologi

Alat tubuh bayi prematur belum berfungsi seperti bayi matur. Oleh karena itu, ia

mengalami banyak kesulitan hidup di luar uterus ibunya yang bersangkutan dengan

ketidaksempurnaan kerja organ tubuhnya, maka mudah timbul komplikasi,

10
diantaranya:

a. Suhu tubuh

 Pusat pengatur suhu tubuh masih belum sempurna

 Luas badan bayi relatif besar, sehingga penguapannya bertambah

 Otot bayi masih lemah

 Lemak kulit dan lemak coklat kurang, sehingga cepat kehilangan panas

badan

 Kemampuan metabolisme panas masih rendah

b. Pernapasan

 Pusat pengaturan pernapasan belum sempurna

 Surfaktan paru-paru masih kurang, sehingga perkembangannya tidak

sempurna

 Otot pernapasan dan tulang iga lemah

 Dapat disertai penyakit

c. Alat pencernaan makanan

 Belum berfungsi sempurna, sehingga penyerapan makanan masih lemah atau

kurang baik

 Aktifitas otot pencernaan makanan masih belum sempurna, sehingga

pengosongan lambung berkurang

 Mudah terjadi regurgitasi isi lambung dan dapat menimbulkan pneumonia

aspirasi.

d. Hepar yang belum matang (Immature)

Mudah menimbulkan pemecahan bilirubin, sehingga mudah terjadi

hiperbilirubinemia (kuning) sampai karena ikterus.

e. Ginjal masih belum matang

11
Kemampuan mengatur pembuangan sisa metabolisme dan air masih belum

sempurna sehingga mudah terjadi oedema.

f. Perdarahan dalam otak

 Pembuluh darah bayi prematur masih rapuh dan mudah pecah

 Sering mengalami gangguan pernapasan, sehingga mudah terjadi perdarahan

dalam otak

 Perdarahan dalam otak memperburuk keadaan dan menyebabkan kematian

bayi

 Pemberian O2 belum mampu diatur sehingga mempermudah terjadi

perdarahan dan nekrosis. (Nurlaila and Riyanti 2019)

4. Tanda dan Gejala

1. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.

2. Panjang badan kurang dari 46 cm.

3. Batas dahi dan rambut kepala tidak jelas.

4. Lingkar kepala kurang dari 33cm.

5. Lingkar dada kurang dari 30 cm.

6. Rambut lanugo masih banyak

7. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang.

8. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya, sehingga

seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun telinga.

9. Tumit mengkilap, telapak kaki halus.

10. Alat kelamin pada bayi laki-laki pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang.

Testis belum turun ke dalam skrotum. Untuk bayi perempuan klitoris

menonjol, labia minora belum tertutup oleh labia mayora.

11. Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah.

12
12. Fungsi saraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan reflek isap,

menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif, dan tangisannya lemah.

13. Jaringan kelenjar mammae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan

jaringan lemak yang masih kurang.

14. Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit.

15. Rasio luas permukaan tubuh yang besar dibandingkan berat badan. (Astutik

and Ertiana 2018)

5. Diagnosa

Ada beberapa pemeriksaan yang harus dilakukan pada bayi prematur, diantaranya

adalah :

a. Pemeriksaan pernapasan dan denyut jantung, dilakukan karena bayi prematur

sering mengalami ketidakteraturan denyut jantung dan pernapasan.

Pemeriksaan ini umunya dilakukan dengan pemasangan monitor di NICU

(Neonates Intensive Care Unit).

b. Pemeriksaan darah, khususnya untuk memeriksa kadar hemoglobin (sel

darah merah), kalsium, gula darah, dan bilirubin.

c. Ekokardiogram, yaitu pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai adanya

kebocoran katup jantung dan fungsi pompa jantung bayi.

d. Pemeriksan mata, diperlukan karena mata bayi prematur, khususnya bagian

retina, sangat sering mengalami gangguan yang disebut sebagai retinopathy

of prematurity yaitu gangguan mata yang berpotensi membutakan (Astutik

and Ertiana 2018)

6. Akibat

Sering komplikasi yang terjadi pada bayi prematur adalah yang berhubungan

dengan fungsi imatur dari system organ, kompikasi- komplikasi yang bisa

13
terjadi meliputi :

a. Respiratory Distress Syndrome (RDS)

Disebut juga sindrom gangguan pernapasan. Gangguan ini terjadi

karena paru-paru bayi belum matang sehingga tidak bisa menghasilkan zat

surfaktan dalam jumlah memadai. Surfaktan memungkinkan permukaan

paru-paru mengembang dengan baik ketika bayi keluar dari dalam rahim

untuk menghirup udara secukup yang bayi butuhkan. Singkatnya, surfaktan

diperlukan paru-paru agar bisa bernapas bebas

b. Apnea

Bayi prematur kadang-kadang mengalami berhenti bernapas selama

20 detik atau lebih. Gangguan pada pernapasan seperti ini disebut apnea,

dan mungkin disertai dengan denyut jantung yang lambat.

Bayi prematur seharusnya terus dimonitori untuk melihat apakah dia

memiliki apnea. Jika bayi berhenti bernapas, petugas kesehatan akan

merangsang bayi untuk mulai bernapas dengan cara menepuk-nepuk atau

menyentuh telapak kakinya

c. Interventrikuler Hemorrhage (IVH)

Disebut juga perdarahan intraventrikular. Perdarahan di otak terjadi

pada beberapa bayi prematur, terutama yang lahir sebelum usia kandungan

32 minggu. Perdarahan biasanya terjadi pada tiga hari pertama kehidupan

dan umumnya di diagnosa dengan pemeriksaan USG.

Kebanyakan perdarahan otak ringan dan sembuh sendiri tanpa atau

dengan sedikit efek samping lanjutan. Perdarahan yang lebih parah dapat

menyebabkan struktur ventrikel otak berkembang pesat terisi cairan,

menyebabkan otak tertekan dan dapat menyebabkan kerusakan otak seperti

14
cerebral palsu, gangguan belajar dan masalah perilaku.

Dalam kasus tersebut, ahli bedah dapat memasukkan selang ke

dalam otak untuk mengalirkan cairan dan mengurangi risiko kerusakan otak.

Dalam kasus ringan, obat dapat mengurangi penumpukan cairan

d. Hiperbilirubinemia

Hiperbilirubinemia terjadi karena kadar bilirubin terlalu tinggi,

ditandai oleh perubahan warna kulit dan bagian putih mata menjadi kuning

(bayi kuning). Bilirubin adalah pigmen kuning yang memang ada pada sel

darah manusia.

Hiperbilirubinemia lebih umum terjadi pada bayi prematur

dibandingkan pada bayi lahir cukup bulan. Tingkat bilirubin yang sangat

tinggi dapat menyebabkan kerusakan otak sehingga bayi kuning harus

dirawat dengan cepat sebelum bilirubin mencapai tingkat berbahaya.

Bayi kuning ditempatkan di bawah lampu biru khususnya yang

membantu tubuh menghilangkan bilirubin. Pada kasus yang parah, transfusi

harus dilakukan untuk mengganti darah bayi dengan darah baru yang sehat

e. Retinopati Of Prematurity (ROP)

ROP adalah pertumbuhan abnormal pembuluh darah di mata yang

dapat menyebabkan kehilangan penglihatan. Hal ini terjadi terutama pada

bayi yang lahir sebelum 32 minggu kehamilan. ROP didiagnosa ketika bayi

diperiksa oleh dokter mata.

Kebanyakan kasus yang ringan dan sembuh dengan sendirinya

dengan sedikit atau tanpa kehilangan penglihatan. Dalam kasus yang lebih

parah, dokter mata dapat mengobati pembuluh abnormal dengan laser atau

dengan crytherapy (pembekuan) untuk melindungi retina dan

15
mempertahankan penglihatan

f. Anemia

Dalam beberapa minggu pertama kehidupan, bayi tidak membuat

banyak sel darah merah baru. Selain itu, sel darah merah bayi memiliki

masa hidup yang lebih pendek dari pada orang dewasa. Hal tersebut

menyebabkan banyak bayi prematur kekurangan jumlah sel darah merah

yang diperlukan untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh.

Kondisi yang disebut anemia ini mudah di diagnosa dengan

menggunakan tes hitung sel darah merah di laboratorium. Beberapa bayi

prematur, terutama yang beratnya kurang dari 1.000 gram, membutuhkan

transfusi sel darah merah.

g. Pneumonia Aspirasi

Sering ditemukan pada bayi prematur karena refleks menelan dan

batuk belum sempurna. Penyakit ini dapat dicegah dengan perawatan yang

baik, antara lain dengan selalu menyendawakan bayi sesudah minum

h. Gangguan Imunologik

Daya tahan tubuh terhadap infeksi belum memadai karena

kemampuan leukosit masih kurang, sehingga pembentukan antibody belum

sempurna serta rendahnya kadar Ig G atau gamma globulin

i. Gangguan Pencernaan dan Masalah Nutrisi

Aktifitas alat pencernaan makanan masih belum sempurna, sehingga

penyerapan makanan kurang baik, serta pengosongan lambung juga

berkurang. Selain itu juga mudah terjadi regurtasi isi lambung dan dapat

menyebabkan pneumonia aspirasi

j. Hipotermi

16
Hipotermi dapat terjadi karena kemampuan untuk mempertahankan

panas dan kesanggupan menambah produksi panas sangat terbatas karena

pertumbuhan otot-otot yang belum cukup memadai, lemak subkutan yang

sedikit, belum matang sistem saraf pengatur suhu tubuh, luas permukaan

tubuh relatif lebih besar dibandingkan dengan berat badan sehingga masalah

kehilangan panas. (Nurlaila and Riyanti 2019)

7. Penatalaksanaan

Dengan memperhatikan gambaran klinik dan berbagai kemungkinan yang

dapat terjadi pada bayi prematur maka perawatan dan pengawasan ditujukan pada

pengaturan suhu, pemberian makanan bayi, pernafasan, hipoglikemi dan

menghindari infeksi, yang diuraikan sebagai berikut:

1. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas

1) Bayi prematur dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi

hipotermi karena pusat pengaturan panas belum berfungsi dengan baik

metabolisme rendah dan permukaan badan relative luas oleh karena itu

bayi prematur harus di rawat dalam inkubator sehingga panas badannya

mendekati dalam rahim.

2) Apabila tidak ada inkubator, bayi dapat di bungkus dengan kain dan di

sampingnya di taruh botol berisi air panas sehingga panas badannya

dapat dipertahankan.

2. Makanan bayi prematur

1) Alat pencernaan bayi belum sempurna lambung kecil enzim pencernan

belum matang sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori 110

kal/ kg BB sehingga pertumbuhan dapat meningkat. Penberian minum

bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan

17
lambung, reflek masih lemah sehingga pemberian minum sebaiknya

sedikit demi sedikit dengan frekuensi yang lebih sering.

2) ASI merupakan makanan yang palingutama sehingga ASI lah yang

paling dahulu di berikan, bila faktor menghisapnya kurang maka ASI

dapat di peras dan diberikan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan

memasang sonde.

3) Permulaan cairan yang diberikan 50-60 cc/kg BB/ hari terus di naikkan

sampai mencapai sekitar 200 cc/kg BB / hari.

3. Pernapasan

1) Bayi prematur mungkin menderita penyakit membrane hialin.

2) Pada penyakit ini tanda-tanda gawat pernapasan selalu ada dalam 4 jam

bayi harus di rawat telentang atau tengkurap dalam inkubator dada

abdomen harus dipaparkan untuk mengobserfasi pernapasan.

4. Menghindari Infeksi

1) Bayi prematuritas mudah sekali mengalami infeksi karena daya tahan

tubuh masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan

pembentukan antibody belum sempurna.

2) oleh karena itu tindakan prefentif sudah dilakukan sejak antenatal

sehingga tidak terjadi persalinan dengan prematuritas. (Nurlaila and

Riyanti 2019)

2. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

1. Pengertian

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang

dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi

yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. (Sembiring 2019)

18
Ada dua macam BBLR, yang pertama bayi lahir kecil akibat kurang

bulan, dan yang kedua adalah bayi lahir kecil dengan berat badan yang

seharusnya untuk gestasi (dismatur). (Dwienda 2014)

 Klasifikasi BBLR

a. Bayi dari kehamilan kurang bulan

Bayi kurang bulan adalah bayi yang lahir sebelum umur kehamilan 37

minggu. Sebagian bayi kurang bulan belum siap hidup diluar

kandungan, kesulitan untuk mulai bernapas, menghisap, melewan

infeksi dan menjaga tubuhnya agar tetap hangat.

b. Bayi kecil untuk masa kehamilan

Adalah bayi yang tidak tumbuh dengan baik didalam kandungan

Tiga kelompok bayi KMK

 KMK lebih bulan

 KMK cukup bukan

Bayi KMK cukup bulan kebanyakan mampu bernapas dengan

menghisap dengan baik

 KMK kurang bulan

c. Kombinasi keduanya

2. Etiologi

a) Faktor - faktor yang mempengaruhi terjadinya BBLR adalah :

i. Faktor Ibu

1. Ibu yang mengalami malnutrisi (kekurangan nutrisi) pada saat

hamil

19
2. Riwayat kelahiran prematur sebelumnya

3. penyakin menahun ibu : Hipertensi, jantung, gangguan

pembuluh darah (perokok)

4. perdarahan antepartum, kelainan uterus, hidramnion

5. Umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih 35 tahun

6. Jarak kehamilan dan persalinan yang terlalu dekat

7. Faktor pekerjaan terlalu berat

8. primigravida

ii. faktor kehamilan

1. hamil dengan hidramnion

2. hamil ganda

3. perdarahan antepartum

4. komplikasi hamil seperti preeklamsia, eklamsi,ketuban pecah

dini

iii. Faktor Janin

1. Cacat bawaan

2. Infeksi dalam rahim

3. Kehamilan ganda

4. Kelainan kromosom

iv. Faktor kebiasaan

1. Pekerjaan yang melelahkan

2. merokok

3. Patofisiologi

20
a. ketidakstabilan suhu tubuh

bayi terbiasa di suhu 360c – 370c ketika didalam kandungan. Saat

dilahirkan bayi berada pada suhu lingkungan yang lebih rendah.

Perbedaan suhu ini berpengaruh pada kehilangan panas tubuh bayi.

Hipotermi terjadi karena kemampuan bayi mempertahankan panas

sangat terbatas karena pertumbuhan otot yang belum optimal. Produksi

panas berkurang akibat lemak yang sedikit. Belum optimalnya system

saraf pengatur suhu BBLR. Rasio luas permukaan tubuh relative lebih

besar dibandingkan berat badan sehingga mudah kehilangan panas.

b. Gangguan pernapasan

Defisiensi surfaktan paru, otot respirasi yang lemah sehingga mudah

terjadi periode apneu. Lemahnya reflex batuk, isap, dan menelan dapat

mengakibatkan bayi mudah terkena aspirasi.

c. Imaturitas imulonologis mengakibatkan bayi mudah terkena infeksi.

d. Lemahnya reflex mengsisap dan menelan motilitas usus yang menurun

mengakibatkan berat badan bayi cepat menurun. (Nurlaila and Riyanti

2019)

4. Tanda dan Gejala

a. Berat badan < 2500 gram

b. Letak kuping menurun

c. Pembesaran dari satu atau kedua ginjal

d. Ukuran kepala kecil

e. Maslah dalam pemberian makanan (reflex menelan dan menghisap

21
berkurang)

f. Suhu tidak stabil.(Astutik and Ertiana 2018)

Berdasarkan buku (Triana and Afni 2015) tanda- tanda bayi BBLR yaitu:

1. BBLR – Kurang Bulan

 Kulit tipis dan mengkilap

 Tulang rawan telinga sangat lunak

 Lanugo banyak terutama pada panggung

 Jaringan payudara belum terlihat jelas

 Perempuan : labia mayora belum menutupi labia minora

 Laki-laki: skrotum belum banyak lipatan, testis belum turun

 Garis telapak kai <1/3 bagian atau belum terbentuk

 Kadang disertai dengan pernapasan tidak teratur

 Aktifitas dan tangisannya lemah

 Menghisap dan menelan tak efektif/ lemah

2. BBLR- KMK

 Janin dapat cukup, kurang atau lebih bukan tetapi BB <2.500

gram

 Gerakan cukup aktif, tangis cukup kuat

 Kulit keriput, lemak bawah kulit tipis

 Bila kurang bulan : ditemukan tanda- tanda yang sesuai dengan

bayi kurang bulan

22
 Bayi perempuan bila cukup bulan labia mayora menutupi labia

monora

 Bayi laki-laki testis mungkin telah turun

 Rajah telapak kaki mungkin lebih dari 1/3 bagian

 Mengisap cukup kuat

5. Diagnosa

Diagnosis Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi

dalam jangka waktu 1 jam setelah lahir, dapat diketahui dengan dilakukan

anamesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

a. Anamnesis

Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamnesis untuk menegakkan

mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR :

 Umur ibu

 Riwayat hari pertama haid terakhir

 Riwayat persalinan sebelumnya

 Paritas, jarak kelahiran sebelumnya

 Kenaikan berat badan selama hamil

 Aktivitas

 Penyakit yang diderita selama hamil

 Obat-obatan yang diminum selama hamil

b. Pemeriksaan Fisik

Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain :

 Berat badan

 Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)

23
 Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa

kehamilan)

c. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :

 Pemeriksaan skor ballard

 Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan

 Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar

elektrolit dan analisa gas darah

 Foto dada ataupun babygram diperlukan pada BBL dengan umur kehamilan

kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat atau diperkirakan atau terjadi

sindrom gawat nafas. (Triana and Afni 2015)

6. Akibat

Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain :

a. Hipotermi

b. Hipoglikemi

c. Gangguan cairan dan elektrolit

d. Hiperbilirubinemia

e. Sindroma gawat nafas

f. Paten duktus arteriosus

g. Infeksi

h. Perdarahan intraventrikuler

i. Anemia

Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada BBLR antara lain :

a. Gangguan perkembangan

b. Gangguan pertumbuhan

24
c. Gangguan penglihatan (Retinopati)

d. Gangguan pendengaran

e. Penyakit paru kronis

f. Kenaikan angka kesakitan

g. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan. (Nurlaila and Riyanti 2019)

7. Penatalaksanaan

Nayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan penanganan yang tepat untuk

mengatasi masalah-masalah yang terjadi. Penanganan BBLR meliputi hal-hal

berikut:

a. Mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal dan mencegah

hipotermi. Perawatan metode kanguru adalah salah satu cara untuk

mempertahankan suhu tubuh bayi tetap hangat

b. Mencegah infeksi dengan ketat. Dalam penanganan BBLR harus

memperhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi karena bayi sangat

rentan terhadap infeski. Salah satu cara pencehagan infeksi, yaitu

dengan mencuci tangan sebelum memegang bayi.

c. Pengawasan nutrisi dan ASI. Reflex menelan pada BBLR belum

sempurna. Oleh karena itu, pemberian nutrisi harus dilakukan dengan

hati-hati.

d. Penimbangan ketat. Penimbangan berat badan harus dilakukan secara

ketat karena peningkatan berat badan merupakan salah satu status gizi/

nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh. (Nurlaila and

Riyanti 2019)

25
3. Asfiksia

1. Pengertian

Asfiksia nonaturum adalah keadaan bayi tidak bernafas secara

spontan dan teratur setelah lahir( JNPK-NK,2017). Asfiksia neonaturum

merupakan suatu kejadian kegawatdaruratan yang berupa kegagalan bernafas

secara spontan segera setelah lahir sanggat berarti dan sangat resiko untuk

terjadinya kematian dimana keadaan janin tidak spontan bernafas dan teratur

sehingga dapat menurunkan oksigen dan makin meningkatkan karbondioksida

yang menimbulkam akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut (manuaba,

2010). Asfiksia pada bayi baru lahir adalah menutut IDAI ikatan Dokter Anak

Indonesia) adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada sat lahir

atau beberapa saat setelah lahir. (Legawati 2018)

Asfiksia neonaturum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas

spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatkan

CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. Tujuan

melakukan tindakan terhadap bayi asfiksia adalah meleancarkan kelansungan

pernafasan bayi yang sebagian besar terjadi pada waktu persalinan. (Dwienda

2014)

Jenis- jenis asfiksia Dalam buku (Dwienda 2014)

a. Asfiksia Berat

 Nilai AFGAR 0-3

 Frekuensi jantuung keci (<40x / menit)

 Tidak ada usaha nafas

26
 Tonus otot lemah, bahkan hamper tidak ada

 Bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberi rangsangan

 Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu

 Terjadi kekurangan O2 yang berlanjutan sebelum atau sesusadah

persalinan

Penatalaksanaan : resusitasi aktif dan segera

b. Asfiksia Sedang

 Nilai AFGAR 4-6

 Frekuensi jantung menurun (60-80x/menit)

 Usaha nafas lambat

 Tonus otot biasanya dalam keadaan baik

 Bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan

 Bayi tampak sianosis

 Tidak terjadi kekurangan O2 yang bermakna selama proses persalinna

Penatalaksanaan : resusitasi

c. Asfiksia Ringan

 Nilai AFGAR 7-10

 Takipnea dengan nafas >60x/menit

 Bayi tampak sianosis

 Adanya retraksi sela iga

 Bayi merintih (grunting)

 Adanya pernafasan cuping hidung

27
 Bayi kurang aktifitas

 Dari pemeriksaan auskultasi diperoleh wheezing positif

Penatalaksanaan : resusitasi.

2. Etiologi

a. Gangguan sirkulasi pada janin

b. Gangguan pada tali pusat

 Lilitan tali pusat

 Simpul tali pusat

 Tekanan pada tali pusat

 Ketuban telah pecah

 Kehamilan lewat waktu

c. Pengaruh obat

 Karena narkosa saat persalinan

d. Faktor ibu

 Gangguan His : tetania uteri- hipertoni

 Turunnya tekanan darah dapat medadak perdarahan pada plasenta

previa dan solution plasenta

 Hipertensi pada ibu hamil

 Gangguan pertukaran nutrisi/ O2 : sulutio plasenta

3. Fisiologi

Oksigen sangat penting untuk kehidupan sebelumnya dan sesudah

persalinan. Selama didalam Rahim, janin mendapatkan oksigen dan nutrisit

dari ibu melalui mekanisme difusi plasenta yang berasal dari ibu diberikan

28
kepada janin. Sebelum lahir, elveoli paru bayi menuncup dan terisi oleh

cairan. Paru janin tidak berfungsi sebagai sumber oksigen atau jalan untuk

mengeluarkan CO2 (karbondioksida) sehingga paru tidak perlu diperfusi atau

dialiri darah dalam jumlah besar. Setelah lahir, bayi tidak berhubungan

dengan plasenta lagi sehingga dan akan segera bergantung kepada paru

sebagai sumber utama oksigen. Oleh karena itu, maka beberapa saat sesudah

lahir paru harus segera terisi oksigen dan pembuluh darah paru harus

berelaksasi untuk memberikan perfusi pada alveoli dan menyerap oksigen

untuk diedarkan keseluruh tubuh. (Dwienda 2014)

4. Patofisiologi

Gangguan suplai darah teroksigenasi melalui vena umbilical dapat terjadi

pada saat antepartum, intrapartum, dan pascapartum saat tali pusat dipotong.

Hal ini diikuti oleh serangkai kejadian yang dapat diperkirakan ketika

asfiksia betambah berat.

a) Awalnya hanya ada sedikit nafas. Sedikit nafas ini dimaksudkan

untuk mengembangkan paru, tetapi bila paru mengembang saat

kepala dijalan lahir atau bila paru tidak mengembang karena suatu

hal, aktivitas singkat ini akan diikuti oleh henti nafas komplit yang

disebut apnea primer.

b) Setelah waktu singkat-lama asfiksia tidak dikaji dalam situasi klinis

karena dilakukan tindakan resusitasi yang sesuai- usaha bernafas

otomatis dimulai. Hal ini hanya akan membantu dalam waktu

singkat, kemudian jika paru tidak mengembang, secara bertahap

29
terjadi penurunan kekuatan dan frekuensi pernafasan. Selanjutnya

bayi akan memasuki periode apnea terminal. Kecuali jika dilakukan

resusitasi yang tepat, pemulihan dari keadaan terminal ini tidak akan

terjadi.

c) Frekuensi jantung menurun selama apnea primer dan akhirnya turun

di bawah 100 kali/menit. Frekuensi jantung mungkin sedikit

meningkat saat bayi bernafas terengah-engah tetapi bersama dengan

menurun dan hentinya nafas terengah-engah bayi, frekuensi jantung

pun berhenti keadaan ini akan terjadi dalam waktu cukup lama.

d) Selama apnea primer, tekanan darah meningkat bersama dengan

pelepasan ketokolamin dan zat kimia stress lainnya. Walaupun

demikian, tekanan darah yang terkait erat dengan frekuensi jantung,

mengalami penurunan tajam selama apnea terminal.

e) Terjadi penurun pH yang hamper linier sejak aitan asfiksia. Apnea

primer dan apnea terminal mungkin tidak selalu dapat dibedakan.

Pada umumnya bradikardi berat dan kondisi syok memburuk apnea

terminal. (Legawati 2018)

5. Tanda dan Gejala

 Asfiksia Berat (nilai APGAR 0-3)

Pada kasus asfiksia , bayi akan mengalami asidosis, sehingga memerlukan

resusitasi segera secara aktif, dan pembentukan oksigen terkendali. Karena

selalu disertai asidosis, maka perlu diberikan natrikus bikarbonas 7,5%

dengan dosis 2,4 ml per kg berat badan, dan cairan glukosa 40% 1-2 ml per

kg berat badan, diberikan melalui vena umbilicus. Tanda dan gejala yang

30
muncul pada asfiksia adalah sebagai berikut :

1) Frekuensi jantung kecil, yaitu < 40 x/menit.

2) Tidak ada usaha nafas

3) Tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada.

4) Bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberikan rangsangan.

5) Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu.

6) Terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum atau sesudah

persalinan.

 Asfiksia ringan sedang (nilai APGAR 4-6)

Pada asfiksia sedang, tanda dan gejala yang muncul adalah sebagai

berikut:

1. Frekuensi jantung menurun menjadi 60-80 x/menit.

2. Usaha nafas lambat.

3. Tonus otot biasanya dalam keadaan baik.

4. Bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan.

5. Bayi tampak sianosis.

6. Tidak terjadi kekurangan oksigen yang bermakna selama proses

persalinan.

 Asfiksia Ringan (nilai APGAR 7-10)

Pada asfiksia ringan, tanda dan gejala yang sering muncul adalah sebagai

berikut :

1) Takipnea dengan nafas lebih dari 60 x/menit.

2) Bayi tampak sianosis.

3) Adanya retraksi sela iga.

4) Bayi merintih (grunting).

31
5) Adanya pernafasan cuping hidung.

6) Bayi kurang aktifitas.

7) Auskultasi diperoleh hasil ronchi rales, dan wheezing positif.

(Dwienda 2014)

6. Diagnosa

Untuk menegakkan diagnosis, dalam buku (Martunani and Sari 2017) dapat

dilakukan dengan berbagai cara dan pemeriksaan berikut ini:

1. Anamnesis : anamnesis diarahkan untuk mencari faktor resiko

terhadap terjadinya asfiksia neonaturum.

2. Pemeriksaan fisik : memperhatikan sama ada kelihatan tanda-tanda

berikut atau tidak, antara lain :

 Bayi tidak bernafas atau menangis

 Denyut jantung kurang dari 100 x / menit

 Tonus otot menurun

 Bisa didadpatkan cairan kebutuhan ibu bercampur

mekonium, atau sisa mekonium pada tubuh bayi

 BBLR (Berat badan Lahir rendah)

3. Pemeriksaan penunjang

Laboratorium : hasil analisis gas darah tali pusat menunjukkan hasil

asidosis pada darah tali pusat jika :

 PaO2 < 50 mm H20

 PaCO2 >55 mm H2

 pH < 7,30

32
7. Akibat

Bayi yang positif terdiagnosa asfiksia neonatorum dapat mengalami

komplikasi sebagai hasil dari perkembangan gejala yang memburuk, yaitu

seperti.

 ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) : Gangguan

mental pada anak yang ditandai dengan perilaku hiperaktif, impulsif

serta sulit memusatkan perhatian.

 Cerebral Palsy : Kondisi kelainan motorik yang umumnya terjadi pada

masa balita di mana otak lumpuh dan menyebabkan gangguan

koordinasi dan gerakan tubuh.

 Gangguan penglihatan

 Gangguan pendengaran

 Pertumbuhan fisik dan mental yang kemungkinan besar lebih lambat

dari anak-anak seusianya.

Bayi yang mengalami asfiksia neonatorum ringan hingga sedang berpotensi

untuk pulih total jauh lebih besar. Namun bila sel-sel tubuh bayi tak

memperoleh oksigen dalam waktu cukup lama, sebagai risiko

komplikasinya ia dapat mengalami cedera atau gangguan organ permanen.

Cedera permanen pada organ-organ vital seperti pencernaan, ginjal, paru,

otak dan jantung tak dapat terhindarkan bila oksigen yang dibutuhkan tubuh

bayi tak segera mencukupi. Hipotermia terapeutik atau body

cooling merupakan metode pendinginan tubuh bagi bayi yang lahir tepat

waktu atak tidak jauh dari hari perkiraan lahir maka dapat sangat menolong.

33
Namun pada kasus bayi yang lahir bahkan 5 minggu lebih awal tak dapat

mendinginkan tubuh sehingga sebagai akibat terparahnya, gagal organ dan

kematian bisa terjadi.

Gangguan pada organ paru, jantung, ginjal, otak dan pencernaan adalah

bentuk komplikasi yang perlu diwaspadai. Gangguan penglihatan, gangguan

pendengaran, cerebral palsy, ADHD, serta tumbuh kembang anak yang lambat

adalah komplikasi-komplikasi lain yang juga perlu dikenali dan dicegah.

(Martunani and Sari 2017)

8. Penatalaksanaan

1. Penilaian Segera

Segera stelah bayi lahir, letakkan bayi dibawah ibu atau dekat

perineum (harus bersih dan kering). Cegah kehilangan panas dengan 20

menutupi tubuh bayi dengan kain/handuk yang telah disiapkan sambil

melakukan penilaian dengan menjawab 2 pertaanyaan:

1) Apakah bayi menangis kuat, tidak bernafas atau megap-megap?

2) Apakah bayi lemas.

Setelah melakukan penilaian dan memutuskan bahwa bayi baru lahir

perlu resusitasi, segera lakukan tindakan yang diperlukan. Penundaan

pertolongan dapat membahayakan keselamatan bayi. Jepit dan potong tali

pusat dan pindahkan bayi ketempat resusitasi yang telah disediakan. Lanjutkan

dengan langkah awal resusitasi. Penilaian pada bayi baru lahir:

 Sebelum bayi lahir, sesudah ketuban pecah:

Apakah air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan) pada

presentasi kepala.

34
 Segera setelah bayi baru lahir:

 Apakah bayi menangis, bernafas spontan atau teratur,

bernafas megap-megap atau tidak bernafas.

 Apakah bayi lemas atau lunglai.

Putuskan apakah bayi memerlukan tindakan resusitasi apabila:

1) Air ketuban bercampur mekonium.

2) Bayi tidak bernafas atau bernafas megap-megap.

3) Bayi lemas atau lunglai.

Segera lakukan tindakan resusitasi apabila bayi tidak

bernafas atau bernafas megap-megap atau lemas

2. Persiapan Resusitasi Pada Bayi Baru Lahir

1.Persiapan keluarga

Sebelum menolong persalinan, bicarakan kepada keluarga mengenai

kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi terhadap ibu dan bayinya

serta persiapan yang dilakukan oleh penolong untuk membantu

kelancaran persalinan dan melakukan tindakan yang diperlukan

2.Persiapan Tempat Resusitasi

Persiapan yang diperlukan meliputi tempat bersalin dan tempat

resusitasi. Gunakan ruangan yanga hangat dan terang. Tempat resusitasi

hendaknya rata, keras, bersih dan kering, meja atau diatas lantai yang

beralaskan tikar.Kondisi yang diperlukan untuk mengatur posisi kepala

bayi. Tempat resusitasi sebaiknya didekat sumber pemanas (misalnya:

lampu sorot) dan tidak banyak tiupan angin (jendela atau pintu terbuka).

Biasanya digunakan lampu sorot atau bohlam berdaya 60 watt atau

lampu 22 gas minyak bumi (petromax). Nyalakan lampu menjelang

kelahiran bayi

35
3. Persiapan Alat dan Bahan Resusitasi

a) Meja Resusitasi

b) Handuk kecil (1 buah) dan handuk besar (3 buah)

c) Alat penghisap lendir Dee Lee atau bola karet

d) Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal

e) Stetoskop neonatal

f) Jam atau pencatat waktu

g) Bengkok

4.Langkah-langkah Resusitasi

Bayi Resusitasi BBL bertujuan untuk memulihkan fungsi pernafasan

bayi baru lahir yang mengalami asfiksia dan terselamatkan hidupnya

tanpa gejala sisa dikemudian hari

Langkah awal

a) Beritahu ibu dan keluarganya bahwa bayinya memerlukan bantuan untuk

memulai bernafas.

b) Minta keluarga mendampingi ibu (memberikan dukungan moral, menjaga

dan melaporkan kepada penolong apabila terjadi perdarahan).

Langkah awal ini perlu dilakukan secara tepat (dalam waktu 30 detik).

Secara umum, 6 langkah awal dibawah ini cukup untuk merangsang bayi

baru lahir untuk bernafas spontan dan teratur. Langkah awal (dilakukan

dalam waktu 30 detik):

1. Jaga bayi tetap hangat

 Letakkan bayi diatas kain yang ada di atas perut ibu atau dekat

perineum.

 Selimuti bayi dengan kain tersebut.

36
 Pindahkan bayi keatas kain tempat resusitasi

2. Atur posisi kepala bayi

 Baringkan bayi terlentang dengan kepala didekat penolong.

 Ganjal bahu agar kepala sedikit ekstens

3. Isap lendir bayi

 Isap lendir mulai dari mulut dulu, kemudian dari hidung (jika

menggunakan balon karet atau bulb syringe, tekan balon

udara diluar, baru masukkan kedalam mulut/ hidung dan

lepaskan tekanan sambil menarik penghisap keluar)

 Lakukan pengisapan saat alat penghisap ditarik keluar, jika

tidak pada waktu memasukkan.

Jangan melakukan pengisapan terlalu dalam yaitu lebih dari 5 cm ke

dalam mulut karena dapat menekan pleksus parasimpatis di

ororfaring sehingga menyebabkan denyut jantung bayi menjadi

lambat atau bunyi tiba-tiba berhenti bernafas untuk hidung janga

melewati cuping hidung.

4. Keringkan dan rangsang taktil

 keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya

dengan sedikit tekanan. Rangsangan ini dapat memulai pernafasan

bayi atau bernafas lebih baik.

 Lakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara di bawah ini

(a) Menepuk atau menyentil telapak kaki.

(b) Menggosok punggung, perut, dada atau tungkai dengan telapak

tangan

37
5. Reposisi

 Ganti kain yang telah basah dengan kain bersih dan kering yang baru

(disiapkan).

 Selimuti bayi dengan kain tersebut, jangan tutupi bagian muka dan

dada agar pemantauan pernafasan bayi dapat diteruskan.

 Atur kembali posisi terbaik kepala bayi (sedikit ekstensi).

6. Penilaian apakah bayi menangis atau bernafas spontan dan teratur?

 Lakukan penilaian apakah bayi bernafas normal, megapmegap atau

tidak bernafas.

 Letakkan bayi di atas dada ibu dan selimuti keduanya untuk

menjaga kehangatan tubuh bayi melalui persentuhan kulit ibu-

bayi.

 Anjurkan ibu untuk menyusukan bayi sambil membelainya, bila

bayi tidak bernafas atau megapmegap, segera lakukan tindakan

ventilas. (Legawati 2018)

B. Kajian Teori

1. Bayi baru lahir

1) Defenisi

 Menurut saifuddin (2002) bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir

selama satu jam pertama kelahiran.

 Menurut Dep. Kes. RI, 2005 bayi baru lahir normal adalah bayi yang

lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat

badan lahir 2500 gram sampai 400 gram.

 Menurut M. Sholeh Kosim, (2007) Bayi baru lahir normal adalah berat

38
lahir antara 2500-4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan

tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat. (Dwienda 2014)

2) Cir- ciri Bayi Baru Lahir Normal (Dwienda 2014)

a) Berat badan 2500 – 4000 gram

b) Panjang badan 48 – 52 cm

c) Lingkaran kepala 33- 35 cm

d) Lingkar dada 30-38 cm

e) Frekuensi jantung 120 – 160 kali /menit

f) Pernafasan 40-60 kali/menit

g) Kulit kemerah- merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup

h) Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah

sempurna

i) Kuku agak panjang dan lemas

j) Genetalia

Perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora

Laki-laki testis sudah turun, sakrotum sudah ada

k) Reflex hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik

l) Reflex moroow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik

m) Reflex graps atau menggenggam sudah baik

n) Reflex rooting mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada

pipi dan daerah mulut terbentuk dengan baik

o) Eliminasi baik, meconium akan keluar dalam 24 jam pertama,

meconium berwarna hitam kecoklatan

39
3) Tanda APGAR (Dwienda 2014)

Table 1.1

Tanda Nilai : 0 Nilai :1 Nilai : 2


Appearance Pucat / biru Tubuh merah, Seluruh tubuh
(warna kulit) seluruh tubuh ekstrimitas biru kemerahan
Pulse Tidak ada <100 > 100
(denyut jantung )
Grimace Tidak ada Ekstrimitas sedikit Gerakan aktif
(tonus otot) fleksi
Activity Tidak ada Sedikit gerak Langsung menangis
(aktivitas)
Respiration Tidak ada Lemah/ tidak menangis
(pernapasan) teratur
Interprestasi :

1. Nilai 1-3 asfiksia berat

2. Nilai 4-6 asfiksia sedang

3. Nilai 7-10 asfiksia ringan ( normal)

4) Perawatan Bayi Baru Lahir

1. Pencegahan Infeksi

 Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan dengan

bayi

 Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum

dimandikan

 Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem,

gunting, penghisap lendir DeLee dan benang tali pusat telah

didesinfeksi tingkat tinggi atau steril.

 Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan

untuk bayi, sudah dalam keadaan bersih. Demikin pula dengan

timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop.

2. Melakukan penilaian

40
 Apakah bayi cukup bulan/tidak

 Apakah air ketuban bercampur mekonium/tidak

 Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan

 Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas Jika bayi tidak bernapas

atau bernapas megap–megap atau lemah maka segera lakukan tindakan

resusitasi bayi baru lahir.

3. Pencegahan Kehilangan Panas

 Keringkan bayi dengan seksama

 Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat

 Selimuti bagian kepala bayi

 Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya

 Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir

4. Membebaskan Jalan Nafas

 Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan

hangat

 Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher

bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur

lurus sedikit tengadah kebelakang.

 Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokkan bayi dengan

jari tangan yang dibungkus kassa steril.

 Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit

bayi dengan kain kering dan kasar.

 Alat penghisap lendir mulut (De Lee) atau alat penghisap lainnya

yang steril, tabung oksigen dengan selangnya harus sudah

41
ditempat

 Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung

 Memantau dan mencatat usaha bernapas yang pertama (Apgar

Score)

 Warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam hidung atau

mulut harus diperhatikan.

5. Merawat Tali Pusat

 Setelah plasenta dilahirkan dan kondisi ibu dianggap stabil, ikat

atau jepitkan klem plastik tali pusat pada puntung tali pusat.

 Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke

dalam larutan klonin 0,5 % untuk membersihkan darah dan sekresi

tubuh lainnya.

 Bilas tangan dengan air matang atau disinfeksi tingkat tinggi.

 Keringkan tangan (bersarung tangan) tersebut dengan handuk atau

kain bersih dan kering.

 Ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat bayi dengan

menggunakan benang disinfeksi tingkat tinggi atau klem plastik

tali pusat (disinfeksi tingkat tinggi atau steril). Lakukan simpul

kunci atau jepitankan secara mantap klem tali pusat tertentu.

 Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling

ujung tali pusat dan dilakukan pengikatan kedua dengan simpul

kunci dibagian tali pusat pada sisi yang berlawanan.

 Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan di dalam larutan

klonin 0,5%

42
 Selimuti ulang bayi dengan kain bersih dan kering, pastikan bahwa

bagian kepala bayi tertutup dengan baik.

6. Mempertahankan suhu tubuh bayi

Pada waktu lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya, dan

membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat. Bayi

baru lahir harus di bungkus hangat. Suhu tubuh bayi merupakan tolok ukur

kebutuhan akan tempat tidur yang hangat sampai suhu tubuhnya sudah

stabil

7. Pencegahan infeksi

 Memberikan vitamin K Untuk mencegah terjadinya perdarahan

karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir normal atau

cukup bulan perlu di beri vitamin K per oral 1 mg/hari selama 3

hari, dan bayi beresiko tinggi di beri vitamin K parenteral dengan

dosis 0,5–1 mg IM.

 Memberikan obat tetes atau salep mata Untuk pencegahan

penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual) perlu

diberikan obat mata pada jam pertama persalinan, yaitu pemberian

obat mata eritromisin 0.5 % atau tetrasiklin 1 %, sedangkan salep

mata biasanya diberikan 5 jam setelah bayi lahir. (Sinta et al.

2019)

5) Reflek Bayi Baru Lahir

a. Reflek moro

Bayi akan mengembangkan tangan lebar dan melebarkan jari, lalu

membalikkan dengan tangan yang cepat seakan-akan memeluk seseorang.

Diperoleh dengan memukul permukaan yang rata dimana dekat bayi

43
dibaringkan dengan posisi telentang

b. Reflek rooting

Timbul karena stimulasi taktil pipi dan daerah mulut. Bayi akan memutar

kepala seakan mencari putting susu. Reflek ini menghikang pada usia 7

bulan

c. Reflek sucking

Timbul bersamaan dengan reflek rooting untuk menghisap putting susu

dan menelan Asi.

d. Reflek batuk dan bersin : untuk melindungi bayi dan obsmuksi pernafasan

e. Reflek graps

Timbul jika ibu jari diletakkan pada telapak tangan bayi, lalu bayi akan menutup

telapak tangannya atau ketika telapak kaki digores dekat ujung jari kaki, jari kaki

menekuk.

f. Reflek walking dan stapping

Reflek ini timbul jika bayi dalam posisi berdiri akan ada gerakan spontan kaki

melangkah ke depan walaupun bayi tersebut belum bisa berjalan. Menghilang

pada usia 4 bulan.

g. Reflek tonic neck

Reflek ini timbul jika bayi mengangkat leher dan menoleh kekanan atau kiri jika

diposisikan tengkurap. Reflek ini bisa diamati saat bayi berusia 3-4 bulan.

h. Reflek Babinsky

Muncul ketika ada rangsangan pada telapak kaki, ibu jari akan bergerak keatas

dan jari-jari lainnya membuka, menghilang pada usia 1 tahun.

i. Reflek membengkokkan badan (Reflek Galant)

44
Ketika bayi tengkurap, gerakan bayi pada punggung menyebabkan pelvis

membengkok ke samping. Berkurang pada usia 2-3 bulan.

j. Reflek Bauer/merangkak

Pada bayi aterm dengan posisi tengkurap. BBL akan melakukan gerakan

merangkak dengan menggunakan lengan dan tungkai. Menghilang pada usia 6

minggu. (Sinta et al. 2019)

Daftar Pustaka

Astutik, Reni Yuli, and Dwi Ertiana. 2018. Anemia Dalam Kehamilan. Jawa Timur: CV.Pustaka
Abadi.
Darma, Sagita. 2017. Kehamilan, Persalinan, Bayi Preterm & Posttrem Disertai Evidence
Based. yogyakarta: CV. Trans Info Media.
Dwienda, Octa, Liva Maita, Eka Maya Saputri, and Rina Yulviana. 2014. Asuhan Kebidanan
Neonatus, Bayi/Balita Dan Anak Prasekolah Untuk Para Bidan. Yogyakarta: CV Budi
Utama.
Fajarwati, Novia, Pudji Andayani, and Lena Rosida. 2015. “Hubungan Antara Berat Badan Lahir
Dan Kejadian Asfiksia Neonatorum.” : 33–39.
Fani, Risqiani, and Lia Yuliana. 2017. “Faktor Yang Mempengaruhi Kematian Bayi Prematur Di
Indonesia.” jurnal Ilmiah WIDYA kesehatan dan Lingkungan Vol.1.
Legawati. 2018. Asuhan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir. Malang: Wineka Media.
Martunani, Anik, and Eka Puspita Sari. 2017. Asuhan Kegawat Daruratan Maternal Dan
Neonatal. DKI Jakarta: CV. Trans Info Media.
Nurlaila, and Eka Riyanti. 2019. Buku Panduan Perawatan Metode Kangguru. yogyakarta:
Leutikaprio.
Sembiring, Br juliana. 2019. Asuhan Neonatus Bayi Balita Anak Pra Sekolah. Jakarta:
Deepublish Publisher.
Sinta, Lusiana El, Feni Andriani, Yulizawati, and Aldina Ayunda Insani. 2019. Buku Ajar
Asuhan Kebidanan Pada Neonatus, Bayi Dan Balita. Sidoarjo: Pindomedia Pustaka.

45
Suwandi, Trijani. 2019. “Hubungan Penyakit Periodontal Pada Kehamilan Dengan Kelahiran
Bayi Prematur.” Trijurnal.Lemlit.Trisakti.Ac.Id 1: 53–57.
https://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/jkgt/article/view/5159.
Triana, Ani, and Rita Afni. 2015. Buku Ajaran Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Dan
Neonatal. Yogyakarta: Deepublish Publisher.

46

Anda mungkin juga menyukai